You are on page 1of 21

LAPORAN INDIVIDU PBL

BLOK NEUROPSIKIATRI

MODUL II
PSIKOTIK

NAMA

: Irham Adyputra

NIM

: C 111 06 196

KELOMPOK

: B-1

TUTOR

: dr. Muh. Iqbal

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2007

BAB I
PSIKOTIK

SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 40 tahun dibawa ke ruang gawat darurat dengan
ditemani tiga orang polisis. Perilakunya membuat petugas kesal. Salah seorang
petugas mengatakan, Orang ini gila. Sebentar-sebentar ia berusaha melompat lari
seperti ada yang mengejar. Saat diwawancarai, tampak seorang laki-laki dengan
pakaian kusut dan celana yang robek dan kotor. Mula-mula tampak tenang, tetapi saat
ia mulai berbicara ia tampak lebih bergairah, memperlihatkan pembicaraan
bercabang-cabang dan kadang-kadang kehilangan asosiasi. Ia menyatakan dalam
beberapa hari ini dia sudah tidak menggunakan alkohol dan obat-obatan yang selama
ini digunakannya. Tiba-tiba ditengah wawancara matanya melebar menatap ke bawah
pada kakinya dan menggerakkan kakinya seperti menendang beberapa benda yang
tidak tampak dan dengan marah melihat pemeriksa sambil berteriak, Singkirkan
benda itu!
KLARIFIKASI KATA SULIT
Asosiasi adalah hubungan yang tertutup antara ruang dan waktu. Asosiasi
terdiri atas
o Asosiasi bebas
o Asosiasi bunyi yaitu penderita melanjutkan cerita

dengan kalimat yang

mengandung kata yang bunyinya mirip dengan salah satu kata yang mirip
sebelumnya.
o asosiasi longgar yaitu gangguan jalan pikiran antaraide kalimat 1 dan kalimat
yang lain, hubungannya sangat tidak erat bila akstrim terjadi inkoherensi.

KATA KUNCI
1. laki-laki 40 tahun
2. sebentar-sebentar berusaha melompat lari dan merasa dikejar
3. mula-mula tampak tenang
4. kemudian bergairah
5. pakaian kusut dan celana robek

6. pembicaraan bercabang
7. kadang-kadang kehilangan asosiasi
8. sudah tidak menggunakan alkohol dan obat-obatan selama beberapa hari
9. tiga tahun menkonsumsi alkohol dan obat-obatan
10. menendang benda yang tidak tampak, mata melebar dan menatap ke bawah
(halusinasi)
PERTANYAAN
1. Anatomi, histologi dan fisiologi dari organ yang terkait?
2. Mengapa dia mula-mula tampak tenang kemudian lebih bergairah?
3. Obat-obatan apa yang digunakan sebelum dia putus obat dan apa pengaruhnya
dengan gejala yang dialami?
4. Neurotransmiter yang berhubungan dengan gangguan psikotik?
5. Mengapa hingga terjadi kehilangan asosiasi?
6. Patomekanisme halusinasi akibat putus alkohol?
7. Penyakit-penyakit yang memberikan gejala gangguan psikotok?
8. Pemeriksaan penunjang dan Penatalaksanaan?
JAWABAN PERTANYAAN
1.

Anatomi, histologi dan fisiologi susunan saraf pusat yang ada hubungannya
dengan psikosis
Anatomi
Cerebrum :

Cerebrum terletak dalam cavum cranii, terbaring pada basis cranii (fossa cranii
anterior, media, dan di atas tentorium cerebelli) diantarai bantal cairan (LCS)

terhadap Ossa Cranii. Cerebrum terbagi dua simetris oleh fissura longitudinalis
cerebri atau falx cerebri menjadi hemispherium cerebri sinistra dan hemispherium
dextra. Hemispherium cerebri sinistra dan dextra tetap berhubungan pada bagian
profunda oleh serabut Commissura (terutama Corpus Callosum). Struktur
cerebrum terdiri dari cortex cerebri, centrum semiovale, substansia grisea
centralis, dan hippocampus.
Sistem limbik

