You are on page 1of 13

BAB I Pemilihan Lokasi TPA di Kota Bekasi

A. Parameter pemilihan lokasi TPA

Dalam pemilihan lokasi TPA harus memperhatikan hal-hal yang dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan dan meresahkan masyarakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi TPA adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bebas banjir Bebas longsor Bebas gunung berapi / gempa Muka air tanah : tinggi / dalam Tidak dekat dengan pemukiman, utilitas kota, daerah pertanian Tidak berada pada kawasan lindung Berada pada jenis tanah yang tidak lolos air Memiliki akses jalan

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, yang diantaranya dalam kriteria regional. Terdapat beberapa parameter kriteria dalam pemilihan lokasi TPA yang harus diperhatikan sebagai berikut: 1. 2. Parameter geohidrologi yaitu air tanah. Dimana memperhatikan muka air tanah dan jarak terhadap sumber air (baik air tanah maupun air permukaan). Geomorfologi. Dengan memperhatikan struktur tanah dalam penentuan lokasi TPA. Lokasi TPA harus padalahan tidak labil, lahan tidak rawan longsor, memiliki lapisan lempung, dan tidak rawan banjir, gempa Hidrologi yaitu intensitas hujan rendah dan kelembaban pada lokasi TPA yang memadai. Tata guna lahan di sekitar TPA. Penggunaan lahan yang berada di sekitar TPA bukan merupakan lahan pemukiman, jauh dari perkebunan / lahan produksi tanaman pangan dan jauh dari hutan lindung Aksesibilitas yaitu kemudahan akses dari daerah pelayanan ke lokasi TPA Memiliki kecepatan angin yang rendah Tidak mengganggu estetika yaitu dengan tidak dekat tempat rekreasi dan situs sejarah. Topografi dengan memperhatikan tingkat kemiringan lahan Penerimaan dari masyarakat sekitar. Metode Pemilihan Lokasi TPA

3. 4.

5. 6. 7. 8. 9. B.

Dalam pemilihan lokasi TPA di suatu kota dapat menggunakan beberapa metode, yaitu : 1. 2. 3. Metoda SK SNI 02-3241-1994 Metoda Le Grand Metoda Hagerty

BAB II Pemilihan Lokasi TPA di Kota Bekasi Berdasarkan SK SNI 02-3241-1994


Dalam pemilihan lokasi TPA di Kota Bekasi menggunakan SK SNI 02-3241-1994. Metoda SK SNI 023241-1994 berdasarkan parameter dengan bobot dan nilai. Terdapat 3 tahapan pada metoda ini, yaitu: 1. 2. 3. Tahap regional : menghasilkan peta dengan beberapa zona kelayakan. Tahap penyisihan : menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik hasil zona kelayakan Tahap penetapan : tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang berwenang.

Berdasarkan SK SNI 03.3241.1994, beberapa lokasi yang perlu dihindari dalam penentuan lokasi TPA adalah : Pusat kota/pemerintahan Permukiman dengan kepadatan tinggi Daerah komersil Daerah potensi tampungan air

Berdasarkan kriteria tersebut dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bekasi sampai dengan tahun 2031 yang menjadi pedoman arah perkembangan kota tersebut maka ditetapkanlah tiga kecamatan terpilih untuk dijadikan perbandingan dalam penentuan lokasi TPA. Beberapa kecamatan tersebut yaitu : 1. Kecamatan Jati Asih 2. Kecamatan Jatisampurna 3. Kecamatan Bantar Gebang Berikut ini merupakan lokasi tiga kecamatan tersebut.

Gambar 2.1 Peta Kota Bekasi

1.

Kecamatan Jatiasih

Pada Kecamatan Jatiasih, lokasi yang menjadi pilihan sebagai TPA adalah Kelurahan Jati Luhur.

Gambar 2.2 Peta Kelurahan Jati Luhur Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi dipilihnya kelurahan Jati Luhur yaitu : Kelurahan Jati Luhur tidak berlokasi disekitar danau, sungai, dan laut Struktur geologi di kelurahan Jati Luhur merupakan pleistocene volcanik facies Memiliki kemiringan lahan 0 2 % Beberapa kelurahan yang berada di Kecamatan Jati Asih merupakan daerah kawasan rawan banjir. Yaitu kelurahan Jati Mekar dan Jati Rasa.

2.

Jarak kelurahan Jati Luhur dengan airport >3000 meter Tidak terletak pada daerah lindung Intensitas hujan rata rata 1518 mm

Kecamatan Jatisampurna

Pada Kecamatan Jatisampurna, lokasi yang dipilih sebagai lokasi TPA adalah Kelurahan Jati Raden.

