You are on page 1of 11

TIK 2 : Fajaria Munira Hasan, Nurul Hayati, Rizkia Funna, Sri Wahyuni ENTERAL NUTRITION a.

Pengertian Metode pemberian makan alternative untuk memastikan kecukupan nutrisi meliputi metode enteral (melalui system pencernaan). Nutrisi Enteral (EN) juga disebut nutrisi enteral total (TEN), diberikan apabila pasien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan transpor makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makan melalui enteral diberikan melalui selang nasogastrik, dan selang pemberian makan berukuran kecil atau melalui selang gasrostomi atau yeyunostomi. (kozier, 2010) Nutrisi enteral adalah nutrient yang diberikan melalui saluran gastrointestinal. Nutrisi enteral adalah metoda yang di pilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika saluran gastrointestinal pasien tidak menyediakan dukungan psikologi, keamanan, dan nutrisi yang ekonomis. Pada pasien yang mengalami kesulitan makan, maka dapat diberikan nutrisi enteral dengan selang nasogastrik, jejunum atau lambung. Nutrisi enteral dan infuse dengan mudah diberikan dalam lingkungan perawatan rumah oleh perawat atau keluarga. ( perry potter, edisi 4) b. Tujuan 1. Untuk member makan dan obat melalui selang kepada pasien yang tidak dapat makan melalui mulut atau menelan sejumlah diet yang cukuptanpa terjadi aspirasi makanan atau minuman ke dalam paru 2. Untuk mencegah mual, muntah dan distensi lambung setelah

pembedahan. Dalam kasus ini selang dihubungkan ke sumber suksion. 3. 4. Untuk mengeluarkan isi lambung guna analisis laboratorium Untuk melakukan lavase (mencuci) lambung dalam kasus keracunan atau kelebihan dosis obat (kozier, 2010) c. Indikasi

Selang nasoentrik digunakan untuk pasien yang beresiko mengalami aspirasi. Pasien yang beresiko mengalami aspirasi adalah mereka yang menunjukkan manisfestasi sebagai berikut: 1. Tingkat kesadaran menurun 2. Refleks batuk atau gangguan buruk 3. Intubasi endotrakea 4. Baru menjalani ekstubasi 5. Tidak mampu bekerja sama dalam dalam pelaksanaan prosedur 6. Gelisah atau agitasi (kozier, 2011) Menurut Tuttle-Newhall (2000), ada beberapa indikasi terkait pemberian nutrisi enteral, diantaranya: 1. Aktual deficit nutrisi 2. Resiko tinggi terhadap malnutrisi akibat proses perawatan (severe catabolic stress atau postoperative prolonged ileus) 3. Luka trauma atau luka bakar 4. ARDS (acute respiratory distress syndrome) 5. Pancreatitis lanjut 6. Low-output enterocutaneous fistulas Indikasi (Hartono, 2006.P.204): Pada penderita yang memerlukan asupan nutrien dengan saluran cerna yang masih berfungsi, seperti pada pasien: 1. AIDS/HIV (yang disertai malnutrisi) 2. Kakeksia pada penyakit jantung atau kanker 3. Penurunan kesadaran atau koma 4. Disfagia/obstruksi esofagus 5. Anoreksia pada infeksi yang berat/kronis atau pada malnutrisi 6. Pembedahan atau kanker pada kepala/leher 7. Gangguan psikologis seperti depresi berata atau anoreksia nervosa.

8. Keadaan hipermetabolisme (luka bakar, trauma, infeksi HIV) 9. Asupan oral yang tidak mencukupi 10. Inflamasi usus atau penyakit Crohn 11. Intubasi/ventilasi 12. Pankreatiris (untuk mempertahankan keutuhan usus) 13. Pembedahan dan trauma dengan resiko sepsis d. Kontra indikasi 1. Masa penggunaan kurang dari 5-10 hari 2. Tidak dapat digunakan pada pasien dengan severe acute pancreatitis 3. High-output proximal fistulas 4. Inability to gain access 5. Mual yang berlebihan atau diare

e. Keuntungan menggunakan EN Pemberian EN memiliki beberapa keuntungan secara fisiologi dan immunologi pasien. 1. Fisiologi a) Zat-zat gizi bermetabolisme dan dimanfaatkan secara efektif b) Sebelum dilepaskan ke sirkulasi system, zat-zat gizi telah melalui serangkaian proses metabolism di gut dan hati. c) Gut dan hati membantu menjaga keseimbangan asam amino serta struktur jaringan otot. 2. Immunologi a) Zat-zat gizi yang diberikan melalui enteral dapat menjaga integritas gut dikarenakan pemindahan bakteri dari gut, sepsi sistemik dan peningkatan resiko potensial kerusakan berbagai organ dapat dicegah b) Kelemahan stimulasi GI yang dapat menyebabkan

pemindahan/penyebaran bakteri dari gut dapat diminimalisirkan melalui EN.

