Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuI l dDi Ng SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A) Nama : Nurul Hasanah AM NIM : 05 0406 035 Judul Proyek Tugas Akhir : Cinema Building Tema : Arsitektur ekspresionis Rekapitulasi Nilai : Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan : No. Status Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator TKA-490 1. Lulus Langsung
2. Lulus Melengkapi
3. Perbaikan Tanpa Sidang
4. Perbaikan Dengan Sidang
5. Tidak Lulus
A B+ B C+ C D E
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuI l dDi Ng KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian tiada henti dari orang tua saya yang tercinta Bapak Amrullah dan Ibu Nurhayati, kakak dan abang saya yang terkasih Nur Amelia dan Abdul Khadier , serta keluarga besar saya; nenek, etek idar,dan sepupu tercinta. Terimakasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada : Bapak Firman Eddy ST, MT sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir. Ibu Devin Defriza, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna. Bapak Prof.Ir. M. Nawawiy Lubis, M.Phil, Ph.D , dan Bapak Hilma Tamiami F ST, M.SC selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik. Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT. Sebagai Ketua J urusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2008/2009. Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU. Terimaksih banyak-banyak terutama kepada mama aku tercinta love you ma.. Terimakasih atas dukungan, semangat dan selalu ada saat aku sedih dan susah, terimakasih juga atas doa-doanya.. terimakasih yang amat sangat utuk mama ku tercinta love you so much.. dan terimaksih buat kakak ku tercinta.. k.lia yang udah banyak ngasi semangat .. doa- doanya.. dan terimakasih banyak juga buat papa ku tercinta, atas doa doa nya semangatnya, nasehatnya, dan kasih sayangnya love you so much toex my family aku sayang kalian semua.. gak akan pernah melupakan atas jasa jasa kedua orang tua ku dan k.lia.. Sahabat baik saya; para Ichigo Chan, yang selalu menemani di saat suka dan duka dari awal semester 1. Love u both. Serta teman teman 2005, senior satu studio
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuI l dDi Ng tugas akhir terimakasih juga buat kalian yang selalu semangat dan ceria yang selalu buat aku menjadi terus maju sampai akhr TA. Gak akan terlupakan masa-masa manis bersama teman-teman satu studio tetap semangat. Terimaksih juga buat wak labu yang selalu dukung aku, semangatin aku, selalu marah-marah pada saat aku lalai dalam tugas akhir, tengkyu juga udah bantuin, serta masa lucu-lucu bersama wak labu dan teman-teman icigo chan semangat woi love you semuanya. TemanTeman angkatan 2005, ratih, taufik ( mael, si jahil dan gratil ), nonong, dan semua anak 2005 . terutama juga anggota studio spukers; J abat, Bulsem yang udah mau buatin maket nurul, thanks so much la buat kalian berdua teman teman satu kelompok, astri (si kecil ), heri, jepri terimakasih udah mau ngasi saran buat aku pada saat-saat mau sidang, bg. Andi, Edward, fahri. Terimaksih buat kalian.. semangat dan kepercayaannya serta selogan AKU PASTI BISA Abang dan kakak saya satu studio, terimakasih atas hiburannya selama tugas akhir karna bisa selalu semangat dan ceria setiap hari.. Terimakasih juga buat bang holy idris.. makasih ya bang udah buatin 3D dan animasi nurul.. bagus banget dan nurul seneng terimakasih juga atas saran dan masukannya dan semuanya lah buat bang holy terimakasih banyak banyak.. Terimakasi juga buat sepupu ku ningsi dan nenek serta halimah (si adek ku yang kecil dan imut ), terimakasih juga atas doa doanya, semangatnya, dukunganya, dan terimakasih udah mau nemani nurul selama tugas akhir baik dalam suka dan duka Yang terakhir terimakasih sekali buat semua yang udah selalu ada di samping nurul, baik tu keluarga maupun sahabat dan teman teman, atas dukungannya sampai akhir dan bisa menyelasaikan semua tugas akhir ini sampai lulus.. Alhamdulillah.. Akhir Kata, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, 11 J uni 2009 Nurul Hasanah AM
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuI l dDi Ng
9 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) DAFTAR ISI
Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Gambar vi Daftar Diagram xi Daftar Tabel xii BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 I.2. Maksud dan Tujuan 3 I.3. Masalah Perancangan 4 I.4. Pendekatan 4 I.5. Lingkup dan Batasan 5 I.6. Kerangka Berpikir 6 I.7. Sistematika Penulisan Laporan 7 BAB II. DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi J udul 8 II.2. Lokasi II.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi 9 II.2.2 Pemilihan Lokasi 10 II.2.3 Penilaian Alternatif Lokasi 11 II.3 Tinjauan Fungsi 19 a.1 berdasarkan karakter 19 b.1 berdasarkan ciri cirri bioskop 20 c.1. peraturan pearancanaan bioskop 23 c.1.1 pintu dan koridaor 23 c.1.2 tangga 23 c.1.3 tempat duduk 23 c.1.4 jalan masuk ke studio 24
10 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) c.1.5 ruang proyektor 24 c.1.6 tata letak 27 c.1.7 sistem pencahayaan 27 c.1.8 sistem ventilasi dan pendinginan ruangan 28 c.1.9. sistem pengaturan suara 28 c.1.10 gambar proyeksi pada bioskop 28 c.1.11.besar gambar 29 c.1.12 layar proyeksi 29 c.1.13 ruang penonton 30 c.1.14 akustik 30 d.1 cineplex 30 d.2 foot court 31 d.3 restauran fast food 31 d.4 amunsement center 31 d.5 cinema lobby 31 d.6 retail 32 d.7 souvenir shop 32 II. 4 Deskripsi Kebutuhan Ruang 32 II.5 Proyek Sejenis 33 BAB III. ELABORASI TEMA III.1. Pengertian 40 III.1.1 Alasan Pemilihan Tema 40 III.2 Tinjauan Fungsi 40 III. 2.1 pengertian ekspresionis 40 III.2.2 perkembangan aliran ekspresionis 41 III.2.3 karakteristik Ekspresionisme 44 III.2.4 karakteristik ekspresionisme melalui karya 45 III.3 interprestasi tema 47 III.4 studi banding tema sejenis 48 III.4.1 einstein tower by eric mendelson 48 III.4.2 eero Saarinen, twa building, new York_files 48 III.4.3 Guggenheim museum bilbao, bilbao, spain (frank o.gehry) 49 III.4.4 falling water 49 III.4.5 vitra design museum 50
11 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) BAB IV. ANALISIS IV.1. Analisa lokasi 52 IV. 1.1 lokasi 52 IV.2 . Tapak 54 IV.2.1 tata guna lahan 54 IV. 3. Analisis tapak 56 IV. 3.1. analisis di luar site 56 IV.3.2. analisi di dalam site 58 IV. 4. Sarana dan prasarana 59 IV.5. Skyline 60 IV.5.1 ketebalan bangunan 61 IV.5.3 pencapaian menuju site 62 IV.6. analisa potensi dan kondisi tapak 63 IV.6.1 sirkulasi 63 a. Kendaraan bermotor 63 b. Pejalan kaki 64 c. Oreintasi 64 d. Vegetasi 66 e. Matahari 67 f. Kebisingan 68 IV.7. Analisa fungsional dan kegiatan 69 IV.7.1 analisa aktifitas pemakai 69 IV.7.2 analisa sirkulasi 70 IV.7.3 analisa aktifitas dan kebutuhan ruang 73 IV.8 analisa dan program kebutuhan 74 IV.8.1 analisa aktifitas pemakai 74 IV.8.2 analisa aktifitas pengunjung 75 IV.8.3 analisa hubungan ruang 76 IV.8.4 analisa perilaku pengguna 76 IV.9 Analisa program ruang 77
BAB V. KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Tapak 81 penzoningan 81
12 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) sirkulasi 82
Vegetasi 82
Pencapaian 83
V.2 konsep perancangan bangunan 83 V.3 konsep perancangan struktur 85 V.4 konsep perancangan utilitas 86
BAB VI. HASIL PERANCANGAN VI.1. Gambar Perancangan 90 VI.2. Foto Maket Perancangan 91 Daftar Pustaka
13 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Pembagian WPP Kota Medan 12 Gambar 2.2 alternatif lokasi 1 14 Gambar 2.3 alternatif lokasi 2 15 Gambar 2.4 alternatif lokasi 3 16 Gambar 2.5 peta wilayah kota medan dan peta lokasi 19 Gambar 2.6 gambar perancanaan sistem akustik bioskop 21 Gambar 2.7 cinema 21 Sun plaza 34 Gamabr 2.8 cinema BFI IMAX LONDON 35 Gambar 2.9 theater imax Keong mas J akarta 36 Gambar 2.10 einstein tower by eric mendelson 48 Gambar 2.11 eero Saarinen, twa building, new York_files 48 Gambar 2.12 Guggenheim museum bilbao, bilbao, spain (frank o.gehry) 48 Gambar 2.13 falling water 49 Gambar 2.14 vitra design museum 50 Gambar 2.15 peta lokasi tapak 52 Gambar 2.16 kondisi sekitar site 53 Gambar 2.17 tata guna lahan 54 Gambar 2.18 pruntukan lahan 55 Gambar 2.19 analisa diluar site 57 Gambar 2.20 analisa didalam site 58
