You are on page 1of 2

Data protitusi remaja: sekurangnya 150.000 anak Indonesia menjadi korban pelacuran anak dan pornografi tiap tahun.

Angka itu meningkat 100 persen lebih dari statistik badan PBB, Unicef tahun 1998 yang mencatat sekitar 70.000 anak Indonesia menjadi korban pelacuran dan pornografi. Berdasarkan data ILO, pada 2002-2006 ditemukan sebanyak 165 ribu pelacur sekitar 30 persennya atau 49 ribu jiwa adalah anak di bawah usia 18 tahun. Koordinator Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Ahmad Sofian yang menjelaskan, 70 persen anak yang jadi korban berusia antara 14 tahun dan 16 tahun. Kejahatan yang menimpa mereka bervariasi, dari sindikat pelacuran, pedofilia, pornografi dan sebagainya.

Pelacuran adalah pelacuran adalah suatu bentuk perhubungan kelamin di luar pernikahan dengan pola tertentu, yakni kepada siapapun secara terbuka dan hampir selalu dengan pembayaran baik untuk persembahan maupun kegiatan seks lainnya yang memberi kepuasan yang diinginkan oleh yang bersangkutan.

motif-motif atau faktor penyebab yang melatarbelakangi tumbuhnya pelacuran atau praktik prostitusi adalah: 1. konsep diri dan perkembangan emosi yang belum matang ; Kematangan diri secara emosional (maturing emotional self) menunjuk pada emosi yang menyangkut semua wilayah perilaku afektif dengan melibatkan aspek biologis, kognitif, dan sosial. Kematangan emosi merupakan proses dimana pribadi individu secara terus menerus berusaha mencapai suatu tingkatan emosi yang sehat, baik secara intrafisik maupun interpersonal. Kematangan emosi ada di dalam konsep diri dan konsep diri ada di dalam kematangan emosi. Aspek pengendalian diri di dalam konstruk kematangan emosi identik dengan aspek konsep diri emosional di dalam konstruk konsep diri. 2.Tekanan ekonomi. Kebutuhan hidup saat ini yang semakin banyak, tetapi tidak sebanding dengan 3. Aspirasi materiil yang tinggi dalam diri wanita dan kesenangan-ketamakan terhadap pakaian pakaian indah dan perhiasan mewah. Ingin hidup bermewah-mewah namun malas bekerja. 4. Rasa ingin tahu yang besar terhadap masalah seks khususnya untuk remaja yang kemudian masuk ke dalam dunia pelacuran oleh bujukan-bujukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 5. Dekadensi moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan. 6. konformitas; keinginan untuk diakui oleh teman-temannya.

(wanita) untuk tujuan komersial. 7. Bertemunya bermacam-macam kebudayaan asing dan kebudayaan setempat. 8. minimnya pengetahuan dan pendidikan mengenai seks bebas dan pelacuran, serta adanya norma agama yang menutup jalur

Kondisi psikologis pelacur 1. cenderung tertutup dan tidak mau terbuka dalam pergaulan 2. merasa bersalah,merasa hina 3. adanya pertentangan antara nurani (malu dengan norma sosial,karena ia telah melanggar norma) dengan kebutuhan-kebutuhan ego, materi dan kebutuhan-kebutuhan lain 4. merasa takut,cemas.. karena ia tahu perbuatannya adalah hal yang melanggar norma sosial,agama.

Akibat yang diterima : 1. adanya judgement/penilaian negatif yang akan melekat pada dirinya seumur hidup, berpengaruh pada sosialisasi di dalam masyarakat, mencari pekerjaan, dll. 2. rentan terhadap penyakit menular seksual dan penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksi seperti kanker rahim,atau kista, dll 3. kehidupan seksualnya akan berubah; perilaku seksual 4. perasaan bersalah seumur hidup

Menghindari : a. cari tahu tentang pendidikan seks sesuai usia b. orang tua perlu adanya penyesuaian dan keterbukaan dengan anak seputar seks c. tahu batasan pergaulan sesuai dengan norma yang ada d. percaya pada diri sendiri, tidak perlu ikut-ikutan

You might also like