c) Pemberian EN sedini mungkin dapat meminimalisir resiko sepsi pada gut d) Keamanan (menghindari komplikasi yang berhubungan dengan akses intravena): kateter sepsi, pneumothorax, kateter embolisme, dan arterial laceration. e) Biaya: kebutuhan peralatan dan staff untuk persiapan dan proses pemasangan EN lebih murah dibandingkan PN. f. Kekurangan dari EN 1. Dapat menyebabkan diare atau sembelit (konstipasi) 2. Dapat meningkatkan rasa mual 3. Memerlukan pembedahan untuk memasang tabung ke dalam perut 4. Meningkatkan resiko tersedak atau pneumonia 5. Meningkatkan resiko infeksi 6. Meningkatkan beban bagi perawat g. Rute pemberian Macam-macam pipa pemberian makanan enteral (Horrison,1999.P.525): No Jenis Pipa Teknik Penempatan Pengguanaan Klinis Masalah yang Potensi 1. Pipa Nasogatrik a. Pengukuran cuping telinga xifistrernum b. Ditempatkan oleh ahli atau dengan intruksi anggota oleh keluarga luar: Situsi klinis jangka Pneumonia (beberapa aspirasi dari kandungan lambung

hidung, pendek ke minggu):

a. penempatan dapat

sebentar- yang mengalami regurgitasi, iritasi

sebentar, diperlukan pengosongan lambung normal

atau pasien c. Pipa diberikan air

yang nasofaring atau

es atau stylet d. Posisi dengan menyuntikkan udara gelembung yang dan udara diperiksa cara

b. pemberian bolus hubungan atau yang menerus. tetesan esofagogaster terus- dengan pendarahan dan/atau striktura.

terdengar

melalui stetoskop yang melewati

cairan, dengan cara mengaspirasi kandungan lambung dengan memeriksa rontgen. 2. Pipa nasoduoden al atau a. Pengukuran Cuping telinga iliaka anterosuperior ke luar: Situsi klinis jangka Melewati hidung, pendek: spina Digunakan pengosongan lambung pipa pilorus: bila mencegah penarikan asam atau cara foto

nasojejunal

terganggu kembali yang infus spontan ke

(orang dewasa) dan atau ke maleolus yang

untuk

melewati dalam

medialis (bayi)

fistula usus tinggi lambung, esofagus diperlukan robek atau tetesan yang

b. Pipa yang berbobot seperti mungkin spontan pilorus secara yang

melalui fistula lambung atau terus menerus bila duodenum dan

penderita berbaring pada atau ditempatkan jejunum sisi kanan pipa pada dengan

cenderung menyebabkan diare, pipa

menjadi kaku bersamaan dengan waktu, dapat mengoyakka n pilorus atau hubungan gastroesofagu s bila ditarik

stylet yang kaku, dibawah fluoroskopi c. Posisi dengan mengaspirasi kandungan duodenum yang diperiksa cara

keluar dengan cepat

asam atau dengan cara memeriksa

foto rontgen 3. Pipa Faringosto mi Pipa dengan ditempatkan Jalan masuk jangka Aspirasi: cara panjang: tidak ada pembentukan melalui iritasi nasofaring, jaringan parut saluran pada faring

atau pembedahan

Esofagosto mi

sisi leher ke dalam sekali faring

terbentuk, pipa dapat menyebabkan ditempatkan kembali penyimpanga n anatomi

yag normal 4. Pipa Gastrostomi Pipa melalui abdomen ke ditempatkan Jalan masuk jangka Iritasi sekitar dinding panjang: dalam saluran sekali tempat pipa: terbentuk, aspirasi dapat kandungan

lambung, dengan cara pipa

radiologis perkutaneus ditempatkan ataupun andoskopis

lambung,

teknik kembali, digunakan pemindahan yang bila penelanan pipa ke

menggunakan anestesi terganggu lokal atau secara obstruksi melalui ataupun

karena dalam rongga mekanis peritoneum atau bila

pembedahan

insisi abdomen yang diskoordinasi menggunakan anestesi neurologis spinal atau umum, lambung

