You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK Pollen

Oleh: Aditya Darmadi (10308144007) Eka wareh handayani (103081440 ) Fanny Fanayanti (10308144036)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

A. TUJUAN Mengetahui cara preparasi serbuk sari. B. DASAR TEORI Serbuk sari merupakan alat persebaran dan prbanyakan secara generatif dari tumbuhan berbunga. Secara sitologi, serbuk sari merupakan sel dengan tiga nukleus, yang masing-masing dinamakan inti vegetatif, inti generatif I, dan inti generatif II. Sel dalam serbuk sari dilindungi oleh dua lapisan (disebut intine untuk yang di dalam dan exine yang di bagian luar), untuk mencegahnya mengalami dehidrasi (Walker, 1999). Ciri morfologi polen tersebut semakin meningkat penggunaannya dalam taksonomi, terutama untuk mengoreksi kembali hubungan kekerabatan antara satu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya dalam kelompok - kelompok takson (Erdtman, 1969). Menurut Kapp (1969), penyusunan kunci identifikasi polen didasarkan pada ciri morfologi polen yang tampak dan tidak didasarkan pada kelompok taksonomi. Sifat polen yang mudah melekat pada berbagai benda membantu dalam penyelidikan kriminal, sedangkan kandungan protein, karbohidrat dan zat-zat lainnya yang tinggi mempengaruhi kualitas madu (Bhojwani dan Bhatnagar, 1978). ``Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa polen dapat menunjang beberapa data antara lain kriminologi, medis dan melittopalinologi yaitu studi kandungan polen dalam madu (Bhojwani dan Bhatnagar, 1978). Suatu larutan fikasasi (fiksatif) yang baik akan mematikan serta mengawetkan semua isi sel dalam ukuran serta posisi semula dalam sel. Akan tetapi bila ditangani secara kasar, bahan akan rusak sebelum dimasukkan ke dalam larutan pengawet (Sugiharto, 1989). Perlu dilakukan pembuatan preparat serbuk sari dengan fiksatif.

C.

ALAT DAN BAHAN. Alat : 1. Gelas benda dan gelas penutup.

2. Sentrifuse dan tabung sentrifuse.

3. Waterbath (penangas air). 4. Peralatan gelas. 5. Lampu spiritus. 6. Mikroskop cahaya. Bahan : 1. Serbuk sari bunga Jatropha integerrima.

2. Asam asetat glacial 3. Asam sulfat pekat 4. Aquadest 5. Gliserin jeli 6. Potongan paraffin 7. Safranin 1 %

D. METODE Asetolisis.

E.

LANGKAH KERJA 1. Memasukkan serbuk sari bunga pepaya yang sudah membuka ke dalam tabung, kemudian mengisinya dengan asam asetat glasial dan biarkan selama 24 jam. 2. Mengaduk bahan hingga asam asetat glasial menjadi keruh kemudian memindahkannya ke dalam tabung sentrifuse, lalu bahan disentrifuse. 3. Membuang dan mengganti cairan dengan campuran asam sulfat pekat dan asam asetat glasial dengan perbandingan 1 : 9. 4. Meletakkan tabung sentrifuse dalam waterbath sampai mendidih. Setelah tabung dingin, kemudian tabung disentrisfuse lagi, lalu cairan dibuang dan diganti dengan aquadest. 5. Melakukan pencucian dengan aquadest sebanyak 2 kali. Setiap kali pencucian harus disentrifuse lagi.

6.

Membuang aquadest kemudian menggantinya dengan pewarna safranin 1 %.

7. Mengambil pollen dan meletakan di atas gelas benda dengan menggunakan batang gelas, kemudian diberi gliserin jeli pada atasnya. 8. Memberi potongan parafin pada beberapa tempat di sudut dari serbuk sari yang diletakkan. Kemudian menutupnya dengan gelas penutup, setelah itu memanaskan sebentar di atas lampu spiritus hingga parafin dan gliserin jeli mencair serta berhati-hati agar tidak terbentuk gelembung pada preparat

G.

PEMBAHASAN. Preparasi yang kami lakukan pada serbuk sari ini menggunakan metode asetolisis. Asetolisis adalah proses untuk menghilangkan selulosa dari dinding serbuk sari yakni dengan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat (bebas air). Pollen atau serbuks ari yang kami gunakan adalah pollen dari bunga pepaya(Carica papaya) yang kami peroleh dari depan Laboratorium FMIPA UNY. Kami menngunakan bunga Carica papaya karena pollenya cukup besar, banyak, dan mudah diambil, sehingga mempermudah dilakukan praktikum. Sehingga erusakan yang akan terjadipada serbuk sari ketika perlakuan dapat dicegah. Selain itu akan mudah dalam dilakukan pengamatan pada serbuk sari terebut. Meskipun memerlukan 2 sampai tiga bunga Carica papaya untuk mendapatkan jumlah serbuks sari yang cukup, hal ini sudah mencukupi. Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo: Violales Famili: Caricaceae Genus: Carica Spesies: Carica papaya L.

