You are on page 1of 26

Seni Kriya adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian khusus yang berkaitan dengan tangan,

sehingga seni kriya sering juga disebut kerajinan tangan. Seni kriya dihasilkan melalui keahlian manusia dalam mengolah bahan mentah. Seni kriya dapat dikelompokan berdasar tujuan penciptaan atau

penggunaannya menjadi kriya mempunyai fungsi : praktis, estetis, dan simbolis (religius). Kata kriya pada zaman dahulu kemungkinan diadop dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Jawa yang berarti kerja. Kemudian muncul kata seni yang disepadankan dengan kata art bahasa Inggris yang berarti hasil karya manusia yang mengandung keindahan. Pada saat ini seni kriya golongkan sebagai bagian dari seni rupa, yaitu karya seni yang dinikmati dengan indera penglihatan. Namun seni kriya membutuhkan kemampuan kecakapan teknik dan ketelatenan yang tinggi, sperti seni kriya tenun, batik, anyam, gerabah, perhiasan hingga keris.( A.Agung Suryahadi, 2007 ).Seni kriya sudah sangat tua umurnya dan merupakan cikal bakal seni rupa Indonesia pada umumnya. Yang kemudian membedakan seni kriya dari seni murni atau seni rupa lainnya adalah fungsinya. Sementara seni murni adalah ekspresif dan komunikatif, seni kriya lebih berorientasi dalam kehidupan manusia sehari-hari dibarengi dengan teknik pembuatan yang tinggi. Lahirnya cobek adalah karena manusia memerlukan ajang atau tempat untuk makan, begiupun contoh-contoh seni kriya yang lain seperti belanga, kursi, keranjang sampai dengan kain batik, bahkan juga keris. Semua terwujud dikarenakan desakan kebutuhan. Saat kini seni kriya adalah merupakan bagian seni rupa yang mengutamakan kegunaan,sarat dengan pada kegunaan

kekriyaan (craftsmanhip) yang tinggi dan bentuknya indah. Hal terakhir tersebut terjadi karena setelah kebutuhan pokok manusia terpenuhi maka akan berpaling terhadap kebutuhan yang kurang pokok.

A. Seni Kriya Istilah seni kriya berasal dari akar kata krya (bahasa Sanskrta) yang berarti mengerjakan; dari akar kata tersebut kemudian menjadi kata : karya, kriya, kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek. Dalam pengertian berikutnya semua hasil pekerjaan termasuk berbagai ragam keteknikannya disebut seni kriya.(Timbul Haryono,2002). Kata kriya dalam bahasa Indonesia berarti pekerjaan (kerajinan tangan). Di dalam bahasa Inggris disebut craft yang mengandung arti: energi atau kekuatan, arti lain suatu ketrampilan mengerjakan atau membuat sesuatu

(http://www.answers.com/topic/craft). Istilah itu diartikan sebagai ketrampilan yang dikaitkan dengan profesi seperti yang terlihat dalam craftsworker (pengrajin). Pada kenyataannya seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang; sebagaimana diketahui bahwa semua kerja dan ekspresi seni membutuhkan ketrampilan. Dalam persepsi kesenian yang berakar pada tradisi Jawa, dikenal sebutan kagunan. Di dalam Kamus Bausastra Jawa, kagunan adalah Kapinteran/ Yeyasan ingkang adipeni/Wudharing pambudi nganakake kaendahan-gegambaran, kidung ngukir- ukir. Penjelasan itu menunjukan posisi dan pentingnya ketrampilan dalam membuat (mengubah) benda sehari-hari, di samping pengetahuan dan kepekaan (akan keindahan). Oleh sebab itu, sebuah karya (seni) dalam proses

penggarapannya tidak berdasarkan pada kepekaan dan ketrampilan yang baik (mumpuni), maka tidak akan ada kesempatan bagi kita untuk mnikmati karya tersebut sebagai karya seni ( I Made Bandem, 2002 ).