14 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Gambar 2.21 sarana dan prasarana 59 Gambar 2.22 skyline 60 Gambar 2.23 ketebalan bangunan 61 Gambar 2.24 pencapaian menuju site 62 Gambar 2.25 sirkulasi kendaraan bermotor 63 Gambar 2.26 sirkulasi pejalan kaki 64 Gambar 2.27 orentasi 65 Gambar 2.28 vegetasi 66 Gambar 2.29 matahari 67 Gambar 2.30 kebisingan 68 Gambar 2.31 penzoningan 81 Gambar 2.32 sirkulasi 82 Gambar 2.33 vegetasi 83 Gambar 2.34 konsep perancangan bangunan 84
DAFTAR DIAGRAM Gambar 3.1 diagram pengertian ekspresionis 43 Gambar 3.2 diagram analisis pengunjung 70 Gambar 3.3 diagram analisis pekerja 71 Gambar 3.4 diagram analisis pengelola 71
15 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Gambar 3.5 diagram analisis pemakai 72
Gambar 3.6 diagram struktur organisasi 72
DAFTAR TABEL
Table 1.1 gedung bioskop yang beralih fungsi Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan Table 2.3 penilaian lokasi Table perbandingan proyek sejenis Table Karateristik Ekspresionisme Melalui Karya Table, Ruang Pengunjung Table Ruang Pekerja Table, Ruang Pengelola Table, analisa aktifitas dan kebutuhan ruang pengelola Table. Analisa aktivitas dan kebutuhan ruang pengunjung Tabel 5. Kegiatan Rekreatif Tabel 6. Kegiatan penunjang Tabel 7. Kegiatan pengelola Tabel 8. Kegiatan pelayanan
16 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu kota yang cukup besar di Indonesia, Medan memiliki jumlah penduduk sekitar 1.993.602 dengan kepadatan penduduk 7.520 / km yang bersifat heterogen. Kota Medan yang sedang berkembang menjadi suatu kota Medan Metropolitan membuat aktifitas dan mobalitas kota dan masyarakatnya menjadi tinggi. Kegiatan masyarakat menjadi semakain padat dan beragam. 1
Sehingga dengan aktifitas yang cukup padat dan melelahkan tersebut, kebanyakan masyarakat kota medan banyak yang merasa jenuh, letih, lesu, dan stress. Maka dari itu perlu diperbanyak sarana-sarana hiburan suatu kota yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk melepaskan dan menuangkan rasa lelah, jenuh, dan stress yang dikarenakan suatu aktifitas yang padat tersebut. Salah satu contoh bentuk sarana hiburan yang dapat membantu masyarakat termasuk kota medan ini bisa bermacam- macam seperti halnya cinema atau cineplex yang lebih dikenal sebagai bioskop. Beberapa tahun belakang ini percinemaan Indonesia banyak mengalami kemajuan dan peningkatan yang pesat, diikuti pula dengan adanya minat masyarakat Indonesia termasuk kota Medan terhadap perfilm-an pun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari begitu padatnya bioskop-bioskop saat munculnya film-film baru, baik film dalam negeri maupun luar negeri. Industry film layar lebar didunia ini akhir akhir ini begitu semarak, dari Hollywood, Bollywood, Hongkong, Jepang, Korea dan bahkan Indonesia sendiri semakin pesat. Gedung bioskop merupakan salah satu media untuk mengenalkan, mempromosikan film film terbaru. Menonton film di bioskop merupakan kegemaran bagi segala kalangan umum baik kawula muda, remaja, maupun dewasa sampai orang tua. Dikota Medan ini ada banyak gedung gedung biokop dari yang kelas bawah sampai yang kelas menengah, dari yang lama sampai yang baru. Ada juga yang terletak di dalam Mall, Plasa, dan ada yang berdiri sendiri sebagai gedung bioskop. Akan tetapi sejauh ini banyak juga gedung gedung bioskop di Kota Medan yang berdiri sendiri kebanyakan sudah tidak difungsikan lagi.
1 BPS
17 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Table 1.1 gedung bioskop yang beralih fungsi Nama Bioskop Fungsi Baru Alamat Bioskop Remaja Bank BRI Jl. Sisingamangaraja Bioskop Bahagia Supermarket Mandiri Simpang Jalan Bahagia Bioskop Irama Supermarket Suzuya Jl. Brigjen Katamso Bioskop King Supermarket Macan Yaohan Pulo Brayan Sumber : Hasil olah data Pada masa sekarang ini seiring dengan kemajuan teknologi dan dengan perubahan zaman yang sangat pesat tantangan yang sangat berat yang harus dihadapi para pengusaha film ini adalah ; meraka harus berhadapan dengan para pengusaha perfilman yang menjual filmnya tidak hanya dalam bentuk pita seluloid saja, akan tetapi juga dalam bentuk VCD dan DVD, dan ada juga yang bersifat original maupun bajakan yang kian diburu oleh masyarakat yang haus akan hiburan perfilman di tanah air Indonesia. Yang dapat di pakai secara personal di rumah atau sengaja menonton sendiri, tanpa harus berdesak desakan membeli karcis. Seperti halnya ketika ia ingin menonton sebuah film di bioskop. Apalagi di tambah dengan adanya fasilitas fasilitas yang mendukung yang belum pernah ada di Medan khususnya yaitu fasilitas yang dilengkapi dengan adanya Home Theatres dan fasilitas menonton secara 3 Demension maka tantangan bioskop untuk tetap bersaing di dunia hiburan khususnya perfilman semakin besar. Dimana mereka dapat menikmati film dengan santai dan kursi yang nyaman serta suasana rumah yang santai. Dan dapat menonton secara 3D yang cukup memukau. Untuk membuat home theaters itu sendiri perlu banyak pengeluaran biaya yang tinggi oleh karna itu hanya orang orang tertentu saja yang punya alat dan gedung biskop yang seperti itu. Tapi bila perangkat pemutar film VCD dan DVD kian murah saja bila dibeli orang, dan juga gampangnya orang membeli film film bermutu maupun muarahan dalam bentuk VCD dan DVD. Adakah hal ini benar benar menjadi ancaman bagi bioskop. J ika pengusaha bioskop di negeri ini tidak mampu membaca gerak zaman yang begitu pesat maka bioskop akan kehilangan penonton. Meskipun begitu keberadaan gedung bioskop tetap yang menjadi pilihan orang untuk dinikmati sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah dan kepenatan yang dihasilkan dari tekanan kerja dan pendidikan, karena bagaimanapun ada beberapa hal yang orang tidak bisa dapatkan di Home Theaters selain datang ke bioskop.
18 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Semua masalah pasti selalu ada pemecahannya maka tantangannya yang harus dihadapi adalah mewujudkan sebuah Cineplex yang mampu mengimbangi kemajuan dan baru sehingga dicari masyarakat.
1.2 PERUMUSAN MASALAH Bagaimana merancang sebuah Cineplex yang dapat bersaing dengan kemajuan jaman dan baru sehingga meningkatkan anemo penonton. Bagaimana mewujudkan rancangan bentuk bentuk bangunan yang sesuai dengan judul yang di angkat dan tujuan yang hendak dicapai untuk menunjang keberadaan proyek bangunan. Bagaimana menciptakan konsep cinema yang berbeda dan menarik dari konsep cinema yang tealah ada, sehingga bangunan ini nantinya benar benar dapt menarik minat masyarakat dan memuaskan para penontonnya. Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang digunakan dan mewujudkannya kedalam bangunan melalui tahapan perancangan. Bagaimana menentukan fungsi fungsi kegiatan dan fasilitas fasilitas yang akan ada didalam bangunan dan mewujudkannya kedalam suatu rancangan bangunan sehingga terwujudnya suatu gedung yang di inginkan.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Adapun Maksud dan tujuan dari pembangunan Cinema Entertainment ini adalah: Maksud dari proyek ini : Mampu menghadirkan fasilitas hiburan untuk keluarga, dan penonton merasa nyaman dan santai dalam menikmati film. Bukan hanya pemutaran perfilman dalam dan luar negeri saja akan tetapi pemutaran film perdana ( premiere ). Mengingat didalamnya juga terdapat fasilitas penunjang akan tetapi bangunan utamanya adalah Home Theaters. Tujuan dari proyek ini : Menambah wawasan bagi mahasiswa terhadap berbagai hal yang berkaitan erat dengan perkembangan desain interior dan eksterior, khususnya yang berkaitan
19 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) dengan bioskop. Merancang pembagian dan penataan ruang untuk bioskop yang dapat memenuhi harapan dan kepuasan pengguna dari segi estetika ruang dan fungsinya. Mampu menarik minat masyarakat untuk keinginannya dalam menonton film. Bangunan yang ramah lingkungan.
