Professional Documents
Culture Documents
Penyusun :
Nurul Hidayah
030.07.197
PEMBAHASAN
Hiperleukositosis
Definisi
Hiperleukositosis secara umum didefinisikan sebagai jumlah sel darah putih
lebih dari 100.000/mm3. Sekitar 10% hingga 30% pasien dengan LLA dapat mengalami
hiperleukositosis. Hiperleukositosis merupakan suatu kegawatan pada LLA. Hal
tersebut dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Viskositas darah meningkat
akibat jumlah sel darah putih yang tinggi dan leukosit beragregasi. Jumlah sel darah
putih merupakan faktor utama yang berkontribusi terjadinya oklusi mikrovaskuler
sehingga dapat menyebabkan leukostasis. Hal ini menyebabkan stasis pada pembuluh
darah yang lebih kecil. Keadaan tersebut menjadi predisposisi terjadinya komplikasi
neurologis, pulmonal, maupun gastrointestinal. Selain itu pasien juga berisiko
mengalami tumor lysis syndrome.
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya hiperleukositosis yaitu usia yang lebih muda (pada bayi
lebih sering terjadi), tipe leukemia tertentu, ALL T sel, dan abnormalitas sitogenetik
(translokasi 11q23 atau adanya kromosom Philadelphia).
Patofisiologi
Faktor resiko yang terjadi menyebabkan terjadinya mutasi somatik sel induk.
Keadaan ini mengakibatkan ploriferasi neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi
pada berbagai tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari
kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar
secara sistemik. Gejala hiperleukositosis terutama disebabkan oleh leukostasis, yaitu
suatu sindrom klinikopatologi yang disebabkan oleh sel blast leukemik yang
bersirkulasi di jaringan mikrovaskuler. Gejala sugestif terjadinya leukostasis seperti
nyeri kepala, pandangan kabur, dispneu, hipoksia, mendukung adanya kegawatan medis
sehingga jumlah sel darah putih harus diturunkan segera.
Leukostasis paru dapat menyebabkan hipoksia dan distres respirasi. Kematian dapat
terjadi pada 15-66% pasien anak dengan leukemik hiperleukositosis. Sebagian besar
kematian disebabkan oleh gagal nafas dan perdarahan intrakranial.
Perdarahan intrakranial
Sistem Kardiovaskuler
-
Akral lividosis
Infark usus
Spurious hiperkalemia
Komplikasi Hiperleukositosis
Hiperleukositosis merupakan suatu keadaan emergensi karena dapat menyebabkan
berbagai komplikasi. Terdapat 2 mekanisme yang menjelaskan terjadinya komplikasi
yang disebabkan oleh hiperleukositosis. Mekanisme pertama yaitu terjadinya
peningkatan viskositas darah akibat tingginya jumlah limfosit total (TLC) dan agregat
leukosit sehingga menyebabkan stasis di pembuluh darah yang paling kecil. Mekanisme
kedua akibat interaksi adhesi antara endotel pembuluh darah yang rusak dan sel blast
leukemik, yang mempresipitasi leukostasis.
Diagnosis
Hiperleukositosis banyak ditemukan pada leukemia akut. Diagnosis leukemia akut harus
dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan sumsum tulang. Pemeriksaan darah tepi yang
normal tidak dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosis, terutama pada aleukemic
leukemia.
Pada anamnesis seringkali ditemukan keluhan berupa nyeri kepala, pandangan
kabur, telinga berdenging, sesak nafas, bahkan terjadi penurunan kesadaran. Leukemia
akut juga mengakibatkan gagal sumsum tulang yang mengakibatkan anemia ditandai
dengan keluhan pucat dan lemah. Infeksi juga dapat terjadi pada pasien dengan
leukemia akut yang ditandai dengan keluhan demam, batuk, infeksi pada kulit, bahkan
syok septik. Selain itu perdarahan seringkali terjadi pada pasien dengan leukemia akut
akibat trombositopenia, dengan keluhan perdarahan gusi, mimisan, perdarahan pada
kulit.
Pasien
dengan
hiperleukositosis
pada
Leukemia
seringkali
ditemukan
organomegali yang disebabkan oleh infiltrasi ke dalam organ seperti lien dan hepar.
Selain itu juga dapat ditemukan ronchi pada auskultasi thorax.
Pada pemeriksaan laboratorium sering dijumpai kelainan laboratorik, seperti
berikut:
1.
Darah tepi
a.
b.
c.
Hiperleukositosis
d.
2. Sumsum tulang
Hiperselular, hampir semua sel sumsum tulang diganti dengan sel leukemia
(blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya leukemic gap
(terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda ke sel yang matang, tanpa sel
antara).
3. Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi
immunologik
leukemia
akut.
Pemeriksaan
ini
dikerjakan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. ed.6.
vol.1. cet.1. Jakarta:EGC;2006.p.272-277.
2. Sudoyo AW, et al (ed). Buku ajar ilmu penyakit dalam. ed.4. jil.2. cet.2. ed.rev.
Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI;2007.p.728-734.
3. Bunin NJ, Pin CH. Differing Complication of Hyperleukocytosis in Children With
Acute Limphoblastic or Acute Nonymphoblastic Leukemia. J Clin Oncol 1985 ; 3 :
1590-5. Dikutip dari Lange B, DAngio G, Ross III AJ, Oneill, Jr. JA, Packer RJ.
Oncology Emergencies. Dalam : Pizzo PA, Poplack DG, Penyunting : Principles
and Practice of Pediatric Oncology. ed 2. Philadelphia : JB Lippincott Company,
1993; 964-8.
4. Cuttner J, Holland JF, Norton L, dkk. Therapetuic Leukopheresis for
Hyperleukocytosis in Acute Myelocytic Leukemia. Med Pediatric Ocology 1983; 11
: 76. Dikutip dari Baer MR. Management of Unusual Presentations of Acute
Leukemia. Dalam : Bloomfield CD, Herzig GP, Penyunting. Hematology-Oncology
Clin Nort Am 1993; 7 : 275-92.
5.
Cohen LF, Balow JE, Magrath IT, dkk. Acute Tumor Lysis Syndrome. A Review
of 37 Patient With Burkitts Lymphoma. Am J Med 1980 ; 68 : 486. Dikutip dari
Allegretta GJ, Weisman SJ, Altman AJ. Oncologic Emergencies I. Metabolic and
Space-Occupying Consequences of Cancer Treatment. Dalam : Altman AJ,
Penyunting. Pediatric Clin North Am. 1985; 32 : 601-11.
6. Majhail NS, Lichtin AE. Acute leukemia with a very high leukocyte count:
confronting a medical emergency. Cleveland Clinic Journal of Medicine. 2004;
71(8): 633-37
7. Jain R, Bansal D, Marhwa RK. Hyperleukocytosis: emergency management. Indian
J Pediatr. 2013; 80(2):144148
8. Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.123-131
9. Sumber: Vincent F. Leukostasis, Infiltration and Pulmonary Lysis Syndrome Are the
Three Patterns of Leukemic Pulmonary Infiltrates. In: . Azoulay (ed.), Pulmonary
Involvement in Patients with Hematological Malignancies.2011. Berlin: Springer.
509-21
10