You are on page 1of 11

Direct Broadcasting by Satellite

Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Kelulusan Kompetensi Dasar II

Mata Kuliah: Hukum Udara dan Ruang Angkasa

Dosen Pengampu: Hero Prahartono, S.H., M.Hum.

Oleh: Chrisna Harimurti Prabancono Siwi (E0010089)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................... 2 B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis............................................................................... 3 BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Direct Broadcasting by Satellite....................................... 4 B. Perkembangan Direct Broadcasting by Satellite................................. 6 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Direct Broadcasting by Satellite (DBS) adalah sejenis satelit yang menyediakan layanan informasi dan komunikasi. Dilengkapi dengan sistem transmisi yang sangat kuat, satelit akan beroperasi untuk menyiarkan program secara langsung kepada pelanggan. Konsep ini telah berkembang selama bertahun-tahun. Konsep penting DBS adalah ukuran transmisi informasi dan pilihan pemrograman. Bagi negara-negara yang memiliki hambatan-hambatan alam, seperti kepulauan, gurun pasir, dan sebagainya akan memelukan sistem komunikasi khusus agar mampu mendapatkan informasi dan melakukan telekomunikasi layaknya negara-negara lainnya. Digunakannya sistem satelit dimaksudkan agar kebutuhan permintaan jasa telekomunikasi dari daerah-daerah terpencil dapat dilayani. Dengan sistem satelit ini diperkirakan rantai komunikasi akan dapat disambungkan ke seluruh daerah yang pada awalnya tidak mudah dijangkau oleh gelombang mikro. Melalui satelit, semua tempat dalam negeri dapat dijangkau oleh fasilitas komunikasi baik fasilitas berupa penyaluran telekomunikasi sendiri, maupun fasilitas lainnya. Teknologi satelit saat ini menjadi sangat menarik bagi para pelaku bisnis telekomunikasi baik yang berskala global maupun yang berskala regional. Dalam teknologi satelit, semakin tinggi kemampuan yang dimiliki, semakin rendah biaya yang dikeluarkan, dan meningkatnya permintaan-permintaan pelanggan telah menciptakan berbagai kesempatan baru yang luar biasa. Akan tetapi, koordinasi frekuensi antara para operator menjadi sangat sulit dilakukan dan hal ini akan menjadi ancaman yang membahayakan bagi bisnis satelit itu sendiri.

B. Rumusan Masalah 1. Seperti apa dan bagaimanakah kerja sistem DBS tersebut? 2. Bagaimana perkembangan sistem DBS?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis Dalam membahas makalah ini seperti yang sudah penulis ungkapkan sebelumnya, DBS merupakan salah satu kegiatan manusia di bidang teknologi keruangangkasaan. DBS dapat menyebarluaskan informasi secara cepat dan akurat. Teknologi DBS menggunakan satelit untuk menangkap sinyal yang dipancarkan oleh satu stasiun yang ada di bumi dan memantulkan kembali untuk diterima secara langsung oleh masyarakat. Perlu adanya pengaturan hukum dalam pengoperasian DBS, baik pengaturan dalam Hukum Internasional maupun pengaturan DBS dalam Hukum Nasional. Hukum penerbangan baru timbul ketika manusia mulai mengarungi udara dan sangat berkaitan dengan kemajuankemajuan yang dicapai dalam lapangan teknik penerbangan, terutama dalam beberapa tahun sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Hukum udara dan hukum angkasa merupakan lapangan hukum yang tersendiri, karena hukum udara ini mengatur suatu obyek yang mempunyai sifat yang khusus. Hukum udara internasional mengenal beberapa teori delimitasi ruang udara dan ruang angkasa. Antara lain Schaters Air Space Theory diperkenalkan oleh Oscar Schater, Jenks Free Space Theory (teori ruang angkasa bebas) diperkenalkan oleh Wilfred Jenks, Haleys International Unanimity Theory (teori persetujuan internasional) diperkenalkan oleh Andrew G. Haley dan Coopers Control Theory (teori pengawasan) diperkenalkan oleh John Cobb Cooper. Banyaknya para ahli memberikan argumentasi keilmuan tentang delimitasi ruang udara dan ruang angksa. Mereka memberikan warna tersendiri dan pemahaman yang mendalam serta teliti. Pendapat mereka dijadikan sebagai doktrin (pendapat para ahli hukum) sebagaimana tertera dalam pasal 38 Statuta Mahkamah Pengadilan Internasional, dan dijadikan sebagai sumber hukum formil bagi para hakim dalam memutus sebuah perkara hukum yang berkaitan dengan udara dan ruang angkasa.