Anatomi fungsional sistem limbik merupakan hal yang hubungannya kompleks


dari elemen-elemen dasar otak. Di bagian tenga stuktur ini terdapat hipotalamus
yang bila dipandang dari segi fsiologi, merupakan salah satu elemen pusat sistem
limbik.
Struktur subkortikal pada sistem limbik :
o Septum
o Area paraolfaktoria
o Epitalamus
o Nuklei anterior talamus
o Bagian ganglia basalis
o Hipokampus
o Amigdala
Pada permukaan medial dan ventral dari setiap hemisfer serebri ada sebuah
cincin paleokorteks yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang sangat
berkaitan dengan perilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks limbik ini juga

berfungsi sebagai alat komunkai dua arah dan merupakan tali penghubung antara
neokorteks dan struktur limbik bagian bawah.
Banyak fungsi perilaku yang dicetuskan dari hipotalamus dan strukturstruktur limbik lainnya dijalarkan melalui nuklei retikular di batang otak dan nuklei
asosiasinya. Perangsangan pada bagian eksitasi formasio retikularis dapat
menyebabkan timbulnya eksitabilitas serebral derajat tinggi, juga peningkatan
eksitabilitas kebanyakan sinaps medula spinalis. Sebagian besar sinyal-sinyal yang
dipakai untuk mengatur sistem saraf otonomik juga dijalarkan melalui nuklei yang
terletak pada batang otak.
Jalur komunikasi yang paling penting antara sistem limbik. Dan batang otak
adalah berkas otak depan bagian medial ( medial forebrainbundle ), yang menyebar
dari regio septal dan orbitofrontal kortikal ke bawah melalui bagian tengah
hipotalamus ke formasio retikularis batang otak. Berkas ini membawa serat-serat
dalam dua arah, membentuk garis batang sistem komunikasi. Jalur komunikasi
yang kedua adalah jaras pendek yang melewati formasio retikularis batang otak,
talamus, hipotalamus dan sebagian besar area lainnya yang berhubungan dengan
bagian basal otak.
Fungsi Hipokampus
Hipokampus merupakan bagian medial korteks temporalis yang memanjang,
melipat ke atas dan ke dalam untuk membentuk permukaan ventral dari radiks
inferior ventrikel lateralis. Hipokampus merupakan saluran tambahan yang dilewati
oleh sinyal sensorik yang masuk, yang dapat menimbulkan reaksi perilaku yang
sesuai tetapi tujuan yang berbeda. Seperti halnya pada struktur-struktur limbik yang
lain, perangsangan pada berbagai area dalam hipokampus hampir selalu dapat
menyebabkan salah satu dari dari berbagai pola perilaku seperti rasa marah,
ketidakpedulian, dorongan seks yang berlebihan.
Selama terjadi kejang hipokampus pada manusia, penderita mengalami
berbagai efek psikomotor, termasuk penciuman penglihatan, pendengaran,
perabaan, dan tipe halusinasi lain yang tidak dapat ditekan walaupun sebenarnya
penderita pada saat itu tidak kehilangan kesadarannya dan ia mengetahui bahwa
halusinasi yang dialaminya itu tidak didasarkan kenyataan.
Kerusakan pada hipokampus juga dapat mengurangi sebagian ingatan yang
telah dipelajari sebelumnya ( amnesia anterograd ), sedikit lebih banyak terhadap
ingatan bertahun-tahun yang lalu daripada ingatan yang telah lama sekali. Jadi,

