You are on page 1of 23

FILSAFAT DAN PEMBENTUKAN JATIDIRI: SUATU HIBURAN DAN PEMBELAAN FILSAFAT (Pidato Pengukuhan en!

adi "u#u Be$a#% &' Se(t) *&&+,


PENDAHULUAN Pada tanggal 2 Februari 2009 yang lalu Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, berdasarkan SK nomor 2! "#$.%"KP"2009, mengangkat saya men&adi Profesor atau 'uru Besar dalam bidang ilmu Filsafat. SK ini baru se(ara resmi diumumkan ole) Ba*ak Koordinator Perguruan +inggi S,asta -ilaya) ./// *ada )ari Sabtu, 20 Mei 2009, berte*atan dengan *erayaan Pan(a,indu S+FK 1edalero. 2elas ini meru*akan kado istime,a untuk S+FK ketika ia merayakan usia yang ke $0 dalam *engabdiannya3 &uga suatu kado istime,a buat saya *ribadi berte*atan dengan *erayaan 2% ta)un *engabdian saya sebagai imam yang &atu) *ada tanggal 2 2uni 2009. Sesuai dengan *rosedur akademik4administratif, seorang 'uru Besar )arus dikuku)kan 5inaugurasi6 dan *ada kesem*atan itu 'uru Besar bersangkutan )arus mem*resentasikan sebua) *idato ilmia). Se&ak bebera*a ,aktu lalu saya mulai memikirkan tema a*a yang da*at saya ulas sebagai *okok utama *idato ini. #da banyak tema sesuai dengan *ergulatan manusia 7aman ini yang masuk dalam *ertimbangan saya. Saya sadar ba),a saya tidak memiliki kom*etensi besar untuk berbi(ara tentang *elbagai ma(am isu sosial4*olitis dan ekonomis, atau beragam diskusi menyangkut *elbagai *ersoalan dan kontro8ersi dalam ilmu4ilmu sosial, medis, lingkungan )idu*, gerakan feminisme, gender atau *elbagai ma(am diskusi teologis kontekstual de,asa ini. Sebagai seorang filsuf dan dosen filsafat di Sekola) +inggi ini selama sekian banyak ta)un, saya ber*ikir ba),a ini adala) *eluang bagus untuk mem*erkenalkan dan men&adikan filsafat suatu bidang *engeta)uan yang lebi) diminati ole) banyak orang dalam *ers*ektif yang lebi) luas. Sambil mem*er)atikan *andangan dan o*ini umum tentang filsafat, saya lebi) ingin berbi(ara tentang filsafat dan *erannya bagi *embentukan diri seorang manusia. Saya sadar ba),a kendati minat ter)ada* filsafat saat sekarang ini mulai bertumbu), ta*i masi) amat kurang dibandingkan dengan *erannya yang begitu dominan dalam *embentukan dan *engembangan manusia dan dunia ini. Saya &uga ta)u ba),a filsafat belum (uku* *o*uler di ,ilaya) kita dan karena itu kesem*atan ini saya gunakan sebagai *ro*aganda filsafat sekaligus meru*akan suatu )iburan bagi *ara filsuf yang selalu sa&a ber)ada*an dengan *elbagai *rasangka ter)ada* bidang studi ini. -) .PINI TENTAN" FILSAFAT Berdasarkan arti etimologis, filsafat adala) (inta akan kebi&aksanaan. Kebi&asksanaan meru*akan istila) syarat makna, yang dalam *er&alanan se&ara) filsafat da*at dimengerti sebagai *aralel dengan yang satu, kebaikan, kebenaran, keadilan, atau &uga keinda)an. Karena filsafat adala) (inta akan kebi&aksanaan, maka &elas ba),a kita
P)iloso*)ia 5philos/philia yang berarti (inta dan sophos/sophia yang berarti kebi&aksanaan6. 2adi philosophia berarti (inta akan kebi&aksanaan.

)anya sam*ai *ada men(inta dan tidak *erna) memiliki kebi&aksanaan ini dalam diri kita sendiri. 9le) karena itu usa)a dan dorongan untuk memiliki ini selalu ada dan tak *erna) terealisir se(ara *enu) dalam ke)idu*an ini. 2ustru karena itu filsafat dimengerti sebagai keterbukaan total ter)ada* realitas. :ealitas ini seakan selalu membuka diri dan mengundang kita semakin kita mendekatinya. #tas dasar ini seorang filsuf atau ma)asis,a filsafat tidak *erna) bole) *uas dengan *engeta)uan yang suda) ia miliki melainkan senantiasa menggali dan menemukan yang lebi) dalam dan lebi) baru. Dia )arus teta* ber*rinsi* se*erti Sokrates, ba*ak filsafat, ba),a semakin saya ta)u semakin saya tidak ta)u. Kalau kita berbi(ara tentang filsafat sebagai ilmu, maka kita akan memberikan *enekanan *ada as*ek rasional manusia dan yang ber*eran mengantar kita ke*ada kebenaran.2 Kebenaran meru*akan obyek langsung dari intelek kita sebagaimana kebaikan dili)at sebagai obyek langsung dari ke)endak 5will6. Filsafat sebagai karya akal budi 5rasional6 ini kemudian memun(ulkan banyak *ermasala)an dalam kaitannya dengan ilmu4ilmu atau otoritas4otoritas lain. -)-) P#a$angka te#hada( Fi/$a0at Ketika saya baru mulai bela&ar filsafat se(ara lebi) sistematis di -as)ington, D;, <S# ta)un 9!% 5*rogram Master6, saya dike&utkan dengan se&umla) *ernyataan dan sika* bebera*a konfrater senior saya dalam tarikat religius Sabda #lla) 5S.D6. Mereka kera* bertanya ke*ada saya a*a yang saya *ela&ari atau untuk a*a saya datang ke <S#. Ketika saya katakan ba),a saya datang untuk meneruskan studi filsafat untuk ke*entingan Seminari +inggi dan S+FK 1edalero, mereka langsung mengatakan se*erti berikut= >#nda *asti seorang *intar se)ingga *im*inan #nda mengan&urkan #nda menekuni filsafat. #tau ada yang mengatakan= >Dulu saya &uga di*er(ayakan untuk bela&ar filsafat teta*i kemudian saya mundur dan mengambil bidang4bidang studi lain karena filsafat terasa terlalu berat.? 2elas sekali inti *rasangka di sini iala) ba),a filsafat meru*akan suatu bidang studi yang berat, dan karena itu )anya bisa diga*ai ole) sedikit orang sa&a. #da &uga yang mengingatkan saya dengan kata4kata se*erti= >Ber)ati4)atila) dan ingat *anggilan #nda karena banyak imam, biara,an"ti menanggalkan &uba) dan meninggalkan biara atau imamatnya karena filsafat.? Prasangka besar di sini iala) filsafat di&adikan alasan untuk &atu)nya seorang imam atau biara,an4ti, atau dili)at sebagai sesuatu yang buruk dan bertentangan dengan )idu* dan *elayanan *astoral seorang imam atau biara,an"ti. Pernyataan4*ernyataan seru*a &uga kera* terungka* dalam sika* dan *andangan mereka tentang saya selama saya berada bersama dalam komunitas. Bebera*a (onto) ini mengingatkan saya akan dua )al *enting baik yang tela) ter&adi *ada masa lam*au mau*un a*a yang masi) ter&adi dan dialami sekarang ini. Pertama, *ernyataan atau sika*4sika* di atas mengingatkan saya akan sika* dan *andangan 'ere&a *ada masa lam*au tentang filsafat. Filsafat di*andang )anya dengan sebela) mata dan selalu diangga* sebagai la,an a&aran dogmatis 'ere&a. Pemikiran dualistik @unani klasik masi) amat kuat ber*engaru) se)ingga dalam 'ere&a teta* dilestarikan *andangan ba),a yang bersifat ro)ani, imani dan 'ere&ani itu langsung
2

:asionalitas ini tidak )anya dimengerti sebagai )asil karya rasio murni 5yang nam*ak dalam aktus ber*ikir atau berefleksi6 teta*i )arus dili)at dalam arti yang &au) lebi) luas. /a )arus dili)at sebagai bagian in)eren manusia yang men(aku*i *elbagai as*ek dan kemam*uan mental seorang manusia. Seluru) bagian )idu* seorang manusia &ustru ter(aku* dalam *engertian rasionalitas ini 5akan didiskusikan di belakang6.

ber)ubungan dengan +u)an dan ke*entingannya, dan ole) karena itu )arus diutamakan atau dinomorsatukan, sedangkan segala sesuatu yang bersifat dunia,i, insani, alamia) adala) sesuatu yang kotor, buruk, dan di,arnai ole) ke&a)atan dan dosa dan karena itu )arus di)indarkan. <ntuk men(a*ai keba)agiaan dan keselamatan #nda )arus tinggalkan yang dunia,i 5termasuk )arta kekayaan, )ormat dan nama besar6 dan bertegu)la) dalam iman akan +u)an. Kalau mau mem*erole) keselamatan #nda )arus membuang segala sesuatu yang bersifat dunia,i, yang kotor dan &a)at. Pa)am ini amat kuat dalam abad Pertenga)an ketika seluru) )idu* dan *emikiran manusia distir dan bersifat amat teosentris. Seluru) *emikiran masa itu bersifat amat teokratis. +u)an dan semua atributnya men&adi yang *aling utama dan men&adi dasar segala sesuatu. Dalam dunia ilmu, teologi dan kero)anian dili)at sebagai yang *aling utama dan memegang *eran kun(i dalam *emikiran teosentris ini. Filsafat dan semua studi lain dili)at sebagai studi4studi natural atau alamia) yang &au) lebi) renda) dan )arus melayani +eologi atau refleksi tentang +u)an dan *elbagai as*ek keila)ianNya. Filsafat dikenal ,aktu itu sebagai *elayan teologi 5ancilla theologiae6. Pada masa itu dan seterusnya, se&ara) men(atat, ada banyak filsuf atau ilmu,an diku(ilkan dari 'ere&a karena menga&arkan sesuatu yang bertentangan dengan a&aran resmi 'ere&a. Kendati keadaannya suda) &au) beruba) sekarang ini namun *eninggalan4*eninggalan *andangan ini masi) amat kuat terasa )ingga saat kini.0 Syukur ba),a *andangan4*andangan yang lebi) baru dan terbuka se&ak 7aman Konsili .atikan // memba,a banyak angin segar dan *ositi* dalam *erkembangan filsafat. Mendiang Sri Paus @o)anes Paulus // 5 92 4 200$6 dalam ensikliknya Fides et Ratio 5 $ Se*tember 99!6 mengungka*kan suatu *ema)aman yang lebi) seimbang antara filsafat dan teologi. Filsafat tidak lagi dili)at melulu sebagai *ersia*an untuk bela&ar teologi 5ancilla theologiae6. Filsafat dan teologi )arus dili)at sebagai mitra dalam tugas yang sama untuk menemukan dan men(a*ai kebenaran yang uni8ersal dan transenden. Di sini Sri Paus menegaskan adanya suatu matra religius dalam filsafat dan suatu matra filosofis dalam teologi, mengingat ob&ek keduanya adala) kebenaran yang terdalam dan transenden. Dalam arti ini relasi antara filsafat dan teologi da*at di&elaskan sebagai satu terkandung dalam yang lain. Melalui *andangan yang lebi) seimbang se*erti ini kita da*at berbi(ara dan mema)ami integrasi antara filsafat dan teologi. $ Syukur ba),a selalu sa&a ada )al baru yang mun(ul dalam se&ara) *erkembangan 'ere&a yang membetulkan semua *andangan 'ere&a lama yang *ada masa sekarang diangga* sebagai *andangan yang tidak seimbang. Kedua, ketika saya melontarkan se&umla) *ertanyaan mengenai *engeta)uan, *andangan dan *enda*at *ara ma)asis,a baru tentang filsafat setia* a,al ta)un kulia), dari ta)un ke ta)un saya selalu mem*erole) &a,aban yang sama, yang saya li)at sebagai *rasangka atau *andangan yang tidak benar dan realistis tentang filsafat. Para ma)asis,a ini selalu mengatakan ba),a *ara imam, frater atau guru mereka selalu memoti8asi
0