Ada beberapa kelompok di masyarakat yang melihat bahwa kriya berbeda dengan seni, seperti yang terdapat di dunia Barat; bahkan faham ini sudah berpengaruh samapi ke Indonesia. Dalam dunia Barat terbangun persepsi bahwa kesenian didasari oleh estetika artes liberales, yang menempatkan kepekaan seni di posisi tinggi. Sementara di dalam kagunan tidak hanya kepekaan, tetapi juga

ketrampilan memperoleh tempat yang penting dalam proses kreasi seni. Seni Kriya merupakan hasil pekerjaan dengan berbagai ragam tekniknya merupakan cakupan dalam kebudayaan. Kebudayaan sebagai suatu sistem mencakup tiga wujud: wujud gagasan, wujud tingkah laku berpola dan hasil tingkah laku. Sejak zaman prasejarah manusia telah berkarya menghasilkan artefak (benda buatan manusia) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, adapun fungsinya : a. Untuk keperluan yang bersifat teknis, seperti pisau, alat pertanian dan sebagainya . b. Sebagai pedanda status sosial,contoh : perhiasan. c. Untuk keperluan religius atau ritual.

B. Kriya Anyam Menganyam adalah pekerjaan menjalin pita yang disunun menurut dua tiga dan empat arah sehingga terbentuk benda-benda seperti tikar, dinding dan sebagainya. Prinsip menganyam adalah menyisipkan dan menumpangkan pita anyaman yang berbeda arah. Walaupun benda anyam dapat dibedakan menjadi anyam beda kasar dan benda anyam halus, dari segi teknik pembuatan ke dua jenis benda tersebut tidak berbeda. Jenis benda anyam dapat dibedakan menurut jumlah dan arah sumbu anyam. Dengan demikian dikenal anyaman dua sumbu,anyaman tiga sumbu dan anyaman empat sumbu. Harvey dalam Soemaryadi dkk. (1992: 52)

Anyam dua sumbu, dikenal sebagai anyam silang, biasanya masing-masing sumbu saling bersilang tegak lurus satu dengan yang lainnya. Anyaman silang ini dikenal dua jenis ialah anyam silang tunggal dan Anyam silang tunggal dapat divariasikan lagi dengan anyam silang tunggal sumbu tegak lurus dan anyam silang sumbu tunggal berpotongan miring. Lebih jauh dapat divariasikan lagi dengan mengubah ukuran pita anyam. Anyam silang ganda teknik menganyamnya sama dengan anyam silang tunggal, ialah menyusupkan dan menumpangkan pita anyaman secara bergantian. Perbedaannya pita yang disisipkan dan yang ditumpangi tidak hanya satu pita, tetapi bisa dua, tiga, empat dan seterusnya, sehingga menghasilkan variasi anyam silang ganda dua,tiga, empat dan lima. Dengan dasar anyaman silang tunggal dan silang ganda maka akan dapat dibuat berbagai motif, diantaranya: ilab atau sasag, kepang, kepang pihuntuan, daun petai, pasung, daun petai putus, mata walik, bunga cengkeh, bala kacupat, mata ayam, bunga lengko, bunga pihuntuan, bunga pihuntuan terbuka, bunga pihuntuan tertutup, bunga gambir, turih wajit, dan sebagainya. anyam silang ganda.

Anyaman Dua Sumbu Tunggal dan Ganda

Anyam tiga sumbu, adalah teknik menganyam dengan menyilangkan pita anyaman sehingga membentuk segi tiga sama sisi, memberi peluang kemungkinan untuk menghasilkan anyam silang pita sumbu jarang dan anyam pita sumbu rapat. Anyam tiga sumbu dapat dikembangkan menjadi anyam pola lubang heksagonal atau anyaman segi enam. Anyam pita sumbu jarang termasuk anyam yang menghasilkan anyaman yang berlubang-lubang dapat dikembangkan lebih jauh untuk membuat benda seperti lampu hias, keranjang dan sebagainya.

Anyaman Tiga Sumbu

Anyaman empat sumbu, adalah teknik menganyam dimana pita anyaman tersusun menjadi empat arah yang berbeda. Jenis anyaman empat sumbu termasuk jenis anyam yang berlubang banyak dan jarang berbentuk segi delapan beraturan (oktogonal). Oleh karena itu anyam ini digunakan untuk membuat benda seperti keranjang, lampu hias dan benda lainnya

yang menghendaki bidang anyaman yang berlubang-lubang, sama seperti pola anyaman segi enam.