apaun mekanismenya, tanpa hipokampi tidak akan timbuk konsolidasi ingatan


jangka panjang dari jenis verbal atau jenis jenis simbolik.
Fungsi Amigdala
Perangsangan pada amigdala dapat menimbulkan berbagai macam pergerakan
involunter sebagai berikut :
o Pergerakan tonik
o Pergerakan melingkar
o Pergerkan klonik,ritmik
o Berbagai macam pergerakan yang berkaitan dengan penciuman dan makan,
seperti menjilat, mengunyah dan menelan.
Selain itu peransangan pada nuklei amigdala kadang kala menimbulkan
pola marah, melarkan diri, rasa terhukum, dan rasa takut seperti pola rasa marah
yang dicetuskan hipotalamus. Dan perangsangan pada nuklei lainnya dapat
menimbulakn reaksi rasa ganjaran dan rasa senang.
Akhirnya, perangsangan pada bagian amigdala yang la dapat menimbulkan
aktivitas seksual, seperti ereksi, pergerakan persetubuhan, ejakulasi, ovulasi,
aktivitas ukterus, dan persalinan prematur.
Efek ablasi amigdala bilateral sindrom kluver-bucy.
o Kecenderungan yang kuat untuk selalu memeriksa suatu objek di mulutnya.
o Hilangnya rasa takut
o Berkurangnay sifat agresif
o Menjadi jinak
o Perubahan kebiasaan makan
o Kadangkala mengalami kebutaan psikis
o Seringkali dorongan seksualnya meningkat
o Fungsi keseluruhan amigdala.
Tampaknya amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada
tingkat bawah sadar. Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem
limbik seseorang dalam hubungannya dengan alam sekitar dan alam pikiran.
Berlandaskan informasi ini, amigdala dianggap membantu menetukan pola
respons perilaku seseorang sehingga dapat menyesuaikan dengan setiap keadaan.
Fungsi korteks limbik

Korteks ini berfungsi sebagai zona tansisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal
yang dijalarkan dari sisa korteks ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang
berlawanan. Oleh karena itu, korteks lmbik berfungsi sebagai area asosiasi
serebral untuk mengatur perilaku.
Histologi
Struktur sel neuron terdiri dari badan sel (perikaryon) dan juluran sitoplasma
(dendrite dan akson). Pembagian sel neuron menurut banyaknya juluran yaitu
:neuron unipoler (pseudounipoler), neuron bipolar dan neuron multipoler.
Sedangkan berdasarkan lokalisasi terdiri dari ganglion spinalis, ganglion
cochlearis (ganglion vestibularis dalam retina, dan mukosa olfaktorius).
Mikroskopik sel neuron terdiri dari perikaryon (badan sel), akson dan dendrite.
Inti dalam badan sel terletak di tengah sel. Bentuk speris, besar, kromatin halus.
Fisiologi :
Komunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya atau dengan otot dan
kelenjar adalah melalui proses transmisi sinaptik. Transmisi sinaptik terjadi sinapa
dimana akson dari suatu neuron

(sel presinaptik) akan berhubungan dengan

dendrite, akson atau badan sel dari neuron lainnya, atau dengan otot serta kelenjar
(sel postsinaptik).
Terdapat dua jenis transmisi sinaptik yakni transmisi sinaptik elektriks dan
transmisi sinaptik khemis. Pada sinaps elektris, aksi potensial pada sel presinaps
yang berjalan sepanjang akson akan disebarkan langsung ke neuron atau sel
lainnya melalui protein tubular yang disebut gap junction. Gap junction
merupakan saluran yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya dengan
resistensi yang rendah, sehingga ion akan lewat dengan mudah ke neuron lainnya.
Sebagian besar transmisi sinaptik terjadi melalui sinaps klemis, dimana impuls
pada neuron presinaps menyebabkan pelepasan neurotransmitter yang akan
berdifusi melalui celah sinaptik ke sel target atau sel postsinaps. Pada sel
postsinaps, neurotransmitter akan teriket dengan reseptor spesifik yang terdapat
pada permukaan mmbran dan menimbulkan respon berupa potensial aksi,
kontraksi dan sekresi kelenjar.

