You are on page 1of 12

TEKNOLOGI IRADIASI SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGOLAHAN KARET DI SUMATERA UTARA Diusulkan oleh VITA

RAHMAYANI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

TEKNOLOGI IRADIASI SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGOLAHAN KARET DI SUMATERA UTARA Vita Rahmayani Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Medan ABSTRAK Komoditas unggulan sektor perkebunan di Sumatera Utara adalah karet. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penyumbang hasil karet terbesar di Indonesia hal ini dapat diketahui melalui BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera Utara yang menyatakan bahwa pada tahun 2012 produksi karet mencapai sekitar 500 juta ton. Namun, seperti kebanyakan kualitas karet di bagian Indonesia lainnya, kualitas karet olahan yang dihasilkan masih memiliki mutu yang rendah sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas karet. Salah satu inovasi teknologi yang dapat diimplementasikan adalah vulkanisasi menggunakan teknologi iradiasi dengan berkas elektron sebagai pengganti proses vulkanisasi konvensional (menggunakan sulfur). Kata kunci : produktivitas, karet, vulkanisasi, teknologi iradiasi.

1.

Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan lahan terluas untuk perkebunan karet

di dunia. Namun bila dibandingkan dengan negara lain produsen karet seperti Malaysia dan Thailand, tingkat produktivitas karet di Indonesia masih jauh lebih rendah, baik dalam kuantitas maupun kualitas. Produktivitas karet di Indonesia kurang dari 800 kg/ha/tahun sedangkan Malaysia dan Thailand produksi karetnya mencapai lebih dari 1000 kg/ha/tahun. Sampai saat ini, Indonesia memiliki luas areal kebun karet sebesar 3,4 juta Ha dimana sebagian besar (85%) merupakan kebun karet milik rakyat, 7% milik pemerintah dan sisanya milik swasta (Kemenprin, 2013). Produktivitas karet di Indonesia dapat ditingkatkan dengan cara dilakukannya ekstensifikasi perkebunan yaitu memberdayakan lahan-lahan kosong perkebunan (karet) yang masih tersedia. Selain ekstensifikasi, salah satu
2

cara peningkatan produktivitas karet di Indonesia dapat dilakukan secara intensifikasi perkebunan yaitu pengolahan lahan perkebunan (karet) untuk meningkatkan hasil perkebunan dengan menggunakan berbagai sarana antara lain pemilihan bibit unggul, pemupukan, pengolahan pasca panen, serta penggunaan teknologi dalam proses produksi. Komoditas unggulan sektor perkebunan di Sumatera Utara adalah karet. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penyumbang hasil karet terbesar di Indonesia hal ini dapat diketahui melalui BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera Utara yang menyatakan bahwa pada tahun 2012 produksi karet mencapai sekitar 500 juta ton. Namun, seperti kebanyakan kualitas karet di bagian Indonesia lainnya, kualitas karet yang dihasilkan masih memiliki mutu yang rendah sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas karet. Selain upaya perluasan lahan perkebunan karet di Sumatera Utara, inovasi teknologi dalam proses produksi karet merupakan salah satu faktor intensifikasi yang harus ditingkatkan. Salah satu inovasi teknologi yang dapat

diimplementasikan adalah vulkanisasi teknologi iradiasi dengan berkas elektron sebagai pengganti proses vulkanisasi konvensional (menggunakan sulfur). Hal ini akan ikut meningkat produktivitas dan akan menghasilkan peningkatan mutu serta pemberian nilai tambah (value added) di sektor ekonomi terhadap produk olahan karet. Melalui inovasi teknologi ini diharapkan peningkatan produktivitas olahan karet di Sumatera Utara mampu meningkatkan daya saing karet di pasar dalam negeri maupun luar negeri.

2.

Tujuan Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memberikan solusi dari

permasalah nasional terkait produktivitas olahan karet di Sumatera Utara. Adapun solusi yang diajukan penulis adalah peningkatan produktivitas karet di Sumatera Utara dengan vulkanisasi teknologi iradiasi.

3.