Anyam Empat Sumbu

Kriya anyam ada dan berkembang sejak jaman dahulu dan bertahan sampai hari ini. Hari karya kriya anyam masih dapat kita temukan sebagai pelengkap kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari berbagai kebutuhan, kebutuhan yang bersifat fisik (kebendaan) dan kebutuhan rochaniah(kepuasan batin). Karya kriya anyam sebagai sebagian kecil kebutuhan fisik dari manusia. Kita temukan karya kriya anyam dalam pelengkapan kebutuhan sebagai alat rumah tangga. Di dapur kita dapat temukan berbagai kriya anyam antara lain: aseupan (kukusan), niru (nyiru), ayakan dsb. Kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah kriya anyam perlu dilestarikan, ataukah kita terima apa adanya. Kriya anyam adalah sebagian kecil warisan budaya dari sejumlah karya budaya yang lainnya. Jangan sampai kita baru sadar dan berkomentar serta berteriak manakala karya budaya kita diakui orang lain. Harusnya kita sendiri merefleksi diri. Apakah memang karya itu milik kita? Kalau memang itu milik kita. Apakah kita melestarikannya?

B.Kriya Anyam yang Sudah Lestari Dalam uraian ini hanya akan dibahas sebagian kecil yang masih ada (dari temuan penulis), masih sangat banyak karya lain yang tidak tertuliskan disini. Yang akan dibahas antara lain: a. Ketupat Lebaran, Kriya Anyam sudah dikenal lama oleh manusia. Sekalipun sangat sulit dipastikan kapan kriya anyam ini muncul. Alasannya, karena kriya anyam dari dulu sampai sekarang terbuat dari bahan yang mudah lapuk. Namun demikian, karya kriya anyam sudah ditemukan sejak zaman batu muda yang ditemukan pada karya tembikar yang ditera dengan anyaman. Hal ini sejalan seperti yang dikemukakan oleh Van Deer Hoop: Dalam zaman batu muda telah kita dapati ragam hias ilmu ukur yang bersahaja: a) pecahan barang tanah , terdapat di bukit-bukit di pantai Selatan Jawa, dengan teraan barang

anyaman pakai pola-pola kepar (anyam kepang). Van Deer Hoop,(1949: 20). Artinya kriya anyam sudah dikenal sejak zaman batu muda. Bila hari lebaran mau tiba dapat kita temukan dimana-mana (Jawa Barat), khususnya di pasar tradisional bermunculan pedagang musiman. Pedagang tersebut adalah penjual janur kelapa dan penjual ketupat. Ketupat adalah karya kriya anyam yang muncul dua kali dalam setahun ialah pada hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Sekalipun di daerah tertentu seperti di Panawangan Ciamis ketupat merupakan makanan khas yang selalu terjajakan di warung warung, sebagai makanan pengganti nasi setiap hari. Penjual kupat tahu di daerah tertentu masih membuatnya dengan anyaman janur seperti ketupat yang biasa disediakan saat menyambut lebaran.

b. Sebagai Pendukung Ritual Yang akan diceritakan disini adalah anyaman tradisi yang bertahan di Bali. Anyaman dibuat dan digunakan sebagai wadah dalam berbagai upacara keagamaan. Menghasilkan berbagai jenis wadah dengan motif yang berbeda. Bila dikaji lebih dalam munculnya berbagai motif dan bentuk karya kriya anyam di Bali memiliki nilai filosofis dan makna yang dalam, dan sudah menjadi milik masyarakat. Karena itulah kemungkinan kriya anyam Bali bisa dan akan lestari. Beberapa karya kriya anyam yang terbuat dari bambu, antara lain: 1.Kepe, Kepe merupakan salah satu kriya anyaman bambu yang digunakan sebagai alat

upacara agama Hindu. Kepe berbentuk seperti nampan segi empat yang terbuat dari bambu. Beberapa jenis kepe putih polos dan kepe klasik. 2.Sokasi, Kriya yang satu ini umumnya banyak diminati banyak orang karena termasuk karya yang serbaguna, terutama para ibu pemeluk agama Hindu. Sokasi adalah bakul bertutup khas ala Bali. Banyak dipilih ibu-ibu umat Hindu sebagai tempat banten. Dalam perkembangannya sokasi saat sekarang mengalami perkembangan dengan

dibuatnya motif-motif yang baru. Selain lebih praktis bila dibandingkan dengan bokor yang terbuat dari logam, sokasi dapat menjadi perabot hiasan rumah yang sangat unik dan cantik. 3.Keranjang, Digunakan sebagai tempat banten soroh suci Keranjang ini berbentuk persegi yang memiliki lubang-lubang baik pada bagian sisinya dan pada bagian bawahnya. Keranjang ini banyak diproduksi di daerah Gianjar-Bali. 4.Kuskusan, Adalah salah satu kriya anyam bambu yang digunakan sebagai saran penglukatan dalam upacara agama Hindu. 5.Nyiru, Nyiru sebagai salah satu kriya anyam bambu yang berbentuk seperti nampan bulat, berfungsi sebagai tempat banten pegenen.