1.4 MANFAAT PERANCANGAN Dengan melihat kembali pada latar belakang masalah yang ada keberadaan bioskop yang menawarkan fasilitas yang nyaman dan lengkap berhubungan dengan film, dimana fasilitas yang di tawarkan merupakan kenyamanan, informasi tentang film, penyediaan film, interior dan exterior yang indah dan enak di lihat, kepuasan jasmani sehingga dapat memberikan kepuasan bagi para penggemar film yang menyukai menonton di layar lebar dari pada menonton hanya dirumah melalui VCD / DVD serta dapat memancing penggemar film yang menyukai atau yang puas hanya menonton dari televise dirumah untuk menikmati fasilitas dan kelebihan yang disajaikan oleh bioskop ini yang tidak didapatkan mereka di rumah maupun ditempat lain. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah suasana, kenyamanan, dan pelayanannya.
1.5 METODE PENDEKATAN Pendekatan pendekatan yang dilakukan dalam proses pengembangan konsep dan perancangan antara lain : Studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan bahan literature yang sesuai dengan materi laporan untuk memperkuat fakata secara ilmiah. Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis yang mendukung proses perencanaan dan perancangan yang diperoleh dari buku, majalah, internet, ataupun survey lapangan. Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan studi perpustakaan untuk mendapatkan data sebagai landasan teori dengan membaca literature, buku, tabloid, internet, dan media lain yang berhubungan dengan perancangan interior Cineplex ( bioskop ) Observasi, dengan melakukan pengamatan terhadap ruang bioskop dan fasilitas yang
20 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) tersedia utuk melihat keadaan dan permasalahan umum yang ada serta memperoleh data data. Contohnya : mengamati pola sirkulasi dan aktifitas yang dilakukan pengunjung, pemilik, dan karyawan. Survey, dengan meninjau bioskop secara langsung serta mengadakan pengamatan dan pengukuran obyek dalam bioskop dan fasilitasnya. Contohnya : mengamati proses kerja, mengukur alat alat yang dipakai untuk proses pemutaran film, akustik, dan sebagainya.
1.6 LINGKUP Dalam tugas akhir ini yang akan dibahas seluruh aspek fisik da perancangankasus proyek bangunan, yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan, pembentukan ruang dan arus sirkulasi dalam dan liar bangunan pada lokasi tapak perancangan.
1.7 BATASAN Pada kasus proyek gedung cinema yang dilengkapi dengan home theaters dan fasilitas pendukung lainya hanya sebagai wadah untuk pemutaran film film dalam dan luar negeri dan film perdana dan sebagai temapat hiburan untuk keluarga dan tempat rekreasi.
1.8 ASUMSI ASUMSI Dengan pertimbangan bahwa kasus proyek bersifat fiktif, maka dibutuhkan asumsi asumsi sebagai dasar penerapan dan perancangan proyek, di antaranya. Kepemilikana bangunan diasumsikan sebagai milik swasta dengan penekanan sebagai fungsi bangunan komersil. Kondisi tapak diasumsikan beruapa lahan kosong dan layak untuk didirikan bangunan dengan peruntukan lahan sesuai dengan RUTRK Kotamadya Medan. Perkembangan perfilman di Indonesia semakin meningkat.
21 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
1.9 KERANGKA BERFIKIR CINEMA ENTERTAINMENT
Latar Belakang: Percinemaan di Indonesia sedang berkembang Butuh sarana hiburan yang ringan dan menyenangkan di kota Medan Belum adanya home theatre dimedan Tujuan: Menciptakan suatu pusat hiburan berupa Cinema Entertainment yang bertemakan Arsitektur ekspresionis Menambah sarana hiburan masyarakat dalam bentuk tontotan film terutama hiburan untuk keluarga. Pengumpulan data
Data Primer Data penduduk
Survey Data sekunder Studi banding : Cineplex sun 21 sun plaza Theatre IMAX Keong emas www. Bfi London Imax Literatur Neufert, Data Arsitek
Analisa Fisik: Non Fisik: - Site - Pengguna
Konsep Fisik: Non Fisik: - Site - Ruang dalam
Skematik Design Final Design Lokasi Sasaran: Masyarakat kota Medan dari semua kalangan dan rentang usia 15-54 atau namun tidak menutup kemungkinan diluar rentang usia tersebut
22 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 1.10 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan : berisi kajian tentang latar belakang pembangunan cinema entertainment, maksus dan tujuan, masalah perancangan, manfaat perancangan, lingkup dan batasan dan metode pendekatan.
Bab II Deskripsi Proyek : berisi tentang pembahasan mengenai terminology judul, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
Bab III Elaborasi Tema : menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interprestasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.
Bab VI Analisa Perancangan : menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema, serta kesimpulan.
Bab V Konsep Perancangan : menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.
Lampiran : merupakan hasil keluaran berupa Gambar hasil Perancangan Arsitektur dan Dokumentasi dan Maket.
Daftar Pustaka : berisi daftar pustaka yang dugunakan sebagai literature selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek.
23 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 JUDUL DAN PENGERTIAN JUDUL Judul proyek yang direncanakan adalah Cinema Building . Bioskop : ( Belanda ; bioscoop dari bahasa yunani dan berarti gambar hidup adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor. 2 : Wadah bagi masyarakat untuk menikmati pertunjukan film, dimana mereka mencurahkan segenap perhatiannya dan seluruh perasaannya kepada gambar hidup yang disaksikan, seolah-olah mereka menyaksikan sesuatu cerita yang benar benar terjadi dihadapanya.
3 Cinema : Bioskop sebagai gedung tempat orang menonton film secara Missal. 4 a. Cinema, yaitu bioskop yang lebih dari satu dan terdapat kelas kelas yang berbeda sesuai dengan keinginan penonton.
Cinema Building merupakan bangunan yang menyediakan fasilitas nonton secara massal dan juga menyediakan fasilita hiburan keluarga. Gedung ini memiliki fungsi utama sebagai pemutaran film ( cinema, home theaters ), selain itu juga terdapat fungsi fungsi penunjang lainnya yang dapat saling mendukung satu sama lain, seperti restaurant, book cinema, retail, souvenir shop, dan lain sebagainya. Fasilitas yang ada didalamnya meliputi : b. Home theaters, fasilitas sama dengan bioskop biasa akan tetapi di dalamnya hanya memuat antara 8 10 orang. c. Studio film, merupakan fasilitas yang digunakan untuk perfilman, didekorasi sedemikian rupa sesuai dengan yang dibutuhkan untuk suatu film. d. Restaurant, merupakan fasilitas bangunan yang menyediakan aneka makanan dan minuman.
2 Sutjadi, jhon. H, kamus lengkap inggris-indonesia, penerbit indah, jakarta 3 www.google.com 4 Ahmad, hamzah dan ananda santoso, 1993, kamus pintara bahasa Indonesia, balai pustaka, jakarta
24 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) e. Retail shop, souvenie shop, yang menyajikan barang barang yang berhubungan dengan dunia perfilman dan perbioskopan. f. Loket, berada dalam area public yang berfungsi sebagai tempat pembelian tiket sebagai akses masuk ruang auditorium. g. Papan box office, dimana pada area ini poster atau gambar film yang akan, belum, sudah diputar dipamerkan untuk menjadi pilihan dan keputusan para pengunjung untuk ditonton. h. Ruang service, ruang service dapat digolongkan didalamnya adalah toilet, ruang perawatan, dan kebersihan. i. Amusement Center, merupakan fasilitas yang menawarkan beberapa permainan yang berhubungan dengan ketangkasan dan hiburan Disamping itu perancangan ini tetap berfokus pada perancangan dan perencanaan penggunaan bahan, material serta warna yang tepat untuk dinding, plafond, lantai, perabot, dan aksesorisnya. Dan harus tetep memperhatikan organisasi ruang, hubungan antar ruang, aktivitas pengguna, pencahayaan ruang, penghawaan, utilitas, antropometri, ergonomic ruang dan perabot.