2. Mula-mula tenang kemudian bergairah merupakan rangkaian gejala mania yang


diakibatkan oleh putus alcohol. Otak yang sudah toleransi terhadap alcohol
kemudian diputuskan mengakibatkan adanya perubahan keseimbangan, otak yang
biasa menerima alcohol kemudian tidak lagi merasakannya menyebabkan
terjadinya penekanan pada otak utamanya system limbikus dan gangguan pada
hipotalamus sehingga menimbulkan gejala mania.
3. Obat-obat yang digunakan merupakan obat-obat yang mempengaruhi kerja sistem
saraf pusat sepert psikotropik, morfin, derivat, psikotomimetik, dan obat tidur.
Obat ini mempunyai efek untuk menghilangkan nyeri dan merupakan obat
yang dapat merilekskan tubuh sehingga sering digunakan sebagai obat penghilang
stress, apabila digunakan secara trus menerus obat ini dapat mengakibatkan tubuh
ketergantungan, seperti halnya alcohol dari golongan psikotropik dapat
menyebabkan toleransi bagi tubuh sehingga apabila pemakaiannya dihentikan
dapat menyebabkan gegala-gejala seperti halnya halusinasi, iluis, delusi, mania,
dan waham.
4. Neurotransmiternya yang berhubungan dengan gangguan psikotik yaitu:
Norepinefrin, Badan sel pada sistem noradrenergik terutama berlokasi di lokus
seruleus di pons rostral dan mengeluarkan aksonnya ke korteks serebra, sistem
limbic, batang otak dan medula spinalis. pasien dengan gangguan psikotik
kemungkinan memiliki sistem noradenergik yang teregulasai secara buruk yang
kadang-kadang menyebabkan aktivitas. Hal ini dibuktikan dengan beberapa
penelitian pada manusia yaitu pasien dengan gangguan cemas memiliki kadar
metabolik noradenergik (MHPHG) dalam cairan serebrospinal dan urin yang
meninggi.
Serotonin, badan sel pada sebagaian besar neuron serotonergik berlokasi di
nucleus raphe dibatang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik
khususnya

amigdala

dan

hipocampus,

serta

hipotalamus.

Antidepresan

serotonergik memiliki efek terapetik pada gangguan kecemasan.


Gamma-aminobutyric acid (GABA), peranan GABA dalam gangguan
kecemasan didukung paling kuat oleh manfaat benzodiazepine yang dapat
meningkatkan aktifitas GABA pada reseptor GABAA didalam pengobatan

beberapa jenis gangguan psikotik. Beberapa peneliti menemukan adanya fungsi


reseptor GABA abnormal pada pasien yang menderita gangguan psikiatrik.
5. Kehilangan asosiasi dapat disebabkan karena ada kerusakan di bagian area brocha,
di daerah asosiasi prefrontalis. Daerah tersebut mereupakn daerah yang
berhubungan dengan pengaturan kata-kata sehingga apabila adanya gangguan
dapat mengakibatkan gangguan asosiasi.
6. Patomekanisme halusinasi pada putus alkohol :
Alkohol dengan cepat diserap dari usus halus ke dalam peredaran darah.
Penyerapan alkohol terjadi lebih cepat dibandingkan metabolisme dan
pembuangannya dari tubuh, sehingga kadar alkohol dalam darah meningkat
dengan cepat. Sejumlah kecil alkohol dalam darah dibuang ke dalam air kemih,
keringat dan udara pernafasan. Sebagian besar alkohol dimetabolisme di hati dan
menghasilkan sekitar 210 kalori/100 gram (7 kalori per mililiter) dari alkohol
murni yang diminum.
Alkohol segera menekan fungsi otak; seberapa beratnya tergantung kepada
kadarnya di dalam darah; semakin tinggi kadarnya, semakin berat gangguan yang
terjadi. Penggunaan alkohol jangka jumlah yang berlebihan bisa merusak berbagai
organ di tubuh, terutama hati, otak dan jantung.
Alkohol cenderung menyebabkan toleransi, sehingga seseorang yang secara
teratur minum lebih dari 2 gelas alkohol/hari, bisa mengkonsumsi alkohol lebih
banyak daripada non-alkoholik, tanpa mengalami intoksikasi. Pecandu alkohol
juga dapat menjadi toleransi terhadap obat-obatan anti-depresi lainnya.
Sebagai contoh, pecandu yang minum barbiturat/benzodiazepin biasanya
membutuhkan dosis yang lebih besar untuk memperoleh efek pengobatannya.
Alkohol bahkan menyebabkan otak dan jaringan lainnya menyesuaikan diri
dengan kehadiran alkohol.
Bila seorang pecandu tiba-tiba berhenti minum, akan terjadi gejala putus obat.
Sindroma putus obat alkohol biasanya dimulai dalam 12-48 jam setelah seseorang
berhenti meminum alkohol. Gejalanya meliputi gemetar, lemah, berkeringat dan
mual. Beberapa pecandu mengalami kejang (diseburt epilepsi alkoholisme).
Peminum berat yang berhenti minum bisa mengalami halusinasi alkohol.