Berdasarkan beberapa contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kriya anyam di Bali cenderung akan dapat bertahan, tidak akan tersaingi benda fungsional yang modern, karena selain karyanya berkualitas baik, juga sebagai pelengkap upacara agama yang tidak mungkin punah selama pemeluknya masih ada ,

c. Perlengkapan Perabotan Rumah, Kuliner. Kriya anyam muncul diberbagai tempat, antara lain: di rumah makan, warung nasi, restoran, hotel atau tempat lainnya. Menyajikan untuk para konsumen dengan unsur pendukung kriya anyam. Bakul mungil dengan pola anyaman yang menonjol karena sebagian dari anyamannya berwarna digunakan sebagai tempat nasi, dan tempat lauk pauk yang disajikan dengan menggunakan wadah dari anyaman bambu atau lidi. Konsumen dengan santai duduk bersimpuh tanpa kursi hanya beralaskan anyaman bilik dengan motif tertentu. Tempat berteduh pada saat makan berbentuk saung (dangau) yang selalu diberi ornamen penyekat dan langitlangit menggunakan anyaman bambu.

d. Pendukung Interior (kursi, lampu hias, penyekat ruang) Di berbagai sudut hotel berbintang sering digunakan kursimeja atau interior lainnya yang menyuguhkan kerajinan anyam dari berbagai media alami, yang menambah betah para pengunjung. Ini adalah sebuah gambaran bahwa anyaman masih disenangi orang. Konsumen berani bayar mahal makanan yang penyajiannya didukung anyaman bambu tradisi, dan merasa nyaman dengan perlengkapan mebeler yang disajikan dalam model tradisi masa lalu.

B. Upaya Melestarikan Kriya Anyam. Dalam uraian ini hanya akan dibahas sebagian kecil dari upaya pelestarian kriya anyan, antara lain:

1. Pengembangan Teknik Yang dimaksudkan pengembangan teknik kriya anyam adalah bertalian erat dengan pengembangan yang lainnya. Sebagai contoh dahulu persiapan bahan yang akan di anyam hanya dikerjakan secara manual, kini sudah dapat dibantu dengan alat mesin atau teknologi elektronik untuk mengirat, memotong atau membelah bahan anyam. Penggunaan teknologi kimia untuk mengawetkan dan mewarnai bahan baku anyam kini sudah biasa digunakan sehingga kerajinan anyam tahan lama.
1

Pengembangan teknik lain bahwa cara menganyam tidak terpaku pada pola tradisi, namun mengunakan berbagai kemungkinan cara yang bervariasai. Teknik anyam digabung dengan teknik jalin atau tenun. Sehingga dapat menghasilkan berbagai kebutuhan yang unik dan menarik.

2. Pengembangan Desain Perajin banyak dituntut untuk selalu membuat bentuk bentuk kreasi baru untuk melayani kebutuhan pengguna atau konsumen baik dalam negeri atau konsumen macanegara. Pola anyaman tradisi sangat memungkinkan untuk dijadikan dasar untuk menbuat pola-pola hias baru yang mungkin jumlahnya bisa tak terhingga.

3. Pengembangan Bahan Dahulu selalu terpikir bahwa kriya anyam selalu berkaitan dengan bamboo, pandan, mending, rotan dan sebagainya berbagai bahan yang secara turun temurun digunakanoleh para perajin tempo dulu. Kini para perajin yang kreatif banyak mencoba berbagai media lain yang dahulu tidak pernah digunakan sebagai bahan anyaman, seperti, eceng gondok, kulit jagung, lengari kertas Koran bekas.