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Direct Broadcasting by Satellite Menurut International Telecomunication Union (ITU) yang dimaksud dengan siaran melalui satelit (DBS) adalah suatu siaran radio komunikasi yang dipancarkan kembali (retransmitted) melalui stasiun radio angkasa luar yang dimaksudkan untuk penerimaan langsung oleh umum baik perseorangan maupun masyarakat (group). Sistem siaran tersebut dapat langsung ke rumah penduduk tanpa melalui stasiun bumi perantara (Suherman, 2000: 49). Siaran langsung dari satelit (DBS) merupakan salah satu kegiatan di bidang teknologi

keruangangkasaan, yakni pelayanan telekomunikasi yang diciptakan agar masyarakat umum dapat menerima suatu siaran (langsung) dalam bentuk suara atau gambar-gambar yang disiarkan atau dipancarkan dari jarak jauh di luar wilayah geografis dari suatu negara (Martono, 1987: 364). Pada prinsipnya tujuan dari DBS adalah untuk menyebarluaskan informasi kepada khalayak ramai, seperti misalnya informasi yang menyangkut masalah kesehatan, pertanian, perkembangan-perkembangan teknologi, hiburan serta untuk memperluas kerjasama internasional dan sebagainya. Namun, di samping berbagai keuntungan dengan adanya teknologi DBS ini, yaitu untuk kepentingan-kepentingan kemanusiaan, juga timbul sejumlah permasalahan baik yang bersifat teknis maupun dari aspek hukum. Pancaran DBS tidak mungkin diatur/diarahkan sesuai dengan bentuk perbatasan suatu negara, oleh karena itu luapan (spillover) dari DBS pada perbatasan negara tidak dapat dihindarkan Pandecta. Oleh karena itu dampak negatif dari DBS seperti propaganda, hasutan, tindakan mencampuri urusan dalam negerisuatu negara dimungkinkan terjadi. Terjadinya pertentangan kepentingan antara negara-negara Barat denga negara-negara berkembang dan negara sosialis tertentu disebabkan bentuk siaran langsung yang dilakukan oleh sistem DBS dapat menjangkau bukan hanya wilayah pemilik

satelit/penyelenggara saja, akan tetapi siaran dengan sistem DBS dapat masuk ke negara lain (Sumardi, 1996 : 99-100). Mengenai siaran yang dilakukan oleh DBS pada dasarnya terdapat dua macam, yaitu:

1. Siaran secara sengaja dipancarkan ke negara lain oleh negara pemancar, dimana negara pemancar tersebut membuat program TV internasional melalui sistem DBS; 2. Siaran tersebut masuk ke negara lain, dalam hal ini negara pemancar bermaksud memancarkan programnya hanya untuk kepentingan dalam negeri saja akan tetapi siaran tersebut terproyeksi ke negara lain karena adanya peluberan akibat kontur antara negara yang memancarkan dengan negara yang menerima siaran tanpa sengaja tersebut. Dengan demikian maka jelaslah bahwa memang telah diakui secara internasional tentang kebebasan teknologi yang mengakibatkan terjadinya peluberan seperti yang dikemukakan di atas. Peluberan yang tidak dapat dihindari ini terjadi apabila: 1. Teritorial negara pemilik DBS lebih kecil dari minimum antena beam yang secara teknis dapat dibuat saat ini; 2. Teritorial negara pemilik DBS mengikuti suatu garis yang tidak teratur (irregular line), sehingga ketika negara pemilik DBS ingin mencakup bagian-bagiantertentu dari teritorial negara tetangga; 3. Kesalahan dalam menentukan posisi antena transmitter dari satelit. (Sumardi,1999, 100). Permasalahan hukum timbul ketika terjadi benturan antara prinsip free flow of information yang dianut oleh negara-negara maju dengan prinsip prior consent yang banyak dianut oleh negara-negara berkembang. Negara-negara maju menghendaki adanya kebebasan dalam memperoleh informasi dari sumber manapun dan tidak boleh dihalangi atas dasar apapun dan oleh pihak manapun termasuk negara karena hal ini berkaitan dengan hak asasi manusia. Prinsip ini dikenal dengan free flow of information. Di lain pihak, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tidak setuju kalau prinsip free flow of information diterapkan secara mutlak. Alasannya adalah bahwa hal ini akan ada pengaruhnya terhadap kedaulatan suatu negara, dan dari aspek sosial-politis adalah bahwa siaran-siaran yang dipancarkan oleh DBS tersebut belum tentu sesuai dengan ketentuan nasional suatu negara. Oleh karena itu, negara-negara berkembang menghendaki agar dalam pengoperasian DBS ini diterapkan prinsip