2.2 LOKASI 2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Dengan pertimbangan segi fungsi, maka diperlukan yang dapat mendukung tujuan dari bangunan dan membantu kelancaran aktifitas yang berlangsung didalamnya. Didalam table berikut terdapat beberapa factor yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi bangunan. a. Kriteria Pemilihan Lokasi Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan lokasi mengingat fungsi bangunan yang dirancang merupakan bangunan fasilitas hiburan yang bersifat public dan berskala kota. Berikut ini table kriteria pemilihan lokasi ;
Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi 5
5 Sumber: Neufert Data Arsitek, RUTRK Medan
25 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) No. Kriteria Lokasi 1. Tinjauan terhadap struktur kota Berada di kawasan sub urban yang merupakan daerah pengembangan perdagangan dan rekreasi. Berada di dekat jalan besar 2. Pencapaian Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum maupun pribadi. 3. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi- fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan atau di sekitar pemukiman yang belum ada fasilitas hiburannya. 4. Peraturan Tanah milik pemerintah atau pribadi Nilai lahan cukup tinggi untuk daerah komersil. Untuk pengembangan kawasan permukiman, perdagangan dan rekreasi , WPP D atau WPP E KDB bangunan 60% KLB bangunan 4-6 lantai
2.2.2 Pemilihan Lokasi Untuk mencapai target yang diharapkan, maka acuan yang hendak dipakai dalam menentukan lokasi site adalah WPP yang terdapat dalam RUTRK pemerintah kota Medan. Berikut merupakan table Wilayah Pengembangan Pembangunan beserta peruntukan wilayahnya.
26 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan WPP Cakupan Kecamatan Pusat Pengembangan Peruntukan Lahan Program Pembangunan A M. Belawan M. Marelan M. Labuhan BELAWAN Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim Jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan dan permukiman. B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran, Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman Jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, sarana pendidikan. C M. Timur M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas AKSARA Permukiman, Perdagangan, Rekreasi Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M Polonia INTI KOTA CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan.
27 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) E M. Barat M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan SEI SEKAMBING Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.
WPP D Pusat Bisnis(CBD), pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan WPP E Perumahan, perkantoran, konservasi, la
WPP A Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pergudangan dan permukiman WPP B Merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan WPP C Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan,rekre asi, dan perdagangan
28 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) a) Alternatif Lokasi Berdasarkan kriteria kriteria tersebut didapat 3 alternatif site yaitu : Lokasi 1 : J l. Putrid Hijau, kecamatan Medan Barat Lokasi 1 : J l. Perintis Kemerdekaan Lokasi 3 : J l. Gatot Subroto simpang J l. Asrama Lokasi 1 : Kasus Proyek : Family Entertainment Cinema Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pihak Swasta Lokasi Tapak : J ln. Putri Hijau, Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Batas-batas site o Batas Utara : JL.Putri Hijau II, Kantor BTPN, Pemukiman penduduk. o Batas Timur : JL.Putri Merak J ingga, bangunan komersil, swalayan o Batas Selatan : Jalan kecil dan kantor polisi o Batas Barat : JL.Putri Hijau, RS Tembakau Deli Luas Lahan : + 2,0 Ha (+ 20.000 m 2 ) Kontur : Datar KDB : 60 % KLB : 3-5 lantai GSB o J ln. Putri Hijau : 12 meter o J ln. Putri Merak J ingga : 8 meter o J ln. Putri Hijau II : 5 meter o J ln. kecil : 4 meter Bangunan Eksisting : lahan kosong dan rumah tua Potensi Lahan : o Terletak dipusat kota o Berada pada kawasan komersil dan pariwisata o Transportasi lancar dan baik o Luas site mendukung + 2,0Ha o Memiliki jalur utilitas yang baik.
29 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Lokasi 2 : Lokasi Site :Persimpangan J l Putri Hijau dan J l. Perintis Kemerdekaan Eksisting Site : Lahan Kosong yang ditumbuhi oleh semak belukar Kecamatan : Medan Barat Luas Lahan : 25.000 m 2
Luas Bangunan : 20.772 m 2
Lebar Jalan : - J l. Perintis Kemerdekaan =20 m - J l. Gaharu =12 m - J l. Timor = 10 m GSB : - J l. Perintis Kemerdekaan = 11 m - J l. Gaharu = 9 m - J l. Timor = 6 m KDB : 60 % x 17.000 m 2 = 10.200 m 2
KLB : 1-5 Ketinggian Bangunan :3Lantai
Alternatif 3 Lokasi ini berada di J L.Putri Hijau Kec. Medan Barat dan berada di WPP E Luas Site 2,0 Ha Batas-batas site : Utara :JL.Putri Hijau II, kantor BTPN, bangunan komersil & pemukiman. Selatan : Jalan Kecil, Kantor Polisi, pemukiman Timur : JL.Putri Merak J ingga, bangunan komersil Barat : JL.Putri Hijau, RSU Tembakau Deli.
30 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kondisi lingkungan Lokasi tapak terpilih berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, kecamatan Medan Timur, Kodyamadya Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Dengan spesifikasi lahan yaitu 4,2 Ha ( 42.000 m ). Kontur lahan diasumsikan datar. KDB sekitar 80 %. LKB berkisar 3-6 lantai. GSB pada jlan Perintis Kemerdekaan yaitu 10 meter, jalan Gaharu yaitu 10 meter, jalan Kemuning yaitu 5 meter, jalan Timor yaitu 8 meter.
Lokasi 3 : Lokasi : Jl. Asrama simpang Jl. Gatot Subroto U BATAS BARAT SITE PT. CATUR MADA SENTOSA BANK MANDIRI RUMAH PENDUDUK BANK EKONOMI B A T A S S E L A T A N BEBERAPA USAHA SABLON,REKLAME B A T A S
U T A R A UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN BATAS TIMUR SITE
31 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Kelurahan : Sei Sikambing Kecamatan : Medan Helvetia Luas Lahan : 1,7 Ha GSB : 10 meter KLB : 6 lantai KDB : 60% Luas dan ketinggian bangunan: 5000 m2, 3-5 lantai Pemilik : swasta Sifat : fiktif
Kondisi lingkungan: Letak geografis kota Medan berada pada 227-247 lintang utara dan 9835-9844 bujur timur. Berada 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. Topografi site datar (tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum berkisar 23,3C 24,4 C dan suhu maksimum berkisar 30,7C 33,2C. Batas utara :permukiman dan tanah kosong Batas timur perkantoran dan PRSU
Batas selatan pertokoan Batas barat berbatasan dengan tanah kosong dan pom bensin
32 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 2.2.3 Penilaian Alternatif Lokasi a) penilaian lokasi Table 2.3 penilaian lokasi No Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Jl. Perintis Kemerdekaan JL. Gatot Subroto JL. Putri Hijau 1. Berada di kawasan sub urban yang merupakan daerah pengembangan perdagangan dan rekreasi. ++ ++ +++ 2. Daerah komersil dan pendidikan +++ ++ +++ 3. Aksesbilitas Kenderaan pribadi +++ +++ +++ Kenderaan umum +++ +++ +++ Pejalan kaki +++ ++ +++ 4. Fasilitas pendukung Pusat perbelanjaan (radius 500 m) + ++ +++ Hotel (radius 500 m) ++ +++ +++ Permukiman +++ ++ +++ Rumah makan (radius 500 m) ++ +++ +++ Sarana dan prasarana (radius 500 m) ++ +++ +++ 5. Kesesuaian dengan RUTRK Medan +++ +++ +++ Jumlah 29 + 28+ 33+
Keterangan : + : kurang ++ : cukup +++ : baik
33 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) b) penempatan Lokasi Berdasarkan penilaian secara umum untuk lokasi site ternyata yang memiliki nilai plus ( +) paling banyak yaitu lokasi 3 yaitu J l. Putri Hijau. Keistimewaan site : Posisi site pada saat ini tidak jauh dari pusat kota, namun berdasarkan RUTRK Medan, untuk pengembangan ke depan, daerah ini akan menjadi daerah komersil, dan tempat hiburan keluarga. Bangunan penunjang di sekitar site adalah kawasan komersil dan hotel uang merupakan kawasan yang begitu banyak kesibukan. Untuk transportasi dari dan ke site ( khususnya kendaraan umum ) sangat banyak, hal ini membuat pengunjung tetap merasa aman untuk datang dan pulang ke bangunan sampai malam hari. Deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai tapak rancangan Kasus Proyek : Family Entertainment Cinema Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pihak Swasta Lokasi Tapak : J ln. Putri Hijau, Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Batas-batas site o Batas Utara : JL.Putri Hijau II, Kantor BTPN, Pemukiman penduduk. o Batas Timur : JL.Putri Merak J ingga, bangunan komersil, swalayan o Batas Selatan : Jalan kecil dan kantor polisi o Batas Barat : JL.Putri Hijau, RS Tembakau Deli Luas Lahan : + 2,0 Ha (+ 20.000 m 2 ) Kontur : Datar KDB : 60 % KLB : 3-5 lantai GSB o J ln. Putri Hijau : 12 meter o J ln. Putri Merak J ingga : 8 meter o J ln. Putri Hijau II : 5 meter o J ln. kecil : 4 meter Bangunan Eksisting : lahan kosong dan rumah tua
34 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Potensi Lahan : o Terletak dipusat kota o Berada pada kawasan komersil dan pariwisata o Transportasi lancar dan baik o Luas site mendukung + 2,0Ha o Memiliki jalur utilitas yang baik.
