You are on page 1of 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


A. Kelelahan
1. Pengertian Kelelahan
Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya
berakibat pada pengurangan kapasitas dan ketahanan tubuh. Kelelahan merupakan
aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja.
Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut, sehingga akan terjadi pemulihan.
13
Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis
dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis
dalam tubuh. Perasaan lelah menyebabkan seseorang berhenti bekerja seperti
halnya kelelahan fisiologis mengakibatkan rasa ingin tidur. Kelelahan mudah
ditiadakan dengan istirahat, tetapi jika dipaksakan kelelahan akan sangat
bertambah dan sangat mengganggu.
14
Kelelahan adalah suatu keadaan pada tenaga kerja yang berakibat kepada
pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Semua jenis pekerjaan akan
menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan
menambah tingkat kelelahan kerja. Kelelahan adalah mekanisme pendukung
kehidupan. Munculnya kelelahan memberikan perlindungan pada tubuh dari
kerusakan lebih lanjut dan memberikan kesempatan untuk terjadi pemulihan.
Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan
yang dilakukan, sedangkan rasa lelah dapat diturunkan dengan memberikan
istirahat yang cukup. Demikian banyak pengertian tentang kelelahan kerja yang
apabila disimpulkan didapat pengertian secara umum bahwa kelelahan kerja
merupakan suatu keadaan yang dialami tenaga kerja yang dapat mengakibatkan
penurunan vitalitas dan produktivitas kerja.
7
2. J enis Kelelahan
a. Berdasarkan penyebab
1) Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor
lingkungan fisik di tempat kerja
2) Kelelahan psikologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor
psikologis.
15

b. Berdasarkan proses dalam otot
1) Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang
terdapat pada otot yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan
kelambatan gerak.
2) Kelelahan umum yang disebabkan ketegangan di semua organ
c. Berdasarkan waktu terjadinya
1) Kelelahan akut yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kerja suatu organ
atau seluruh tubuh secara berlebihan.
2) Kelelahan kronis yaitu kelelahan yang terjadi sepanjang hari,
berkepanjangan dan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai
pekerjaan.
7

d. Kelelahan didefinisikan sebagai proses yang merupakan suatu hasil perubahan
secara fisiologis, psikologis dan mekanik yang terjadi karena melakukan
pekerjaan dan kelelahan tersebut dikategorikan kedalam dua kelompok, yaitu
kelelahan yang bersifat lokal dan kelelahan di seluruh tubuh.
7

3. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan
Kelelahan tidak disebabkan atau terjadi begitu saja, tetapi ada faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah
sebagai berikut :
7
a. Umur
Usia atau umur merupakan waktu atau masa hidup seseorang selama masih
hidup di dunia yang dihitung mulai dari manusia itu dilahirkan. Usia berkaitan
dengan kinerja karena pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses
degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan
menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan
menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan.
15
b. J enis kelamin
Ukuran tubuh antara laki-laki dan perempuan tidak sama, secara umum akan
lebih besar laki-laki dibandingkan dengan wanita.
1
c. Beban kerja
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja
berupa fisik atau mental yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Beban tambahan akibat lingkungan kerja yang meliputi :
1. Penerangan
Penerangan yang menyebabkan kelelahan adalah penerangan yang tidak
memadai untuk jenis pekerjaan tertentu. Kelelahan karena penerangan
terutama kelelahan mata, kelelahan mental, kelelahan pegal pada mata dan
sakit pada sekitar mata. Penerangan yang baik harus sesuai dengan jenis
pekerjaan dan memungkinkan tenaga kerja dapat melihat dengan teliti dan
membuat suasana kerja yang nyaman.
2. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu.
Kebisingan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan psikomotor, saraf
otonom. Efek pada saraf otonom terlihat sebagai bertambahnya
metebolisme, contohnya bertambahnya otot yang mempercepat kelelahan.
3. Suhu dan kelembaban kerja
Suhu dan kelembaban kerja yang nyaman adalah 21-30
o
C dan 65-95%.
Cuaca kerja yang tidak nyaman dapat menyebabkan kelelahan karena
kehilangan cairan oleh penguapan keringat dan terbatasnya panas dari
tubuh pada suhu tinggi.


e. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
Untuk pekerjaan berat membutuhkan istirahat yang banyak atau lebih
sering dan waktu kerja pendek. Untuk pekerjaan kerja berat, otot, paru-paru
dan sistem kardiovaskuler harus bekerja sangat berat. Keadaan tersebut tidak
boleh terjadi dalam waktu yang lama. Istirahat berguna memulihkan tenaga
untuk melanjutkan pekerjaan. Apabila kerja diperpanjang melebihi
kemampuan maka akan menimbulkan kelelahan. Untuk kerja mental, istirahat
diperlukan untuk menjernihkan pikiran dan memulihkan tenaga karena kerja
mental juga memerlukan tenaga. Semakin tinggi intensitas kerja, waktu kerja
semakin pendek. Frekuensi istirahat lebih banyak, lama kerja umum adalah 4
jam dan istirahat 0,5 jam.
f. Keadaan monoton
Keadaan monoton dapat berasal dari pekerjaan maupun lingkungan kerja.
Pekerjaan monoton bersifat berulang-ulang, rutin dan hanya kadang-kadang
saja memerlukan perhatian dan lingkungan kerja tidak menyenangkan baik
dari penghuni maupun dari dekorasi dan penataan ruangan. Pekerjaan dan
lingkungan kerja yang monoton tidak ada rangsangan dari formasi kantong,
tidak ada sistem aktivasi yang menghilangkan rasa lelah dan cenderung ke
arah kebosanan. Gejala ini menyebabkan kelelahan dan cepat mengantuk,
keadaan ini dapat dihindari bila ada sistem aktivasi beberapa motivasi tertentu
yang membuat pekerjaan menarik.
g. Keadaan psikologi
Kelelahan karena psikologi biasanya merupakan kelelahan kronis, dimana
faktor-faktor psikologis secara kontinue dan menetap dapat berakibat keadaan
kelelahan yang kronis, perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala dan
perbuatan-perbuatan anti sosial dan lingkungan sekitar yang tidak cocok,
depresi, kurangnya tenaga beserta hilangnya inisiatif.
7


h. Status gizi dan penyakit
Status gizi adalah suatu faktor kapasitas kerja, dimana keadaan gizi baik
akan dapat bekerja dengan baik juga. Pada keadaan gizi buruk, dengan beban
kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta timbul
kelelahan. Keadaan gizi dapat dilihat dari masukan makanan tiap hari yang
memadai untuk melakukan pekerjaan.
16
Penyakit-penyakit yang mempengaruhi kelelahan adalah penyakit jantung,
ginjal, asma, tekanan darah rendah dan tinggi.
1) Penyakit jantung
Seseorang akan mengalami nyeri jantung jika kekurangan darah.
Kebanyakan penyakit jantung sering menyerang bilik kiri jantung
sehingga paru-paru akan mengalami bendungan dan penderita akan
mengalami sesak nafas. Hal ini cenderung terjadi pada saat melakukan
kerja fisik dan sifatnya berat. Gejala lain dari penyakit ini adalah rasa letih
yang berlebihan saat melakukan kerja fisik yang disebabkan karena
kekurangan aliran darah dan oksigen ke otot.
17
2) Penyakit ginjal
Seseorang yang mengalami gangguan ginjal, sistem pengeluaran
metabolisme akan terganggu, sehingga tertimbun dalam darah (uremi).
Penimbunan metabolisme ini menyebabkan kelelahan.
18
3) Penyakit asma
19

Pada penyakit asma terjadi gangguan saluran udara ke bronkus kecil dan
bronkiolus. Serabut oksigen mengerut berkali-kali dalam waktu yang yang
sangat kecil dan menyebabkan kesulitan bernafas. Di samping itu adanya
pembengkakan dinding dan produksi lendir akan meningkat untuk
mengusir kuman-kuman yang akan semakin mempersempit lubang.
Lubang saluran yang sempit ini akan menghambat aliran udara yang
melintasinya dan diperlukan tenaga banyak untuk bernafas. Hal inilah
yang menyebabkan kelelahan.
4) Tekanan darah rendah
19

Pada tekanan darah rendah kerja jantung untuk memompa darah ke bagian
tubuh yang membutuhkan kurang maksimal dan lambat sehingga
kebutuhan oksigen (O
2
) tidak terpenuhi. Akibatnya proses kerja yang
membutuhkan oksigen terlambat. Pada penyakit paru-paru pertukaran O
2

dan CO
2
terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme yang
menjadi penyebab kelelahan. Pada kerja fisik tanpa O
2
menghasilkan asam
laktat penyebab kelelahan, karena zat itu tidak dimetabolisme kembali
menjadi oksigen.
5) Tekanan darah tinggi
19