Mereka mengalami halusinasi dan mendengar suara-suara yang tampaknya


menuduh dan mengancam, menyebabkan ketakutan dan teror.
7. Beberapa DD yang kelompok saya ambil berdasarkan skenario yaitu:
o Delirium tremens
o Intoksikasi alkohol
o Skizofrenia paranoid
o Skizoafektif
o Mood disorder
8. Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan :
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis :
a. Laboratorium
- Darah rutin
- Urinalisa
b. Radiologi
- CT Scan
- Brain Mapping
- PET
c. Psikologi
- Rorschach
- TAT
- Draw A Person
- Raven Test
- MMPI
Penatalaksanaan :
Untuk penatalaksanaan secara umum dapat dilakukan terapi farmako dan teapi
psikologik untuk padien psikotik, secara lebih detailnya dijelaskan sesuai DD
yang diambil pada masing-masing laporan individu (pada BAB II).

INFORMASI TAMBAHAN

Komponen Emosi
1. Kognisi

: Sadar terhadap sensasi

2. Afek

: Perasaan itu sendiri

- Afek dasar

: lapar dan seks

- Afek spesifik

: Cth :Ingin makan durian setelah cium baunya

- Afek umum

: Sedih, gembira

3. Konasi

: Keinginan melakukan sesuatu

4. Perubahan Fisik

: Misalnya pada saat gugup takikardi

Jenis Depresi
Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasanya mulai 1-2, dan 4
minggu setelah melahirkan, biasanya pada anak ke 2 dan 3. Wanita yangmnegalami
depresi postpartum berisiko untuk mendapatkan episode berulang pada persalinan
berikutnya.
Gangguan afektif menurut musim (SAD= Seasonal Affective Disorder)
ditandai dengan terjadinya depresi mayor dengan pola sesuai musim (musiman).
Gejala-gejala muncul setiap musim gugur/musim dingin dan kembali normal (atau
bahkan hipomania) pada musim semi atau panas, gangguan ini sering mengenai
perempuan muda dibandingkan laki-laki (2-4 : 1), memperlihatkan berbagai gambaran
depresi atipikal (hopersomnia, banyak makan, berta badan meningkat), gangguan
ini sering berhasil diterapi dengan terapi cahaya buatan, 2-6 jam per hari dan respons
didapat 2-3 hari; kadnag-kadang terjadi hipomania, dengan atau antidepresan.
Tingkah laku, emosi dan motivasi diatur oleh sistem limbik. Hipothalamus
(bagian limbik) mengatur tingkah laku, suhu tubuh, nafsu makan, berta badan, dan
yang berhubungan dengan endokrin. Hipothalamus bagian lateral mengatur rasa lapar.
Hipothalamus anterior dan posterior mengatur seks, sedangkan motivasi diatur oleh
hipothalamus sampai tegmentum batang otak.
Semua obat-obat yang disalah gunakan dan toksin dapat menimbulkan
berbagai bentuk gangguan mood. Kemungkinan terjadinya gejala-gejala mood akibat
penggunaan zat serta pola-pola gejala bervariasi tidak hanya bergantung pada jenis
obat, tetapi juga dosis dan lama penggunaan serta apakah pasien dalam keadaan
intoksikasi atau putus zat, dan juga faktor-faktor individual yang tidak dimengerti
yang ada pada diri pasien. Beberapa contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mood :

1. Depresi
a. Obat-obat yang disalahgunakan
alkohol, hipnotik-sedatif, opioid, dan PCP.
b. Medikasi
Kontrasepsi oral, kortikosteroid, reserpin, alfa-metildopa, gunetidin,
levodopa, indometasin, benzodiazepin, opiat, simetidin, propanolol,
antikolinesterase, putus zat-amfetamin.
c. Lain-lain
Keracunan logam berat
2. Mania
a. Obat-obat yang disalahgunakan
Kokain, amfetamin, halusinogen, PCP.
b. Medikasi
Steroid dan L-dopa
c. Lain-lain