dipertahanka n dengan balon, terjadi imigrasi atau obstruksi pilorus pada disitu

dapat diubah menjadi tombol

untuk penderita rawat jalan jangka panjang 5. Pipa Jejunostomi Pipa

ditempatkan Situasi klinis jangka Iritasi

secara radiologis atau pendek: pembedahan melalui bila

digunakan tempat keluar pengosongan pipa, terganggu terutama

dinding abdomen ke lambung dalam proksimal jejunum ditambatkan dinding

lengkung atau dianjurkan pipa dengan pipa dari kaliber kecil sebagai kaliber dan bantuan pada operatif anterior mungkin pasca besatr, jika penyumbatan terjadi atau gaster pemindahan pipa, biasanya diperlukan tetesan terus menerus;

dengan menggunakan atoni

benang bedah, pipa berkepanjangan berkaliber dimasukkan traktus kecil dengan ke

diagonal

lumen usus atau pipa

kaliber besar ditanam dengan jahitan 6. Pipa Gastrojejun ostomi Gabungan Pipa secara ditempatkan Memperbolehkan

diare

Belum

intragaster pengisapan lambung tersedia

dengan jejunum yang dan infus jejunum secara luas terikat benang di atas yang pilorus bersamaan,

digunakan terutama pada penderita

dengan risiko tinggi terhadap aspirasi

kandungan lambung

h. Jenis formula Jenis-jenis formula makanan enteral (Horrison,1999.P.526): 1. Formula yang dicampur lumatan a. Komposisi: Campuran daging murni, buah, sayuran, kadang-kadang ditambah susu nonlemak, serat, vitamin dan mineral. Tingkat kekentalan paling tinggi atau sangat kental. b. Indikasi: Diperlukan pencrnaan dan penyerapan makanan yang normal, dapat diberikan melalui esofagus, lambung, duodenum atau jejenum. c. Cara pemberian: Dengan menghisap atau melalui pipa berukuran besar (12-18 French), bolus atau tetesan dengan pompa.

2. Formula Polimer

a. Komposisi: Campuran protein penuh , polisaka dan trigliserida. Jarang mengandung serat. Tingkat kekentalannya lebih rendah dibandingkan formula yang dicampurkan lumatan. b. Indikasi: Diperlukan pencernaan dan penyerapan makanan yang normal, dapat diberikanmelalui esofagus, lambung, duodenum atau jejenum. c. Cara pemberian: Dengan menghisap atau melalui pipa berukuran besar (12-18 French), bolus atau tetesan dengan pompa.

3. Formula Monomer

a. Komposisi: Campuran protein yangbelum dicerna, karbohidrat dan sejumlah kecil trigliserida, cukup untuk memenuhi kebutuhan asam lemak esensial, tidak mengandung serat. Tingkat kekentalannya paling rendah di antara seluruh formula. b. Indikasi: Digunakan pada penyakit peradangan usus, pankrestitis kronik, akibat radiasi atau kemoterapi, malabsorpsi menyeluruh atau sebagai makanan peralihan dari terapi parenteral ke terapi enteral. c. Cara pemberian: Melalui tetesan lewat pipa berukuran kecil (5-8 French) dengan pompa.

4. Formula yang berhubungan dengan penyakit a. Komposisi: Direncanakan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada keadaan penyakit tertentu; jumlah protein, perbandingan asam amino,

karbohidrat, elektrolit dan kalori bervariasi. Tingkat kekentalannya rendah. b. Indikasi: Digunakan untuk keadaan yang memerluka pembatasan cairan, gagal jantung, gagal ginjal, ensefalopati hepatik, kebutuhan protein tinggi, trauma, luka bakar. c. Cara pemberian: Melalui tetesan lewat pipa berukuran kecil (5-8 French) dengan pompa.

5. Formula Moduler a. Komposisi: Makanan yang dibuat sesuai pesanan berdasarkan pilihan perorangan. Tingkat kekentalan tergantung jumlah. b. Indikasi: Digunakan untuk kelainan metabolik tertentu, seperti penyakit penyimpangan glikogen, protein , karbohidrat dan lemak. c. Cara pemberian: Bervariasi, tergantung kekentalan. DAFTAR PUSTAKA Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rimah Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC Smeltzer,S.C., & Bare,B.G.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah: Brunner & Suddarth (8 ed.vol 2). Jakarta: EGC Potter, P.A., & Perry,A.G (2001). Fundamental Keperawatan: konsep,proses dan praktik (4 ed.vol.2). Jakarta: EGC Horrison. (1999). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC Kozier et all. (2007). Praktik keperawatan professional: konsep dan praktik. Edisi 4.

Jakarta. EGC.

You might also like