Misalnya di Seminari4seminari +inggi, filsafat di*ela&ari lebi) dulu dari teologi, ada unit filosofikum dan unit teologikum. Memang dari suatu sisi )al ini &uga baik dan selalu meru*akan bantuan besar bagi *ara (alon imam untuk lebi) da)ulu mendalami *elbagai as*ek alamia) dan ke)idu*an ini sebelum mendalami sesuatu yang agak lain, yang metafisis dan yang menuntut *endekatan se(ara negatif. Di S+FK 1edalero, studi integrati* antara filsafat dan teologi suda) dimulai se&ak ta)un 9!04an. $ Bdk. Konrad Kebung, AFilsafat dan Per,u&udan Diri= Bela&ar Filsafat dan Berfilsafat>, dalam Setia Menggemakan Suara, Berkanjang Memantulkan Cahaya 5B0 +a)un Seminari +inggi 1edalero6 51edalero, 200B6, )lm., !!4!9.

mereka untuk bela&ar dan beker&a keras di seminari ke(il, karena nanti di seminari tinggi kalian akan bela&ar filsafat yang abstrak dan berat. Sunggu) benar dugaan dan *engalaman saya selama ini tentang *rasangka4*rasangka ter)ada* filsafat. Filsafat dili)at sebagai studi yang amat abstrak dan sulit, )anyala) *ermainan akal sa&a, atau tugasnya iala) mem*ersulit sesuatu yang sebenarnya muda), memani*ulasi *ikiran4 *ikiran yang gam*ang dalam ide4ide atau ba)asa yang berat dan sulit dimengerti, dan lain4lain.% /ni adala) bagian dari alasan4alasan menga*a filsafat itu terasa &au) dan tidak *o*uler di mata kebanyakan orang kita dan ba)kan kurang diminati. Prasangka4*rasangka ter)ada* filsafat &uga datang dan disuburkan le,at *erkembangan ilmu4ilmu se&ak abad 9 sam*ai sekarang3 ba),a filsafat terlalu abstrak dan teoretis, *ada)al dunia ini *erlu ditangani se(ara konkret untuk da*at men&a,abi kebutu)an4kebutu)an konkret manusia. /lmu4ilmu *ositi* 5ilmu4ilmu alam, sosial dan kemanusiaan6 di*andang sebagai ilmu yang sangat konkret dan *raktis, dan yang langsung da*at mendekati ob&ek4ob&ek konkret dan bukan se*erti filsafat yang berobyekkan Ayang umum> 5totalitas atau A#llgemein> dalam ba)asa Karl 2as*ers6. /lmu4 ilmu ini berkembang amat subur dan selalu sa&a mun(ul ilmu4ilmu baru yang lebi) men&a,abi kebutu)an langsung manusia *ada setia* 7aman. . -)*) Pandangan1(andangan 2ang /e3ih Po$iti( tentang Fi/$a0at Berbarengan dengan *rasangka4*rasangka ter)ada* filsafat mun(ul &uga banyak *eng)argaan baru ter)ada* filsafat dan dengan demikian bertumbu) &uga minat4minat ter)ada* studi filsafat atau ter)ada* filsafat itu sendiri. Bebera*a (onto), bagaimana filsafat terasa *enting dan bermanfaat untuk *embentukan karakter dan ke*ribadian, dan yang &uga da*at memberi *eluang untuk )idu* dan karya seseorang. . #da banyak *emikir, sastra,an atau ilmu,an yang menemukan il)am atau ins*irasi setela) banyak memba(a buku4buku filsafat atau *elbagai )al mengenai kemanusiaan. 2ean Paul Sartre 5 90%4 9!06, eksistensialis Pran(is, men&adi *emikir kenamaan yang memiliki minat ba(a yang tinggi terutama ketika men&adi ta,anan selama PD //, selain menga&ar filsafat di Sekola) Menenga) #tas 51y(e6, sebagaimana la7imnya bagi *ara filsuf. /a menulis karya4karya besar filsafat, dan beliau termasuk seorang intelektual Pran(is yang sangat disegani. +)omas More 5 $BB4 %0%6, seorang negara,an yang )umanis, mistikus dan santu dari /nggris, dalam ialogue o! Con!ort "gainst #ri$ulation, mengisa)kan ba),a karya ini ditulisnya dalam *en&ara dalam situasi ter(ekam ole) an(aman akan dibunu). Demikian *ula banyak ilmu,an atau budaya,an di dunia Barat men&adi filsuf yang memiliki nama internasional )anya karena banyak memba(a dan mendalami *elbagai *emikiran filosofis se*an&ang *er&alanan se&ara). Banyak ilmu,an di dunia Barat 5ba(a Cro*a6 *ada masa Perang Dunia // dan dalam kam*4kam* ta,anan *erang sangat intensi* mendalami karya4karya filsafat dan *elbagai buku klasik yang berdiskusi mengenai *elbagai *ermasala)an kemanusiaan *ada umumnya dan situasi4situasi sosial4*olitis dan ekonomis *ada k)ususnya. 2uga ada banyak filsuf yang sangat intensif berfilsafat selama masa ta)anan atau *embuangan

Bdk. Konrad Kebung, "ku icipta untuk Berkarya 5suatu otobiografi6 52akarta= ;erdas Pustaka Publis)ers, 200!6, )lm., D04$63 Bdk Filsa!at %tu %ndah 52akarta= Prestasi Pustaka Publ., 200!6, )lm., 0040D.

dalam PD//, se*erti 1ud,ig -ittgenstein, Martin Buber, Eana) #rendt, Karl :. Po**er, dll. Di :e*ublik ini kita &uga menemukan banyak (endekia,an terkenal yang mem*erole) ins*irasi melalui *emikiran4*emikiran filosofis dalam masa ta)anan selama Perang Dunia ke4// atau selama men&adi ta,anan atau ta)anan *olitis. Sebut sa&a orang se*erti S+. #lisabana 5alm6 yang banyak menerima ins*irasi melalui ba(aan4ba(aan tentang karya4karya filsafat selama dalam masa ta,anan Belanda. Beliau kemudian men&adi seorang dosen dan *enulis buku filsafat yang (uku* dikenal dalam tataran nasional dan internasional. Kita &uga mengenal toko) Pramudya #nanta +oer 5alm6 yang menulis buku4buku terkenal ketika berada dalam ta)anan *olitik di Pulau Buru, Maluku. Memba(a buku "nak Semua Bangsa dan Bumi Manusia yang kontro8ersial menyiratkan bagi kita il)am4il)am filosofis yang amat kaya. Semua fa)am kefilsafatan di*erole)nya melalui *engalaman )idu* dan *ertemuannya dengan realitas, &uga melalui ketekunan memba(a. #da &uga banyak ilmu,an dan akti8is kemanusiaan kita yang sunggu) berfilsafat dalam seluru) akti8itas dan bidang keilmuan mereka. Dan masi) ada banyak yang lain. Di sini saya )anya mau meli)at ba),a beta*a filsafat memberi ins*irasi dan kekayaan bagi kita untuk da*at men&adi ilmu,an, sastra,an, mekanik, ekonom, dan banyak *redikat ke)idu*an lainnya. Pada era *ra4medie8al 5sebelum abad Pertenga)an6 kita &uga mengenal Boet)ius 5#ni(ius Manilius +orFuatus Se8erinus Boet)ius= (a. $!04 %2$6. Dia adala) seorang *emikir yang amat kuat di*engaru)i ole) Plato dan #ristoteles, dan melalui dia karya dan *engeta)uan #ristoteles bisa dikenal dan )idu* di dunia Barat. Dia mener&ema)kan karya besar #ristoteles tentang 1ogika 5&rganon6dan &uga mem*erkenalkan banyak kosa kata baru dalam filsafat bagi *ara sar&ana abad +enga). Metode dialektik Plato amat kuat mem*engaru)inya terutama gagasan ba),a seorang filsuf )arusla) men&adi ra&a atau *emim*in, gagasan4gagasan mengenai *endidikan yang dilansir Plato dalam alegori gua k)ususnya mengenai *er&alanan naik dari &i,a 5buku .// dari Repu$lic6 dan gagasan anamnesis 5recollection6 dalam buku /// Repu$lic. 'agasan4gagasan besar mengenai filsafat dan ke*entingannya da*at ditemukan dalam o*us magnumnya e Consolatione Philosophiae 5#he Consolation o! D Philosophy6, suatu karya gabungan *rosa dan *uisi 509 6. Buku ini ditulisnya dalam *en&ara, dan diil)ami ole) *emikiran teologis, dia memberi kesaksian ba),a )idu* dalam *en&ara dia alami sebagai suatu keba)agiaan terbesar. Dalam gaya dialektik4Platonik Boet)ius berdiskusi dengan Filsafat yang di*ersonifikasi sebagai seorang ibu, bagaimana ia )arus ber)ada*an dengan kenyataan ketidakadilan dan ke&a)atan yang ter&adi di ,ilaya) kekaiseran :oma,i. Di sana &uga didiskusikan mengenai kekuatan dari kebaikan dan *elbagai *erbuatan baik dan kelema)an ke&a)atan atau keburukan dan *elbagai *erbuatan &a)at, dan bagaimana &uga *a)ala atau gan&aran )arus diberikan ke*ada yang berbuat baik dan )ukuman )arus ditim*akan ke*ada yang berbuat &a)at atau tidak adil. Seorang kriminal baginya )arusla) di*erlakukan sebagai seorang sakit 5)lm., 2042$6. Filsafat, sebagai ibu yang bi&aksana memberikan *etua) dan )iburan3 ba),a dia bukannya orang *ertama yang menderita ketidakadilan ini. /bu Filsafat *erla)an4la)an meyakinkan Boet)ius ba),a keba)agiaan se&ati tidak ditemukan dalam ke)ormatan dan nama baik, nasib baik atau kenikmatan, melainkan )anya dalam >yang baik? yakni #lla) sendiri.
D

Bdk. #he Consolation o! Philosophy, ter&. ..C. -atts 51ondon= 9D9= (et. 26.