Gambar 2.3 Peta Kelurahan Jati Raden Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi dipilihnya kelurahan Jati Raden yaitu : Kelurahan Jati Luhur tidak berlokasi disekitar danau, sungai, dan laut Memiliki kemiringan lahan 0 2 %

3.

Kelurahan Jati Raden merupakan daerah pertambangan yang dimana bekas lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan TPA Jarak Kelurahan Jati Raden dengan airport >3000 meter Tidak terletak pada daerah lindung

Kecamatan Bantargebang

Pada Kecamatan Jatisampurna, lokasi yang dipih sebagai TPA adalah Kelurahan Sumur Batu.

Gambar 2.4 Peta Kelurahan Sumur Batu Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi dipilihnya Kelurahan Sumur Batu yaitu : Kelurahan Sumur Batu tidak berlokasi disekitar danau, sungai, dan laut Berdasarkan RTRW Kota Bekasi, Kelurahan Sumur Batu Merupakan daerah RTRW yang diperuntukan sebagai lahan TPA Memiliki Struktur geologi pleistocene volcanik facies Memiliki Kemiringan lahan 0 2 % Jarak Kelurahan Sumur Batu dengan airport >3000 meter Tidak terletak pada daerah lindung

Batas Administrasi
Dari tiga kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi yaitu Kelurahan Jati Luhur, Kelurahan Jati Raden, dan Kelurahan Sumur Batu memiliki nilai yang sama rata yaitu dengan nilai 50. Hal tersebut dikarenakan batas administrasi di masing-masing kelurahan yang tercakup dalam daerah pemerintahan Kota Bekasi yang merupakan daerah pelayanan pengolahan sampah. Ditunjukan dengan tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Batas Administrasi
PARAMETER UMUM Batas Administrasi Dalam batas administrasi Di luar batas administrasi, tetapi pengelolaan sampah terpadu dalam satu sistem 5 10 5 1 1 50 50 50 BOBOT NILAI Jati Jati Sumur Luhur Raden Batu

Di luar batas administrasi, dan diluar sistem pengelolaan sampah terpadu Di luar batas administrasi, tetapi dalam satu sistem pengelolaan sampah terpadu

Pemilik Atas Tanah


Pemilik atas tanah dapat dilihat melalui peta setiap masing-masing daerah atas pemilik atas tanah tersebut. Namun, ketersediaan data peta oleh penyaji yang kurang maka digunakan asumsi-asumsi berikut: - Kelurahan Jati Luhur merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sehingga pemilik atas tanah lebih sedikit atau kebanyakan pemilik pemerintah - Kelurahan Jati Raden merupakan daerah perencanaan lahan tambang sehingga pemilik atas tanah berupa perusahaan swasta atau atas nama perseorangan - Kelurahan Sumur Batu merupakan daerah perencanaan lahan TPA sehingga pemilik atas nama merupakan pemerintah Berdasarkan asumsi tersebut diperoleh nilai tertinggi yaitu 30 pada Kelurahan Sumur Batu karena kepemilikan atas tanah hanya dimiliki oleh pemerintah saja. Ditunjukan dengan tabel sebagai berikut: Tabel 3.2 Pemilik Atas Tanah
PARAMETER UMUM Pemilik Atas Tanah Pemerintah Daerah/Pusat Pribadi (satu) Swasta atau perusahan (satu) Lebih dari satu pemilik bak dan atau status kepemilikan Organisasi sosial atau agama 3 10 7 5 3 1 30 21 15 BOBOT NILAI Jati Jati Sumur Luhur Raden Batu

Kapasitas Lahan
Kapasitas lahan yang ditentukan dari tiga daerah kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi berdasarkan kebutuhan luas TPA yang telah dihitung oleh penyaji sebelumnya. Luas lahan TPA yang dibutuhkan

selama 20 tahun perencanaan sebesar 6 Ha. Dari ketiga kelurahan tersebut dengan luasan pada masing-masing kelurahan dapat memenuhi kebutuhan luas lahan TPA perencanaan dengan nilai terbesar yaitu 50. Ditunjukan pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.3 Kapasitas Lahan
PARAMETER UMUM Kapasitas Lahan > 10 tahun 5 tahun -10 tahun 3 tahun - 5 tahun Kurang dari 3 tahun 5 10 8 5 1 50 50 50 BOBOT NILAI Jati Jati Sumur Luhur Raden Batu

Jumlah Pemilik Lahan


Dari data yang diperoleh tidak dapat memperoleh atau mengasumsikan nilai jumlah pemilik lahan dari masing-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi.

Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat di nilai dengan menggunakan data yang diperoleh yang berhubungan dengan nilai pemilik atas tanah dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: - Partisipasi masyarakat spontan karena biasanya pemilik lahan pemerintah sudah tergabung dalam program pemerintahan - Partisipasi masyarakat digerakan biasanya kepemilikan lahan berupa kesatuan masyarakat dengan berbagai kalangan tertentu pada suatu daerah - Partisipasi masyarakat negoisasi biasanya pemilik lahan secara pribadi/swasta Sehingga diperoleh nilai partisipasi masyarakat yang tertinggi yaitu dua daerah kelurahan Jati Luhur dan Kelurahan Sumur Batu dengan nilai 15. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.4 Partisipasi Masyarakat
PARAMETER UMUM Partisipasi Masyarakat Spontan Digerakkan Negosiasi BOBOT NILAI Jati Jati Sumur Luhur Raden Batu

3 5 1 15 3 15

Tanah (diatas muka air tanah)


Dari data yang diperoleh tidak dapat memperoleh atau mengasumsikan nilai tanah (diatas muka air tanah) dari masing-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi.

Air Tanah
Dari data yang diperoleh tidak dapat memperoleh atau mengasumsikan nilai air tanah dari masingmasing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi.

Sistem Aliran Air Tanah


Dari data yang diperoleh tidak dapat memperoleh atau mengasumsikan nilai sistem aliran air tanah dari masing-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi.

Kaitan Dengan Pemantdaatan Air Tanah


Dari data yang diperoleh tidak dapat memperoleh atau mengasumsikan nilai kaitan dengan pemanfaatan air tanah dari masing-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi.

Bahaya Banjir
Berdasarkan kemiringan lahan yang tidak signifikan perbedaannya dan ketinggian lahan daerah Kota Bekasi dari atas muka air yang sama maka, daerah yang dipilih berdasarkan informasi berupa artikel 2 tahun yang lalu, penyaji telah menyeleksi daerah yang bebas banjir sehingga ketiga kelurahan terpilih di Kota Bekasi memiliki nilai bahaya banjir yang paling besar yang sama di setiap masing-masing kelurahan. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.5 Bahaya Banjir
PARAMETER UMUM
Bahaya Banjir Tidak ada bahaya banjir Kemungkinan banjir > 25 tahunan Kemungkinan banjir > 25 tahunan Tolak (kecuali ada masukan teknologi) 2 10 5 10 10 10

BOBOT NILAI

Jati Jati Sumur Luhur Raden Batu

Tanah Penutup
Dari data yang diperoleh tidak dapat memperoleh atau mengasumsikan nilai tanah penutup dari masing-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi.

Intensitas Hujan
Berdasarkan data yang diperoleh kota Bekasi memiliki intensitas hujan rata-rata yang hampir merata diseluruh daerah kota bekasi sebesar 1518 mm. Sehingga untuk tiga daerah kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi memiliki nilai yang sama yaitu 3. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Intensitas Hujan
PARAMETER Intensitas Hujan Dibawah 500 mm per tahun Antara 500 mm sampai 1000 mm per tahun Diatas 1000 mm per tahun BOBOT NILAI 3 10 5 1 3 3 3 Jati Jati Luhur Raden Sumur Batu

Jalan Menuju Lokasi


Kota Bekasi merupakan kota metropolitan dengan perkembangan kota yang pesat setiap tahunnya. Perkembangan penduduk dan pembangunan yang terlihat semakin meningkat dapat menunjukan kuatilas sarana jalan sudah baik sehingga penyaji mengasumsikan bahwa jalan menuju lokasi daerah TPA Kota Bekasi datar dengan kondisi baik. Hal tersebut memberikan nilai yang sama pada setiap kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi yaitu 50. Ditunjukan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.7 Jalan Menuju Lokasi


PARAMETER Jalan Menuju Lokasi Datar dengan kondisi baik Datar dengan kondisi buruk Naik/turun BOBOT NILAI 5 10 5 1 50 50 50 Jati Jati Luhur Raden Sumur Batu

Transport Sampah (satu jalan)


Dari data yang diperoleh tidak dapat memperoleh atau mengasumsikan nilai transport sampah (satu jalan) dari masing-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi.