2.3 TINJAUAN FUNGSI 2.3.1 Klasifikasi Bioskop Berdasarkan Ernst Neufert dalam Data Arsitek edisi 2 hal 129-134 klasifikasi bioskop dapat dibagi menjadi: a. 1. Berdasarkan karakter: a. Bioskop tertutup 6 a. Bioskop komesial
Jenis bioskop ini menyajikan media tontonan berupa film di dalam ruangan tertutup, sehingga penonton terlindung dari gangguan cuaca. Ruangannya sangat terikat pada persyaratan teknis akustik, cinematografi, dan keamanan umum yang berada dalam ruangan tersebut. b. Bioskop terbuka Penonton bioskop terbuka menikmati pertunjukan di arena / lapangan terbuka, sehingga keadaan bioskop ini tidak menuntut kondisi dengan persyaratan teknis bangunan. a. 2. Berdasarkan sifatnya
6 Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133
site
35 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Kegiatannya berdasarkan pada bisnis yang bersifat komersial, sehingga penyelenggara selalu menyediakan film-film yang sesuai dengan selera masyarakat. b. Bioskop Art dan Dokumenter Biasanya bioskop ini memutar film-film yang berisi tentang apresiasi seni dan budaya. a..3. Berdasarkan kapaitasnya: a. Bioskop sangat besar : kapasitas diatas 1500 kursi b. Bioskop besar : kapasitas 900 1500 kursi c. Bioskop sedang : kapasitas 400 - 900 kursi d. Bioskop kecil : kapasitas di bawah 400 kursi a. 4. Secara umum bioskop dapatdibedakan atas 3 (tiga) golongan/ kelas yaitu: a. Kelas A a. Kapasitas tempat duduk berkisar 400-900 seat. b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang pertama c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian bahan yang memenuhi syarat sangat baik ditambah penghawaan AC sentral. d. Electrical power biasanya terdapat generator disamping tenaga listrik dari PLN. e. Jumlah ruang studio minimal 4 buah. b. Kelas B a. Kapasitas tempat duduk berkisar 200-400 seat. b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang pertama ataupun kedua. c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian bahan memenuhi syarat dengan cukup ditambah penghawaan AC sentral atau AC unit. d. Electrical power biasanya terdapat generator disamping tenaga listrik dari PLN. e. Jumlah ruang studio minimal 2 buah. c. Kelas C a. Kapasitas tempat duduk umumnya kecil berkisar 100 - 200 seat. b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang kedua dan ketiga. c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian bahan yang memenuhi syarat minimal.
36 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) d. Sistem penghawaan umumnya menggunakan blower dan exhauter. e. Electrical power hanya menggantungkan pada PLN, sehingga kemungkinan terganggu bila aliran listrik terputus. f. Jumlah ruang studio minimal 2 buah. Kriteria cinema:: 1. Ruang Maksudnya adalah dimensi ruang studio film. Ruang penonton yang efisien adalah 12x 20m. Dimensi panjang disesuaikan dengan kemakmpuan proyektor yang di pakai. Penonton yang dapat ditamping adalah sekitar 200 org. Penataan lantai dibuat meninggi dari arah belakang sehingga dapat dicapai keleluasaan pandang dan daya tangkap bunyi langsung dengan baik serta dapat diperoleh kemampuan akustik yang baik.
2. Faktor pendukung akustik. Beberapa faktor kriteria yang mendukung sistem cineplex adalah: a. Bentuk lantai berbentuk kipas dan cukup dimiringkan paling cocok dengan persyaratan untuk melihat dan kebutuhan akustik. b. Pemantulan bunyi harus digunakan diatas layar, seluruh langit-langit atau sedikitnya sebagian besar daerah tengah harus dibuat reflektif. c. Layar proyeksi dan pengeras suara dibelakangnya harus cukup tinggi bagi seluruh penonton agar terliputi dengan baik oleh berkas bunyi. d. Lantai penonton harus dimiringkan dengan warm pada bagian belakang untuk menyediakan garis pandang yang jelas untuk seluruh penonton, dengan demikian menyediakan pengadaan bunyi langsung yang banyak. Sistem layar pertunjukan Dahulu, layar bioskop dipasang dan disesuaikan dengan bentuk-bentuk gedung pertunjukan, sedangkan sekarang desain interiornya lebih ditentukan oleh ukuran gambar yang diproyeksikan (cinemascope, cinerama, Todd AO, Circerama, IMAX dan untuk bioskop yang lebih kecil yang menggunakan sirkuit TV tertutup). Bioskop tradisional memiliki gambar yang kecil sedangkan sistem cinerama
37 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) dimana 3 proyektor utamanya memproyeksikan gambar pada layar selebar 30,5 m (lihat gambar. 13). Sistem ini kemudian di kembangkan lagi dengan hanya menggunakan 1 proyektor saja (sistem IMAX) dimana film 70 mm diproyeksikan horizontal dengan perbesaran kerangkanya dan mengahsilkan gambar berukuran 36,5 m, tempat duduknya disusun dekat layar agar penonton dapat melihat seluruh bagian gambar tanpa harus menggerak-gerakkan kepalanya ke samping, ke atas, ataupun kebawah; untuk itu dibutuhkan proyektor dan auditorium khusus. Gambar 4. Gedung bioskop tradisional (a) dan gedung dgn sistem cinerama yg asli (b) Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133
Sistem circarama yang menggunakan 11 proyektor menghasilkan suasana keterlibatan penuh pada penonton walaupun tidak dilengkapi tempat duduk, karenanya perlu dilengkapi pagar pegangan agar penonton tidak terjungkal. Gambar.5. Contoh gedung bioskop circarama; layar melingkar (370) 11 proyektor terpadu menghasilkan gambar yang saling menyambung. (Expo, Brussel-Belgia) Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133 Perkembangan lebih lanjut yang digunakan pada taman-tamana hiburan tertentu dan saat inipun terus dicoba di berbagai penjuru dunia yakni teknik audio-visual yang menggunakan beberapa proyektor otomatis untuk memproyeksikan gambar-gambar tetap dengan efek-efek auditorium dan sistem suara jalur-ganda magnetis (multi-track magnetic sound system) (lihat gambar.15). Sistem proyeksi TV saluran tertutup dimungkinkan melalui pengembangan dan peningkatan saluran elektronika; dapat menghasilkan gambar dengan ukuran 2430 x 1830. Dengan menggunakan layar Eidophor berukuran lebih dari 9 m x 12 m, juga memungkinkan gambar-gambar dapat diproyeksikan di atas layar tersebut.
Gambar 6. Ketentuan dasar ketingian auditorium Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133
38 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) a. Deskripsi pengguna dan kegiatan Bangunan Medan Cinema Building ini merupakan suatu gedung yang merupakan wadah suatu kegiatan menonton film dan kegiatan hiburan lainnya yang bernuansa cinema/ film. Pelaku aktifitasnya terdiri atas 3 kelompok yaitu pengunjung, pengelola dan service, sasaran pengunjung adalah masyarakat yang berasal dari seluruh penjuru kota Medan, baik masyarakat kota, maupun turis domestic atau mancanegara dalam rentang usia muda sampai tua. Kegiatan yang dilakukan dalam bangunan ini antara lain menonton, jalan-jalan, makan, dan kumpul-kumpul (bersosialisasi). c. Deskripsi persyaratan ruang dan kriteria ruang c.1. Peraturan perencanaan bioskop: c. 1.1. Pintu dan koridor Lebarnya memenuhi persyaratan untuk pintu darurat sebesar 100cm. Pintu-pintu membuka ke luar kearah aliran udara pada saat darurat.(lihat gambar. 4) Pintu-pintunya merupakan pintu bebas serta dapat menutup sendiri. Gambar 7. pintu dan koridor Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 130 c. 1.2. Tangga Bila lebar tangga lebih dari 1800 maka harus dirancang menjadi 2 jalur tangga dengan 1 pagar pegangan ditengahnya. Jumlah anak tangga yang diperkenankan tidak kurang dari 3 dan tidak lebih dari 16 anak tangga pada tangga langsung. Maksimum dua jalur tangga tangga tanpa belokan diperkenankan tetapi jumlah anak tangga dikurangi menjadi 12. Borders bagian atas, bawah, dan diantara dua jalur tangga harus memiliki lebar yang disyaratkan. c. 1.3. Tempat Duduk Ukuran tempat duduk bergantung pada jenis kursi dan jarak tempat duduk Gambar 8. Tangga Sumber: Neufert Data Arsitek 2,
Gambar 9. urutan tempat duduk Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal. 146
39 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) yang disyaratkan. Kursi bergaya tradisional membutuhkan jarak minimum 840 dan lebar 500. Kursi bergaya modern mempunyai ukuran yang bermacam-macam dapat membutuhkan jarak 1400 dan lebar 750. Tempat duduk biasanya disusun dalam deretan lurus atau melengkung. Jalan masuk ke auditorium, tempat duduk dapat berjenjang dari bawah ke atas melalui gang-gang (lihat gambar. 6). Blok deretan biasanya tidak lebih dari 14 kursi. Jarak dari layar ke deretan kursi terdepan ditentukan oleh sudut maximal yang diinginkan antara garis pandang deret tersebut dengan ujung atas layar dan tegak lurus dari layar ke titik tersebut. Sudut maximal yang disarankan adalah 30 - 35 (lihat gambar. 7). Batas sudut pandang 35 diatas garis horizontal akan menghasilkan jarak ke layar pada garis 1,43 x tinggi dari ketinggian mata deretan terdepan ke ujung atas layar. c. 1.4. Jalan masuk ke auditorium Pada tempat duduk berjenjang dapat dari bawah ke atas melalui gang ke atas atau dari belakang, masing-masing akan melalui persilangan gang-gang.(lihat gambar.8). Gang samping atau belakang perlu diperlebar untuk memudahkan jalan keluar dan untuk mengawasi penonton.