Kata4kata yang menye&ukkan ini ber*oros *ada *ema)aman tentang Filsafat sebagai (inta akan kebi&aksanaan. Kita )arus beryakin ba),a filsafat menya&ikan kuasa (inta dalam dunia natural, memeli)ara damai dan mengabaikan k)aos dan ketakteraturan. ;inta inila) yang membangun damai antarbangsa, memberkati *erka,inan dan mengeratkan *ersaudaraan 5Boet)ius, 2%6. +entang (inta akan kebi&aksanaan ini Boet)ius menulis sebagai berikut=
+)is lo8e of ,isdom 5or *)iloso*)y6 is t)e illumination of t)e intelligent mind by t)at *ure ,isdom 5defined as t)e self4suffi(ient li8ing mind and some *rima4 e8al reason of all t)ings6, and is a kind of return and re(all to it, so t)at it seems at on(e t)e *ursuit of ,isdom, t)e *ursuit of di8inity and t)e friends)i* of t)at *ure mind, so t)at t)is ,isdom gi8es to t)e ,)ole (lass of minds t)e re,ard of its o,n di8inity and returns it to its *ro*er (onstitution and *urity of nature. B

2. Manfaat filsafat dalam *embentukan manusia,i dan ke*ribadian &uga da*at kita temukan dalam dua *eristi,a atau kolokui *enting dalam se&ara) Filsafat. Di sana kita meli)at beta*a *eran filsafat dalam *embentukan kemanusiaan manusia. Pertama, 'erakan intelektual Peran(is menegaskan ba),a filsafat )arus dia&arkan ke*ada *ara sis,a"sis,i S1+#. +a)un 9B04an ter&adi diskusi4diskusi dan *erdebatan4 *erdebatan )angat di Peran(is antara *ara *emikir besar se*erti Mi()el Fou(ault 5 92D4 9!$6, 2a(Fues Derrida 5 9004200$6, Fran(ois 1yotard 5 92$4 99!6 dan se&umla) *emikir lainnya dengan Pemerinta) Peran(is, atas nama Menteri Pendidikan. Pokok diskusi dan debat itu adala) tuntutan *ara *emikir ini agar *orsi mata *ela&aran filsafat yang semakin ke(il dalam kurikulum *endidikan S1+# )arus ditingkatkan atau ditamba)kan. Derrida mengorganisir kelom*ok "REPH 5'roupe de rechercher sur l(enseignement de philosophie G Kelom*ok *eneliti *enga&aran filsafat6 *ada ta)un 9B$. Mereka mengan&urkan agar filsafat dia&arkan se(ara *enu) di Sekola) Menenga) #tas 5)ycee* dan agar *elbagai ma(am *rasangka ter)ada* filsafat di)indarkan, karena ,aktu itu filsafat ditudu) terlalu idealistis. Sebagai )asil terbitla) buku +ui a peur de la philosophie, 5Sia*a +akut akan FilsafatH6, dan setela) itu mun(ul banyak *eruba)an. Namun *embaruan ber&alan amat lamban mala)an merosot. Keadaan ini men(a*ai *un(ak dalam suatu Ia**ealJ atau memorandum yang dikeluarkan ole) 20 filsuf kenamaan, dan filsuf utama yang tam*il sebagai *embi(ara ,aktu itu adala) Paul :i(oeur dan .ladimir 2ankele8it(). Para *emikir ini mengklaim ba),a *ela&aran filsafat memiliki banyak manfaat dalam *endidikan dan *embentukan ,atak, sika* dan ke*ribadian anak. Filsafat sunggu) membantu dalam *embentukan ke*ribadian dalam *elbagai as*ek dan dimensi, dalam relasi manusia dengan diri dan sesama, dan relasinya dengan +u)an atau yang diangga*nya sebagai @ang Mutlak. -atak dan sika* serta daya kreasi anak se(ara *ositif dibentuk dan dilati) melalui disi*lin ini. #l)asil, di*erole) kese*akatan ba),a mata *ela&aran filsafat )arus teta* dia&arkan ke*ada anak4anak *ada tingkatan ini, dan &umla) &am *ela&aran )arus ditamba). Memang se&ak lama fakultas4fakultas filsafat di uni8ersitas4uni8ersitas Peran(is di*adati ma)asis,a",i yang kelak akan men&adi guru filsafat di S1+#. Suatu )asil yang
B

1i)at %n Porphyrium dialogues primus, Migne, Patrologia )atina 1K/. #, dikuti* ole) F. Klingner, dalam e Boethii Consolatione Philosophiae 2 5Luri()"Dublin, 9DD6, )lm., B.

&au) lebi) mengagumkan iala) ba),a mun(ul begitu banyak *enemu dan *emikir besar bertaraf internasional yang berasal dari Peran(is. Dalam filsafat kita &uga mengenal nama sekian banyak filsuf besar Peran(is, dan di Peran(is &uga mun(ul aliran *ostmodernisme, yang *ada saat kini sangat kontro8ersial karena masi) sulit diterima *ara *emikir yang teta* ber*a(u *ada *elbagai *emikiran filsafat tradisional dan konser8atif, *ada )al menarik untuk banyak *emikir 7aman ini.! Kedua, saya ingin mengemukakan suatu kritik terbuka dari seorang *emikir )umanis kontem*orer #merika, #llan Bloom 5M 9926, dalam karya best4sellernya #he Closing o! the "merican Mind.9 Suatu (atatan *enting yang ditulisnya dalam )alaman4 )alaman a,al karya ini adala)= >Eo, Eig)er Cdu(ation Eas Failed Demo(ra(y and /m*o8eris)ed t)e Souls of +odayJs Students?, atau dalam ba)asa /ndonesia > Beta*a Pendidikan +inggi menggagalkan Demokrasi dan Merusakkan 2i,a dan Semangat *ara Sis,a Kita Sekarang /ni.J Dalam artikel yang ber&udul >+)e Student and +)e <ni8ersity? NMa)asis,a dan <ni8ersitasO 5)lm. 00D40!26 , ia se(ara terbuka melontarkan kritik *edas ter)ada* sistem dan model *endidikan dan *enga&aran yang ada di uni8ersitas4uni8ersitas besar di <S#. ;ornell <ni8ersity, sala) satu uni8ersitas terkenal di <S#, yang ada di Negara bagian Ne, @ork 5<**er State6, ia sebut se(ara k)usus sebagai yang tidak (uku* mem*er)atikan ilmu4ilmu sosial dan )umaniora, terutama filsafat ber*ikir manusia dari 7aman ke 7aman. Mereka lebi) mem*er)atikan fakultas4fakultas ke&uruan dan amat mengabaikan as*ek )umaniora 5kemanusiaan6 ini dalam &urusan4&urusan itu. <ni8ersitas4 uni8ersitas besar ini begitu membanggakan disi*lin4disi*lin ilmu alam dan konsentrasi yang ketat *ada &urusan4&urusan *raktis dan k)usus, dengan akibat ba),a *ara ma)asis,a dan dosen begitu tertutu* dalam bidang4bidang mereka dan tidak ta)u a*a4a*a tentang a*a yang ter&adi di dalam diri manusia dalam *elbagai dimensinya yang kom*leks. Semua ini da*at di*ela&ari dalam *elbagai disi*lin ilmu sosial dan kemanusiaan, termasuk filsafat sendiri. Karena itu #llan Bloom sangat mengan&urkan studi4studi dan ba(aan4ba(aan karya4karya klasik yang *ada umumnya bersifat sangat manusia,i, se*erti karya4karya Plato, #ristoteles, dan karya sastra klasik lainnya. Para ma)asis,a se)arusnya di*esia*kan se(ara k)usus dan (uku* matang dalam bidang4bidang ini sebelum mereka masuk ke dalam bidang4bidang yang sangat s*esifik. Karena itu Bloom mengakui beta*a *ara ma)asis,a bingung ketika melamar dan masuk dalam fakultas4fakultas ilmu alam, dan mereka tidak ta)u mau buat a*a di sana. Persia*an4*ersia*an dalam ilmu4ilmu kemanusiaan dan kemam*uan menyadari diri mereka se*enu)nya sebagai mak)luk rasional4sosial, yang dilengka*i dengan *elbagai dimensi adala) mutlak *erlu dan men&adi landasan koko) bagi *ara ma)asis,a untuk da*at bergelut dengan *elbagai ilmu atau karya lain. Bagi #llan Bloom, buku4buku klasik meru*akan sumber *engeta)uan mendasar sebagai dasar4dasar *embentukan ,atak dan ke*ribadian, dan ini sunggu) meru*akan modal yang baik untuk mendalami *elbagai disi*lin ilmu lain, dan lebi) dari itu agar *ara ma)asis,a disia*kan men&adi insan4insan de,asa yang tram*il dalam bidangnya, teta*i &uga mam*u berkomunikasi dan berdialog dengan manusia dan

! 9

Ba(a, Kebung, Filsa!at %tu %ndah, &p-Cit., )lm., 40. #lan Bloom, #he Closing o! the "merican Mind 5Ne, @ork= Simon and S()uster Publ., 9!B6. Bdk. Konrad Kebung, ..52akarta= Prestasi Pustaka Publ., 200!6, )lm., 20042B0.

lingkungannya. 2uga agar mereka da*at menyelami kebutu)an4kebutu)an mendasar mak)luk manusia. Kita semua ingin agar generasi4generasi masa de*an benar4benar da*at menyia*kan diri se(ara matang dan memiliki sika* ingin ta)u yang besar dan kreatif dalam )idu* serta *elbagai akti8itasnya3 agar mereka *andai dan tram*il dalam bidangnya, teta*i &uga matang sebagai manusia yang memiliki dimensi ma&emuk dalam )idu*nya. 0 Bagaimana dengan keadaan kita *ada umumnya di :e*ublik iniH Sekitar dua dekade ini masyarakat di*andu dan berlomba4lomba mendirikan sekola)4sekola) ke&uruan sesuai dengan a&akan atau instruksi *ara *emim*in kita. Dalam suatu Negara yang sedang berkembang dan tenga) membangun, dan diselimuti dengan *elbagai kekurangan dan kemiskinan dalam banyak )al, kita ber*ikir ba),a kita memberikan *rioritas *ada sekola)4sekola) ke&uruan 5teknik, *ertanian, *erikanan, *eternakan, mekanik, dll6 dengan *ertimbangan ba),a kita musti menggali kekayaan dari alam kita, lebi) gam*ang mem*erole) ker&a dan menda*at re7eki dan *eng)asilan, dan lebi) dari itu agar kita &uga mam*u mem*ersia*kan la)an ker&a bagi banyak orang lain. Di *i)ak lain, &uga suda) mulai ada desakan agar *endidikan sosial4kemanusiaan tidak bole) diabaikan dan )arus &uga menda*at tem*at yang layak dalam keseluru)an struktur *embangunan kita. Suda) ada banyak kesem*atan *ara guru dan dosen melontarkan an&uran agar *enga&aran filsafat &uga bisa diberikan ke*ada anak4anak S1+# kita 5tentu sesuai dengan tingkat *erkembangan anak6, karena ini langsung ber)ubungan dengan *embinaan ke*ribadian dan ,atak anak. Sunggu) benar ba),a kita bole) men&adi mekanik yang amat tram*il dan *andai, namun kita &uga musti ta)u berkomunikasi dan men&alin relasi yang baik dengan semua *elanggan kita, agar usa)a kita da*at ber)asil dan memba,a keuntungan bagi banyak orang lain. Seorang mekanik yang baik se)arusnya &uga *andai berkomunkasi dan menarik minat dan *er)atian *elanggan. Dengan kata lain dia mam*u mengikat *ara *elanggannya dengan sika* dan ke*ribadiannya yang menarik. Dalam kaitan dengan ini saya &uga bertemu banyak guru dan dosen dalam seminar4seminar, yang menginginkan agar filsafat &uga suda) mulai dia&arkan ke*ada anak4anak S1+#. 2uga ada banyak orangtua yang ingin agar anaknya, yang kendati memiliki minat dalam bidang4bidang lain, berkesem*atan &uga mem*ela&ari filsafat. Se&umla) sar&ana )ukum, ekonom, sastra,an, ,arta,an, *olitisi &uga mengungka*kan ba),a kekurangan besar mereka iala) tidak *erna) mendalami filsafat dan karena itu ada banyak kesulitan yang mereka )ada*i dalam karya mereka. *) RASI.NALITAS MANUSIA 4AN" INKLUSIF :enP Des(artes 5 %9D4 D%06, *endasar filsafat modern, mengumandangkan motto terkenalnya cogito ergo sum 5Saya ber*ikir maka saya ada6. Dalam motto ini, ego atau sub&ek menda*at *enekanan amat kuat dan dalam ego ini ditemukan kesadaran sebagai dasar utama rasionalitas manusia. +am*ak &elas di sini ba),a kesadaran dan aktus ber*ikir yang didasarkan *ada rasionalitas murni amat kuat, sambil belum se(uku*nya mem*er)atikan semua as*ek lain yang bersifat inklusif dalam manusia. Ka*asitas mental
0

Bdk. Kebung, &p-Cit., )lm.,04%.

