You are on page 1of 56

Analytic Hierarchy Process (AHP)

Bagdja Muljarijadi

After completing this module, students will be able to:


Use the multifactor evaluation process in making decisions that involve a number of factors, where importance weights can be assigned. 2. Understand the use of the analytic hierarchy process in decision making. 3. Contrast multifactor evaluation with the analytic hierarchy process.
1.

INTRODUCTION
Many decision-making problems involve a number of

factors. For example, if you are considering a new job, factors might include:
starting salary,
career advancement opportunities, work location

In multifactor decision making, individuals

subjectively and intuitively consider the various factors in making their selection.

INTRODUCTION
All of the important factors can then be given

appropriate weights and each alternative, such as a car, a computer, or a new job prospect, can be evaluated in terms of these factors. This approach is called the multifactor evaluation process (MFEP). Analytic Hierarchy Process (AHP), uses pairwise comparisons and then computes the weighting factors and evaluations

Multifactor Evaluation Process


Factor Weights

Multifactor Evaluation Process


Factor Evaluation

Multifactor Evaluation Process


The company with the highest total weighted

evaluation is selected.
Evaluation for AA Com

Multifactor Evaluation Process


Evaluation for EDS Ltd

Evaluation for PW Inc

MFEP and AHP


In situations in which we can assign evaluations and

weights to the various decision factors, the MFEP described previously works fine. In other cases, decision makers may have difficulties in accurately determining the various factor weights and evaluations. In this case, the analytic hierarchy process (AHP) can be used.

Pendahuluan
AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty, seorang ahli

matematika pada awal tahun 1970an Prof. Herbert Simon, peraih hadiah Nobel bidang ekonomi tahun 1978 menyebutkan juga AHP sebagai salah satu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan Metode ini sudah banyak digunakan oleh pengambil keputusan seperti untuk perencanaan transportasi, pemilihan disain teknologi persenjataan, manajemen industri besar dan banyak lainnya.

Pendahuluan
Analisis = pemisahan suatu keadaan semesta (dalam

artian intelektual maupun substansial) menjadi bagian untuk suatu kajian tersendiri. Atau dapat dikatakan sebagai pendekatan rasional untuk pemecahan masalah. Analisis dapat diartikan juga sebagai penjabaran persoalan pada beberapa komponen, dalam upaya untuk memahami hubungan antar komponen-komponen tsb, dan mengusulkan suatu solusi alternatif yang terpilih, Analisis adalah proses pemikiran yang logis (masuk akal) dan dilakukan secara eksplisit (tersendiri) Tujuan analisis adalah mempersiapkan saran ilmiah mengenai tindakan alternatif yang dihadapi para pembuat keputusan.

Proses Analisis
AHPs process involves pairwise comparisons. The decision maker starts by laying out the overall hierarchy of the decision. This hierarchy reveals the factors to be considered as well as the various alternatives in the decision. Then, a number of pairwise comparisons are done, which result in the determination of factor weights and factor evaluations.

Proses Analisis
Tahap 1: Perumusan (Definisi) Persoalan: nyatakan secara

tepat dengan menyiapkan kerangka, struktur analisis, Tahap 2: Perumusan tujuan & Kriteria Evaluasi untuk menunjukkan solusi apa yang harus dilakukan dan cara untuk mengukur pencapaian tujuan tsb. Tahap 3: Pengembangan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan tsb, Tahap 4: Evaluasi alternatif dan membuat rekomendasi dalam artian bagaimana keefektifan tiap alternatif memenuhi kinerja tujuan tsb, dan berapa besar biayanya.

Tahap 1: Definisi (perumusan) Persoalan:


Identifikasi kebutuhan spesifik yang harus

dipuaskan dan indikasi besaran (magnitude) Pilah-pilah (isolasi) penyebab, atau kontributor utama persoalan Identifikasi kelompok populasi spesifik yang paling terlibat.