Metodologi Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode

studi pustaka atau studi literatur. Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari literatur yang terkait (buku referensi, buku bacaan, surat kabar, jurnal ilmiah dan artikel terkait di media cetak maupun di media elektronik). Data dan informasi yang diperoleh kemudian dibahas dan dianalisis secara deskriptif yang disesuaikan terkait permasalahan utama dalam bentuk karya tulis ilmiah. Berikut ini adalah alur penulisan karya tulis ilmiah.

Gambar 1. Skema Alur Metode Penulisan (widi,dkk.2011)

4. 4.1.

Tinjauan Pustaka Vulkanisasi Tahun 1839, Charles Goodyear menemukan proses yang dapat

memperbaiki sifat karet mentah, yaitu dengan mengubahnya menjadi karet matang sehingga memiliki sifat elastis dan lebih tahan terhadap perubahan suhu. Proses tersebut dinamakan vulkanisasi. Vulkanisasi adalah suatu proses mengaplikasikan panas kepada campuran elastomer dan bahan kimia untuk menurunkan plastisitas dan meningkatkan elastisitas, kekuatan dan kemantapan. Vulkanisasi merubah molekul karet yang panjang saling mengait menjadi suatu struktur tiga dimensi melalui pembentukan ikatan silang secara kimia. Proses vulkanisasi pada kompon dipengaruhi oleh suhu dan waktu. Parameter kritis selama vulkanisasi adalah waktu yang diperlukan untuk memulai reaksi. Laju dan lamanya pembentukan proses ikat silang. Peningkatan suhu vulkanisasi akan mempersingkat waktu vulkanisasi. Sebaliknya, penurunan waktu vulkanisasi akan memperlambat waktu vulkanisasi.

Gambar 2. Pemrosesan Karet Menjadi Produk Akhir

Bahan pemvulkanisasi adalah bahan kimia yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet untuk membentuk ikat silang antar molekul. Belerang (sulfur) adalah bahan yang pertama kali dan yang terutama digunakan

untuk memvulkanisasi atau bahan pembentuk ikatan silang. Pembentukan ikat silang akan lebih cepat jika belerang dikombinasikan dengan bahan pencepat dan bahan lain. Pencepat adalah bahan kimia yang digunakan dalam bentuk sedikit bersama belerang untuk mempercepat proses vulkanisasi.

4.2.

Vulkanisasi dengan Menggunakan Teknologi Iradiasi Lateks karet iradiasi atau lateks alam pekat pra-vulkanisasi adalah lateks

alam yang divulkanisasi dengan menggunakan teknologi nuklir, dan langsung dapat digunakan untuk membuat barang karet seperti sarung tangan, balon, topeng, bola, produk dekorasi panggung /film, dll. Pengolahan lateks alam iradiasi artinya cara membuat lateks alam iradiasi dari lateks alam/ getah pohon karet, dengan menggunakan sinar gamma Cobalt-60 atau berkas elektron sebagai sumber energi. Vulkanisasi lateks alam dengan radiasi hanya menggunakan dua macam bahan kimia, tidak perlu diperam dan dipanaskan, langsung dapat diproses menjadi produk industri karet yang dikehendaki Sejak awal tahun 1982, pembuatan barang industri dari lateks alam iradiasi ini mulai dikembangkan kepada para pengrajin di daerah khusus ibu kota Jakarta dan Bandung. Barang industri karet yang diproduksi antara lain berupa sarung tangan, balon, topeng, benang karet yang mutunya cukup baik. Penelitian ini berkembang pesat dengan didirikannya iradiator lateks alam yang diresmikan pada tanggal 8 Desember 1983. Iradiator lateks ini menggunakan sumber radiasi Cobalt 60 berkapasitas 225.000 Curie dan dapat meradiasi lateks alam sebanyak 1.500 ton setahun (1.500 kg setiap 20 jam). Sifat lateks alam iradiasi secara visual tidak dapat dibedakan lateks alam proses belerang dengan lateks alam iradiasi, baik warna, bau maupun bentuknya yaitu berupa cairan berwarna putih susu dan berbau amonia. Perbedaannya tampak bila dilihat dengan "Scanning Electron Microscope", yaitu diameter rata-rata partikel karet lateks alam iradiasi lebih kecil dari pada karet lateks alam non iradiasi. Juga terlihat pada film hasil uji fisik dan mekaniknya, yaitu modulus dan tegangan putus film karet lateks alam iradiasi lebih kuat, ulet dan elastis dari pada karet lateks alam non radiasi. Perbedaan lainnya adalah daya simpan-lateks alam iradiasi lebih tahan