Tekanan darah tinggi menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat
sehingga jantung membesar, pada saatnya jantung tidak mampu lagi
mendorong darah beredar ke seluruh tubuh, sebagian akan menumpuk
pada jaringan seperti tungkai, dan paru-paru. Selanjutnya terjadi sesak
nafas bila ada penggerakan sedikit, karena tidak tercukupi kebutuhan
oksigennya akibat proses pertukaran O
2
terhambat. Pada tungkai yang
terjadi penumpukan sisa metabolisme dapat mengakibatkan kelelahan.
i. Sikap kerja
Sikap kerja statis dapat menyebabkan peredaran darah ke otak berkurang,
sehingga glukosa dan O
2
oleh otot terhambat dan harus menggunakan
cadangan yang ada, sisa metabolisme tidak bisa di buang. Oleh karena itu otot
yang bekerja statis akan terasa nyeri dan otot menjadi lelah.
7
4. Mekanisme Kelelahan
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat terdapat
sistem penggiat dan sistem penghambat. Sistem penggiat bertanggung jawab
mengenai kesadaran fisik, persepsi, emosi serta pemrosesan gagasan
melaksanakan kemauan. Sistem penggiat letaknya di dalam batang otak yaitu
berbentuk formasi kantong. Sistem penggiat di rangsang oleh faktor ekstern
seperti pengindraan, persepsi dan kesadaran, sedangkan penghambat digiatkan
oleh berubahnya kondisi organ intern tubuh (tenaga atau hilangnya cadangan
energi).
3
Kedua sistem kerja yang berlawanan, meningkatkan dan menurunkan
kesiagaan bertindak tergantung keseimbangan. J ika sistem penggiat lebih kuat,
maka akan berada pada kondisi segar. J ika sistem penghambat lebih besar maka
akan timbul perasaan lelah.
3

5. Akibat Kelelahan
Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik yang
melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus
menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologi yang disertai penurunan
keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor psikis atau kelelahan
psikologi yang menyebabkan perasaan lelah.
7
Kelelahan yang dialami secara terus menerus setiap hari berakibat pada
kelelahan kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi pada saat setelah bekerja, tetapi
selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja.
7
Gejala kelelahan berikut ini merupakan gejala yang jelas terlihat dan
dirasakan yaitu : menurunkan perhatian, lamban, gangguan persepsi, pikiran
melemah, motivasi menurun, kinerja turun, keletihan menurun, dan kesalahan
meningkat.
20
Kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana istirahat,
memberi waktu libur dan rekreasi, penerapan ergonomi, organisasi proses
produksi yang tepat dan pengadaan lingkungan kerja fisik yang sehat dan
nyaman.
7
6. Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku sebab
kelelahan merupakan suatu fenomena yang subyektif yang sulit di ukur dan
diperlukan pendekatan secara multi disiplin. Banyak parameter yang digunakan
untuk mengukur kelelahan antara lain waktu reaksi, uji ketik jari, uji flicker
fusion, uji critical flisikel fusion, uji bourdour weirmen, skala kelelahan IFRC
(industri fatigue rating commite), ekskresi ketelonamin, stroop test, kuesioner alat
ukur perasaan kelelahan (KAUPK2).
14
7. Waktu Reaksi
Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal
sampai timbul respon terhadap rangsangan tersebut. Akibat kelelahan kerja antara
lain ada perubahan-perubahan pada fungsi persyarafan yang menggakibatkan ada
rasa lelah, ada kelambatan waktu reaksi dan lain-lain.
14
Alat yang digunakan
dalam pengukuran waktu reaksi adalah Reaction Timer.
6
Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan range waktu reaksi sebagai
berikut:
1. Belum terjadi kelelahan (normal) : 150-240 mili detik
2. Kelelahan ringan : >240-<410 mili detik
3. Kelelahan sedang : 410-580 mili detik
4. Kelelahan berat : >580 mili detik
Proses penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsangan yang datang
dari mata atau telinga dapat menaikkan level aktivitas rekularis dan mengaktifkan
sistem tersebut dan kemudian menyiagakan korteks serebri, tubuh dalam keadaan
siap bereaksi atas rangsangan apapun yang terjadi dari luar tubuh. Dalam hal ini
sistem aktivasi retikulari berfungsi sebagai distributor dan amplifer signal-signal
tersebut.
6
Pada keadaan lelah secara neuro fisiologis, korteks serebri mengalami
penurunan aktivasi, terjadi perubahan pada sistem aktivasi dan inhibisi sehingga
tubuh tidak secara tepat menjawab signal-signal.
21

B. Ergonomi
1. Definisi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya, dan ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenaan pula
dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di
tempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi.
4
Ergonomi adalah penerapan ilmu-
ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan
teknologi. Untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari
manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaatnya diukur dengan efisiensi dan
kesejahteraan kerja.
7
Ergonomi merupakan ilmu yang penerapannya berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, dengan
tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal mungkin.
4
Ergonomi merupakan
pertemuan dari berbagai ilmu seperti antropologi, biometrika, faal kerja, hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja, perencaan kerja, dan cybernetrica, namun
kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik
meliputi tata kerja dan peralatannya.
7
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan rancang bangun (desain)
ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti
misalnya perkakas kerja, bangku kerja, kursi, pegangan alat kerja, sistem
pengendali, alat peraga, jalan/lorong, pintu, jendela, dan lain-lain. Masih dalam
kaitan dengan hal tersebut, adalah bahasan mengenai rancang bangun lingkungan
kerja, karena jika sistem perangkat keras berubah, maka akan berubah pula
lingkungan kerjanya.
4
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting
dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Misalnya: desain
suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka
otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu adalah untuk
mengurangi ketidaknyaman visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja
untuk mengurangi kelelahan kerja.
2. Prinsip Ergonomi
Dalam perancangan peralatan kerja dapat digunakan beberapa prinsip
ergonomi sebagai pegangan, antara lain :
7
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk susunan, ukuran
dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara
manusia melayani mesin (macam gerak dan kekuatan)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri harus diambil ukuran
terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara tenaga kerja yang lebih
kecil. Misalnya, kursi dapat dinaikturunkan, tempat duduk dapat disetel maju
mundur.
c. Ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan
alat-alat industri :
7