terli)at )anya dalam aktus ber*ikir dan bernalar. Semua ka*asitas mental lain se*erti emosi, intuisi, imaginasi, mim*i, dan semua yang termasuk dalam dunia ke)idu*an 5 li!e world6 belum terbayang dan ter*ikir. Dunia ke)idu*an men(aku* *elbagai *engalaman sub&ektif4*raktis manusia ketika ia la)ir, )idu* dan mati dan *elbagai *engalaman eksistensial lainnya. #tau dengan kata lain dunia ke)idu*an adala) dunia se)ari4)ari yang sub&ektif dan *raktis lagi situasional. /ni )arusla) dibedakan dari dunia ilmu *engeta)uan yang meru*akan dunia fakta, ob&ektif, uni8ersal dan rasional. Dalam dunia ilmu *engeta)uan terbentuk *elbagai *aradigma sistem. :asionalitas se)arusnya meru*akan *er*aduan antara dua ma(am dunia ini yakni dunia ke)idu*an dan dunia ilmu *engeta)uan. Modernisme dengan *enekanan *ada ego dan kesadaran ini men&adi fokus kritik utama *ara *endasar filsafat *osmodernisme dan *osstrukturalisme. Melalui Sigmund Freud, ;arl 'usta8 2ung, #lfrred #dler, dll, as*ek ketaksadaran mulai mengemuka, dan dibuktikan ba),a )am*ir seluru) akti8itas sadar manusia bermula dari ketaksadaran. Pa)am ini &uga suda) lebi) dulu dikemas ole) Frederi(k -. Niet7s()e dan kemudian dikembangkan ole) *ara *elo*or *osmodernisme yang tidak )anya meli)at as*ek kesadaran atau ego, melainkan &uga banyak as*ek lain yang men&adi dasar kemanusiaan *ada umumnya. Penekanan *ada ego, sub&ek dan kesadaran ini bersifat sangat re*resi* dalam komunikasi dan relasi antar manusia. Penekanan *ada ego dan kesadaran ini &uga bersifat amat monolitis dan sunggu)4sunggu) melenya*kan banyak as*ek lain dalam manusia yang amat determinan dalam )idu* dan komunikasi antarmanusia. Pa)am ini &uga terli)at amat mereme)kan kebudayaan, se&ara) dan tradisi, dan *andangan )idu* serta filsafat ber*ikir orang dari segala 7aman. Karena itu ole) kaum *osmodernis dan *osstrukturalis *a)am ini terasa amat tidak (o(ok dan tidak mendukung *erkembangan manusia, karena di sana tidak ada *eng)argaan ter)ada* *luralitas dan keberbedaan, *eng)argaan ter)ada* se&ara) dan tradisi, dan semua kek)ususan manusia dari *elbagai kebudayaan, suku dan bangsa. Dan untuk mengentaskan *elbagai *ermasala)an dan *ermusu)an antarmanusia kita sama sekali tidak da*at menggunakan (ara ber*ikir re*resi* yang di*raktekkan dalam modernisme. Karena *er)atian yang amat besar dari kaum *osmodernis ter)ada* *elbagai as*ek kemanusiaan dalam *ers*ektif dunia ke)idu*an, ole) kelom*ok modernis mereka di(a* sebagai *emikir irasional atau *ara *emikir anti)umanis. Namun menurut saya (ara ber*ikir modernis di atas *ada dasarnya tidak )umanis dan tidak muda) menyelesaikan *elbagai *ermasala)an dunia dan manusia. ;ara ber*ikir modernis yang menekankan ego, sub&ek atau kesadaran (enderung menyamaratakan manusia dan sering ter*erangka* dalam tendensi untuk memaksa orang untuk selalu ber*ikir dan bertindak se*erti saya, dan lain4lain. @ang ingin saya tekankan di sini iala) ba),a yang termasuk dalam rasionalitas manusia bukan )anya as*ek4as*ek yang se(ara eksklusif terkelom*ok dalam karya4karya rasio atau yang meru*akan )asil karya rasio, melainkan &uga *elbagai ka*asitas mental lain yang )anya mungkin terda*at dalam manusia G mak)luk rasional dan ber*ikir. Seluru) tindakan dan akti8itas kita, komunikasi dan relasi kita dalam dunia dalam

Bdk. :obert #udi, ed. #he Cam$ridge ictionary o! Philosophy 5;ambridge= ;ambridge <ni8ersity Press, ed. 2, (et. Ke , 200D6, )lm., BB24BB0.

*elbagai (ara &ustru selalu bersifat rasional. Dan karena itu rasionalitas ini )arus men(aku* seluru) (ara ber*ikir dan (ara bertindak seorang manusia. 2 5) FILSAFAT BERDASAR DAN BERA6AL DARI REALITAS KEHIDUPAN Persoalan menyangkut )idu* meru*akan *ersoalan uni8ersal yang di)ada*i ole) setia* manusia di mana sa&a. Se&ak masa kanak4kanak orang suda) mulai melontarkan banyak *ertanyaan dan menemukan &a,aban4&a,abannya tersendiri mengenai )idu* ini. Banyak *ertanyaan kera* keluar dari *ersoalan4*esoalan biasa dalam )idu*, teta*i kadangkala *ertanyaan itu melen(eng &au) di luar *ema)aman dan daya &angkau akal manusia sendiri. Setia* orang mam*u melontarkan *ertanyaan tentang )idu* dan *engalamannya, dan senantiasa berusa)a untuk menemukan &a,aban atas *elbagai *ertanyaan dan *ersoalan )idu*nya. Dan karena setia* orang da*at bertanya dan memberikan &a,aban, maka &uga setia* orang da*at berfilsafat. Kalau setia* orang da*at melontarkan *ertanyaan dan da*at berfilsafat serta da*at menemukan &a,abannya sendiri, untuk a*a kita masi) membutu)kan *ara *akar dalam dunia filsafat, yang memiliki kesibukan ber*ikir dan membuat ren(ana bagaimana mereka )arus menata )idu* ini. Setia* a)li filsafat tentu &uga tidak bisa memberikan suatu &a,aban absolut yang berlaku untuk semua orang dalam setia* lingkungan dan fase se&ara). 0 Namun kenyataan ba),a seorang a)li filsafat masi) sangat berguna dalam membantu meme(a)kan banyak masala) dalam ke)idu*an manusia. /a tam*il sebagai seorang dokter yang da*at mendiagnose *enyakit dan menun&ukkan *ermasala)an serta memberikan tera*i yang te*at untuk *enyakit itu. Filsafat memba)as *elbagai ma(am *ermasala)an manusia se)ari4)ari. Pada bebera*a dasa,arsa terak)ir, *ara filsuf di dunia Barat lebi) mem*er)atikan se&ara) filsafat dengan *elbagai *eristila)an 5se*erti logika, semantika, analisis ba)asa, dll6. Filssafat eksistensialisme &ustru mulai memba)as dan meli)at masala)4masala) manusia,i yang di)ada*i setia* mak)luk rasional se*erti *erasaan (emas dan takut, ideal atau )ara*an, keterbatasan manusia, *ili)an dan kebebasan, *enderitaan dan kematian, dan lain sebagainya. Fenomenologi $menekankan keterbukaan ke*ada realitas atau *engungka*an diri realitas ke*ada kesadaran atau subyek. Dengan kata lain subyek membiarkan diri disentu) ole) realitas. Karena itu ia 5subyek6 bersifat menerima 5rese*tif6 dan bukannya se(ara aktif memani*ulasi realitas menurut kesukaannya. Filsafat se&ati )endaknya tidak asing dari dunia dan )idu* ini. /a &ustru beralas *ada )idu* dan mem*erkaya )idu* ini. Filsafat &uga dili)at sebagai *un(ak *erkembangan )idu* dan kebudayaan seorang manusia. Ma(am filsafat manaka) yang )arus seorang miliki tergantung *ada situasi dan karakter serta *endidikan seseorang. Menurut kata4kata Fi()te, filsafat ma(am manaka) yang diemban seseorang tergantung *ada manusia ma(am manaka) orang itu. Seorang filsuf )endaknya teta* terbuka ke*ada
Ba(a 2urgen Eabermas, #he #heory o! Communicati/e "ction 58ol. 6= Reason and Rationai0ation o! So(iety, ter&. +)omas M(;art)y 5Boston= Bea(on Press, 9!$6, )lm., 8ii G 8iii3, 422. 0 Bdk. -.'.Eobbs, >-)o Needs P)iloso*)ersH? dalam #he Chronicle o! 1igher 2ducation, 9 529 2anuary 9B%6, )lm., 2%$. $ Feno eno/ogi adala) suatu sistem ber*ikir atau metode dalam filsafat, dalam mana sub&ek membiarkan realitas berbi(ara ke*adanya, atau dengan kata lain, ge&ala dan realitas dibiarkan mengungka*kan diri sebagaimana adanya.
2

realitas ke)idu*an. /a se)arusnya *rofesional dalam bidangnya dan dalam )idu* ini. /a )arus *andai meng)ada*i masyarakat dan mam*u meli)at setia* situasi se(ara *ositi* dan matang. Dalam *er&alanan se&ara) filsafat, kita meli)at ba),a *ara *emikir betul berfilsafat mengenai lingkungan mereka. Para filsuf *ra4Sokrates yang *ada umumnya adala) a)li4a)li kosmologi 5yang sekarang se)arusnya dikelom*okkan dalam sains6 )anya berke(im*ung dalam dunia mereka ini, karena )al ini dili)at sebagai *engeta)uan dan *engalaman umum yang banyak didiskusikan orang. Mereka mem*ersoalkan asas atau *rinsi* 5arche6 yang men&adi dasar ter&adinya segala sesuatu. +)ales menyebut air sebagai asas dasar, #naQimander menyebut sesuatu yang tak terbatas 5 to apeiron6, #naQimenes menyebut udara dan Eeraklitus menyebut a*i sebagai asas, dan lain sebagainya. Sokrates, Plato dan #ristoteles berfilsafat tentang manusia= keyakinan dan kebudayaan serta *andangan )idu*3 a*a yang manusia ta)u dan *ikirkan dan a*a yang mereka alami dan )idu*i. Dialog Platonik atau tulisan4tulisan #ristoteles yang di)im*un dalam #he Basic 3orks o! "ristotle sunggu) membenarkan semua ini. % Seluru) ide dan karya ber*ikir mereka men(erminkan )idu* dan *engalaman mereka sendiri dan *engalaman manusia *ada umumnya. Para filsuf sesuda)nya &uga berbi(ara tentang realitas yang mereka alami. Singkatnya seluru) filsafat ber*ikir *aling kurang men(erminkan realitas )idu* dan lingkungan )idu* manusia sendiri. Perlu kita sadari ba),a *ara filsuf adala) *ara *emikir. Mereka meluangkan banyak ,aktu untuk ber*ikir dan berefleksi. Dan ber*ikir dalam artian yang sebenarnya adala) berkonfrontasi dengan realitas konkret ke)idu*an kita. Karena itu ber*ikir &uga berarti se(ara sadar mem*er)atikan dan men(ermati realitas di )ada*an kita. Di sini &ustru kita musti membedakan antara mengelamun dengan memikirkan sesuatu. 2elas ba),a ber*ikir tidak )anya dimengerti sebagai karya murni akal melainkan &uga ba),a akal kita )arusla) diara)kan ke*ada realitas ke)idu*an enta) dengan (ara memikirkannya, men(ermati, menilai dan membuat ren(ana tentangnya. Berdasarkan semua *en&elasan ini maka *ara filsuf dari setia* era *eradaban dan era ber*ikir dalam artian ini suda) berfilsafat se(ara kontekstual. Konteks )idu* mereka tela) menggerakkan mereka untuk berfilsafat. #da banyak *emikir berfisafat dengan mendasarkan diri *ada konteks sosial4ekonomis 5se*erti MarQ dan #dam Smit)6, ada yang berfilsafat dalam konteks sosial4*olitis 5Eabermas dan Noam ;)omsky6, konteks *engeta)uan dan ilmu *engeta)uan 5Ba()elaard, Fou(ault, Ku)n dan Feyerabend6, *sikologis 5Niet7s)(e, Buber dan Freud6, konteks seni, moral dan etika, dan lain sebagainya. 7) FILSAFAT DAN PEMBENTUKAN MENTAL SPIRITUAL 7)-) Ku/iah Fi/$a0at di Se ina#i Tinggi Filsafat meru*akan suatu disi*lin tua yang biasanya diberikan *ada uni8ersitas4 uni8ersitas tua, terutama dalam lembaga4lembaga *endidikan (alon imam dan biara,an. Di sini filsafat dili)at sebagai kulia) utama yang disanding dengan teologi, &uga kulia)
Plato4 #he Collected ialogues, ed. Eamilton ;airns 5Prin(eton= Prin(eton <ni8ersity Press, 9!96 5(et. $6. 2uga :i()ard M(Keon 5ed6, #he Basic 3orks o! "ristotle 5Ne, @ork= :andom Eouse /n(., 9$ Nfirst *ublis)ed3 (et. ke 02O.
%