prior consent atau adanya ijin dahulu dari negara yang dituju oleh siaran tersebut. (Tobing, 1999: 50-51). Sesungguhnya, pembatasan siaran adalah hak masingmasing negara penerima untuk menentukannya, karena setiap negara mempunyai hak untuk mengatur sistem telekomunikasinya sendiri pertimbangan politis, sosial-budaya, ekonomi dan pertimbangan-pertimbangan lainnya mengenai jenis siaran yang dikehendakinya. Namun dilihat dari sisi lain, pembatasan ini berarti dapat menghambat pelaksanaan kebebasan individu untuk menerima informasi. Namun, sampai saat ini usulan untuk memasukkan prinsip khusus tentang isi siaran (program content) belum mencapai kesepakatan, sehingga dalam pengaturan masalah DBS ini isi siaran tidak diatur secara eksplisit. Oleh karena itu masalah siaran harus diselesaikan antar negara-negara yang terlibat (negara penyiar dan negara-negara penerima). Sedangkan untuk penyiaran yang terjadi akibat peluberan siaran yang tidak dapat dihindari (yang sifatnya bukan kesengajaan), maka diperlukan adanya saling pengertian untuk membuat siaransiaran yang merugikan negara lain.

B. Perkembangan Direct Broadcasting by Satellite Pada awal 1980-an, berbagai perusahaan memberikan proposal DBS, beberapa di antaranya bergeser dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, Satellite Television Corporation, berencana menggunakan empat satelit untuk menjangkau seluruh wilayah Amerika Serikat karena setiap satelit hanya akan menargetkan satu sektor dari satu negara. Fokusnya sinyal akan membantu membuat kemungkinan untuk menggunakan piring yang lebih kecil. Tetapi dalam satu modifikasi, ini adalah zona geografis yang diperpanjang sehingga seluruh negara bisa dilayani dalam waktu yang cepat. . Daya tarik dari sistem DBS adalah cara yang ampuh untuk menarik kepentingan lapangan. Konsumen dapat menerima array dari sebuah program, termasuk yang mungkin tidak tersedia. Teknologi prasyarat dasar juga telah matang sejak 1980-an, membuat operasi DBS yang lebih layak dan, akhirnya terintegrasi sepenuhnya dalam infrastruktur komunikasi Amerika Serikat. DBS mendukung individu individu di daerah pedesaan yang tidak memiliki pilihan siaran atau kabel dan menawarkan tradisional kabel menjadi pilihan lain

pelanggan. Akan menjadi menarik untuk menonton keseluruhan lapangan komunikasi satelit, kabel, dan perusahaan telepon yang bersaing untuk pelanggan. Sebagai dua terakhir industri upgrade pertumbuhan fisik mereka, mereka akan lebih baik diposisikan untuk bersaing dengan sistem DBS. Perhatikan juga bahwa di bagian depan internasional, negara lain telah fasih di dalam teknologi DBS dan perencanaan sistem yang canggih. Jepang dan berbagai negara Eropa adalah pesaing utama dalam bidang ini. Lingkungan yang seperti ini juga akan menawarkan tantangan baru bagi perusahaan satelit. Di Amerika Serikat, saluran telepon telah kembali menggunakan loop untuk menyampaikan penagihan informasi. Di negara-negara dimana universal layanan telepon tidak ada, pilihan lain harus dipakai. Akhirnya, seperti bidang lainnya, industri DBS harus bersaing dengan berbagai lelang teknologi. DBS merupakan sebuah sistem yang mempu menggantikan media konvensional dengan mengirimkan program langsung kepada konsumen, tanpa perantara saluran televisi. Ada dua konsep penting mengenai DBS yaitu ukuran dish dan pilihan-pilihan program. DBS menggunakan dish yang kecil yang murah, mudah dipindah-pindah dan diatur. Selain itu perusahaan DBS mampu memberikan berbagai program seperti film dan olahraga kepada pelanggan sebaik televisi. Perkembangan DBS yang pesat membuat DBS sendiri meluncurkan generasi barunya menggunakan piringan berukuran 18 hingga 21 inci untuk menerima sinyal siaran TV digital pada bandwidth 12 Mbps. Secara meningkat operator DBS juga menawarkan akses internet, tetapi dengan bandwidth yang jauh lebih rendah. Sebagai contoh Hughes Network System menawarkan akses internet via satelit pada 400 Kbps, tetapi terdapat beberapa kelemahan. Untuk mengakses internet dengan teknologi satelit, kita memerlukan piringan satelit dan kartu modem satelit, dan tambahan lainnya adalah biaya langganannya lebih mahal, yaitu dua kali lipat daripada layanan yang berbasis di darat. Selain itu, ada juga beberapa kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam sistem DBS, yakni sebagai berikut: 1. Kelebihan: a. Dapat menjangkau daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh sistem komunikasi biasa.