Tahap 2: Perumusan tujuan & Kriteria


Evaluasi
Rumusan Tujuan:
Dalam kaitan dengan kebutuhan universal Pemilahan (isolasi) faktor-faktor yang merupakan limitasi kemampuan aparat untuk memenuhi kebutuhan. Pertimbangkan tingkat kemajuan masa lalu

Kriteria Evaluasi:
Lakukan pengukuran langsung Ukur dampak dan penyebab persoalan

Tahap 3: Pengembangan alternatif


tindakan
Menetapkan alternatif yang akan dipilih Menetapkan kriteria/faktor penilaian Menetapkan cara penilaian dan

pembobotan di dalam pemilihan alternatif

Tahap 4: Evaluasi alternatif dan membuat


rekomendasi
melakukan proyeksi kinerja yang meungkinkan
Membandingkan alternativ yang mungkin terpilih

p1
alternatif 1 alternatif 2 alternatif 3 alternatif 4

p2

p3

p4

Prinsip metodologi AHP


Penyusunan Hirarki Penentuan Prioritas Pengujian Konsistensi

Hirarki
Hirarki adalah alat mendasar dari pikiran manusia.
Penyusunan hirarki dilakukan untuk menggambarkan

dan menguraikan segala bentuk permasalahan ke dalam unsur-unsur atau elemen pokok yang kemudian dibagi menjadi bagian-bagian lagi. Dalam hirarki, elemen-elemen suatu permasalahan diidentifikasikan, kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang homogen dan ditata dalam bentuk hirarkis.

Keunggulan Membuat Hirarki


Menggambarkan sistem yang dapat digunakan untuk

menggambarkan bagaimana perubahan prioritas pada tingkat diatas akan mempengaruhi tingkat dibawahnya. Memberikan informasi yang sangat terperinci atau detail tentang struktur dan fungsi sistem pada tingkat yang lebih rendah dan memberikan gambaran mengenai pelaku dan tujuan pada tingkat di atasnya. Batasan dari elemen di suatu tingkat paling baik disajikan pada level berikutnya. Sistem secara alamiah merupakan suatu hirarki Stabil, dimana sedikit perubahan mempunyai sedikit pengaruh, dan fleksibel dimana tambahan pada hirarki yang sudah trstruktur dengan baik tidak akan merusak kinerjanya.

Penyusunan Hirarki
Tingkat teratas pada hirarki disebut dengan tujuan atau

fokus. Sementara itu, tingkat dibawahnya adalah kritria. Apabila masih dapat dipecahkan kembali maka tingkatan berikutnya disebut dengan sub kriteria dan seterusnya sampai pada tingkat terakhir adalah alternatif-alternatif yang akan dievaluasi atau dipilih.

Hirarki dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

Hirarki Struktural
Hirarki fungsional

Hirarki Struktural
Pada hirarki struktural, sistem yang kompleks disusun

ke dalam komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat surkturalnya seperti bentuk, ukuran, warna atau umum. Hirarki struktural berhubungan dengan analisis permasalahan yang kompleks dengan memecahkan obyek ke dalam sejumlah kumpulan, subkumpulan dan kumpulan yang lebih kecil lagi.

Hirarki Fungsional
Hirarki Fungsional sistem yang kompleks diuraikan ke

dalam komponen-komponen pokoknya menurut hubungan utamanya. Hirarki ini membantu untuk mengarahkan sistem kepada tujuan yang diinginkan, seperti pemecahan konflik.