utama sebagai *ersia*an untuk men&adi imam. #da banyak (alon imam dan ba)kan imam yang mungkin bela&ar filsafat dan teologi )anya sekadar untuk bisa diterima dan dita)biskan men&adi imam, teta*i a*a makna terdalam dari studi4studi ini tidak (uku* disadari . Mala)an sadar atau tan*a sadar filsafat tela) membangun dalam diri mereka *elbagai ka*asitas untuk berkembang sendiri se(ara mandiri dan lebi) manusia,i. Filsafat, tan*a mereka sadari, tela) mengformat daya *ikir dan nalar mereka, mengasa) otak dan daya kreasi mereka, mengasa) tingka) dan sika* mereka, mem*erta&am (ara mereka meli)at realitas, dan lain sebagainya. Kalau kita berbi(ara tentang filsafat dalam kaitan dengan s*iritualitas imamat, maka kita se)arusnya &uga berbi(ara tentang )ubungan antara filsafat dan teologi. +eologi didefinisikan sebagai refleksi tentang iman atau ,a)yu ila)i dalam terang akal budi manusia sedangkan filsafat di sini dili)at sebagai refleksi tentang alam4dunia atau dunia di luar iman dan ,a)yu. Persoalan mengenai iman dan ,a)yu karena itu adala) *ersoalan utama teologi dan bukannya filsafat, karena filsafat tidak menyentu) misteri ini. Namun karena kita berbi(ara mengenai identitas, tugas dan fungsi seorang imam yang )idu* di dalam dan di tenga) dunia dalam batas ruang dan ,aktu, maka kita &uga )arus berbi(ara tentang *elbagai dimensi natural manusia. Dalam *erkembangannya se&ak a,al, filsafat diidentikkan dengan ilmu *engeta)uan, dan sam*ai dengan abad *ertenga)an filsafat tidak menda*at gangguan a*a*un. Selama abad Pertenga)an 5menurut klasifikasi dan *eriodisasi filsafat6 ketika otoritas 'ere&a begitu kuat dili)at sebagai ke)adiran #lla) di dunia ini 5 teo$ent#i$ e6, filsafat dan ilmu *engeta)uan tidak berkembang semestinya. Pada ak)ir abad +enga) dan mulai masuk 7aman modern, filsafat dan ilmu *engeta)uan merasa bebas dari *elbagai tekanan dan belenggu dogmatis 'ere&a, dan masa ini dikenal sebagai masa kebangkitan filsafat dan ilmu *engeta)uan. Filsafat mulai men&alankan fungsi kritis dan *andangan4 *andangan dogmatis 'ere&a*un tidak lu*ut dari kritik4kritik filsafat. Se&ak saat itu 'ere&a mulai meli)at filsafat dengan mata sebela) dan *enu) *rasangka, ba)kan filsafat dili)at sebagai anti atau musu) a&aran 'ere&a. Situasi ini berkembang terus )ingga Konsili .atikan // yang meroba) segala *andangan sem*it 'ere&a *ada masa lam*au ter)ada* dunia, filsafat dan ilmu *engeta)uan. Konsili ini membuka tabir kegela*an 'ere&a dengan a&arannya tentang keterbukaannya ter)ada* dunia 5"d 'entes6 dan 'ere&a )arus men&adi terang bagi bangsa4bangsa 5)umen 'entium6, dll. Filsafat mulai dili)at se(ara lebi) *ositi*, yang se(ara kritis menero*ong iman kita dalam usa)a *embentukan manusia se(ara integral. &ptatam #otius, dekrit Konsili tentang Pendidikan /mam, menekankan *erlunya ada*tasi dan *embaruan dalam *endidikan imam agar sesuai dengan kebutu)an *astoral 7amannya. Pendidikan s*iritual, intelektual dan disi*liner )arus sunggu) di*er)atikan se(ara integral demi tu&uan *astoral ini. D Dalam kaitan dengan *endidikan filsafat di Seminari4seminari +inggi, Konsili menegaskan sebagai berikut=
Fi/$a0at $eha#u$n2a dia!a#kan $ekian #u(a $ehingga (a#a 0#ate# e (e#o/eh $uatu (enge#tian 2ang 3ena# dan kokoh tentang anu$ia% dunia dan Tuhan) Sa 3i/ enda$a#kan di#i e#eka (ada 8a#i$an 0i/o$o0i$ 2ang 3ena# dan $ah% e#eka !uga da(at e (e/a!a#i (andangan1(andangan 0i/$a0at 9a ann2a te#1 uta a 0i/$a0at 2ang $angat 3e#(enga#uh da#i dan da/a dae#ahn2a $endi#i Bdk. #he ocuments o! 5atican %%, ed. -alter #bbot, S2 5Ne, @ork= #sso(iation Press, 9DD6, )lm., $0%4$$B. 2uga Dekrit tentang Pelayanan dan Eidu* Para /mam 5)lm., %02 dst6.
D

atau 2ang 3e#hu3ungan dengan (e#ke 3angan i/ u (engetahuan te#3a#u) Ata$ da$a# ini e#eka akan $ia( da/a dia/og dengan o#ang1o#ang 9a ann2a) Se!a#ah 0i/$a0at ha#u$ dia!a#kan $ede ikian $ehingga dengan e aha i (#in1 $i(1(#in$i( da$a# (e/3agai $i$te % (a#a 0#ate# 3i$a enentukan ana 2ang 3ena# dan ana 2ang $a/ah% atau ana 2ang tidak da(at di(e#tanggung!a8a31 kan dan ha#u$ dito/ak) Ka#ena itu etode enga!a# hendakn2a enguta akan in$(i#a$i atau enana da/a di#i (a#a 0#ate# :inta untuk en:a#i% engho# ati% dan e 3e/a ke3ena#an da/a ke$ada#an akan 3ata$13ata$ (e aha an anu$ia) Hu3ungan anta#a 0i/$a0at dan (e#$oa/an hidu( ha#u$ di(e#hatikan dengan $ak$a a) Pa#a 0#ate# ha#u$ di/atih untuk e/ihat hu3ungan1hu3ungan anta#a a#gu enta$i 0i/o$o0i$ dengan i$te#i ke$e/a atan 2ang didi$ku$ikan da/a teo/ogi di 3a8ah te#ang i an)-;

2o)anes Paulus //, dalam ensikliknya Pastores a$o 5o$is, menunun&ukkan em*at as*ek atau bidang utama yang )arus di*er)atikan dalam formasi dan *endidikan *ara (alon imam atau imam kita, yakni= ! Pertama, (e 3entukan anu$ia8i 5human !ormation6 sebagai basis *endidikan imami. Kematangan diri dalam relasai dengan dunia dan manusia lain )arus sunggu) ditekankan dalam *ertumbu)annya menu&u kematangan diri. Selain itu &uga ditekankan kematangan dalam bidang afeksi. ;inta itu )arus dialami dan diungka*kan. Seorang imam atau (alon imam &uga memerlukan kebebasan mengungka*kan diri, taat *ada kebenaran dan )arus memiliki kesadaran moral 5moral conscience6. Singkatnya, kematangan dari *elbagai as*ek manusia,i diangga* nis(aya. Kedua, 0o# a$i $(i#itua/= kematangan ro)ani da*at dili)at melalui usa)a mendekatkan diri dengan +u)an, namun ini )arus diungka*kan dalam )idu* *ribadi sendiri 5doa, meditasi dan refleksi, dan ke)idu*an konkret6. /a &uga )arus mam*u menemukan Kristus dan +u)an dalam diri orang lain dan dalam *elbagai kebudayaan dan era se&ara). Ketiga, 0o# a$i inte/ektua/= seorang imam"(alon imam membutu)kan kematangan intelektual, di sam*ing untuk da*at menyesuaikan dirinya dengan *erkembangan ilmu *engeta)uan dan teknologi G dengan itu dia bisa beker&a sama dengan *ara toko) a,am dan manusia4manusia lain dalam era teknologi ini4, teta*i &uga agar dengannya ia dibantu untuk se(ara ,a&ar mema)ami imannya sendiri. Karena itu ia )arus banyak bela&ar, mengembangkan ilmu, membuat refleksi, dan untuk itu ia )arus *andai menggunakan ,aktunya. Filsafat &ustru membantu kita untuk mem*erole) *ema)aman yang mendalam tentang diri dan orang lain, terbuka ter)ada* *elbagai *ema)aman budaya dan men(intai kebenaran sebagai ob&ek utama *engeta)uan kita. /a &uga )arus mengembangkan diri se(ara intelektual dalam *elbagai studi teologi dan a&aran4a&aran su(i 'ere&a. Keempat, Fo# a$i (a$to#a/= seorang imam"(alon imam )arus sunggu) di*ersia*kan dalam *elayanan 5diakonia6 dan untuk itu (ommunio dengan (inta @esus Kristus sendiri sebagai 'embala yang Baik terasa nis(aya. /a )arus men(onto)i teladan
%$id., )lm., $%0. Bdk. Konrad Kebung, >Pengantar Ke #lam Filsafat 5mans= 1edalero, 9906, )lm., 0!. Se(ara lengka* ba(a >Program Filsafat di Seminari +inggi dan Manfaat Filsafat bagi Seorang ;alon /mam?, )lm., 0%409. ! Pastores a$o 5o$is 5Pasay ;ity NP)li**inesO= Paulist Press, 99D6, )lm., D4 D0.
B

'embala #gung sesuai dengan kata4katanya sendiri= A#ku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani....> Semu as*ek *enting di atas )arus men&adi titik tolak dan *er)atian utama dalam lembaga4lembaga *endidikan imam 5'ere&a, <sku*% Seminari +inggi dan Komunitas Pembentukan6, teta*i &uga yang *aling *enting dan mutlak *erlu adala) ba),a si (alon sendiri )arus terus menerus membina dirinya dalam ,a(ana formasi itu 5sel!6 !ormation6. 7)*) Man0aat Fi/$a0at da/a Pe 3entukan S(i#itua/ dan Ka#2a Pa$to#a/ I a

Berdasarkan diskusi4diskusi menyangkut filsafat yang dili)at dari as*ek *ragmatis dan yang langsung ber)ubungan dengan ke)idu*an dan akti8itas konkret, maka kita bisa menarik banyak *etun&uk konkret mengenai )ubungan antara filsafat dengan )idu* dan karya *elayanan seorang imam dan a*a fungsi serta *eran filsafat dalam )idu* dan karya *astoral seorang imam. Pater 'eorge Klubertan7, S2, dalam seminar yang ber&udul A+ea()ing P)iloso*)y and t)e S*iritual 1ife of t)e Seminarians,? mengemukakan bebera*a *ernyataan berikut ini= 9 . Cfek umum filsafat ter)ada* )idu* ro)ani ber*usat *ada semangat refleksi dan sika* kritis. 2. :efleksi sebagai sumbangan filsafat untuk )idu* ro)ani mengangkat manusia melam*aui daya instink dan su*erfisial ke*ada )idu* yang *enu) sadar dan tanggung&a,ab. :efleksi *enting bagi akti8itas akal, ke)endak dan *embentukan ke*ribadian. Nilai ini terli)at dalam *engeta)uan dan *enguasaan atas diri dan yang lain. Selain itu filsafat memungkinkan *embentukan se&umla) sika* *enting dalam diri seorang manusia. Sika*4sika* itu da*at di&elaskan sebagai berikut= a. Filsafat adala) suatu keterara)an total kita ke*ada realitas melalui akal atau sika* )idu* kita. Dalam kaitan dengan *elbagai ilmu lain, filsafat membentuk suatu sika* terbuka dan membiarkan realitas berbi(ara ke*ada kita. 9tak, budi dan )ati kita dibentuk agar selalu sensitif mendengarkan suara realitas. 2uga di sana dibentuk sika* integral yang meli)at segala sesuatu se(ara utu) dalam kesatuan 5metafisika, e*istemologi, filsafat ilmu *engeta)uan, se&ara) filsafat, logika, dll6. 20Kita membuka diri ke*ada