Berdiri
1) Tinggi badan berdiri
2) Tinggi bahu
3) Tinggi siku
4) Tinggi pinggul
5) Depa
6) Panjang lengan
Duduk
1) Tinggi duduk
2) Tinggi lengan atas
3) Panjang lengan bawah dan tangan
4) J arak lekuk lutut - garis pinggang
5) J arak lekuk lutut - telapak
d. Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk,
sedangkan pada sudut tulang dinasehatkan duduk tegak. Agar punggung tidak
bungkuk dan otot perut tidak lemas, maka dianjurkan pemilihan sikap duduk
yang tegak yang baik diselingi istirahat sedikit membungkuk.
e. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai
dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
2) Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada
punggung.
3) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
f. Pekerjaan yang berdiri sedikit mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk.
Dalam hal ini tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan
untuk duduk.
g. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27
0
ke bawah, sedangkan
untuk pekerjaan duduk 32-44
0
ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan
sikap kepala yang istirahat (rileks).
h. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung, lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih
bila sikap tubuh tidak berubah.
i. Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sehingga
gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa
sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan. Berilah papan
penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran
kuat pada kaki-kaki dan lengan.
j. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda
memerlukan frekuensi paling optimum, yang menggunakan tenaga paling
sedikit. Misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan masih
ringan.
k. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu
efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun.
l. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas dasar pertimbangan
ergonomi, harus dihindari istirahat-istirahat sekehendak tenaga kerja, istirahat
oleh turunnya kapasitas tubuh dan istirahat curian.
m. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecil-
kecilnya.
n. Daya penglihatan dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan
yang baik.
o. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai apabila bilangan nadi kerja mencapai
angka 30/menit di atas bilangan nadi istirahat, sedangkan nadi kerja tersebut
tidak harus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali kepada nadi istirahat
sesudah kurang 15 menit.
3. Faktor Manusia dalam Ergonomi
Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik pada sektor modern
maupun pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern, penerapan
ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata kerja dan perancangan kerja yang
tepat adalah syarat penting bagi efisiensi dan produktifitas kerja yang tinggi.
1
Dalam ergonomi faktor manusia merupakan faktor yang sangat
menentukan, sebab tanpa adanya kemauan dan keinginan manusia sendiri untuk
menerapkan cara-cara kerja yang ergonomis, maka tujuan ergonomi sendiri tidak
akan tercapai.
22
a. Faktor manusia sebagai sumber daya
Indonesia sebagai negara berkembang masih banyak membutuhkan tenaga
kerja untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu, sehingga perlu
diperhatikan norma-norma mengenai kemampuan kerja maksimal manusia
yang secara fisiologis telah ditentukan bahwa perbebanan manusia tidak lebih
dari 30% dari pada tenaga maksimal untuk bekerja selama 8 jam per hari.
Beban yang terlalu besar dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja sehingga
perlu pengaturan jam kerja dan waktu istirahat.
b. Manusia sebagai information processor
Dengan adanya mesin-mesin yang dapat menggantikan tenaga manusia
dengan lebih baik dan lebih efisien, maka tenaga manusia akan menjadi
operator mesin yang tentunya akan memberikan pengaruh terhadap manusia
sendiri, maka yang harus diperhatikan adalah :
1) Perlunya keterampilan tenaga kerja yang lebih baik
2) Mudahnya timbul kebosanan operator
3) Banyak faktor yang mempengaruhi hubungan manusia mesin.
c. Manusia sebagai bagian dari suatu sistem
Dalam melaksanakan pekerjaannya manusia tidak akan terlepas atau sangat
dipengaruhi sistem lingkungan, baik lingkungan umum maupun lingkungan
kerjanya sendiri. Kurangnya perasaan nyaman, aman dan terhindar dari rasa
takut dan was-was sehingga produktivitas meningkat.
d. Manusia sebagai suatu sistem
Untuk dapat mengetahui dan memahami apa dan bagaimana sebenarnya
ergonomi tersebut, maka harus diketahui bahwa tubuh manusia adalah
merupakan satu sistem yang utuh yang terdiri dari berbagai subsistem yang
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan memberikan kekhususan
tertentu terhadap manusia.
e. Sistem manusia mesin
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi menyebabkan timbulnya hubungan
yang sangat erat antara manusia sebagai tenaga kerja dan mesin sebagai alat
yang harus dikendalikannya yang kadang-kadang harus menjadi satu kesatuan
yang utuh. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah bagaimana membuat
atau menciptakan hubungan ini sebagai suatu relasi timbal balik yang selaras,
serasi dan seimbang.