Beberapa Contoh Hirarki Fungsional


Tingkat 1: Goal
MANFAAT

Analisis Manfaat-Biaya

Tingkat 2: Kriteria

Penghematan Konsumsi BBM

Penerimaan Negara

Penghematan biaya transportasi

Penghematan Waktu

Kenyamanan

Tingkat 3: Alternatif Tingkat 1: Goal

PILIHAN 1

PILIHAN 2

PILIHAN 3

BIAYA

Tingkat 2: Kriteria

Investasi

Operasi

Pencemaran Lingkungan

Tingkat 3: Alternatif

PILIHAN 1

PILIHAN 2

PILIHAN 3

Gambar 1. Hirarki Analisis Manfaat-Biaya Model Transportasi

Tingkat 1: Goal

Kebutuhan Pokok/ Sekunder Mahasiswa

Tingkat 2: Kriteria

Trend

Biaya

Persediaan

Tingkat 3: Alternatif

Buku/Alat Tulis

Pakaian

Makanan

Gambar 2. Hirarki Pemilihan Kebutuhan Mahasiswa

Tingkat 1: Goal

Memilih Vendor Pengembang SIAK STIE Indonesia

Tingkat 2: Kriteria

Kapabilitas Perusahaan

Kelengkapan Modul

Harga yang ditawarkan PT.A

Garansi dan Perawatan

Dukungan Teknis

PT.A

PT.A

PT.A

PT.A

Tingkat 3: Alternatif

PT.B

PT.B

PT.B

PT.B

PT.B

PT.C

PT.C

PT.C

PT.C

PT.C

Gambar 3. Hirarki Keputusan Untuk Memilih Vendor Pengembang SIAK STIE Indonesia

Tingkat 1 : Fokus

Bagaimana Meningkatkan Kapasitas Pelabuhan

Tingkat 2 : Pihak yang Berkepen tingan

Kelompok Pengevaluasi (Spesialisasi)

Panitia Transportasi (Kongres)

Biro Pelabuhan

Tingkat 3 : Sasaran

Keadilan dan Stabilitas Ekonomi

Evaluasi Efisiensi dan manfaat

Biaya

Keinginan Para Pemilik Kapal

Keinginan Para Pemilik Muatan

Tingkat 4 : Pelabuhan

Pelabuhan Tanjung Pinang

Pelabuhan Tanjung Priok

Pelabuhan Tanjung Perak

Tingkat 5 : Program Tindakan

Menambah Tempat Kapal

Meningkatkan Efisiensi Permuatan

Pengendalian Pola Kedatangan Kapal

Memperbaiki Kawasan PeLabuhan dan Transportasi Darat

Mempercepat Prosedur Pelanggan dan Administrasi

Gambar 4. Hirarki Untuk Meningkatkan Kapasitas Pelabuhan

Level 0 Fokus

Pemilihan kebijakan optimalisasi pemungutan pajak dan retribusi daerah dalam meningkatkan penerimaan PAD

Level 1 Sasaran

Meningkatkan keleluasaan Pemerintah Daerah (PEMDA) dalam merencanakan program pembangunan di daerah (0,667)

Penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan publik

(0,333)

Level 2 Kendala

Peran pajak dan retribusi daerah yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah

Lemahnya mekanisme dan pengawasan dan perencanaan keuangan

Masih rendahnya motivasi dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah dan retribusi daerah

Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang belum efisien

Level 3 Aktor

Dinas Pendapatan Daerah

Akademisi

DPRD

Pelaku Bisnis

BAPPEDA

Level 4 Kebijakan

Memperbesar kewenangan Perpajakan (taxing power)

Memperluas basis penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah serta memperkuat proses pemungutan

Pelaksanaan mekanisme pengawasan serta perencanaan keuangan yang lebih baik

Sosialisasi dan peyuluhan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah (0,141)

Meningkatkan efisiensi administrasi pemungutan di daerah dan menekan biaya pemungutan yang berlebihan (0,223)

Gambar 5. Hirarki Pemilihan Kebijakan Optimalisasi Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah dalam Meningkatkan Penerimaan PAD

Level 0 Fokus

Investasi yang Ideal

Apresiasi

Level 1 Kriteria

Rate of Return

Pengalaman

Kemudahan Dalam Memonitor Investasi Sendiri

Likuiditas

Level 2 Alternatif

Bank Savings

Real Estate

Stocks

Treasury Bonds

Gambar 6. Hirarki Untuk Pemilihan Investasi yang Ideal

Beberapa Contoh Hirarki Struktural


Galaxy

Matahari

Planet

Atoms

Proton

Neutrons

Gambar 1. Hirarki Gambaran Galaxy di Jagad Alam Semesta

Bagaimana Memberikan Struktur pada Hirarkis?


Secara praktis tidak ada yang secara praktis

menggambarkan prosedur untuk mengenerate dari tujuan, kriteria, dan aktivitas yang termasuk dalam hirarkis. Akan tetapi ada beberapa teknik untuk membuat hirarkis dan dekomposisi, seperti yang disajikan pada gambar berikut ini:

Bagaimana Memberikan Struktur pada Hirarkis?