Bdk. Christian Philosophy in the College and Seminary, ed. 'eorge M(;lean, 9M/ 5-as)ington, D;, +)e ;at)oli( <ni8ersity of #meri(a Press, 9DD6, )lm., 0D4 0. 20 C*istemologi dan 1ogika mem*erli)atkan ba),a *engeta)uan manusia bukannya suatu fenomen uni8okal melainkan *lural. Kita )arus bela&ar dan ta)u tentang ma(am4ma(am Imengeta)ui.J Metafisika menun&ukkan ba),a sko*e realitas &au) lebi) luas dari*ada dunia yang sangat k)usus sesuai dengan kebutu)an dan minat kita yang langsung. Dan ini meru*akan basis kerenda)an )ati. Studi tentang kausalitas &uga da*at men&adi landasan koko) untuk karya kerasulan kita. +eologi natural adala) suatu bagian filsafat yang membuat refleksi tentang yang ila)i dalam terang akal budi manusia3 bagaimana kita dilati) untuk ber*ikir se(ara negatif tentang a*a yang men&adi ob&ek utama teologi. Psikologi menga&ar kita untuk meli)at tem*at tubu) kita dalam konstitusi manusia. +ubu) &uga meru*akan bagian yang sama4sama dikuduskan dan yang memberikan kesem*atan ke*ada )idu* s*iritual untuk mem*er)atikan *eranan emosi, ke)endak, refleksi, dll. Ctika memegang *eran *enting dalam *embentukan )idu* moral dan *embinaan sika* etis yang benar. +ingka) ter)ada* diri dan ter)ada* orang lain selalu )arus dibina se(ara terus menerus.

realitas, sesama, se&ara), komunikasi dan dialog serta seluru) latarbelakang se&ara) dan kebudayaan kita. b. Filsafat menolong kita untuk bersika* renda) )ati. Manusia begitu ke(il di )ada*an makrokosmos yang ma)aluas, dan ada banyak )al yang selalu tersembunyi dalam *engamatan atau *engeta)uan kita. 9tak dan )ati kita terlam*au ke(il untuk merekam totalitas yang ma)aluas ini. Sika* renda) )ati ini membantu kita untuk mendengarkan dan membuka diri, dan tidak memaksakan kebenaran atau otoritas kita ke*ada orang lain. (. Kita di*a(u untuk selalu mengeta)ui lebi) banyak lagi 5 curiosity6. Saya )endaknya selalu sadar ba),a saya ini belum a*a4a*a. Semakin saya ta)u semakin saya sadar ba),a saya tidak ta)u a*a4a*a. Kita di*a(u untuk tidak *erna) merasa (uku* dengan *engeta)uan yang suda) kita miliki, teta*i senantiasa men(ari. Eori7on dan totalitas selalu membuka diri dan kita tidak *erna) akan mem*erole) suatu *engeta)uan se(ara *enu). /ni &ustru membangun sika* kreatif dan ino8atif 5transendensi diri6. d. Filsafat membantu kita untuk bersika* kritis dan tidak gam*ang *er(aya ke*ada a*a yang dikatakan orang 5taking !or granted6. Kita dilati) untuk meli)at segala sesuatu dengan *enu) *ertimbangan, mengambil ke*utusan dan dengan itu se(ara konsekuen &uga melaksanakan ke*utusan4ke*utusan kita. e. Kita di*a(u untuk selalu membuat refleksi. Kata refleksi berarti melenturkan ke belakang, memalingkan atau mundur. 1e,at refleksi kita meli)at atau menilai segala sesuatu dalam dunia, dalam kaitan dengan diri kita dan dengan demikian refleksi membantu kita untuk mengembangkan diri, membentuk diri, membangun ke*ribadian yang matang, dan mentransformasi diri 5sel!6trans!ormation6. Melalui refleksi kita dibantu untuk lebi) mengenal diri dan orang lain, mengenal dan membiasakan gerak akal, emosi dan tubu) kita. f. Dan masi) ada sekian banyak sika* *ositif lain yang da*at disia*kan filsafat untuk kita melalui sekian banyak disi*lin ber*ikir dalam dunia filsafat. Dalam filsafat, seorang (alon imam"imam dirangsang untuk ber*ikir dan berefleksi yang berarti selalu mengkonfrontasikan dirinya dengan realitas *elayanan dan medan *engabdiannya. 1e,at mema)ami dunia dan manusia 5subyek dan ob&ek *elayanannya6 ia akan lebi) gam*ang berkomunikasi dengan manusia dari *elbagai &enis keyakinan dan kebudayaan, dan se(ara k)usus ia &uga bisa masuk se(ara lebi) intensi* dalam dialog iman dengan umat yang di*er(ayakan ke*adanya. Mema)ami dan mengerti manusia adala) modal dasar dan sukses a,al dari seluru) karya *elayanan seorang imam. 1e,at mema)ami dan mengerti, ia akan &uga selalu menentukan sika* yang te*at dan *endekatan yang (o(ok demi *elaksanaan suatu reksa *astoral yang lebi) dialogal dan manusia,i. Melalui ber*ikir dan berefleksi seorang imam atau (alon imam akan lebi) berdayaguna melayani umat dan akan sunggu) men&a,abi kebutu)an umat se)ingga *elayanannya akan selalu te*at sasar. #da (uku* banyak imam yang tidak kritis, lama setela) menyelesaikan *endidikan formalnya di Seminari +inggi, masi) berani mengatakan ba),a a*a yang dia

*erole) di bangku kulia) sama sekali tidak men&a,abi kebutu)an *astoral di *elbagai tem*at. Pertanyaan, a*aka) si imam bersangkutan (uku* kritis memandang realitas ke)idu*annya dan a*aka) dia tidak *erna) ber*ikir atau berefleksiH Karena *endidikan itu )arus membuka kemungkinan agar orang men&adi lebi) terbuka dan kreatif meng)ada*i *elbagai situasi )idu* dan karyanya dan bukannya mem*ersia*kan skru*4 skru* atau mur4mur yang nanti da*at di*asang di mana sa&a dalam karya kita. Dunia ini terlalu amat luas untuk da*at dibandingkan dengan se&umla) skru* atau mur ini. Kita &ustru dididik untuk men&adi terbuka, kreati* dan da*at ber)ada*an dengan dunia ma(am a*a sa&a dalam karya *elayanan kita. 2ustru di sana letak ke*entingan filsafat dan teologi dalam )idu* dan karya *engabdian kita. Seorang imam atau (alon imam yang tidak mam*u ber*ikir tidak mungkin &uga akan bersika* kreatif dan terbuka dan kalau demikian maka dia gagal sebelum mulai melayani umatnya. Kalau seorang imam atau (alon imam selalu membiasakan dirinya untuk ber*ikir dan berefleksi, maka ia (uku* sensiti* ter)ada* dirinya dan selalu ada kemungkinan untuk beruba) dan gam*ang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi. Seorang imam atau (alon imam yang demikian akan da*at membangun diri dan membentuk sika* yang de,asa dan matang, dan dengan demikian ia da*at mende,asakan dunia dan lingkungan manusia,i di sekitarnya. Semuanya ini da*at terungka* dengan &elas dalam sika* dan *eng)ayatan )idu* imam itu sendiri yang menarik, bagus dan da*at memberikan kesaksian ke*ada seluru) umatnya. 2elas di sini ba),a bela&ar *elbagai disi*lin filsafat itu sendiri dengan sendirinya tidak se(ara langsung menolong kita dalam *embentukan s*iritualitas dan sika* *astoral kita. /ni bukannya mem*ela&ari matematika atau ilmu4ilmu alam dengan suatu tata aturan atau aksioma yang konkret dan &elas. Namun melalui studi4studi ini kita dirangsang untuk selalu IberfilsafatJ dan dengan sika* yang aktif ini kita mam*u membangun semua sika* *ositif yang *erlu dalam )idu* dan karya *elayanan kita. +an*a nuansa >berfilsafat? atau >mengfilsafat? saya tidak mam*u membangun semua sika* *ositi* ini se(ara sadar dan refleksif. %. FILSAFAT DAN PER6UJUDAN DIRI ')-) Be/a!a# Fi/$a0at dan Be#0i/$a0at Kita sering mendengar *ara ma)asis,a berkisa) tentang bagaimana mereka bela&ar filsafat. Sebagai suatu ilmu yang belum (uku* *o*uler di mata dan *ikiran kebanyakan orang di ,ilaya) kita, masi) terda*at terlalu banyak *rasangka dan *emikiran tidak benar tentangnya. Filsafat dinilai sukar, abstrak dan ilmu yang tidak memiliki nilai dalam ke)idu*an *raktis, )anya menekankan konse* atau teori, *engungka*an ide4ide seder)ana dalam ba)asa dan terminologi yang sulit dan bombastik, dan lain4lain. Prasangka4*rasangka ini meru*akan tantangan besar dalam dunia filsafat, dan karena itu filsafat kera* dituding sebagai *engganggu iman dan a&aran Kristen, ba)kan dalam kalangan religius ada angga*an ba),a studi filsafat kera* di(urigai sebagai a&ang ke&atu)an atau kegagalan *ara imam atau biara,an. 2ustru melalui *andangan4*andangan yang tidak seimbang berdasarkan *rasangka di atas dan karena filsafat itu selalu dili)at 5terlalu sem*it6 sebagai ilmu yang memiliki obyek yang *asti, maka filsafat dili)at sebagai suatu ilmu yang berat dan

