Professional Documents
Culture Documents
Bagdja Muljarijadi
INTRODUCTION
Many decision-making problems involve a number of
factors. For example, if you are considering a new job, factors might include:
starting salary,
career advancement opportunities, work location
subjectively and intuitively consider the various factors in making their selection.
INTRODUCTION
All of the important factors can then be given
appropriate weights and each alternative, such as a car, a computer, or a new job prospect, can be evaluated in terms of these factors. This approach is called the multifactor evaluation process (MFEP). Analytic Hierarchy Process (AHP), uses pairwise comparisons and then computes the weighting factors and evaluations
evaluation is selected.
Evaluation for AA Com
weights to the various decision factors, the MFEP described previously works fine. In other cases, decision makers may have difficulties in accurately determining the various factor weights and evaluations. In this case, the analytic hierarchy process (AHP) can be used.
Pendahuluan
AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty, seorang ahli
matematika pada awal tahun 1970an Prof. Herbert Simon, peraih hadiah Nobel bidang ekonomi tahun 1978 menyebutkan juga AHP sebagai salah satu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan Metode ini sudah banyak digunakan oleh pengambil keputusan seperti untuk perencanaan transportasi, pemilihan disain teknologi persenjataan, manajemen industri besar dan banyak lainnya.
Pendahuluan
Analisis = pemisahan suatu keadaan semesta (dalam
artian intelektual maupun substansial) menjadi bagian untuk suatu kajian tersendiri. Atau dapat dikatakan sebagai pendekatan rasional untuk pemecahan masalah. Analisis dapat diartikan juga sebagai penjabaran persoalan pada beberapa komponen, dalam upaya untuk memahami hubungan antar komponen-komponen tsb, dan mengusulkan suatu solusi alternatif yang terpilih, Analisis adalah proses pemikiran yang logis (masuk akal) dan dilakukan secara eksplisit (tersendiri) Tujuan analisis adalah mempersiapkan saran ilmiah mengenai tindakan alternatif yang dihadapi para pembuat keputusan.
Proses Analisis
AHPs process involves pairwise comparisons. The decision maker starts by laying out the overall hierarchy of the decision. This hierarchy reveals the factors to be considered as well as the various alternatives in the decision. Then, a number of pairwise comparisons are done, which result in the determination of factor weights and factor evaluations.
Proses Analisis
Tahap 1: Perumusan (Definisi) Persoalan: nyatakan secara
tepat dengan menyiapkan kerangka, struktur analisis, Tahap 2: Perumusan tujuan & Kriteria Evaluasi untuk menunjukkan solusi apa yang harus dilakukan dan cara untuk mengukur pencapaian tujuan tsb. Tahap 3: Pengembangan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan tsb, Tahap 4: Evaluasi alternatif dan membuat rekomendasi dalam artian bagaimana keefektifan tiap alternatif memenuhi kinerja tujuan tsb, dan berapa besar biayanya.
dipuaskan dan indikasi besaran (magnitude) Pilah-pilah (isolasi) penyebab, atau kontributor utama persoalan Identifikasi kelompok populasi spesifik yang paling terlibat.
Kriteria Evaluasi:
Lakukan pengukuran langsung Ukur dampak dan penyebab persoalan
p1
alternatif 1 alternatif 2 alternatif 3 alternatif 4
p2
p3
p4
Hirarki
Hirarki adalah alat mendasar dari pikiran manusia.
Penyusunan hirarki dilakukan untuk menggambarkan
dan menguraikan segala bentuk permasalahan ke dalam unsur-unsur atau elemen pokok yang kemudian dibagi menjadi bagian-bagian lagi. Dalam hirarki, elemen-elemen suatu permasalahan diidentifikasikan, kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang homogen dan ditata dalam bentuk hirarkis.
menggambarkan bagaimana perubahan prioritas pada tingkat diatas akan mempengaruhi tingkat dibawahnya. Memberikan informasi yang sangat terperinci atau detail tentang struktur dan fungsi sistem pada tingkat yang lebih rendah dan memberikan gambaran mengenai pelaku dan tujuan pada tingkat di atasnya. Batasan dari elemen di suatu tingkat paling baik disajikan pada level berikutnya. Sistem secara alamiah merupakan suatu hirarki Stabil, dimana sedikit perubahan mempunyai sedikit pengaruh, dan fleksibel dimana tambahan pada hirarki yang sudah trstruktur dengan baik tidak akan merusak kinerjanya.