C. Antropometri
1. Definisi
Istilah antropometri berasal dari kata antro yang artinya manusia dan metri
yang berarti ukuran. Secara definisi antropometri akan menentukan bentuk,
ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan
manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut.
22
Antropometri adalah kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia. Ukuran, bentuk dan kekuatan serta
penerapannya dari data tersebut untuk penerapan desain. Penerapan data ini akan
dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan standar deviasi (SD) dari
suatu distribusi normal.
4
2. Data Antropometri
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh
manusia, sehinggga sudah semestinya seorang perancang produk harus
memperhatikan faktor-faktor tersebut, antara lain :
2
a. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur, yaitu sejak awal kelahirannya sampai
dengan umur sekitar 20 tahun.
b. J enis kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibanding dengan
wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh seperti pinggul, payudara dan
sebagainya.
c. Suku atau bangsa
Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik
yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Posisi tubuh (postur)
Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh,
oleh sebab itu posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
Pengukuran antropometri tidak hanya dilakukan saat tubuh dalam kondisi
diam atau statis tetapi juga dilakukan saat tubuh melakukan gerakan. Dari
pengukuran di atas dihasilkan dua jenis data antropometri, yaitu data struktural
yang merupakan data antropometri pada saat tubuh dalam kondisi diam antara
lain badan, posisi berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya. Data ini
digunakan antara lain untuk mementukan ukuran kursi dan meja kerja yang sesuai
dengan antropometri tenaga kerja, sedangkan dari pengukuran tubuh saat
melakukan gerakan diperoleh data fungsional yang antara lain berguna untuk
menentukan luas area kerja dalam melakukan pekerjaannya.
4
Keselarasan antara berbagai ukuran tubuh dan bagiannya dengan ukuran
alat kerja diharapkan tercapainya optimasi dan efisiensi kerja secara maksimal,
karena ukuran manusia tidak dapat dirubah, sehingga alat kerja dan ruangan kerja
yang menyesuaikan bermacam ukuran tubuh manusia. Dalam ergonomi, sebelum
membuat berbagai peralatan kerja semestinya sudah diketahui mengenai
antropometri tenaga kerja untuk mempersiapkan dan merancang alat serta ruang
kerja yang ergonomis.
3

3. Aplikasi Dari Antropometri Dalam Rancangan Produk Atau Fasilitas Kerja.
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota tubuh manusia dalam persentile tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saat suatu rancangan produk atau fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan
serta produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan
mengoperasikannya, maka rancangan produk harus bisa memenuhi 2 sasaran
produk, yaitu :
4
a. Bisa sesuai ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam
arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
populasi yang ada).
4. Desain Kursi Kerja
Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, postur
yang diakibatkan gaya yang dibutuhkan, arah visual dan kebutuhan akan perlunya
merubah posisi (postur). Kursi tersebut haruslah terintegrasi dengan bangku atau
meja yang sering digunakan.
4
Kursi untuk kerja dengan posisi duduk adalah dirancang dengan metode
floor-up yaitu yang berawal dari permukaan lantai untuk menghindari adanya
tekanan dari bawah paha, diharapkan untuk tidak memasang sandaran kaki yang
juga akan mengganggu ruang kerja kaki dan mengurangi fleksibilitas postur atau
posisi. Setelah ketinggian kursi didapat barulah menentukan ketinggian meja kursi
yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang diperlukan untuk paha dan lutut.
4

Adapun kriteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut :
4
a. Stabilitas duduk
Diharapkan kursi mempunyai 4 atau 5 kaki untuk menghindari ketidakstabilan
produk. Kursi lingkar yang berkaki lima hendaknya di rancang dengan posisi
kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Adapun kursi dengan kaki
gelinding (roller feet) sebaiknya dirancang untuk permukaan yang berkarpet,
karena akan terlalu bebas atau mudah menggelinding pada Vynil.
b. Kekuatan produk
Kursi meja harus dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat.
Kursi kerja tidak boleh dirancang pada populasi dengan percentil kecil dan
seharusnya cukup kuat untuk menahan beban.
c. Mudah dinaikturunkan
Ketinggian kursi kerja hendaknya mudah diatur pada saat kita duduk tanpa
harus turun dari kursi.
d. Sandaran punggung
Sandaran punggung penting untuk menahan beban punggung ke arah
belakang (lumber spine). Hal itu haruslah dirancang agar dapat digerakkan
naik turun maupun maju mundur. Selain itu pula dapat diatur fleksibilitasnya
sehingga sesuai dengan punggung.
e. Fungsional
Bentuk tempat duduk boleh menghambat berbagai macam alternatif
perubahan postur atau posisi
f. Bahan material
Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan material yang
cukup lunak