sukar. /mmanuel Kant 5 B2$4 !0$6 adala) *emikir 2erman yang se(ara eks*lisit memrotes kenyataan ini. Menurutnya, kita tidak bela&ar filsafat melainkan $er!ilsa!at. Bela&ar filsafat berarti meli)at filsafat melulu sebagai suatu ilmu tertutu* sebagaimana kita mem*ela&ari se&ara) atau suatu ob&ek material tertentu. Kita se)arusnya berfilsafat. /tu berarti kita selalu )arus mam*u ber*ikir sendiri, berdaya kreasi dan berusa)a untuk selalu menemukan sesuatu yang baru. Filsafat meru*akan suatu *roses ber*ikir yang )idu* dan bukannya suatu ilmu mati. Filsafat meru*akan suatu *roses atau usa)a *en(a)arian yang terus menerus3 suatu (ara ber*ikir yang terbuka bukan se*erti ilmu *ada umumnya yang selalu menuntut &a,aban4&a,aban tertentu sesuai dengan ob&eknya. Filsafat &uga meru*akan sebua) *ertanyaan dan bukannya suatu tanda seru 5R6, *ernyataan 5statement6 atau *ro*osisi. 2ustru dalam keterbukaan se*erti ini filsafat berbeda dari ideologi atau dogma yang *ada umumnya bersifat tertutu*. ')*) Fi/$a0at dan Pe#8u!udan Di#i +u&uan yang *aling dekat dari segala kegiatan *embela&aran iala) untuk mem*erole) *engeta)uan tentang a*a yang di*ela&ari. Namun tu&uan ini masi) bersifat sementara dan dili)at sebagai sarana untuk men(a*ai tu&uan lain sesuda)nya 5 end as means6. Dan tu&uan yang ultim dari semua akti8itas *embela&aran dan *erole)an *engeta)uan adala) men&adi matang dan de,asa dalam *elbagai as*ek atau *er,u&udan diri se(ara *enu) 5end in6itsel!6. Demikian *ula filsafat sebagai ilmu di*ela&ari dengan tu&uan untuk men(a*ai kebenaran, namun kebenaran ini )arus mengara)kan kita ke*ada *er,u&udan diri kita sebagai manusia 5*emanusiaan diri kita6. Filsafat, menurut arti kata yang sebenarnya, adala) (inta akan kebi&aksanaan, dan karena itu filsafat se)arusnya lebi) dili)at sebagai *andangan )idu*= bagaimana seorang manusia memandang dunianya, ber*ikir dan mema)ami dunia dan lingkungannya, dan bagaimana ia menafsir dan menata )idu*nya dalam dan bersama dengan dunianya. Filsafat &uga dili)at sebagai ilmu yang membutu)kan refleksi dan *emikiran sistematis4 metodis dengan se(ara akti* menggunakan intelek dan rasio kita. Namun filsafat sebagai *andangan )idu* dan sebagai ilmu tidak ter*isa) satu sama lain, melainkan berkaitan sangat erat, mala)an saling memuat dan men(aku*i melalui karya rasional yang abstrak G s*ekulatif namun ber*i&ak *ada alam konsmis yang konkret dan riil ini. 1e,at ber*ikir dan berefleksi, kita ber)ubungan dengan dunia4lingkungan dan bagaimana kita memandang serta mama)ami diri kita. Kaitan erat antara filsafat dan *andangan )idu* dan sebagai ilmu da*at kita li)at dalam biografi setia* filsuf dalam setia* era ber*ikir manusia. Saya )anya menyebut bebera*a nama yang se(ara eks*lisit berbi(ara tentang *okok ini, terutama kaitan erat antara >ber*ikir? dengan ke)idu*an konkret G )idu* dan estetika, ke)idu*an *raktis4konkret. Di sini kita bisa meli)at bagaimana filsafat langsung ber)ubungan dengan *embentukan sika*, ke*ribadian dan transendensi serta transformasi diri manusia. Sokrates tidak *erna) menulis buku untuk mengekalkan namanya namun ia meng)idu*kan kebi&aksanaan dalam dirinya sendiri. Di sana filsafat sunggu) dili)at sebagai *raktik )idu* atau seni )idu* 5estetika6. /a ber&alan keliling sambil berfilsafat dan ia ak)irnya &uga mengurbankan )idu*nya sendiri demi filsafat dan kebenaran. 5bdk. "pology6. Sokrates &ustru menyebut filsuf sebagai >guru erotika? yang menyediakan

*aradigma )idu* filosofis. Ke)adirannya yang )idu*, kesaksiannya yang menarik, studinya yang tak *erna) kenal lela), keinda)an )idu* yang menarik dan gayanya yang tidak biasa 5bukan bersifat umum6 menarik kaum muda 7amannya. Melalui Plato, yang meng)im*un dan menulis kembali semua gagasan Sokrates, kita ta)u sangat banyak tentang Sokrates. 2 Dia sunggu) seorang *emikir yang tidak )anya sekadar mengungka*kan gagasan4gagasan abstrak, melainkan yang &uga berbi(ara tentang filsafat ini dalam )idu*nya sendiri, dan yang sunggu) mem*er&elas tugas filsafat sebagai bantuan dalam *embentukan diri 5sel!6!ormation6.22 Dalam dialog dengan *atner bi(aranya, Sokrates ingin agar, le,at bertanya dan mem*ersoalkan, *atner bi(aranya mam*u mengeks*resikan dirinya sendiri. Dia membentuk dalam diri *atner bi(aranya suatu sika* kreatif dan *er(aya serta sadar diri, dan dengan demikian ia da*at menemukan &atidirinya sendiri. /a mengatakan yang benar 5 truth6telling dalam ba)asa Fou(ault6 dalam suatu *ertemuan yang lebi) *ersonal dan dialogal. 20 Selain dari itu, dalam dialog4dialog se*erti Crito, 'orgias, dan Politeia 5Repu$lic6 *eran seorang filsuf dili)at sebagai analog dengan *eran seorang dokter. Dokter menangani kese)atan tubu), filsuf menangani kese)atan mental4&i,a. Di sana ia banyak bi(ara tentang suatu model Fuasi4medis yang menangani kese)atan dan satu model estetis tentang seni dan keinda)an.2$ #ristoteles, sebagai seorang realis, berbi(ara tentang )am*ir semua dimensi )idu* manusia mulai dari as*ek biologis4material dan natural sam*ai *ada as*ek mental4 *sikologis dalam seluru) karyanya. 2%Dia membedakan *engeta)uan teoretis4s*ekulatif 5matematis6 dan *engeta)uan *raktis yang )anya da*at di*ela&ari melalui tindakan dan *raktik G suatu *raktik yang se(ara konkret terbentuk dalam SdiriJ. Kalau kita memba(a buku 7icomachean 2thics, kita da*at menemukan *elbagai ma(am a&aran moral4 *sikologis dan *embentukan )idu* *ribadi dan komunal. Filsafat sunggu) dili)at sebagai suatu *raktik )idu* dan formasi diri yang de,asa dan *enu). 2D Dalam karya ini dikemukakan keba&ikan4keba&ikan manusia,i yang )anya da*at dikembangkan le,at *raktik )idu* demi *ende,asaan dan keba)agiaan )idu* manusia. Bebera*a *emikir lain yang se(ara eks*lisit dan luas berbi(ara tentang filsafat sebagai *raktik )idu* dan transformasi diri adala) 2o)n De,ey 5 !%94 9%26, 1ud,ig -ittgenstein 5 !!94 9% 6, dan Mi()el Fou(ault 5 92D4 9!$6. Dari biografi mereka yang sekian luas dan kaya dua fenomena utama yang da*at kita li)at adala) sebagai berikut= Pertama, kendati filsafat semakin merosot dalam otoritas dan *restise, ia selalu menarik *er)atian dalam kebudayaana intelektual kita. Dengan itu *ara filsuf masi) da*at berfungsi sebagai (ah/a8an yang ri,ayat )idu*nya da*at diba(a, dinikmati dan didayagunakan. Kedua, sukses besar dari biografi mereka mem*erli)atkan titik lema) keter*isa)an antara filsafat *rofesional yang dilembagakan dari *emikiran filosofis dengan )idu* *ersonal yang konkret. De,ey misalnya mengakui ba),a filsafatnya

Bdk. Plato4 #he Collected ialogues, op-cit. :i()ard, S)usterman, Practicing Philosophy4 Pragmatism and the Philosophical )i!e 5Ne, @ork dan 1ondon= :outledge, 99B6, )lm., B4 9. 20 %$id, )lm., % . 2$ %$id, )lm., 2$ 2% Bdk. :i()ard M(Keon, #he Basic 3orks o! "ristotle, &p- Cit. 2D #ristoteles, 7icomachean 2thics, tr&. Martin 9st,ald 5/ndiana*olis= Bobbs4Merrill Cdu(ational Publ., 9!06, (et. 9.
22

meru*akan )asil dari *engalaman4*engalaman *ersonal. Filsafatnya lebi) berasal dari *ribadi4*ribadi dan situasi4situasi dari*ada dari buku4buku. -ittgenstein mem*ersoalkan bagaimana meng)ada*i suatu )idu* yang baik dan ba)agiaH A 1i8e ,ell>, ia katakan sebagai )ukum filosofis tertinggi. 2B Filsafat memiliki tugas yang &au) lebi) *enting dan eksistensial, yaitu menolong kita ke*ada )idu* yang lebi) baik melalui usa)a *erbaikan diri G *engeta)uan tentang diri, kritik diri dan *enguasaan diri. Bagi *ara filsuf ini filsafat lebi) dari*ada sekadar ber*ikir dan berteori. /a meru*akan *raktik )idu* di mana teori mem*erole) maknanya yang riil dan teori bermakna )anya dalam )ubungan dengan )idu* di mana ia berfungsi dan menemukan )idu* yang lebi) baik se(ara konkret 5pragmatisme6. Pragmatisme De,ey menekankan fungsi ultim yang *raktis dan lebi) mengutamakan )idu* dari filsafat. Sebagai suatu Sseni kom*re)ensifJdari tingka) )idu* yang bi&aksana, filsafat meru*akan suatu kritik tentang )idu* agar da*at di*erole) suatu a*resiasi intensif dan adil tentang makna yang ada dalam *engalaman.2! Kita menemukan kaitan erat antara *emikiran filosofis tentang kondisi )idu* seseorang dan usa)a filsafat untuk meningkatkan kondisi4kondisi itu 5)idu* dan ber*ikir6 dengan menguba) kondisi sendiri melalui refleksi kritis. -ittgenstein dalam Culture and 5alue, meli)at )ubungan filsafat dengan *ersoalan4*ersoalan )idu* 5)lm., $6. #nda )arus meruba) (ara )idu* anda 52B6. Dengan ini &elas ba),a nilai filsafat di*erole) dari konteks )idu*nya dan usa)a menge&ar )idu* yang lebi) baik 5226. Bagi -ittgenstein, filsafat sebenarnya ditulis )anya sebagai satu kom*osisi *uitis. Karena se*erti karya artis, *emikiran filsuf da*at ber)asil menangka* dunia sebagai *raktik transformasional, menyia*kan suatu 8isi di mana ia da*at meli)at )idu*nya sebagai suatu karya seni 5 C5, $4%3 2$6. Beker&a dalam filsafat, se*erti karya arsitektur, dalam banyak )al, lebi) meru*akan suatu *enataan diri. Sebagaimana I)idu* ba)agiaJ sebagai tu&uan filsafat, demikian *ula yang inda) adala) a*a yang mendatangkan keba)agiaan. Seni yang memandang dunia dengan suatu mata ba)agia memiliki keinda)an sebagai tu&uan ak)irnya.29 Mi()el Fou(ault menekankan )idu* filosofis sebagai *ri8ilese utama filsafat. Pa)am4*a)am filsafatnya lebi) muda) dimengerti le,at e*isode4e*isode dan *raktik4 *raktik tertentu dalam )idu*nya. /a menggeneralisir ba),a kun(i menu&u sika* *oetik yang *ersonal dari seorang filsuf bukan ditemukan dalam ide4ide atau dalam gagasan4 gagasannya, seakan dia da*at dideduksikan dari ide4ide ini, melainkan ditemukan dalam filsafatnya G sebagai )idu*, dalam ke)idu*an filosofisnya, dalam etosnya.00 Filsafat men&adi suatu *raktik )idu*, di mana Idiri? ini ditransfigurasi melalui eks*erimen, disi*lin dan siksaan 5lingkungan yang *enu) (obaan6. Menurut Fou(ault, ontologi *enting dari diri kita )arus dili)at bukan sebagai sebua) teori atau doktrin, bukan &uga suatu tubu) *engeta)uan yang *ermanen dan akumulatif, melainkan sebagai suatu sika*, suatu etos, suatu )idu* filosofis, di dalamnya kritik tentang sia*a atau a*aka) kita sekaligus meru*akan analisis )istoris tentang batas4batas yang di*aksakan ke*ada

2B 2!