Penyusunan Hirarki
Tingkat teratas pada hirarki disebut dengan tujuan atau
fokus. Sementara itu, tingkat dibawahnya adalah kritria. Apabila masih dapat dipecahkan kembali maka tingkatan berikutnya disebut dengan sub kriteria dan seterusnya sampai pada tingkat terakhir adalah alternatif-alternatif yang akan dievaluasi atau dipilih.
Hirarki Struktural
Hirarki fungsional
Hirarki Struktural
Pada hirarki struktural, sistem yang kompleks disusun
ke dalam komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat surkturalnya seperti bentuk, ukuran, warna atau umum. Hirarki struktural berhubungan dengan analisis permasalahan yang kompleks dengan memecahkan obyek ke dalam sejumlah kumpulan, subkumpulan dan kumpulan yang lebih kecil lagi.
Hirarki Fungsional
Hirarki Fungsional sistem yang kompleks diuraikan ke
dalam komponen-komponen pokoknya menurut hubungan utamanya. Hirarki ini membantu untuk mengarahkan sistem kepada tujuan yang diinginkan, seperti pemecahan konflik.
Analisis Manfaat-Biaya
Tingkat 2: Kriteria
Penerimaan Negara
Penghematan Waktu
Kenyamanan
PILIHAN 1
PILIHAN 2
PILIHAN 3
BIAYA
Tingkat 2: Kriteria
Investasi
Operasi
Pencemaran Lingkungan
Tingkat 3: Alternatif
PILIHAN 1
PILIHAN 2
PILIHAN 3
Tingkat 1: Goal
Tingkat 2: Kriteria
Trend
Biaya
Persediaan
Tingkat 3: Alternatif
Buku/Alat Tulis
Pakaian
Makanan
Tingkat 1: Goal
Tingkat 2: Kriteria
Kapabilitas Perusahaan
Kelengkapan Modul
Dukungan Teknis
PT.A
PT.A
PT.A
PT.A
Tingkat 3: Alternatif
PT.B
PT.B
PT.B
PT.B
PT.B
PT.C
PT.C
PT.C
PT.C
PT.C
Gambar 3. Hirarki Keputusan Untuk Memilih Vendor Pengembang SIAK STIE Indonesia
Tingkat 1 : Fokus
Biro Pelabuhan
Tingkat 3 : Sasaran
Biaya
Tingkat 4 : Pelabuhan
Level 0 Fokus
Pemilihan kebijakan optimalisasi pemungutan pajak dan retribusi daerah dalam meningkatkan penerimaan PAD
Level 1 Sasaran
Meningkatkan keleluasaan Pemerintah Daerah (PEMDA) dalam merencanakan program pembangunan di daerah (0,667)
(0,333)
Level 2 Kendala
Peran pajak dan retribusi daerah yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah
Masih rendahnya motivasi dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah dan retribusi daerah
Level 3 Aktor
Akademisi
DPRD
Pelaku Bisnis
BAPPEDA
Level 4 Kebijakan
Memperluas basis penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah serta memperkuat proses pemungutan
Sosialisasi dan peyuluhan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah (0,141)
Meningkatkan efisiensi administrasi pemungutan di daerah dan menekan biaya pemungutan yang berlebihan (0,223)
Gambar 5. Hirarki Pemilihan Kebijakan Optimalisasi Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah dalam Meningkatkan Penerimaan PAD
Level 0 Fokus
Apresiasi
Level 1 Kriteria
Rate of Return
Pengalaman
Likuiditas
Level 2 Alternatif
Bank Savings
Real Estate
Stocks
Treasury Bonds
Matahari
Planet
Atoms
Proton
Neutrons