c. 1.5. Ruang Proyektor Biasanya dipisahkan menjadi kamar untuk menggulung dan memproyeksikan film yang dilengkapi ruang pengatur cahaya, ruang baterei, ruang tempat distribusi, listrik, ruang lampu sorot, bengkel, ruang pegawai, dan gudang, masing-masing cukup mempunyai luas antara 6-10 m. Bila yang digunakan hanya film tahan api (untuk keamanan), pintu keluar dapat dari dalam saja. Sedangkan bila yang digunakan film tidak tahan api, dibuat satu pintu Gambar 10. Ruang penonton Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal 146 Gambar 11. Jarak kursi Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal 147
40 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) keluar menuju ke ruang terbuka dan harus dibuat menara kaca dengan bukaan 0,19 m untuk setiap 640m dari film yang digunakan dan disimpan dalam ruang tersebut. Pintu keluar yang menuju ke tempat umum melalui lobby berventilasi yang terlindung. Ruang sirkulasi untuk pelayanan dan pintu keluar masuknya harus disediakan disekitar peralatan; panjang dinding depan sebesar 5500 x kedalaman ruang 3500 merupakan ukuran rata-rata. Lebar tangga dan pintu dapat dialalui peralatan; tinggi anak tangga tidak boleh lebih 190 dan lebar minimum 250 (lihat gambar 9).
Ukuran gambar pada layar bervariasi sesuai dengan sistem film yang dipakai, karenanya operator harus dapat menentukan ukuran yang diperlukan. Berkat kemajuan teknologi mengakibatkan munculnya berbagai ukuran tinggi maupun lebar gambar, dimana ukuran lampu yang digunakan ditentukan oleh efek maksimum luas gambar yang diperoleh dengan menggunakan rasio luas setara yang berbeda. Bila menggunakan film 70 mungkin membutuhkan layar yang lebih lebar. Lebar layar maksimal yang biasa dipakai adalah 20 m untuk film 70 dan 13 m untuk film 35. Ukuran layar harus sebesar mungkin sesuai ukuran maksimumnya atau hingga mencapai lebar tempat duduk, pilih yang lebih kecil; dan rasio (nisbah) lebar layar terhadap jarak pandang maksimal sebaiknya dari 1:2 sampai 1:3. Disarankan memungkinkan penggunaan panjang lensa standart dari menghindari gambar yang terlalu kecil. Gambar yang lebih lebar akan memerlukan lensa-lensa khusus (lihat gambar 12).
Gambar 12. Diagram ruang proyektor Sumber : Neufert Data Arsitek 2, Hal. 131
Gambar 13. Rasio film yang umum Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 131
41 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Untuk menghitung lebar gambar yang diperoleh dari lensa tertentu dapat menggunakan rumus: Lebar =lebar kerangka alat mempertajam film x panjang sorotan Panjang titik api lensa Untuk proyektor anamorphis (cinemascope) layar lebar, perhitungannya: Lebar =lebar kerangka alat mempertajam film x panjang sorotan x 2 Panjang titik api lensa Layar lengkung mulanya dikembangkan untuk mengatasi pecahnya cahaya yang terpantul dari layar datar. Bioskop modern dengan bahan layar yang baik dapat memanfaatkan lengkungan layar tersebut untuk mengurangi sejumlah distorsi yang tajam pada garis pandang di sisi layar. Kenaikan tinggi lantai yang terlalu besar dapat menimbulkan masalah pada penajaman (fokus) gambar diseluruh bagian layar. Jari-jari untuk layar lengkung biasanya 75% - 100% dari jarak sorotan gambar, sedangkan kenaikan lantai tidak lebih dari 10 12% dari lebar kenaikan tersebut (lihat gambar 10).
Gambar 14. Rancangan proyeksi film: titik pandang pada layar: garis deformasi-sama (iso- deformasi)=batas arah tempat duduk dimana penonton akan melihat distorsi yang sama; bentuk hiperbola didefinisikan pada rancangan tersebut oleh garis asymtot dari satu titik pada layar; pada zona I ada distorsi tetapi tidak terasa dari tempat duduk yang berada dalam daerah hiperbola: jarak horizontal minimum dari titik puncak ke layar ditentukan oleh batasan sudut vertikal dari mata penonton di baris terdepan ke arah puncak layar yang maksimum 30-35: pada zona II distorsi terasa tetapi masih dapat diterima dari deretan kursi-kursi yang berada di luar zona I; zona III (deretan kursi terletak diluar bagian zona II) distorsi tidak dapat diterima dan biasanya penonton akan menolak diletakkan di tempat tersebut. Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 131
42 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) c. 1.6. Tata Letak Selain ruangan umum, auditorium dan panggung, diperlukan juga ruang penunjang lainnya: Ruang untuk mesin 25 30 m2 Gardu listrik 28 38 m2 R. pegawai 45 m2 R. Proyektor 19 25 m2 K. mesin ventilasi 20m2 Gudang untuk kios 10 15 m2 R. pengelola 38 m2 3 ruang penyimpanan 28 m2 R. untuk bengkel kerja, dll 40 m2 (Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 132)
c. 1.7. Sistem Pencahayaan Pencahayaan hiasan dan setiap lampu sorot ruang auditorium harus dapat dipadamkan selama berlangsungnya pertunjukan film, sedangkan bagian-bagian umum lainnya tetap menyala selama diperlukan. Pencahayaan untuk membersihkan ruang auditorium dan serambi: dimana sistem auditorium digunakan sebagai pencahayaan darurat dengan pengawasan pihak pengelola. Pengaturan pencahayaan auditorium dan ruang-ruang penyelamatan darurat seluruh bangunan, dengan cara merancang jumlah cahaya yang dibutuhkan untuk gang dan tempat duduk selama berlangsungnya pemutaran film (cahaya tersebut tidak terpantul ke layar maupun dinding-dinding). Cahaya minimum pada persilangan gang adalah 5,35 lux secara terus-menerus. Pencahayaan darurat untuk seluruh tempat-tempat umum, ruang-ruang utama untuk pegawai dan ruang-ruang penyelamat darurat; harus menjadi bagian dari sistem yang diatur secara terpadu. Seandainya aliran listrik utama terputus, maka sistem tersebut harus dapat memberikan cukup cahaya sehingga memungkinkan para pengunjung dan semua pegawai dapat meninggalkan gedung dengan aman.