Pepaya (Carica papaya) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. permukaan batang pepaya terlihat bekas perlekatan daun. batang tidak memiliki cabang. arah tumbuh batang tegak lurus. Alat dan bahan yang praktikan gunakan dalam preparasi ini antara lain serbuk sari bunga Carica papaya asam asetat glasial, asam sulfat pekat, aquadest, gliserin jeli, potongan paraffin, safranin 1 %, gelas benda dan gelas penutup, sentrifuse dan tabung sentrifuse, waterbath (penangas air), peralatan gelas, lampu spiritus, mikroskop cahaya. Pertama, serbuk sari bunga Jatropha integerrima diambil dan dimasukkan kedalam botol flakon, kemudian diisi dengan asam asetat glasial dan fiksasi dilakukan selama kurang lebih 24 jam. Tujuan fiksasi dengan asam asetat glasial ini adalah mematikan penghentian proses-proses hidup secara tiba-tiba dan kekal (permanen) serta mengawetkan semua isi sel dalam ukuran serta posisi semula dalam sel atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup. Kemudian setelah 24 jam, serbuk sari yang sudah difiksasi dipindah ke dalam tabung sentrifuge. Sentrifuge dilakukan dengan tujuan memisahkan serbuk sari dengan asam asetat glasial sehingga serbuk sari nantinya dapat diambil karena terbentuk endapan. Setelah itu, asam asetat glasial dipisahkan dengan endapan serbuk sari dengan membuangnya atau mengalirkan pelan-pelan agar endapan serbuk sari tidak ikut terbuang. Tahap selanjutnya mengganti larutan dengan asam asetat glasial dan H2SO4 pekat dengan perbandingan 9:1. Kemudian memanaskan serbuk sari dalam larutan H2SO4 pekat dan asam asetat glasial tersebut dalam waterbath hingga mendidih. Pemanasan sendiri bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi yang terjadi pada serbuk sari. Dengan pemasanan dan penambahan H2SO4 tersebut berfungsi untuk untuk melisiskan selulosa pada dinding serbuk sari. Pada tahap inilah yang dimaksud dengan metode preparasi secara asetolisis dimana dengan pemberian asam asetat

glasial ditambah dengan H2SO4 pekat akan melisiskan selulosa yang terdapat pada dinding serbuk sari sehingga ketika dibuat preparat maka secara morfologi ciri-ciri alami eksin serbuk sari akan terlihat lebih jelas dibandingkan dengan sebelum asetolisis. Selain itu, juga berfungsi agar struktur sel serbuk sari tetap utuh seperti keadaan hidupnya ketika mendapat perlakuan selanjutnya. Setelah mendidih, kemudian tabung berisi serbuk sari tersebut

didinginkan, pendinginan berfungsi agar serbuk sari lebih terpisah dengan larutan karena setelah pemanasan ada kemungkinan serbuk sari tersebut bercampur merata dengan larutan. Setelah dingin kemudian disentrifuge kembali, hal ini bertujuan untuk mendapatkan serbuk sari yang terpisah dari larutan asam asetat glasial dan H2SO4 dengan membentuk endapan. Kemudian larutan dibuang dan dicuci menggunakan aquadest sebanyak 2 kali serta setiap pencucian disentrifuge kembali, hal ini bertujuan agar serbuk sari yang didapatkan benar-benar bersih dari larutan fiksatif agar sisa larutan fiksatif tersebut tidak berpengaruh pada hasil ketika perlakuan selanjutnya. Tahap selanjutnya yaitu pewarnaan menggunakan safranin 1 %, yang pelarutnya menggunakan air karena lebih sesuai dengan pewarnanya sehingga dapat menciptakan kondisi yang sama. Safranin merupakan pewarna (dye) yang memudahkan pengamatan karena menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Safranin berbentuk cair dan larut di dalam air, serta memiliki afinitas kimia. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat serbuk sari dengan mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran serbuk sari, serta meningkatkan kontras serbuk sari dengan sekitarnya. Kemudian setelah pewarnaan, serbuk sari diletakkan di atas gelas benda yang diatasnya diberi gliserin jeli yang padat. Preparat ditutup dengan menggunakan gliserin jeli karena sifatnya yang juga polar. Gliserin jeli berfungsi untuk media pengamatan dibawah mikroskop supaya awet sekaligus sebagai perekat. Perekat menggunakan gliserin jeli karena preparat ini digunakan untuk dalam jangka waktu yang agak lama. Selain itu, dalam penentuan medium ini, harus dipilih yang indeks refraksinya berbeda dari indeks refraksi serbuk sari

(1,55 - 1,60). Gliserin memiliki indeks refraksi 1,4, dan baik digunakan untuk preparat semi permanen seperti serbuk sari bunga ini. Kemudian, setelah diberi gliserin jeli, pada ke empat daerah dekat sudut gelas penutup diberi potongan-potongan parafin untuk perekat dan mencegah masuknya udara ke dalam preparat sehingga tidak mengganggu pengamatan terhadap serbuk sari. Kemudian yang terakhir preparat tadi ditutup dengan gelas penutup secara perlahan-lahan dan dipanaskan di atas lampu spiritus dengan melintaskannya sehingga paraffin dan gliserin mencair dan dilakukan secara hatihati agar tidak ada gelembung udara yang terjebak. Karena jika terdapat gelembung udara menjadikan preparat tidak representatif untuk pengamatan maupun menghalangi pengamatan. H. KESIMPULAN. Dari praktikum yang telah kami lakukan kami dapat menyimpulkan bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk preparasi serbuk sari adalah dengan metode asetolisis yakni dengan menghilangkan selulosa pada dinding serbuksari menggunakan asam asetat glasial dan dan asam sulfat pekat.

DAFTAR PUSTAKA

Bhojwani, S.S and S.P. Bhatnagar. 1978. The Embryologi of Angiosperms. Third Revised Edition. Vikas Publishing Hous, PVT, LTD. Erdtman, G. 1952. Pollen Morphology and Plant Taxonomy Angiospermae (An Introduction to Palinology I). USA : The Chronica Botanica Co. Waltham. Mass.. Moore, P.D., J.A. Webb andM.E. Collinson. 1991. Pollen Analysis. Oxford : Blackwell Scientific Publication Oxford. Ratnawati,dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Mikroteknik. Yogyakarta : FMIPA UNY. Akmalia, dkk. 2012. Pembuatan Preparat Serbuk Sari. Luluakmalia.blogspot.com

You might also like