g. Kedalaman kursi
Kedalaman kursi (depan belakang) haruslah sesuai dengan demensi panjang
antara lipat lutut dan pantat, dengan antropometri 5 percentil haruslah dapat
menggunakan dan merasakan manfaat adanya sandaran punggung.
h. Lebar kursi
Lebar kursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 percentil populasi
i. Lebar sandaran
Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita 5
persentil populasi, jika terlalu lebar akan mempengaruhi kebebasan gerak
siku.
j. Bangku tinggi
Kursi untuk bangku tinggi harus diberi sandaran kaki yang dapat digunakan
naik turun.
Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang ergonomis perlu dibuat
atau ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang tempat duduk dan meja kerja
dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia umumnya,
sebagai berikut :
4
1. Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang bekerja
dengan sikap duduk mendapatkan kedudukan yang mantap dan memberikan
relaksasi otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak
mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu
sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut.
a. Tinggi tempat duduk
Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas bagian depan alas duduk.
Kriteria : tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk
lutut sampai ke telapak kaki.
b. Panjang alat duduk
Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk
dengan permukaan atas alas duduk.
Kriteria : harus sedikit lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis
punggung
c. Lebar tempat duduk
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
Kriteria : harus lebih besar dari lebar pinggul.
d. Sandaran pinggang
Kriteria : bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung
tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.
e. Sandaran tangan (apabila diperlukan)
Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku.
Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah.
Kriteria : jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan lebih besar dari
lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu.
f. Sudut alas duduk
Kriteria : alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan
kemudahan pada pekerja untuk melaksanakan pemilihan-pemilihan
gerakan dan posisi.
g. Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang
ukuran-ukurannya dapat diatur.
Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi dan
antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak
terdapat dalam data statis.
Ada 2 aspek penting dari perancangan tempat kerja, yaitu :
4
1) Daerah kerja horizontal
Hal ini diperlukan untuk mendefinisikan batasan-batasan dari suatu
daerah kerja horizontal untuk memastikan bahwa material atau alat
kontrol tidak dapat ditempatkan begitu saja di luar jangkauan tangan.
2) Ketinggian bangku atau kursi kerja
Ada 2 macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan kerja
yaitu :
a) Bangku atau mesin yang tepat untuk bekerja sambil berdiri
(walaupun duduk dan berdiri bergantian adalah suatu hal yang
mungkin dan diikuti dengan tersedianya kursi yang sesuai).
b) Bangku atau kursi yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil
duduk.
2. Meja kerja
a. Tinggi meja kerja
Kriteria : tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan
dengan sikap tubuh pada waktu bekerja.
Untuk sikap berdiri :
Pada pekerjaan-pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja
adalah 10-20 cm lebih tinggi dari siku.
Pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi
meja adalah 10-20 cm lebih rendah dari tinggi siku.
Untuk sikap duduk :
Tinggi meja adalah 64-74 cm diukur dari permukaan daun meja sampai ke
lantai.
b. Tebal daun meja
Kriteria : tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kebebasan bergerak pada kaki.
c. Permukaan meja
Kriteria : rata dan tidak menyilaukan.
d. Lebar meja
Diukur dari pemakai ke arah depan.
Kriteria : tidak melebihi jarak jangkauan tangan.


5. Sikap Kerja Duduk
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Duduk
memerlukan sedikit energi daripada berdiri, karena hal itu mengurangi banyaknya
beban otot pada kaki. Namun, sikap duduk yang keliru merupakan penyebab
adanya masalah-masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah
akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang
akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan pada saat berdiri ataupun
berbaring. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau
urat syaraf belakang daripada sikap duduk yang condong ke depan.
4
Selain akibat di atas, bekerja sambil duduk dapat menyebabkan :
a. Melembeknya otot perut
b. Melengkungnya punggung
c. Tidak baik bagi alat-alat dalam, khususnya peralatan pencernaan jika
posisi duduk dilakukan secara membungkuk.
Posisi kerja duduk juga dapat menimbulkan keluhan sakit pada punggung
bagian bawah (law back pain). Sakit punggung bagian bawah merupakan
parameter atau tolok ukur kegiatan kerja yang tidak memenuhi syarat kesehatan
kerja yang ergonomis.
Sakit pada punggung bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
1. Tekanan syaraf
2. Sendi dan jaringan yang teriritasi oleh trauma mekanik karena kerusakan atau
degenerasi sruktur tulang.
Sikap duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh berat terhadap sikap
badan dan tulang belakang adalah sikap duduk sedikit lordosa pada pinggang dan
sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan
kursi dan sandaran punggung yang tepat, dengan sikap demikian otot-otot
punggung terasa enak.
Keluhan-keluhan yang sering muncul berkaitan dengan ketidaktepatan
kursi yang dipakai antara lain :
1) Keluhan kepala
2) Keluhan leher dan bahu
3) Keluhan pinggang
4) Keluhan pantat
5) Keluhan lengan dan tangan
6) Keluhan lutut dan kaki
7) Keluhan pada paha