Gambar 15. Diagram sirkulasi Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 132
43 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) c. 1.8. Sistem ventilasi dan pendingin ruangan Kebutuhan sirkulasi udara bersih dan segar diperhitungkan berdasarkan jumlah orang yang memanfaatkannya dan bervariasi dari 70 sampai 93m3/ jam per orang di ruang auditorium dan sistem penyaringan udara dapat menyaring 75 % dari udara yang masuk. Bila dipasang peralatan atau mesin pendingin, maka setidak-tidaknya jumlah udara yang ada harus berupa udara segar, dimana lebih dari 50% udara dapat tersaring dan dialirkan kembali. Udara yang masuk ke dalam ruang haruslah dipanaskan terlebih dahulu; sistem pendorong udara umumnya menggunakan saluran pembagi udara pada bagian dinding layar dan penyaring di ruang auditorium di pancarkan pada pojok-pojok belakang ruangan agar berkas cahaya dariproyektor tidak menyinari udara yang sudah tersaring tersebut.
c. 1.9. Sistem Pengaturan Suara Dengan ditemukannya sistem peneraan optis Dolby untuk mengatasi permasalahan perekam suara magnetis pada film. Suara stereo di sepanjang bagian layar dan ke depan maupun ke belakang layar dan jalur ke-6 untuk pengeras suara auditorium. Layar lebar dan sumber suara samping dapat menimbulkan masalah akustik; umumnya utuk gedung-gedung bioskop yang memantulkan suara, garis pantul bunyinya tidak boleh melebihi garis bunyi langsung lebih dari 15 m.
c. 1.10.Gambar Proyeksi pada bioskop Keamanan film lebih perlu untuk ruang proyektor tanpa penyekat kebakaran. Peragaan film melayani banyak proyektor, letak ruang proyektor adalah ruang kecil (bukan persinggahan penonton), proyektor di belakang dan disisi. Tinggi ruang proyektor 2,80 m, ventilasi, dan peredam suara untuk ruang penonton. Ruang proyeksi disesuaikan dengan banyaknya ruang penonton. Lebar film 16 mm, 35 mm, dan 70 mm. Tengah sinar proyeksi harus tidak membias lebih dari 5 horizontal dan pembias (lihat gambar.15). Secara konvensional dipertunjukkan mempunyai dua proyektor dalam pengaturan pergantian dua adegan secara perlahan. Seluruh dunia melaksanakan (usaha) otomatis satu proyektor dengan piringan film horizontal untuk pertunjukan yang tak pernah berhenti dari 4000m kumparan, pada ruangan pertunjukan yang banyak dikendalikan secara jarak jauh, dari titik proyeksi secara otomatis ada sinyal kendali dari film untuk proyektor, perubahan objek, lampu bangsal, lampu panggung, tirai dan perlindungan gambar.
44 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
c. 1.11. Besar Gambar Tergantung pada jarak proyektor dengan layar proyektor dan perbedaan tinggi sisi 1: 2,34 (cinemascope) atau 1: 1,66 (layar gambar) pada ruang terkecil. Sudut pandang untuk kursi terakhir sisi luar gambar pada cinemascope harusnya tidak melewati 30 =jarak kursi terakhir dinding gambar = 3:2 (lihat gambar 16&17). Layar proyeksi : jarak layar proyeksi dari dinding THX minimal 120 cm pada setiap theatre besar dan sistem tidak kurang sampai 50 cm ke susunan sistem suara.
c. 1.12. Layar Proyeksi: Jarak layar bioskop dari dinding THX setidaknya sebesar 120cm tergantung besar theatre dan sistem kedap suara sampai 50 cm digantung ke sistem pengait. Layar proyeksi berlubang (dapat ditembus suara). Penyorotan film bergerak atau layar terbatas pada layar proyeksi pada ketinggian layar yang sama. Layar proyeksi besar diatur dengan radius ke Gambar 17. Bentuk layar pada ketinggian yg sama Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal. 146 Gambar. 18. Bentuk layar lebar yang sama Sumber: Neufert Data Arstitek 1, Hal. 146 Gambar. 16. Ruang penonton optimal Sumber : Neufert Data Arsitek 1, Hal. 146
45 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) urutan kursi terakhir. Sisi bawah layar proyeksi seharusnya terletak minimal 1,20 m di atas lantai. c. 1.13. Ruang Penonton: Ruang penonton mendapat penerangan darurat tanpa terkecuali. Dinding langit-langit terbuat dari material bebas refleksi, tidak membentuk warna terang. Pengunjung duduk di pertengahan sisi luar layar. Dari urutan kursi pertama ke tengah layar seharusnya tidak melebihi sudut pandang 30. Kemiringan lantai dengan kecondongan 10%, atau melalui sebuah tangga maksimum. 16 cm tinggi dari tangga pada koridor yang lebarnya 1,20 m. Pada tiap koridorboleh diatur sampai 16 tempat duduk
c. 1.14. Akustik: Ruang penonton yang berdekatan dipisahkan dengan dinding pemisah kira-kira 85dB 18-20.000 Hz. Sedangkan penghantar bunyi dilangit-langit memiliki sedikit perbedaan waktu putar bunyi. Waktu gema bisa meningkat dengan bertambahnya volume ruang dan berkurang dari frekuensi rendah ke tinggi, dari 0,8 - 0,2 /detik. Dianggung layar belakang dari kursi terakhir seharusnya dipasang peredam gema. Pengeras suara dibagi atas ruang, perbedaan berat suara antara urutan kursi tidak lebih pertama dan terakhir 4dB.
d.1. Cineplex Yaitu suatu kompleks bioskop dimana dalam satu bangunan terdapat beberapa ruang yang dapat memutar beberapa film sekaligus. Berasal dari dua kata bahasa Inggris yiatu Cinema dan Plexus. Cinema berarti geedung bioskop sedangkan plexus berari jaringan, rangkaian, gabungan (John. M Echois, 1975). Kebutuhan ruang pada Cineplex adalah: 1. Lobby/ Ruang tunggu 2. Loket 3. R. Penonton/ R. Studio 4. R. Pegawai 5. R. Proyektor 6. Gudang 7. R. Keamanan
46 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) d.2. Food Court Yaitu fasilitas penunjang gedung cinema, tempat duduk dan menyajikan makanan yang beragam. Ruang yang dibutuhkan: 1. Ruang makan/ minum 2. Dapur 3. Kasir 4. Ruang cuci tangan 5. Ruang pengelola/ pegawai
d.3. Restaurant Fast Food Memiliki fungsi yang hampier sama dengan food court hanya saja menyediakan makanan siap saji. Ruang yang dibutuhkan: 1. Ruang makan/ minum 2. Dapur 3. Kasir 4. Ruang cuci tangan 5. Ruang pengelola/ pegawai
d.4. Amusement centre Yaitu pusat hiburan yang berkaitan dengan ketangkasan elektonik. Ruang yang dibutuhkan: 1. Ruang penukar koin dan hadiah 2. Arena permainan 3. Gudang 4. R. pengelola
d.5. Cinema Lobby Berfungsi sebagai ruang untuk ajang promosi, pameran, pertunjukan musik, pers conference, dan sebagainya. Ruang yang dibutuhkan adalah atrium besar yang merupakan ruang pamer
47 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) d.6. Retail Merupakan fasilitas penunjang yang menjual VCD, Laser Disc, cassette atau CD soundtrack film dan merchandise yang berhubungan dengan film atau cinema. Ruang yang dibutuhkan: 1. Display/ ruang pamer 2. Kasir
d.7. Souvenir Shop Merupakan fasilitas penunjang yang menjual barang-barang souvenir yang berkaitan dengan Medan Cinema Building, seperti accecories, key holder, dan semacamnya. Ruang yang dibutuhkan: 1. Ruang display 2. Kasir
2.4 DESKRIPSI KEBUTUHAN RUANG Fasilitas dalam Family Entertainment Cinema ini antara lain : a. Cineplex Yaitu suatu complex bioskop dimana dalam satu bangunan terdapat beberapa ruang yang dapat memutar beberapa film sekaligus. Cineplex berasal dari suku kata Bahasa inggris yaitu Cinema dan Plexus. Cinema berarti gedung bioskop dan plexus berarti jaringan, rangkaian, gabungan 7 Merupakan bioskop kecil atau bioskop hanya untuk keluarga yang didalamnya memuat 8-10 orang. Ruang yang dibutuhkan untuk home theaters ini antara lain, lobby, loket, ruang tunggu, ruang antrian, ruang penonton / ruang studio, ruang pegawai / ruang pengelola, ruang simpan film, took makanan. ( john, m. echois, 1975 ). Kebutuhan ruang cineplex ini antara lain, lobby / hall, loket, ruang tunggu, ruang antrian, ruang penonton / ruang studio, ruang pegawai, ruang simpan film, ruang gulung film, ruang tata suara, ruang tata cahaya, panggung, ruang proyektor, took makanan, gudang, ruang keamanan, toilet. b. Home Theaters 8
7 john, m. echois, 1975 8
c. Amusement Center
48 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Merupakan fasilitas hiburan yang berkaitan dengan ketangkasan elektronik. Ruang yang dibutuhkan untuk amusement center ini antara lain, ruang penukar koin dan hadiah, arena permainan, ruang antrian, gudang, ruang pengelola / ruang pegawai, toilet. d. Retail dan Souvenir Shop yaitu fasilitas yang menyediakan barang barang yang berhubungan dengan per-cinema-an dan per-film-an dan barang barang yang berhubungan dengan Family Entertainment Cinema. Yang menyediakan VCD, DVD, accecories, dan lain sebagainya. Ruang yang dibutuhkan yaitu retail shop, display, ruang pamer, kasir dan gudang. e. Restauran Yaitu fasilitas yang menyediakan aneka jenis makanan dan minuman. Ruang yang dibutuhkan yaitu entancehall, pantry, ruang makan / minum, dapur, ruang makan private, gudang kering / basah, kasir, ruang cuci, ruang ganti / locker, toilet, ruang pegawai / pengelola.