Kerajinan anyam merupakan salah satu dari kebudayaan yang dimiliki manusia sejak jaman pra sejarah dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sandang dan perlengkapan pendukung sehari-hari. Menganyam adalah salah satu keterampilan utama penduduk Jawa dan Madura di samping sejumlah pulau lain di Indonesia

Sebagai

produk

budaya,

kerajinan

anyam

perlu

dilestarikan

keberadaannya. Berbagai produk anyam yang telah dihasilkan dari dulu sampai sekarang, sedikit banyak telah membentuk kebudayaan material lainnya. Kerajinan anyam merupakan potensi nasional, kelahiran dan perkembangannya telah banyak mengangkat harkat budaya bangsa serta menjadikannya sebagai salah satu identitas budaya Indonesia.

Sampai saat ini, kerajinan anyam merupakan salah satu bentuk kerajinan 2

yang terus dihasilkan oleh sebagian masyarakat Indonesia dengan khas bentuk dan ornamen yang beragam

ciri dengan

menggunakan bahan yang tersedia di alam, baik bambu, pandan, mendong, bahkan bahan-bahan baru yang merupakan eksperimen para perajin.

Produk kerajinan anyam dalam kehidupan manusia, selain sebagai pemenuhan kebutuhan fungsional dalam arti fisik, tetapi kehadirannya juga dalam memenuhi kebutuhan estetik. Oleh karenanya jenis barang yang diproduksi menjadi sangat bervariasi, mulai dari perlengkapan kebutuhan rumah tangga yang bersifat tradisional sampai produk-produk aksesoris interior, maupun cendera mata.

Kehadiran kerajinan anyam dalam perkembangannya berkorelasi dengan sumber daya alam setempat yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara sebagai bahan baku utama, selain merupakan warisan budaya leluhurnya yang terus berlangsung turun-temurun.

Anyam adalah suatu kegiatan turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia, Cara pembuatannya yaitu susup menyusup atau silang menyilang antara lusi dan pakan. Di samping itu kejelian dan kecermatan diperlukan dalam keteknikan ini.

Berbagai bahan serat maupun bahan alam dapat dijadikan bahan untuk kerajinan anyam. Diantaranya: bambu, rotan, pandan, rosela, gebang, lontar, mendong, dan lain sebagainya. Pengrajin anyaman dan kreator kerajinan menggunakan bahan anyam sebagai media untuk memproduksi karyanya. Bahan-bahan tersebut diolah sedemikian rupa untuk menjadi bahan produknya, baik bahan yang berwarna alami maupun diberi warna.

Kerajinan anyam merupakan satu usaha atau kegiatan keterampilan masyarakat dalam pembuatan barang-barang dengan teknik atau cara susup menyusup antara lusi dan pakan.

Yang disebut dengan lusi adalah: pita/daun anyaman tegak lurus terhadap si penganyam, atau pita/daun anyaman berhadapan dengan si penganyam. Pakan adalah: pita/daun anyaman yang disusupkan pada lusi, atau pita/daun anyaman yang dilintaskan pada lusi.

Dalam

kehidupan

sehari-hari

kita

selalu

menjumpai

dan

bahkan

mengunakan barang-barang anyaman. Hal itu membuktikan bahwa dalam kehidupan abad modern ini barang anyaman mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekalipun harus bersaing dengan berbagai barang sejenisnya. Barang anyaman yang dimaksud berfungsi sebagai benda pakai dan benda hiasan.

Menurut kualitas dan nilai seninya barang anyaman dapat dibedakan menjadi anyaman kasar dan anyaman halus. Anyaman kasar

maksudnya adalah hasil anyaman yang cara pengolahannya kurang rapi, iratan bahannya besar-besar dan tidak halus. Bentuk dan disainnya kurang menarik, maka harganya pun murah. Misalnya anyaman barang keperluan rumah tangga seperti bakul, keranjang, tempat sampah, kepang, dan sebagainya. Sedangkan anyaman kipas halus api, maksudnya

adalah hasil anyaman dilihat dari cara pengolahan bahannya cukup halus dan rapi. Cara mengerjakannya teliti, motifnya tidak kaku, bentuknya menarik, komposisi warnanya harmonis dan disainnya selalu

mengikuti perkembangan jaman dan memenuhi selera masyarakat. Contoh hasil anyaman halus adalah: tas bambu halus, topi panama, vas bunga, tempat buah, dompet, kap lampu, dan sebagainya.