Langkah-langkah Menentukan Prioritas


Menetapkan permasalahan Menyimpan permasalahan dalam konteks yang lebih makro dalam

lingkup yang lebih besar termasuk aktor lainnya, tujuan, dan hasil (outcomes); Mengidentifikasi kriteria yang mempengaruhi terhadap perilaku dari permasalahan Membuat struktur kriteria, sub kriteria, sifat-sifat dari alternatif, dan alternatif itu sendiri; Masalah dalam jumlah besar, setiap tingkat harus memiliki hubungan terhadap lingkungan, aktor, dan aktor tujuan, aktor kebijakan, dan hasil (outcomes) dari tujuan komposit hasil; Menghilangkan ambiguitas secara hati-hati yang dapat didefinisikan dalam unsur-unsur hirarki;

Langkah-langkah Menentukan Prioritas


Prioritas dari kriteria primer dengan melihat pada dampak lainnya dari

seluruh tujuan yang disebut dengan fokus hirarkis; Menetapkan penrtanyaan untuk perbandingan pada setiap matriks. KOnsentrasi pada orientasi pada setipa pertanyaan, misal buaya akan selalu menurun dan manfaat akan selalu meningkat; Memprioritaskan subkriteria terhadap kriteria; Memasukkan perbandingan dua hal dan memnetapkan antar hubungan satu sama lain; Menghitung prioritas dengan menambhkan unsur-unsur pada setiap kolom dan membagi pada setiap entry dari total kolom. Rata-rata setiap jumlah baris menghasilkan matriks dan memliki vektor prioritas. Dari langkah-langkah tersebut maka selanjutnya diharapkan untuk menyusun sebuah kuesioner.

Penentuan Ranking Prioritas:


Artinya Bobot 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Sama pentingnya Sedikit lebih penting Agak lebih penting Jauh lebih penting Mutlak lebih penting Nilai antara angka ganjil di atas

Penentuan Ranking Prioritas:

Ranking Prioritas dengan Vektor Eigen

VE i n (Ni1 X N i2 X N i3 .......XN in ) i 1, .......... .., n

VE i N i1 X N i2 X N i3 .......XN in i 1, .......... .., n

1/n

Contoh Pairwise Matrix

Memilih barang A B C Jumlah

A 1 1/5 1.45

B 5 1 3 9

C 4 1/3 1 5.33

Vektor eigen 0.2174 0.405 0.908 4.028

Vektor prioritas 0.674 0.101 0.226 1.000

VE baris 1 (1 X 5 X 4)] VE baris 3 1/4 X 3 X 1

1/3

0,2174 0,405 0,908

VE baris 2 1/5 X 1 X 1/3


1/3

1/3

VP baris 1 = 0,2174 / 3,487 = 0,674 VP baris 2 = 0,405 / 3,487 = 0,101 VP baris 3 = 0,908 / 3,487 = 0,226

Indeks Inkonsistensi (diupayakan kurang dari 10%)


IK = ( I maks - n)/(n-1) Perhitungan Berdasarkan nilai sebelumnya:
1,45 X 0,674 9,00 X 0,101 5,33 X 0,226 = 0,977 = 0,906 = 1,203

Sum

= 3,086

Maks = 3,086 IK = (3,086 - 3)/(3-1) = 0,043

Contoh Penerapan AHP:


Contoh kasus yang akan dibahas adalah contoh yang

sederhana yaitu proses pemilihan mobil terbaik dari serangkaian alternatif yang ada. Misalkan permasalahan yang dihadapi (untuk diselesaikan) adalah bagaimana memutuskan sebuah mobil Sport Utility Vehicle (SUV) terbaik dari serangkaian merk mobil yang tersedia yaitu Honda C-RV, Nissan X-Trail, Ford Escape, dan Toyota Fortuner.