ANALISA DAN SINTESA MASALAH


Laki-

40

laki

tahun

Halusinasi Kehilangan Riwayat

Gejala

Waham

asosiasi

mania

kejaran

putus
alkohol

Delirium

++

++

++

++

++

++

++

++

++

++

++

++

++

++

++

++

++

Skizoafektif ++

++

++

++

++

Mood

++

tremens
Skizofrenia
paranoid
Intoksikasi
alkohol
+

disorders

Dari diagnosa banding yang kelompok kami ambil yaitu Delirium tremens,
Skizofrenia paranoid, intiksikasi alkohol, skizoafektif, dan mood dosiorders memilik

gejala-gejala yang mirip pada skenario, akan tetapi saya mengambil delirium tremens
sebagai diagnosa utama saya karena pada skenario saya menangkap gejala putus
alkohol merupakan suatu tanda pentik untuk diagnosa kasusu ini, dibandingkan
dengan penyakit-penyakit lain delirium tremens merupakan gangguan yang sangat
erat kaitannya dengan alkohol, putus alkohol dapat mengakibatkan berbagai
kumpulan gejala seperti kecemasa, delusi, kegirangan, inkoheren hingga hlusinasi
yang pada akhirnya berupa delirium tremens. Dilihat dari gejala lainnya yang
mendukung seperti adanya gejala halusinasi dan waham kejaran, kehilangan asosiasi
sangat mengarah pada delirium tremens.
Meskipun pada skizofrenia paranoid, skizoafektif, mood disorder memiliki
gejala mirip akan tetapi rata-rata tidak memmpuyai riwayat alkohol. Intoksikasi
alkohol mempunyai kaitan dengan alkohol dan gejalanya juga menyerupai gejala pada
skenario, akan tetapi pada intoksikasi alkohol memiliki riwayat alkohol yang masih
berlangsung sedangkan pada skenario pasien putus alkohol, sehingga intoksikasi
alkohol saya tidak ambil sebagai diagnosa utama.

BAB II
SKIZOFRENIA

DEFENISI
Eugen

Bleuler (1857-1939), seorang psikiater Swiss, memperkenalkan istilah

schizophrenia . Istilah ini berasal dari bahasa Yunani schitos artinya terbelah,
terpecah, dan phren artinya pikiran. Secara harafiah, schizophrenia berarti
pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih menekankan pola perilaku, yaitu
tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan
demikian tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi terhadap
kenyataan yang sebenarnya.
Skizofrenia adalah suatu gangguan mental psikotik yang tidak diketahui
penyebabnya, gangguan fungsi mental yang bermakna dan melibatkan gangguan
perasaan, pikiran dan perilaku.
Schizophrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional. Psikosis
fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional yang non organis sifatnya,
hingga terjadi kepecahan kepribadian yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan
maladjustment sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan
dunia luar, bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup; lalu menjadi
ketidakmampuan secara sosial. Hilanglah rasa tanggungjawabnya dan terdapat
gangguan pada fungsi intelektualnya. Jika perilakunya tersebut menjadi begitu
abnormal dan irrasional, sehingga dianggap bisa membahayakan atau mengancam
keselamatan orang lain dan dirinya sendiri, yang secara hukum disebut gila.
ETIOLOGI
Penyebab belum diketahui. Ditemukan kelainan pada area otak tertentu,
termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan ganglia basal, misalnya pelebaran sulkus,
fisura, serta ventrikel lateral III dan IV; perubahan asimetri hemisfer serebri; dan
gangguan densitas otak namun tidak ada satupun patognomonik atau selalu ditemukan

pada pasien skizofrenia. Menurut pendapat lain, skizofrenia merupakan aktivitas


dopamin otak yang berlebihan. Dilaporkan juga bahwa kadar 5-hydroxyindoleacetic
acid (5 HIIAA) menurun pada skizofrenia kronik dan pada pasien skizofrenia dengan
pelebaran ventrikel.
Faktor genetik memegang peran penting. Seseorang mempunyai kecendrungan
skizofrenia bila mempunyai keluarga seorang pasien dengan skizofrenia. Demikian
juga pada kembar monozigot.
Ditinjau dari aspek psikososial, disebutkan terdapat defek dan disentrigasi ego.
Faktor lingkungan dan psikilogis juga berperan.
PEMBAGIAN SKIZOFRENIA
1. Skizofrenia simplex : Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala
utama pada jenis simplex ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi
jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya berlahan-lahan sekali. Pada permulaan
mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik
diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran.
2. Jenis hebefrenik : Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul
pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah :
gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau
double personality. Waham dan halusinasi banyak sekali.
3. Jenis katatonik : Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya
akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik.
4. Jenis paranoid : Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain
dalam jalannya penyakit. Gejala-gejala yang menyolok ialah waham primer,
disertai

dengan

waham-waham

sekunder

dan

halusinasi.