lama yakni dapat disimpan sampai 6 bulan, sedang untuk lateks alam vulkanisasi belerang hanya mampu disimpan sekitar 3 minggu. Di samping itu lateks alam iradiasi bebas nitrosamin (bahan penyebab kanker) dan rendah protein, sehingga bila digunakan untuk barang karet tidak menyebabkan penyakit kanker atau alergi.

5.

Hasil dan Pembahasan Berikut ini akan dijelaskan mengenai masing-masing proses, biaya,

sumber daya manusia (SDM), energi hingga output karet yang dihasilkan melalui proses dengan menggunakan teknologi iradiasi dan vulkanisasi menggunakan sulfur.

5.1.1. Proses Vulkanisasi Sulfur dan Iradiasi Proses dari vulkanisasi menggunakan sulfur terdiri dari beberapa tahapan dan menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan pada proses vulkanisasi sulfur adalah sulfur, karbonat, dan KOH. Untuk urutan prosesnya yan pertama kali dilakukan adalah penggilingan bahan kemudian bahan yang telah digiling dicampur dengan lateks alam yang akan diolah. Dilakukan pemanasan dengan tiga tahap yaitu pemanasan awal, pemanasan lanjutan dan pemanasan akhir. Jika dilihat dari urutan proses yang dihasilkan oleh vulkanisasi sulfur, proses yang digunakan masih terbilang konvensional dan peralatan yag digunakan tidak terbilang canggih serta proses vulkanisasi dengan sulfur mengunakan banyak tenaga kerja dan energi yang lebih besar untuk proses pemanasan. Berikut ini adalah gambar mengenai aliran proses menggunakan vulkanisasi sulfur.

Gambar 3. Proses Vulkanisasi Sulfur

Vulkanisasi dengan menggunakan teknologi iradiasi hanya menggunakan dua macam bahan kimia. Dengan menggunakan teknologi iradiasi, tidak perlu dilakukan pemanasan karena langsung dapat diproses menjadi produk karet yang diinginkan. Proses vulkanisasi menggunakan teknologi radiasi sangat singkat karena tidak memerlukan proses pemanasan seperti proses vulkanisasi menggunakan sulfur. Proses ini lebih menghemat energi dan menggunakan tenaga kerja yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan proses vulkanisasi menggunakan sulfur.

Gambar 4. Proses Vulkanisasi Menggunakan Teknologi Iradiasi

5.1.2. Biaya yang Dibutuhkan Vulkanisasi Sulfur dan Iradiasi Investasi yang dibutuhkan untuk vulkanisasi menggunakan teknologi iridiasi terbilang besar. Harga mesin berkas elektron (MBE) adalah sebesar 3,8 Milyar sedangkan untuk proses vulkanisasi menggunakan sulfur membutuhkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi iradiasi.

5.1.3. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Dibutuhkan Vulkanisasi Sulfur dan Iradiasi Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk proses vulkanisasi menggunakan teknologi iradiasi lebih sedikit dibandingkan dengan vulkanisasi dengan menggunakan sulfur. Vulkanisasi dengan menggunakan sulfur

membutuhkan 3 hingga 4 pekerja di setiap prosesnya sedangkan vulkanisasi menggunakan teknologi iradiasi hanya membutuhkan 1 pekerja. Hal ini dikarenakan penggunaan teknologi iradiasi yang hanya membutuhkan pekerja

untuk mengontrol penggunaan mesin berkas elektron untuk vulkanisasi dengan teknologi iradiasi.