6. Kerja Otot
Kerja fisik sering disebut kerja otot, karena otot-ototlah yang menjadi
sebab gerakan tubuh. Otot menduduki sekitar 45% dari berat tubuh. Otot bekerja
dengan jalan mengerut atau berkontraksi. Pengerutan otot kadang-kadang dapat
membuat panjang otot menjadi setengahnya dari keadaan semula, sehingga
kemampuan kerja suatu otot tergantung antara lain pada panjangnya. Otot dan
tulang merupakan dua alat penting dalam bekerja.
4
Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-ukuran
tubuh. Ukuran tinggi dan besar dari tubuh atau bagian-bagiannya yang
menentukan pula kemampuan fisik tenaga kerja. Besarnya tenaga otot ditentukan
oleh jumlah serabut otot yang bergerak secara aktif. Kecepatan kontraksi otot
berhubungan erat dengan besarnya tenaga yang bekerja pada suatu saat tertentu,
oleh karena itu kecepatan gerakan diatur oleh banyaknya serat-serat otot yang
berkerut secara aktif selama waktu tertentu.
4
Kerja otot dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
3
a. Kerja otot dinamis (ritmis, berirama)
Kerja otot dinamis yaitu suatu kerja otot yang kerutan dan pengundurannya
terjadi silih berganti.
b. Kerja otot statis
Kerja otot statis yaitu suatu kerja otot yang menetap untuk berkontraksi dalam
suatu periode tertentu. Pada kerja otot statis yang berat, otot sangat
kekurangan aliran darah segar yang membawa oksigen dan glukosa untuk
pembentukan energi, sehingga energi yang digunakan terbatas dari energi
cadangan saja. Selain itu akan terjadi akumulasi sampah dari pembakaran
energi yang harus dibuang dan akan mengakibatkan nyeri akut dan kelelahan
pada otot.

D. Status gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi pada dasarnya merupakan akibat jangka panjang dari keadaan
konsumsi makanan kita setiap hari, atau merupakan gambaran keseimbangan
antara konsumsi zat gizi dan suplai zat gizi. Apabila tubuh kekurangan bahan
makanan yang bergizi, maka simpanan zat gizi dalam tubuh akan berkurang.
Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka katabolisme jaringan tubuh
meningkat yang selanjutnya mengakibatkan penurunan fungsi jaringan. Pada
keadaan tersebut sudah dapat disebut malnutrisi, walaupun dalam pertumbuhan
dengan kelainan biokimiawi hanya ditandai penurunan berat badan terhambat,
sehingga dapat menimbulkan anatomis dan fisiologis yang lebih parah. Keadaan
ini dapat disebut status gizinya rendah atau bertambah jelek.
23
2. Faktor yang mempengaruhi status gizi
23

Faktor yang mempengaruhi status gizi adalah faktor secara langsung dan tak
langsung.
a. Faktor secara langsung, meliputi :
1) Konsumsi
21

Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga pada jumlah dan
jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan
kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini tergantung pula pada
pendapatan, agama, adat kebiasaan, pendidikan masyarakat bersangkutan
serta jumlah anggota keluarga.


2) Infeksi
Masuknya bakteri ke dalam bahan makanan, secara disengaja maupun
tidak disengaja baik dari penjamah makanan maupun pada proses
persiapan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian. Gejalanya terasa
sekitar 12-24 jam setelah makan, sakit perut bagian bawah, pusing, diare,
muntah, demam dan sakit kepala.
b. Faktor secara tidak langsung, meliputi :
1) Sosial ekonomi
Keluarga yang berpendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makanan sejumlah yang diperlukan tubuh.
2) J umlah anggota keluarga
Keluarga yang pendapatannya pas-pasan, sedangkan mempunyai banyak
anak, kecukupan dalam makanan kurang bisa dijamin.
3) Tingkat pendidikan pengetahuan gizi
Seseorang yang hanya tamatan SD belum tentu kurang mampu menyusun
makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan yang
berpendidikan lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah kalau
orang tersebut turut serta dalam penyuluhan gizi bukan mustahil
pengetahuan gizinya akan lebih baik.
3. Akibat gizi kurang
21

a. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat
pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok.
Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-
rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.
b. Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas. Orang
menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.
c. Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan
antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek,
batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan
mental, dengan demikian akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir
pada seseorang. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
e. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkkan
perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis.
4. Akibat gizi lebih
21

Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang
dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan
merupakan salah satu faktor resiko dalam terjadinya berbagai penyakit
degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit
diabetes, jantung koroner, hati, dan kantung empedu.
Dari keterangan di atas, tampak bahwa gizi yang baik merupakan modal
bagi pengembangan sumber daya manusia.
21
5. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi dibagi menjadi dua macam yaitu :
11
a. Penilaian status gizi secara tidak langsung
1) Survei konsumsi makanan
Metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah
dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.