Baru

dengan

pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek,
emosi dan kemauan.
5. Residual : a.) gejala negatif skizofrenia misalnya : perlambatan psikomotorik,
afek menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan kuantitas dan isi
pembicaraan, komunikasi nonverbal buruk yang tampak pada expresi wajah,
kontak mata, modulasi suara, , perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. b.)

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang

nyata dimasa lalu, yang

memenuhi kriteria skizofrenia. c.) Perlangsungan sekurang-kurangnya 1 tahun.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok menurut Bleuler,
yaitu primer dan sekunder.
Gejala-gejala primer.
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran). Pada skizofrenia
inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama
ialah asosiasi. Kadang-kadang satu idea belum selesai diutarakan, sudah
timbul idea lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya
tani tetapi dikatakan sawah. Tidak jarang juga digunakan arti simbolik,
seperti merah bila dimaksudkan berani. Semua ini menyebabkan bahwa
jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti.
Hal ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran dibelokkan hal ini menambahkan
inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga mempunyai kecendrungan untuk
menyamakan hal-hal, umpamanya seorang perawat dimarahi, kemudian
seorang lain yang ada disampingnya juga dimarahi. Kadang-kadang pikiran
seakan-akan berhenti, tidak timbul idea lagi. Keadaan ini dinamakan
blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang
sampai beberapa hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain di
dalamnya yang berpikir, timbul idea-idea yang tidak dikehendaki : tekanan
pikiran atau pressure of thoughts. Pikiran melayang lebih sering terdapat
pada mania, pada skizofrenia lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering
tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu
ada efori.
2. Gangguan afek dan emosi : Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa:

o Kedangkalan afek dan emosi, misalnya penderita menjadi acuh tak acuh
terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan
keluarganya dan masa depannya.
o Parathimi: apa yang seharusnya menimbulkan rasa senangdan gembira,
pada penderita timbul rasa sedih atau marah.
o Paramimi: Penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.
o Kadang-kadang emosi dan afek serta expresinya tidak mempunyai
kesatuan, umpamanya penderita menangis tetapi mulutnya tertawa.
o Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat.
o Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik.
o Karena terpecah-pecahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan
mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci
pada orang yang sama.
3. Gangguan kemauan: Banyak penderita mempunyai kelemahan kemauan.
Mereka tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan. Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya, bahkan
berbulan-bulan. Selain itu, memiliki sikap negativisme, ambivalensi kemauan,
dan otomatisme.
4. Gejala psikomotor: Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan
perbuatan. Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan
kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakangerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalam keadaan
stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat
berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatoni menunjukkan
hiperkinesa, ia terusbergerak saja dan sangat gelisah.
Gejala-gejala sekunder
1. Waham: Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat
bizar. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya
merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak
mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham
bahwa ia raja, tetapi ia mau disuruh melakukan pekerjaan kasar.

2. Halusinasi: Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan


hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.
Paling sering pada skizofrenia ialah halusinasi pendengaran dalam bentuk
suara manusia,bunyi barang-barang, atau siulan. Kadang-kadang terdapat
halusinasi penciuman, halusinasi citarasa atau halusinasi singgungan.
Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia.
Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak
menurun pada skizofrenia. Penderuta sering dapat menceritakan dengan jelas tentang
pengalamannya dan perasaannya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
- Imunologik : peningkatan limfosit, peningkatan killer sel,
- Endokrin : peningkatan

LH dan FSH

Radiologik
- CT scan : atropi kortikal, perluasan

ventrikel tiga dan lateral, atropi serebral

vermis, penurunan densitas parenchym otak


EEG
- penurunan aktivitas gelombang alfa dan

peningkatan gelombang theta dan

delta.
PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita
dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih
berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. pada
skizofrenia paranoid diberikan trifluoperazin. Dengan fenotiazin biasanya
waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Bila tetap masih ada
waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan
menjadi lebih kooperatif. Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis
dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama
kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah
gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun.