b. Penguatan untuk antena penerima parabola yang ada di bumi cukup kecil, sehingga bisa menggunakan antena parabola dengan diameter relatif kecil. c. DBS tidak memerlukan pemancar ulang melalui media transmisi sekunder seperti transmitter terrestrial atau jaringan distribusi kabel. d. DBS mampu menghindari efek spillover (peluberan), karena DBS dapat mempersempit daerah cakupan (misalnya negara tertentu). e. Dengan sistem DBS dimungkinkan pengadaan siaran televisi dengantingkat ketajaman tinggi (HDTV), karena mempunyai lebar pita yang besar. f. Harga sistem penerima DBS masih lebih murah dibanding dengan TVRO.

2. Kekurangan: Usulan sistem DBS juga memiliki kekurangan karena kapasitas salurannya yang terbatas. Berat dan jumlah tuntutan memiliki dampak pada jumlah transponder dan saluran yang bisa didukung satelit. Akibatnya, lima atau enam saluran tidak bisa direspon. Terlepas dari skema, tidak ada usaha DBS yang memiliki daya tinggi menjadi operasional. Faktor yang berbeda memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Pengembangan sistem nasional DBS juga menuntut investasi modal besar. Selain jutaan dolar untuk membangun, peluncuran, dan memelihara satelit, terestrial jaringan juga harus didukung. Biayanya berkisar dari penjualan lokal dan memperbaiki kantor untuk kampanye iklan dan biaya program lisensi. Untuk beberapa organisasi, investasi ini terlalu beresiko tinggi dan belum diuji. Sebagaimana telah dinyatakan, pelanggan hanya akan menerima sejumlah saluran yang sifatnya terbatas. Meskipun hal ini mungkin telah diterima kepada konsumen yang tinggal di daerah dengan pilihan beberapa pemrograman. Industri DBS tidak bisa menopang cukup tingkat dukungan keuangan. Itu juga merupakan pukulan berat pada 1980an. Perusahaan lainnya, membungkuk keluar dari lapangan.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Pengembangan sistem nasional DBS menuntut investasi modal besar. Selain jutaan dolar untuk membangun, peluncuran, dan memelihara satelit, terestrial jaringan juga harus didukung. Biayanya berkisar dari penjualan lokal dan memperbaiki kantor untuk kampanye iklan dan biaya program lisensi. Untuk beberapa organisasi, investasi ini terlalu beresiko tinggi dan belum diuji. Sebagaimana telah dinyatakan, pelanggan hanya akan menerima sejumlah terbatas saluran. Meskipun hal ini mungkin telah diterima kepada konsumen yang tinggal di daerah dengan pilihan beberapa pemrograman. Industri DBS tidak bisa menopang cukup tingkat dukungan keuangan. Itu juga merupakan pukulan berat pada 1980-an. Perusahaan lainnya, membungkuk keluar dari lapangan. Akibatnya, sistem DBS yang berdaya tinggi tidak terwujud di Amerika Serikat. Sebaliknya, layanan low-power sebenarnya dibuat oleh United Satellite Communication, Inc (USCI). Alih-alih membangun armada highpower mahal dan belum teruji satelit, mediumpower lebih terbukti untuk digunakan. Diluncurkan pada tahun 1983, USCI menawarkan lima saluran pelanggan pemrograman hiburan. Masa depan pilihan termasuk informasi khusus layanan dan program bilingual yang lebih menjanjikan.

DAFTAR PUSTAKA

Martono, K. 1987, Hukum Udara, Angkutan Udara Dan Ruang Angkasa, Bandung, PT. Alumni. Suherman, E. 2000, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan, Jakarta, CV. Sumardi, J. 1996, Hukum Angkasa (Suatu Pengantar), Jakarta, PT. Pradya Paramita Tobing, R.L. 1999, Perkembangan Pembangunan Hukum Nasional Tentang Hukum Dirgantara, Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI.

http://id.wikipedia.org/wiki/Direct_Broadcast_Satellite http://rifqifakhri.blogspot.com/2013/05/direct-broadcast-satellite.html

10

You might also like