Bdk. karyanya Culture and 5alue 59Qford= Bla(k,ell, 9!06. Bdk. S)usterman, &p- Cit., )lm, 2 422. 29 Bdk. )ecture and Con/ersations on "esthetics, Psychology and Religious Belie! 59Qford= Bla(k,ell, 9B06. 00 Bdk. Paul :abino,, #he Foucault Reader 5Ne, @ork= .intage Books, 9!$6, )lm., 0B$.

kita dan suatu eks*erimen dengan suatu kemungkinan untuk melam*aui batas4batas ini 5transendensi6.0 Dalam kaitan dengan estetika, Fou(ault meli)at ideal )idu* estetik berakar dalam di dalam kebudayaan @unani klasik yang mem*raktikkan estetika eksistensi, ungka*an ke)endak untuk meng)idu*kan suatu )idu* yang lebi) inda), dan meninggalkan untuk orang lain kenangan4kenangan akan suatu eksistensi yang inda). 02 Bagi Fou(ault, IdiriJ ini tidak diberikan ke*ada kita, dan ole) karena itu kita )arus men(i*takan diri kita sebagai suatu karya seni.00 Stylisasi diri dalam *raktik4*raktik 5se*erti mengatur seksualitas *ribadi, )ubungan *erka,inan, diet, dsb6, tidak didiktekan ole) )ukum4 )ukum uni8ersal, di mana tindakan yang bertentangan dengannya diangga* dosa, melainkan di*ili) se(ara estetis untuk memberi eksistensi diri seseorang suatu bentuk yang lu)ur dan ter)ormat.0$ 1ebi) ekstrem, Fou(ault menolak semua model baku dengan maksud men(i*takan sesuatu yang radikal baru. #rtis se*erti ini tidak *uas dengan stylisasi diri. /a masi) selalu (oba menemukan dirinya 5FR, $26, men(i*takan suatu (ara )idu* baru, sesuatu yang se(ara radikal lain. /a )arus meng)asilkan sesuatu yang belum eksis dan kita tidak ta)u tentangnya, bagaimana dan a*a itu 5suatu ino8asi total6. 0% Bagi Fou(ault, transformasi diri adala) sangat sentral bagi )idu* filosofis. Proyek transendensi diri yang terus menerus mengungka*kan etika *erfeksionis yang sama tentang *enguasaan diri. #skese meru*akan suatu lati)an diri dalam akti8itas ber*ikir. <) PERAN FILSAFAT TAK TER"ANTI Kalau kita menelusuri *ema)aman filsafat *ada masa a,al maka filsafat itu dili)at sebagai identik dengan ilmu *engeta)uan. 5Sam*ai abad tenga)6. Ba)kan filsafat *erna) dili)at sebagai ratu dari semua ilmu. Namun setela) mun(ul ilmu4ilmu mulai *ada abad B G ! dan semakin kuat *ada abad 9420, ilmu4ilmu ini *elan4*elan mulai memisa)kan diri dari filsafat. Filsafat dili)at sebagai yang sangat umum, abstrak dan teoretis, dan tidak menarik minat banyak orang. Sebaliknya ilmu4ilmu ini menero*ong ob&ek4ob&ek tertentu dalam realitas yang lebi) menarik dan lebi) men&a,abi kebutu)an konkret manusia. Memang dalam kenyataan ter&adi demikian. Namun ini bukan men&adi suatu kesedi)an bagi filsafat. Dengan itu filsafat semakin ta&am dili)at dan menero*ong diri. Dia men&adi lebi) s*esifik dan lebi) dalam berkonsentrasi *ada as*ek Syang umumJ 52as*ers6. Filsafat &uga tidak *erlu merata*i dirinya karena ditinggalkan ole) ilmu4ilmu. Namun terda*at banyak *ertanyaan mengenai )idu* yang tidak da*at di&a,ab ole) ilmu4 ilmu ini se(ara memuaskan. Pertanyaan4*ertanyaan menyangkut esensi dari sesuatu tidak da*at di&a,ab ole) ilmu4ilmu dan )anya da*at di&a,ab ole) Filsafat. /lmu4ilmu )anya menero*ong satu bagian ke(il dari realitas sesuai dengan ob&ek dan metodologi ker&a ilmu bersangkutan, ta*i filsafat membi(arakannya se(ara umum, karena ia berob&ekkan totalitas 5all that is6. Dan kalau ilmu4ilmu akan ber)enti ketika ob&eknya suda) ditemukan, atau karena suda) berbenturan dengan ilmu4ilmu lain, filsafat akan bertanya
0

%$id, )lm., %0. %$id., )lm., 0$ , 0$0. 00 %$id., )lm., 0$!, 0% . 0$ Mi()el Fou(ault, Care o! the Sel! 8Ne, @ork= :andom Eouse, 9!!6, )lm., !%. 0% Bdk. S)usterman, &p- cit., )lm., 2B.
02

20

menga*a ilmu )anya sam*ai di sini, dan menga*a dia tidak bisa menerobos ob&ek ilmu4 ilmu lainH Para filsuf akan men&a,ab ba),a kendati semua ilmu tela) memisa)kan diri dari filsafat dan filsafat seola)4ola) ke)ilangan *okok ba)asannya, seorang filsuf masi) akan teta* dan senantiasa berfilsafat dalam dan tentang semua ilmu itu 5Bdk.ba)asan4 ba)asan dalam Filsafat /lmu Pengeta)uan6. PENUTUP Studi dan *embela&aran kita dalam dunia ilmu *engeta)uan memiliki dua tu&uan utama yaitu untuk mem*erole) *engeta)uan yang lebi) luas, dan se(ara *ragmatis agar saya da*at )idu*. Saya mem*ela&ari sesuatu agar saya mem*erole) *engeta)uan dan saya akan ber*uas diri dengan a*a yang saya keta)ui. Namun saya &uga bela&ar untuk bisa )idu*. Saya mem*ela&ari ilmu ekonomi agar saya bisa mem*erole) makan dan semua kebutu)an )idu* lain, atau agar saya da*at mengatur ekonomi ruma) tangga saya. Saya mem*ela&ari ilmu4ilmu sosial agar saya mam*u membangun )idu* dan relasi kebersamaan. Singkatnya saya mem*ela&ari sesuatu agar dengan a*a yang saya *ela&ari itu saya dibantu untuk bisa meneruskan )idu* saya. Namun semua tu&uan *ragmatis ini )anyala) meru*akan sarana menu&u suatu tu&uan yang &au) lebi) lu)ur yaitu agar saya men&adi diri, men&adi manusia yang de,asa dan mandiri. Sebab itu studi dan *embela&aran saya )arus &uga da*at membentuk sika* dan tingka)laku saya sebagai seorang *ribadi yang memiliki ke*ribadian dan &atidiri. Dan *embentukan sika* se*erti ini )anya mungkin melalui akti8itas ber*ikir dan berefleksi. Bela&ar )anya sekadar untuk mengeta)ui adala) bukannya bela&ar untuk )idu*. Ber*ikir dan berefleksi dalam akti8itas studi dan *embela&aran meru*akan &alan *aling utama untuk membentuk sika* dan ke*ribadian kita. Maka ditin&au dari *ers*ektif ber*ikir yang adala) konfrontasi *ribadi kita dengan realitas di sekitar kita, filsafat *ada setia* era ber*ikir sesunggu)nya bersifat sangat kontekstual. Karena karya berfilsafat berarti mengara)kan seluru) diri kita ke*ada realitas atau a*a yang saya amati, *ikirkan dan tangga*i mengenai realitas sekitar saya. Namun konteks se*erti ini adala) konteks yang melulu bersifat )istoris dalam kaitan dengan eksistensi manusia sendiri yang )idu* dan bergerak dalam ruang dan ,aktu. Kita sunggu) meng)ara*kan agar *ara *emikir generasi sekarang meli)at konteksnya yang lebi) mendalam, dan berusa)a masuk ke dalamnya demi membangun suatu dunia yang lebi) aman, baik, tertib, benar, adil dan *enu) damai. Dunia kita sekarang )am*ir seluru)nya di,arnai ole) banyak )al negati* yang meru*akan la,an dari a*a yang disebutkan di atas. Para ma)asis,a filsafat adala) mereka yang )idu* dalam situasi sini dan kini, yang sendiri mengalami dan menangga*i seluru) *ermasala)an )idu*nya. Mereka &uga memiliki ke*ri)atinan k)usus akan suatu dunia yang adil dan damai, suatu lingkungan (i*taan yang utu) dan menarik. Karena itu kita meng)ara*kan agar le,at *elbagai kegiatan diskusi, seminar dan tulis menulis yang lebi) menekankan konteks ke)idu*an, *ara ma)asis,a kita semakin *eka ter)ada* situasi sekitar, dan kiranya ini &uga men&adi (erminan ke*ribadian mereka yang suka damai, adil dan memikirkan kebaikan bersama manusia. Kematangan dalam ber*ikir kiranya men&adi (erminan sia*aka) saya yang

sebenarnya, dan kiranya kede,asaan saya da*at terungka* le,at sika* dan tindakan saya yang semakin manusia,i. Kiranya melalui seluru) tindakan dan sika* )idu*, kita suda) bisa menilai tingkatan kematangan diri kita.

Da0ta# Ke(u$takaan #bbot, -alter, S2.,ed. #he ocuments o! 5atican %%. Ne, @ork= #sso(iation Press, 9DD. #ristoteles, 7icomachean 2thics. +er&. Martin 9s,ald= /ndiana*olis= Bobbs4 Merrill Cdu(ational Publ., 9!0. #udi, :obert, ed. #he Cam$ridge ictionary o! Philosophy. ;ambridge= ;ambridge <ni8ersity Press, ed.2, (et. , 200D. )lm., BB24BB0. Bloom, #llan. #he Closing o! the "merican Mind. Ne, @ork= Simon and S)uster Publ., 9!B. Boet)ius, #. #he Consolation o! Philosophy. +er&. ..C.-atts. 1ondon= Penguin Books, 9D9. ;et. 2. ;airns, E., ed. Plato4 #he Collected ialogues. Prin(eton= Prin(eton <ni8ersity Press, 9!9. ;et. $. Fou(ault, Mi()el. #he Care o! the Sel! 5)e souci de soi6. Ne, @ork= :andom Eouse, 9!!. Eabermas, 2Trgen. #he #heory o! Communicati/e "ction 58ol 6= Reason and Rationali0ation o! Society. +er&. +)omas M(;art)y. Boston= Bea(on Press, 9!$. Eobbs, -.'. >-)o Needs P)iloso*)ers?, dalam #he Chronicle o! 1igher 2ducation, 9 529 2anuary 9B%6, )lm., 2%$. 2o)n Paul //, Po*e. Pastores a$o 5o$is. Pasay ;ity= Paulist Press, 99D. Kebung, Konrad. Filsa!at %tu %ndah. 2akarta= Prestasi Pustaka Publ., 200!. 4444444444444444444. "ku icipta untuk Berkarya 59tobiografi6. 2akarta= ;erdas Pustaka Publ., 200!. 4444444444444444444.>Filsafat dan Per,u&udan Diri>, dalam 9: #ahun Seminari #inggi )edalero. 1edalero, 200B, )lm., !B49! 44444444444444444444. APengantar Ke #lam Filsafat>, mans, 1edalero, 990, )lm., 0%4 09. 44444444444444444444. Csai tentang Manusia= Manusia Mak)luk Sadar 1ingkungan. 2akarta= Prestasi Pustaka Publ., 200!. M(Keon, :i()ard.ed., #he Basic 3orks o! "ristotle. Ne, @ork= :andom Eouse /n(., 9$ . M(1ean, 'eorge., ed. Christian Philosophy in the College and Seminary . -as)ington, D;= +)e ;at)oli( <ni8ersity Press, 9DD. :abino,, Paul. #he Foucault Reader. Ne, @ork= +)e .intage Books, 9!$. S)usterman, :i()ard. Practicing Philosophy4 Pragmatism and the Philosophical )i!e. Ne, @ork dan 1ondon= :outledge, 99B. -ittgenstein, 1ud,ig. Culture and 5alue. 9Qford= Bla(k,ell, 9!0. 44444444444444444444444444. )ectures and Con/ersations on "esthetics, Psychology and Religious Belie!. 9Qford= Bla(k,ell, 9B0.

22

1edalero, #gustus 2009 Prof. Konrad Kebung, P)D.

20

You might also like