Banyak hasil kerajinan anyam sekarang ini menunjukkan bahwa banyak orang yang terlibat di dalamnya, baik itu sebagai pengrajin yang merupakan mata pencaharian pokok maupun pengrajin yang hanya merupakan pekerjaan sambilan atau sebagai pengisi waktu senggang. Selain sebagai pengrajin, banyak pula yang berdagang barang anyaman sebagai pencaharian pokok. Malahan kini perdagangan barang anyaman bukan hanya dalam negeri, tetapi sudah sampai pada pengiriman barang anyaman keluar negeri. Hal itu menunjukkan bahwa barang anyaman bukan saja menjadi kebutuhan bangsa kita sendiri, tetapi juga bangsa lain yang sudah maju. Maka merupakan kewajiban kita untuk berusaha meningkatkan mutu dan memelihara kelestarian warisan nenek moyang kita itu. Caranya dengan membekali pengetahuan dan keterampilan anyaman kepada generasi penerus yang dapat dilakukan melalui pendidikan formal atau non formal. Dengan tenaga-tenaga cara yang demikian terdidik, akan melahirkan dan

terampil,

kreatif,

berpengetahuan luas dalam bidang kerajinan anyam yang sangup meningkatkan mutu dan mengembangkan kerajinan anyam.

Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang sempurna dalam bidang kerajinan anyam harus mempelajari sejak tingkat dasar. Tingkat dasar itu akan menjadi landasan untuk mempelajari dan menguasai tingkat selanjutnya. Maka adalah mutlak perlu untuk

menmguasai tingkat dasarnya terlebih dahulu, kemudian baru tingkat- tingkat selanjutnya.

Kerajinan anyaman dapat dijumpai di seluruh wilayah Indonesia, dengan berbagai teknik, bahan dan warna.

Hasil kerajinan anyaman antara lain :

Alat-alat rumah tangga (besek, tudung saji, kipas, bakul, keranjang, tempat buah, dsb)

Mebel (meja, kursi, almari, tempat buku, almari sudut , dsb)

Hiasan dinding (kap lampu dinding, figura, dsb)

Pada saat ini perkembangan kerajinan anyam sangat pesat, baik dari segi produksi, disainnya serta berbagai fungsi barang kerajinan dapat dibuat dengan teknik anyaman misalnya : tas, kap lampu, pembalut benda keramik, berbagai bentuk souvenir.

2. Teknik Menganyam

Teknik anyaman ada berbagai macam antara lain:

a. Anyaman tegak

Adalah anyaman yang letak lusinya tegak lurus terhadap si penganyam, sedangkan pakannya sejajar dengan si penganyam.
7

b. Anyaman serong

Adalah anyaman yang lusi dan pakannya tegak lurus sesamanya, tetapi keduanya terletak menyimpang 450 ke kiri dan kanan terhadap si

penganyam. Oleh karena sukar untuk membedakan lusi dan pakannya,

biasanya masing-masing diberi istilah irki (iratan ke kiri) dan irka (iratan ke kanan).

c. Anyaman Kombinasi

Adalah anyaman perpaduan dari anyaman tegak dan anyaman serong

d. Anyaman Pita

Adalah anyaman yang dibuat hanya dalam beberapa jalur pita dan anyaman jadinya bersifat memanjang.

e. Anyaman melingkar

Adalah anyaman yang

lusi-lusinya merupakan jari-jari dan pakannya

melingkar dari pusat ke arah luar.

f. Anyam membelit atau palit

Adalah anyaman yang pengerjaannya dengan membelitkan bahan pakan pada bahan lusi dengan bergantian satu persatu. 3. CONTOH CONTOH HASIL KERAJINAN ANYAMAN

Bakul nasi, dengan teknik anyaman serong

10

Tempat buah dari rotan pitrit dengan teknik anyam membelit

Tempat buah dari bambu dengan dasar teknik anyaman serong

11

Kalo/saringan santan dengan teknik anyam serong

12

Tempat permen dengan dasar teknik anyam melingkar/uzura

Tempat roti dengan dasar teknik anyam kombinasi

13

Tempat alat tulis kantor (ATK) terbuat dari pandan dengan teknik anyam tegak

14

Kap lampu dinding dengan teknik anyam segi delapan

15

Kap lampu dinding dari bambu dengan teknik anyam tegak dan anyam segi delapan (truntum)

16

17

You might also like