Jalan Masuk
Berdasarkan data yang diperoleh dapat ditentukan kepadatan penduduk yang paling tinggi. Sehingga nilai yang diperoleh yang paling tinggi adalah Kelurahan Jati Luhur yaitu 40. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.8 Jalan Masuk
PARAMETER Jalan Masuk Truk sampah tidak melalui daerah pemukiman Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan sedang (< 300 jiwa/ha) Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan tinggi ( > 300 jiwa/ha) BOBOT NILAI 4 10 5 1 40 20 20 Jati Jati Luhur Raden Sumur Batu

Lalu Lintas
Berdasarkan data yang diperoleh dapat ditentukan jarak antara daerah perencanaan dengan lalu lintas jalan. Sehingga dapat diperolehnilai tertinggi yaitu Kelurahan Jati Luhur dengan nilai 30. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.9 Lalu Lintas
PARAMETER Lalu Lintas Terletak 500 m dari jalan umum Terletak < 500 m pada lalu lintas rendah Terletak < 500 m pada lalu lintas sedang Terletak pada lalu lintas tinggi BOBOT NILAI 3 10 8 3 1 30 24 9 Jati Jati Luhur Raden Sumur Batu

Tata Guna Lahan


Berdasarkan data yang diperoleh tata guna lahan yang memiliki sedikit terhadap tata guna tanah sekitar adalah Kelurahan Jati Raden dan Kelurahan Sumur Batu karena merupakan daerah bekas tambang dan tingkat kepadatan penduduk rendah dengan nilai 50. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.10 Tata Guna Lahan


PARAMETER Tata Guna Lahan Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah sekitar Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna tanah sekitar Mempunyai dampak besar terhadap tata guna tanah sekitar BOBOT NILAI 5 10 5 1 50 25 50 Jati Jati Luhur Raden Sumur Batu

Pertanian Daerah pertanian di nilai berdasarkan data yang diperoleh dengan melihat peta RTRW Kota Bekasi dengan kriteria: Berlokasi di lahan tidak produktif karena lahan tersebut merupakan lahan bekas pertambangan yang dimana lahan tersebut sudah tidak produktif. Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar. Terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar karena di sekitar kelurahan tersebut masih terdapat daerah pertanian yang akan memberikan dampak terhadap pertanian. Berlokasi di tanah pertanian produktif; ketiga kelurahan tersebut tidak terletak di tanah pertanian produktif.

Dari data yang diperoleh di dapat nilai pertanian tertinggi yaitu pada kelurahan Jati Raden dengan bobot 30 karena merupakan lahan pertambangan yang dimana bekas lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan TPA, sedangkan untuk Kelurahan Sumur Batu dan Jati Luhur di dapat bobot yang sama yaitu 3karena terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar. Tabel 3.11 Pertanian
LINGKUNGAN FISIK Pertanian Berlokasi di lahan tidak produktif Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar Terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar Berlokasi di tanah pertanian produktif BOBOT 3 10 5 1 1 3 30 NILAI Jati Luhur Jati Raden Sumur Batu

Daerah Lindung atau Cagar Alam Dari ketiga lokasi yang terpilih di Kota Bekasi yaitu Kelurahan Jati Luhur, Kelurahan Jati Raden, dan Kelurahan Sumur Batu memiliki nilai yang sama yaitu dengan nilai 20. Pemilihan lokasi di Kota Bekasi ini menghindari lokasi yang terletak di daerah lindung/cagar alam, sehingga aman untuk dijadikan sebagai lokasi TPA. Agar dapat mengetahui lokasi tersebut tidak ada daerah lindung/cagar alam disekitarnya digunakan peta rencana tata ruang wilayah Kota Bekasi.

Tabel 3.12 Daerah Lindung atau Cagar Alam


LINGKUNGAN FISIK Daerah Lindung/Cagar Alam Tidak ada daerah lindung/cagar alam disekitarnya Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya yang tidak terkena dampak negatif Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya 1 BOBOT 2 10 1 20 20 20 NILAI Jati Luhur Jati Raden Sumur Batu

terkena dampak negatif

Biologis Dari data yang diperoleh tidak dapat mengasumsikan nilai biologis dari masing-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi. Kebisingan dan Bau Dari data yang diperoleh tidak dapat mengasumsikan nilai kebisingan dan bau dari masimg-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi karena keterbatasan data yang di dapat. Estetika Dari data yang diperoleh tidak dapat mengasumsikan nilai estetika dari masing-masing kelurahan yang terpilih di Kota Bekasi.

Kesimpulan
Berdasarkan laporan yang telah disusun, maka dapat dibuatlah kesimpulan sebagai berikut :

Kelurahan Jati Raden paling ideal untuk dijadikan daerah perencanaan TPA Kelurahan Jati Raden merupakan daerah tambang, dimana lahan bekas tambang tersebut dapat dijadikan TPA

Laporan Penentuan Lokasi TPA

Disusun oleh: Astri Irma Shafitri M. Arditya Ramdhan Citra Permatasari Rindu Wahyu Paramita 252011004 252011005 252011011 252011017

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG 2013

You might also like