5.1.4. Energi yang Dibutuhkan Vulkanisasi Sulfur dan Iradiasi Energi yang dibutuhkan untuk proses vulkanisasi menggunakan sulfur lebih besar dibandingkan dengan energi yang dibutuhkan melalui proses iradiasi. Hal ini disebabkan proses pemanasan yang berulang sehingga membutuhkan energi yang lebih besar. Energi yang dibutuhkan untuk iradiasi adalah sebesar 2 MeV, 10 mA.

5.1.5. Output yang Dihasilkan oleh Vulkanisasi Sulfur dan Iradiasi Output yang dihasilkan vulkanisasi menggunakan sulfur adalah sebesar 800 kg setiap 20 jam sedangkan dengan menggunakan teknologi iradiasi dihasilkan 1500 kg setiap 20 jam. Output yang dihasilkan menggunakan teknologi iradiasi lebih banyak dibandingkan dengan vulkanisasi konvensional hal ini disebabkan oleh kapasitas efektif output teknologi iradiasi lebih besar dibandingkan denga kapasitas efektif output teknologi vulkanisasi sulfur.

5.2.

Solusi yang Diajukan Penulis Solusi yang diajukan penulis untuk permasalahan rendahnya produktivitas

karet di Sumatera Utara adalah dengan menerapkan teknologi iradiasi pada proses vulkanisasi karet. Dilihat dari sudut pandang keefektifan proses, energi serta sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan, pengolahan karet menggunakan teknologi iradiasi dinilai lebih efisien dibandingkan dengan pengolahan karet secara konvensional. Namun, investasi mesin pengolahan iradiasi membutuhkan investasi yang cukup besar sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah untuk mensubsidi mesin berkas elektron (MBE). Selain keuntungan yang telah dijabarkan diatas, berikut ini adalah keuntungan lainnya dari pengolahan teknologi iradiasi. 1. Hemat bahan kimia (hanya 2 macam bahan kimia yang digunakan), hemat energi panas, dan hemat waktu serta dapat disimpan dalam waktu 6 bulan

10

lebih (lateks alam vulkanisasi belerang hanya dapat disimpan sekitar 3 minggu). 2. Tidak mengandung bahan karsinogen (penyebab penyakit kanker), tidak beracun (toxical), tidak mengandung protein alergen (penyebab alergi pada tubuh manusia), produk karet tidak berbau tajam dan lebbih elastis. Apabila produk karet dari lateks alam iradiasi ini dibakar, gas sulfur dioksida hanya 1/20 lebih rendah daripada karet proses vulkanisasi sulfur. 3. Lebih mudah didegradasi oleh alam, karena energi aktivitasnya lebih rendah, sehingga produk karet dari lateks alam iradiasi tidak mencemari dan akrab dengan lingkungan.

6.

KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Teknologi iradiasi dapat dijadikan sebuah alternatif teknologi baru pada proses produksi pengolahan karet dibandingkan dengan vulkanisasi menggunakan sulfur. 2. Dilihat dari sudut pandang keefektifan proses, sumber daya manusia (SDM) serta penggunaan energi, teknologi iradiasi mampu meningkatkan produktivitas karet khususnya untuk di Sumatera Utara namun dibutuhkan upaya pemerintah untuk mensubsidi teknologi iradiasi.

DAFTAR PUSTAKA Warintek. Lateks Alam Iradiasi Sebagai Bahan Baku Industri Rumah Tangga Barang Jadi Karet. Diakses dari situs, http://www.warintek.ristek.go.id. Repository USU. Proses Vulkanisasi pada Karet. Diakses dari situs, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19026/3/Chapter%20II.pdf. BATAN. (2010). Rencana Strategik PTABP 2010-2014. Diakses dari situs, http://www.batan.go.id/ptapb/4%20Bab%20I%20Pendahuluan.pdf. Industri Karet. Vulkanisir/Vulkanisasi. Diakses dari situs,

http://www.industrikaret.com/vulkanisir.

11

MW/Atomos. (2012). Masalah Industri Karet Terpecahkan. Diakses dari situs, http://www.suaramerdeka.com/harian/0403/01/ragam1.htm.

12

You might also like