Menyusun Struktur Hirarki


KRITERIA
Memilih Mobil SUV Baru

TUJUAN

MODEL

KETANGUHAN

KONSUMSI BBM

1C-RV 2X-Trail 3Escape 4Fortuner

1C-RV 2X-Trail 3Escape 4Fortuner ALTERNATIF

1C-RV 2X-Trail 3Escape 4Fortuner

Penilaian Tingkat Kepentingan Kriteria


Model Ketangguhan Konsumsi BBM Model
Ketangguhan Konsumsi BBM

1
2 1/3

1/2
1 1/4

3
4 1

Penilaian Kriteria Model Untuk Setiap Alternatif


C-RV X-Trail Escape Fortuner

C-RV X-Trail
Escape Fortuner

1 4
1/4 6

1/4 1
1/4 4

4 4
1 5

1/6 1/4
1/5 1

Penilaian Kriteria Ketangguhan Untuk Setiap Alternatif


C-RV C-RV X-Trail Escape Fortuner 1 1/2 1/5 1 X-Trail 2 1 1/3 1/2 Escape 5 3 1 4 Fortuner 1 2 1/4 1

Penilaian Kriteria Konsumsi BBM Untuk Setiap Alternatif


Konsumsi BBM dari masing-masing mobil SUV

tersbut diukur dengan satuan mil per galon (MPG). Data menunjukkan bahwa konsumsi BBM dari masing-masing SUV adalah sebagai berikut:
C-RV

= 34 MPG X-Trail = 27 MPG Escape = 24 MPG Fortuner = 28 MPG

Menghitung Eigenvector Kriteria


Memilih Mobil SUV Baru (1)

MODEL (0.3196)

KETANGUHAN (0.5584)

KONSUMSI BBM (0.1220)

Menghitung Eigenvector Altenatif


MODEL (0.3196) KETANGUHAN (0.5584) KONSUMSI BBM (0.1220)

1C-RV (0,1159) 2X-Trail (0,2468) 3Escape (0,0600) 4Fortuner (0.5773)

1C-RV (0,3790) 2X-Trail (0,2900) 3Escape (0,0740) 4Fortuner (0,2570)

1C-RV (0,3009) 2X-Trail (0,2389) 3Escape (0,2124) 4Fortuner (0,2478)

Menghitung Alternatif Terbaik


Model Ketangguhan Konsumsi BBM Rangkin Kriteria

C-RV
0.1159 0.379
0.29 0.074 0.257

0.3009
0.2389 0.2124 0.2478

0.3196
0.5584 0.122

X-Trail
0.2468

Escape
0.06

Fortuner
0.5773

Hasil Alternatif Terbaik


Merk C-RV X-Trail Escape Fortuner
Rankig 0.2854 0.2700

0.0864
0.3582

Berdasarkan perhitngan kedua matriks tersebut didapat bahwa mobil SUV terbaik (berdasarkan kriteria yang ada) adalah Toyota Fortuner (dengan nilai ranking tertinggi sebesar 0,3582)

Computer System Selection

Computer System Selection: Pairwise Comparison


Judy begins by looking at the hardware factor and by comparing computer SYSTEM-1 with computer SYSTEM-2. Using the preceding scale, Judy determines that the hardware for computer SYSTEM-1 is moderately preferred to computer SYSTEM-2. Next, Judy compares the hardware for SYSTEM-1 with SYSTEM-3. She believes that the hardware for computer SYSTEM-1 is extremely preferred to computer SYSTEM-3

Pairwise Comparisons Matrix.

Finally, Judy believes that the hardware for computer SYSTEM-2 is strongly to very strongly preferred to the hardware for computer SYSTEM-3

Computer System Selection: Evaluation For Hardware


Get Column Total Get Normalized Matrix

Once the matrix is

normalized, the numbers in each column will sum to one.

Computer System Selection: Determine The Priorities


The priorities for each

system are obtained by averaging the values in each row of the normalized matrix. The results: Factor evaluation for SYSTEM-1 is 0.6583. For SYSTEM-2 and SYSTEM-3, the factor evaluations are 0.2819 and 0.0598.

Computer System Selection: Determining the Consistency Ratio


Weighted sum vector

Computing Lambda and the Consistency Index

Computer System Selection: Determining the Consistency Ratio


Radom Index (RI)
1. Finally, we are now in a position to compute the consistency ratio. 2. The consistency ratio (CR) is equal to the consistency index divided by the random index (RI) 3. The consistency ratio tells us how consistent we are with our answers. A higher number means we are less consistent, whereas a lower number means that we are more consistent. In general, if the consistency ratio is 0.10 or less, the decision makers answers are relatively consistent.

You might also like