menggambarkan prosedur untuk mengenerate dari tujuan, kriteria, dan aktivitas yang termasuk dalam hirarkis. Akan tetapi ada beberapa teknik untuk membuat hirarkis dan dekomposisi, seperti yang disajikan pada gambar berikut ini:
lingkup yang lebih besar termasuk aktor lainnya, tujuan, dan hasil (outcomes); Mengidentifikasi kriteria yang mempengaruhi terhadap perilaku dari permasalahan Membuat struktur kriteria, sub kriteria, sifat-sifat dari alternatif, dan alternatif itu sendiri; Masalah dalam jumlah besar, setiap tingkat harus memiliki hubungan terhadap lingkungan, aktor, dan aktor tujuan, aktor kebijakan, dan hasil (outcomes) dari tujuan komposit hasil; Menghilangkan ambiguitas secara hati-hati yang dapat didefinisikan dalam unsur-unsur hirarki;
seluruh tujuan yang disebut dengan fokus hirarkis; Menetapkan penrtanyaan untuk perbandingan pada setiap matriks. KOnsentrasi pada orientasi pada setipa pertanyaan, misal buaya akan selalu menurun dan manfaat akan selalu meningkat; Memprioritaskan subkriteria terhadap kriteria; Memasukkan perbandingan dua hal dan memnetapkan antar hubungan satu sama lain; Menghitung prioritas dengan menambhkan unsur-unsur pada setiap kolom dan membagi pada setiap entry dari total kolom. Rata-rata setiap jumlah baris menghasilkan matriks dan memliki vektor prioritas. Dari langkah-langkah tersebut maka selanjutnya diharapkan untuk menyusun sebuah kuesioner.
1/n
A 1 1/5 1.45
B 5 1 3 9
C 4 1/3 1 5.33
1/3
1/3
VP baris 1 = 0,2174 / 3,487 = 0,674 VP baris 2 = 0,405 / 3,487 = 0,101 VP baris 3 = 0,908 / 3,487 = 0,226
Sum
= 3,086
sederhana yaitu proses pemilihan mobil terbaik dari serangkaian alternatif yang ada. Misalkan permasalahan yang dihadapi (untuk diselesaikan) adalah bagaimana memutuskan sebuah mobil Sport Utility Vehicle (SUV) terbaik dari serangkaian merk mobil yang tersedia yaitu Honda C-RV, Nissan X-Trail, Ford Escape, dan Toyota Fortuner.
TUJUAN
MODEL
KETANGUHAN
KONSUMSI BBM
1
2 1/3
1/2
1 1/4
3
4 1
C-RV X-Trail
Escape Fortuner
1 4
1/4 6
1/4 1
1/4 4
4 4
1 5
1/6 1/4
1/5 1
tersbut diukur dengan satuan mil per galon (MPG). Data menunjukkan bahwa konsumsi BBM dari masing-masing SUV adalah sebagai berikut:
C-RV
MODEL (0.3196)
KETANGUHAN (0.5584)
C-RV
0.1159 0.379
0.29 0.074 0.257
0.3009
0.2389 0.2124 0.2478
0.3196
0.5584 0.122
X-Trail
0.2468
Escape
0.06
Fortuner
0.5773
0.0864
0.3582
Berdasarkan perhitngan kedua matriks tersebut didapat bahwa mobil SUV terbaik (berdasarkan kriteria yang ada) adalah Toyota Fortuner (dengan nilai ranking tertinggi sebesar 0,3582)
Finally, Judy believes that the hardware for computer SYSTEM-2 is strongly to very strongly preferred to the hardware for computer SYSTEM-3
system are obtained by averaging the values in each row of the normalized matrix. The results: Factor evaluation for SYSTEM-1 is 0.6583. For SYSTEM-2 and SYSTEM-3, the factor evaluations are 0.2819 and 0.0598.