You are on page 1of 23

6

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan dibahas mengenai akan di bahas mengenai : 1)

Imunisasi, 2) Penyuluhan Kesehatan, 3) Pengetahuan, 4) Sikap. 2.1. Imunisasi

2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi, yang dalam bidang imonologi merupakan kuman atau racun. Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun kuman yang disebut antibody (Riyadi, 2009) Supartini (2004) mengatakan bahwa Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes RI, 2000).Pentingnya, imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak. Hidayat (2007) menyatakan bahwa Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Tujuan diberikannya imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat mengurangi kecatatan akibat penyakit tertentu.

Depkes Ri (1994) Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain. (Depkes RI, 1994)

Departemen Kesehatan RI pada tahun 2004, menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut tergantung dari factor yang

mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak. (Hidayat, 2005).

2.1.2. Jenis-jenis Imunisasi 2.1.2.1. Imunisasi Aktif Pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkan sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat

merespon. Dari imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :

1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat anti mikrobaguna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan. 2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga dapat berupa cairan kultur jaringan. 3. Preservatif, stabilizer, dan antibiotoka yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen. 2.1.2.2. Imunisasi Pasif Pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa imunisasi diantaranya :

1.

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan diberikan pada bayi umur

2 atau 3 bulan. Kemudian cara pemberian imunisasi BCG melaui inttra dermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada darah suntikan dan dapat terjadi linfadenitis regional, dan reaksi panas.

2.

Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

Digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali.Dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin yang mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup.Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu.Cara pemberian imunisasi DPT melalui intra muscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan berat, efek ringan seperti pembengkakkan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat seperti kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.

3.

Imunisasi Polio Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi diberikan imunisasi Polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu.Cara pemberian imunisasi polio melalui oral.

10

4.

Imunisasi Campak Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Imunisasi ini digunakan untuk mencegah penyakit campak pada anak kerana penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang

dilemahkan.Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.

5.

Imunisasi Hepatitis B Imunisasi yang dugunakan untuk mencegat terjadinya penyakit Hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tida kali.Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan.Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular.

6.

Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela) Memberikan atau mencegah terjadinya penyakit campak (measles), gondongan, parotis epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah virus campak starin Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini dapat dianjurkan pada bayi usia 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang manovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan.

11

7.

Imunisasi Tiphus Abdominalis Digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus abdiminalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen capsular Vi poliysaccharide (Typhim Vi, Pasteur meriux). Pada vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml, pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval empat minngu kemudian penguat setelah satu tahun kemudian. Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari 1,2,5 pada anak diatas usia 6 tahun dan pada antigen capsular diberikan pada usia diatas dua tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.

8.

Imunisasi Varicella Pemberian vaksin varicella dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penyakti varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila di atas 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.

9.

Imunisasi Hepatitis A mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. pemberian imunisasi ini dapat berikan pada usia diatas dua tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin Havrix (isinya virus hepatitis A strain HM175 yang

12

inactivated) dengan dua suntikan dengan interval empat minggu dan boster pada eman bulan kemudian dan apabila menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0,6 dan 12 bulan.

10.

Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B) Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP:purified capsular polysacharide) kuman H. influenzae tipe b. antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP.T), toksoid difteri pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan tiga suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval dua bulan kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan (Ismoedijanto, 2002

2.2.

Penyuluhan Kesehatan

2.2.1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan adalah pemberian informasi yang dapat menimbulkan penjelasan bagi orang yang bersangkutan. Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses belajar untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif pada individu atau kelompok terhadap kesehatan agar yang bersangkutan menerapkan ilmu yang didapat sebagai bagian dari cara hidup (Notoatmojo, 2003). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara meyebarkan pesan menanamkan keyakinan, sehingga

13

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Effendy, (1998) mengatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsipprinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun kelompok dan meminta pertolongan. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan tujuan pencapaian kesehatan individu dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilakukan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya

merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun

traktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, 2002) 2.2.2. Tujuan penyuluhan kesehatan (Effendy, 1998) 1. Tercapainya tujuan perilaku, individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 2. Terbentuknya perilaku hidup sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

14

Untuk mengubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. 2.2.3. Sasaran penyuluhan Sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasaran pendidikan kesehatan, meliputi masyarakat dengan orientasi masyarakat pedesaan, masyarakat kelompok khusus dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual (Maulana, 2009). 2.2.4. Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan adalah terjadinya

perubahan sikap dan perilaku dari individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat untuk prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 1998) 1.2.5. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah : 1. Tingkatan pendidikan Pendidikan dapat dipengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat ddikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya 2. Tingkat sosial ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