2) Statistik vital
Menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3) Faktor ekologi
Faktor ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya seperti malnutrisi. J umlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan
lain-lain.
b. Penilaian status gizi secara langsung
1) Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2) Biokimia
Pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. J aringan tubuh yang digunakan antara
lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot.
3) Biofisik
Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan sruktur dari jaringan.
4) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Dalam pemakaian untuk penilaian status
gizi, antropometri sebagai indikator status gizi yang dapat dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter. Kombinasi antara beberapa
parameter disebut indeks antropometri, misalnya berat badan untuk umur
(BB/U), tinggi badan untuk umur (TB/U), dan berat badan untuk tinggi
badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan
gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.
a) Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
masa tubuh dan juga termasuk parameter antropometri yang labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya
dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan
berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari
keadaan normal.
Kelebihan indeks BB/U
- Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
- Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
- Berat badan dapat berfluktuasi
- Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
- Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
Kelemahan indeks BB/U
- Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
terdapat edema maupun asites.
- Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur
sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang
belum baik.
- Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah
usia lima tahun
- Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh
pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan.
- Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah
sosial budaya setempat. Misalnya orang tua yang tidak mau
menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan dan
sebagainya.
b) Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Keuntungan indeks TB/U
- Baik untuk menilai status gizi masa lampau
- Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
Kelemahan indeks TB/U
- Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
- Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.
- Ketepatan umur sulit didapat.
c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah
dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks
BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat
kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang
independen terhadap umur.
Keuntungan indeks BB/TB
- Tidak memerlukan data umur
- Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus).
Kelemahan indeks BB/TB
- Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut cukup
pendek, cukup tinggi badan ataukah kelebihan tinggi badan
menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan.
- Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan
pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok Balita
- Membutuhkan dua macam alat ukur
- Pengukuran relatif lebih lama
- Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
- Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran,
terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.
Berdasarkan ukuran baku tersebut, penggolongan status gizi pada
klasifikasi WHO menurut BMI Untuk Umur Dalam Persentil
Tabel 2.1
Penggolongan Keadaan Gizi Menurut BMI Untuk Umur Dalam Persentil
Status Gizi BMI (persentil)
Kurang <3
Normal 3-97
Lebih >97

Sumber : 12

Status gizi lebih erat kaitannya dengan energi dan protein dan dapat diukur
dengan antropometri. Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh dapat
memberi gambaran status energi dan protein seseorang, karenanya antropometri
sering digunakan sebagai indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah
kurang energi protein.
11

6. Upaya peningkatan status gizi
Dengan memperbaiki konsumsi makanan dapat memperbaiki keadaan
gizi, meningkatkan fisik, meningkatkan daya fikir dan meningkatkan
produktivitas.
7
Salah satu usaha menanggulangi masalah gizi khususnya pada
anak-anak usia sekolah adalah dengan memberikan makanan tambahan. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa untuk dapat berfikir dan berproduksi dengan
baik, seseorang harus mempunyai persediaan energi dan zat gizi yang cukup
dalam tubuhnya.
11

E. Kerangka teori















Beban kerja
- jenis pekerjaan
- waktu kerja
- masa kerja
Lingkungan
- Ukuran peralatan
(meja kursi)
- Sikap kerja
- Penerangan, suhu
ruangan, kebisingan
Kelelahan
Faktor psikologi : tanggung
jawab, konflik, depresi
Monotonitas pekerjaan
Kapasitas kerja
Karakteristik individu
- jenis kelamin
- umur
- status gizi
- penyakit

Sumber : 4,7,11





F. Kerangka konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

















Tingkat kelelahan
Status gizi
Variabel pengganggu
Umur
*

J enis kelamin
*

Penyakit**
J enis pekerjaan
**

Waktu kerja
**

Masa kerja
**

Suhu ruangan**
Kebisingan**
Penerangan**
Faktor psikologi**
Monotonitas
pekerjaan* *
Kesesuaian ukuran
tubuh terhadap alat
kerja (meja kursi)
Keterangan :
* : Tidak Diukur
** : Diukur
G. Hipotesis penelitian
a. Ada hubungan antara status gizi dengan tingkat kelelahan pada siswa SDN
Sompok Semarang
b. Ada hubungan antara kesesuaian ukuran tubuh terhadap alat kerja dengan
tingkat kelelahan siswa SDN Sompok Semarang

You might also like