Terapi elektro-konvulsi (TEK)


Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi
belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat
memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan
penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan
datang.
Terapi koma insulin
Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan
penyakit, hasilnya memuaskan. Persentasi kesembuhan lebih besar bila
dimulai dalam waktu 6 bulan sesudah penderita jatuh sakit. Tetapi koma
insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skizofrenia paranoid.
Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan,
bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan
skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat
membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta
bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat.
Lobotomi prefrontal
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila
penderita sangat mengganggu lingkungannya.
PROGNOSA
Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis. Pasien secara
berangsur-angsur menjadi menaroik diri dan tidak berfungsi selama bertahun-tahun.
Beberapa pasien dapat mempunyai waham dengan taraf ringan dan halusianasi yang
tidak begitu jelas. Banyak gejala aku dan gejala yang lebih dramatik hilang dengan
berjalannya waktu, tetapi pasien secara kronis membutuhkan perlindungan ata
menghabiskan waktunya bertahun-tahun di rumah sakit jiwa. Keterlibatan dengan
ghukum untuk pelanggaran ringan sering terjadi dan sering dikaitkan dengan
penyalahgunaan obat. Sebagian kecil pasien menjadi demensia, Secara keseluruhan

harapan hidupnya memendek., tertama akibat kecelakaan, bunuh diri, dan


ketidakmampuannya merawat diri.
Pola ini memiliki pengecualian. Para psikiater telah lama membedakan anatara
skizofrena proses (terjadinya berangsur-angsur, perjalanan penyakit mengalami
kemunduran kronis) dan skizofrenia reaktif (onset cepat, prognisis lebih baik). Selain
itu mereka juga membedakan anatara gejala positif (halusianasi, waham, perilaku
anerh dll) yang biasanya berespon terhadap antipsikotik biasa dan gajal negatif (afek
datar, miskin pembicaraan, anhedonia, penarikan diri secara sosial, dll) yang tidak
berespon terhadap antipsikotik biasa (berespon lebih baik terhadapa antipsikotik baru)
Gambaran klinik yang dikaitkan dengan prognosis baik yaitu:
a. Onset gejal-gejala psikotik aktif yang terjadi sangat cepat
b. Onset setleah umur 0 tahun, terutama pada perempuan
c. Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik. Performa
sebelumnya tetap merupakan prediktor terbaik untuk meramalkan performa di masa
datang.
d. Kebingungan yang jelas da gambaran emosi mennjol, selama episode akut
(gejala positif)
e. Kemungkinan adanya suatu stres yang mencetuskan psikosis akut dan
tidak ada bukti kelainan susuan saraf pusat. (SSP)Tidak ada riwayat keluarga
menderita skizofrenia.
Bentuk skizofrenia reaktif dan skizofrenia proses mungkin secara etiologi
berbeda. Meskipun ada variabilitas yang besar, tipe disorganisasi secara umum
mempunyai prognosis yang terburuk, sedangkan tipe paranoid (dan beberapa
katatonik) mempunyai prognosis terbaik. Prognosis menjadi lebih buruk jika psien
menyalahgunakan zat atau hidup di dalam keluarga ayng tidak harmonis.
Sekitar 25050% pasien yang sembuh dari episode akut mengalami depresi
mayor dalam beberapa bulan setelah perbaikan (depresi pascapsikosis). Meskipun
resisten dengan pengobatan, psikoterapi dan obat antidepresan dapat memberikan
manfaat (litium atau antikonvulsan juga dapat membantu). Hati-hati, angka bunuh diri
meningkat pada populasi ini (terutama pada pasien yang menyadari keseriusan
penyakitnya. Walaupun demikian jangan sampai overdiagnosis karena beberapa
pasien dapat menderita aktisia akibat induksi obat yang juga mirip depresi.

DAFTAR PUSTAKA

Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta, 2006, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat,
Jakarta.
Maslim, Rusdi,

2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta.


http://www.gauli.com/2006/05/31/pengenalan-penyakit-gbs

diakses

Jumat

September 2007 pukul 20.45 pm.


http://www. infomedika.org diakses Jumat 7 September 2007 pukul 20.12 pm.
http://www.medicastore.com diakses Jumat 7 September 2007 pukul 21.07 pm.
http://www.wikipedia.org diakses 7 September 2007 pukul 20.18 pm.

You might also like