15

3. Adat istiadat Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan. 4. Kepercayaan masyarakat Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul

kepercayaan masyarakat dengan meyampaikan informasi. 5. Kesediaan waktu di masyarakat Waktu menyampaikan informasi haruns memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. 1.2.6. Metode penyuluhan Metode yang dapat dipergunakan memberikan penyuluhan kesehatan adalah (Notoatmojo, 2002) : 1. Metode ceramah Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

16

2. Metode Diskusi Kelompok Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan di antara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 3. Metode Curah Pendapat Adalah suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian. 4. Metode Panel Adalah pembicaraan yang telah direncanakan didepan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin. 5. Metode Bermain Peran Memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. 6. Metode Demonstrasi Suatu cara untuk menunjukan pengertian, ide dan prosedur tentang

sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan

menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak teralalu besar jumlahnya.

17

7. Metode simposium Serangkaian cerama yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat 8. Metode seminar Suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluahan sesuai dalam langkah-langkah penyuluhan kesehatan mesyarakat sebagai beriktu (Effendy, 1998) : 1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat. 2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat. 3. Memprioritaskan masalah terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat. 4. Menetapkan tujuan 5. Penentuan sasaran 6. Menyusun materi / isi penyuluahan 7. Memilih metode yang tepat 8. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan 9. Penentuan kriteria evaluasi

18

2.3. Pengetahuan 2.3.1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui indera mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). 2.3.2. Pengetahuan sebagai domain yang sangat penting Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) yang terdiri dari (Notoatmodjo, 2007): 2.3.3. Proses adopsi perilaku 1. Awereness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu stumulus (objek) terlebih dahulu. 2. Interest (tertarik) yakni orang mulai tertarik pada stimulus. 3. Evaluation (menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, orang telah mencoba perilaku baru. 5. Adoption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan prilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut

19

akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama. 2.3.4. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni : 1. Tahu (know) Tahu diartikan mengingat suatu materi yang diperlajari sebelumnya.Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab tu tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. 3. Memahami (Comprehensip). Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 4. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk megungkapkan materi yang telah dipelajari pada situasi pada kondidi real (sebenarnya). 5. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen teapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan, sebagainya. membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

20

6.

Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

7.

Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendriri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

2.3.5

Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Soekidjo (2005) cara untuk memperoleh pengetahuan ada dua, yaitu : 1. Cara Tradisional atau Cara Kuno a. Cara coba salah (Trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. b. Cara kekuasaan atau otoritas Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme

21

yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang ditemukannya adalah sudah benar. c. Berdasarkan pengalaman pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. d. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mempu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya. 2. Cara modern Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau disebut dengan metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan nama penelitian ilmiah.

22

2.3.6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Wawan (2010) mengatakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua: 1. Faktor Internal a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Y. B. Mantra, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Notoatmodjo, S 2003), pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. b. Pekerjaan Menurut Thomas (1993), pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan, terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekarjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Sedangkan bekarja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. c. Umur

23

Menurut Elizabeth B.H, usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai dengan berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998), semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2. Faktor Eksternal a. Lingkungan Menurut Ann Mariner (1989), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

2.4.

Sikap

2.4.1. Pengertian sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmojo, 2007)

24

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang dari suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 1997) Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negative terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten (Abu Ahmad, 1999) 2.4.2. Pengukuran sikap Dalam penelitian ini, digunakan pengukuran sikap dengan skala Likker yang dikenal dengan teknik Summated ratings. Responden diberikan pertanyaanpertanyaan dengan kategori jawaban yang telah ditulis.Misalnya : 1. Praktek atau tindakan ( Prakctice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( overt behavior). Untuk mewujutkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan,antara lain adalah fasilitas. Juga di perlukan faktor dukungan ( Support) dari pihak lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan. 2. Persepsi ( perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya. 3. Respon terpimpin ( guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkat dua.

25

Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotongnya, lamanya memasak dan sebagainya. 4. Mekanisme ( mechanism) Apabilah sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya ibu yang sudah mengimunisasi bayinya pada umur- umur tertentu, tampa menunggu perintah dari orang lain. 5. Adopsi ( adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah di modifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tingi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana. 2.4.3. Komponen sikap 1. 2. 3. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) (Notoatmojo, 2007)

2.4.4. Tingkatan sikap 1. Menerima (Receiving). Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (Responding). Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

26

3. Menghargai (Valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (Responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupaka sikap yang paling tinggi (Notoatmojo, 2007)

2.4.5. Komponen Pokok Sikap Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang (Wawan, A dan Dewi M, 2010), yaitu: 1. Komponen kognitif Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. 2. Komponen afektif (komponen emosional) Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. 3. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component) Merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

27

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. 2.4.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap (Saifuddin, A 2000), antara lain: 1. Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3. Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. 4. Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

28

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

You might also like