2.5 PROYEK SEJENIS A. Cineplex Sun 21 ini berlokasi di Sun Plaza Medan dengan luas total 1490 m2. Dalam kegiatan pemutaran film, cineplex ini termasuk kategori kelas B, waktu pemutaran 4 (empat) show setiap hari dan 5 (lima) show pada hari sabtu dan minggu. Kapasitas studio 1 adalah 244 org, studio 2 sebanyak 195 org, studio 3 dan 4 sebanyak 132 org. Fasilitas yang disediakan di cineplex ini antara lain kantin jajanan dan game centre. Menggunakan kursi jenis lux, dapat menampilkan berbagai jenis film dalam satu studio, baik film normal, cinemascope dan widescreen. Menggunakan sound system SRD EX (Surround Digital EX).
49 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Tanggapan : dari hasil studi banding terhadap sun 21 dapat ditarik kespulan bahwa perlunya sarana penunjang fasilitas utama seperti kantin dan game centre untuk tempat para pengunjung menunggu jam tayang film. Yang mungkin dapat diterapkan pada bangunan Medan Cinema Building yang akan dirancang adalah fungsi fungsi lain yang menunjang kegiatan di dalam. Susunan ruang yang persegi digunakan untuk efiseinsi ruang dengan kapasitas yang tidak begitu banyak. B. bfi imax, London BFI didirikan pada tahun 1993 untuk mempromosikan, mengapresiasikan dan memasuki dunia kebudayaan film dan televise. Mereka merupakan pemeliharaan terbesar arsip arsip film didunia dan pemimpin dunia restorasi dan preservasi film. Dimulai pada tahun 1935, koleksi termasuk lebih dari 275.000 film, 210.000 program TV, 7 juta fotografi, dan 15.000 poster. Pada penambahan arsip mereka, mereka memajukan kembali secara internasional Nationala Film Theatre dan London film Festival, BFI IMAX Cinema, dan sumber pustaka dan pendidikan film terbesar dunia. Mereka juga masih sebagai perigkoleksi film dan poster film terbesar didunia. Material arsip arsip dapat dilihat melalui eksibisi dan layar cinema. Gambar. 26. Sun 21 Sumber : Observasi
Game centre sebagai fasilitas penunjang
50 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) BFI IMAX berada di kota London, United Kingdom, didirikan pada tahun 1999 oleh arsitek Bryan Avery of Avery Associates. Bfi IMAX Cinema merupakan gedung cinema 3 dimensi , yang memiliki 477 kursi. Merupakan layer cinema terbesar di UK dengan tinggi layar 20m dan lebar layar 26 meter, dilengkapi de- ngan digital surround-sound system sebesar 11,600-watt. Menggunakan sistem proyeksi IMAX (sistem proyeksi film ternama di dunia), gambar yang lebih nyata dan ultra realistic digital sound membuat pengunjung serasa berada di dalam film. Auditoriumnya terdiri atas 14 baris kursi yang dapat melihat ke layar dari sisi mana saja, bahkan nyaman untuk anak-anak. Terdapat juga buffets, coffe atau refreshments sebagai penunjang cinema ini. Lobby nya dipenuhi dengan lightbox untuk iklan dan signage. Cinema ini juga ditunjang dengan efek lighting yang memukau. Langit- langit yang tinggi membeikan kesan jarak dan suasana sekeliling yang cerah. Gedung cinema ini menggunakan kecanggihan teknologi pada bangunannya. Sudah terdapat jalur-jalur untuk orang cacat yang menggunakan kursi roda untuk beraktifitas di dalam bangunan. Denah bfi imax:
Gambar 19. bfi imax
Gambar 20.Bfi imax Sumber : www.Bfi_imax.com
Gambar 21. Interior theatre
Gambar 22. Denah Bfi IMAX Sumber : www.Bfi_imax.com
51 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Tanggapan: dari hasil studi banding terhadap Bfi IMAX London ini, didapat kesimpulan bahwa gedung Cinema Bfi IMAx london mengolah ruang dalam dengan ketentuan standart ruang cimena , memkasimalkan jumlah baris kursi yaitu 14baris. Ruang dalam theatre menggunakan langit-langit yang tinggi untuk memberikan kesan keterlibatan dalam suasana yang dilihat. Bentukan bulat didapat dari site bulat yang dkelilingi jalan sehingga bentukan bulat diambil untuk menyusaikan dengan sitenya. Denah theatre berbentuk persegi untuk memaksimalakn jumlah kursi penonton. Ruang dalam theatre menggunakan langit-langit yang tinggi untuk memberikan kesan keterlibatan dalam suasana yang dilihat. C. TheatER IMAX Keong Emas Diresmikan oleh Presiden RI pada 20 April 1984 berada di Taman Mini Indonesia Indah. Bentuk bangunan yang berarsitektur unik dengan bentuk cangkang keong (shell-structure) yang dilatar belakangi oleh cerita rakyat (pulau Jawa) yang melegenda Keong Emas. Sebagai sarana rekreasi yang mengetengahkan nuansa seni dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun pelestarian lingkungan yang dikemas ke dalam bentuk hiburan dengan media audio-visual (film). Hanya satu-satunya di Indonesia. Menggunakan teknologi proyektor IMAX. Kecanggihan dari proyektor IMAX adalah kualitas gambar yang dihasilkan dimana penonton diajak atau seolah-olah penonton berada dalam adegan tayang. Hasil gambar sempurna itu, karena didukung oleh: Diresmikan oleh Presiden RI pada 20 April 1984 berada di Taman Mini Indonesia Indah. Bentuk bangunan yang berarsitektur unik dengan bentuk cangkang keong (shell-structure) yang dilatar belakangi oleh cerita rakyat (pulau Jawa) yang melegenda Keong Emas. Sebagai sarana rekreasi yang mengetengahkan nuansa seni dan budaya, ilmu Gambar 23. Keong Emas Sumber : www.Keong Emas.com
Gambar 23. Keong Emas Sumber : www.Keong Emas.com
Gambar 24. Proyektor IMAX
52 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) pengetahuan dan teknologi maupun pelestarian lingkungan yang dikemas ke dalam bentuk hiburan dengan media audio-visual (film). Hanya satu-satunya di Indonesia. Menggunakan teknologi proyektor IMAX. Kecanggihan dari proyektor IMAX adalah kualitas gambar yang dihasilkan dimana penonton diajak atau seolah-olah penonton berada dalam adegan tayang. Hasil gambar sempurna itu, karena didukung oleh:
1. Format film 70 mm- system proyektor horizontal, rooling loop, Xenon 15 Kw 2. Layar raksasa yang berukuran 21,5 m x 29,3 m (flat pasif screen), pernah tercatat dalam The Guiness Book of Records 1984 - 1994. 3. Sound system atau tata suara digital (sonics) Ruang Theatre yang nyaman ber-AC dengan daya tampung 920 kursi kelas ekonomi dan 36 kursi kelas VIP/ balkon. Tempat duduk yang diatur bertingkat dengan sudut kemiringan 20. Rentang pandang ke layar tidak kurang dari 50 dan tidak kurang dari 135. Fasilitas indoor: 1. Show case koleksi cangkang keong yang berasal dari beberapa pantai di perairan wilayah Indonesia 2. Souvenir Shop 3. Soft drink corner 4. Toilet
Fasilitas outdoor: 1. Halaman parkir kendaraan yang luas 2. Taman yang rindang 3. Dekat dengan lokasi pusat jajanan- makanan Gambar 24. Proyektor IMAX
Gambar 25. Interior theater
53 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Sistem Akustik: 1. Lebar layar (21,5 x 29,3 m) 2. Tempat duduk dengan kemiringan 20 25 3. Kapasitas tempat duduk 880 orang lebih 4. Lebar film 70mm 5. Daya suara berkekuatan 6.200 Watt 6. Dinding terbuat dari lapisan wallflex / gypsum glasswoll dan kain karung berwarna hitam dengan ketebalan 15 cm. Tanggapan : dari hasil kesimpulan terhadap theatre IMAX Keong Emas, didapat kesimpulan bahwa theatre ini mengunaka teknologi tingkat tinggi pada bagian theatrenya yang menggunakan kecanggihan proyektor IMAX yang dapatmembuat gambar terlihat nyata. Susunan ruang dalamnya berbuntuk melingkar terhadap proyektor. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi akustik. Yang mungkin dapat diterapkan pada banguna Medan Cinema Building adalah penerapan susunan ruang (tempat duduk ) pada theatre IMAX yang melingkar pada layer. Bentukan bangunan yang elips melingkar dimaksudkan untuk dapat memenuhi kapasitas yang banyak dalam 14 baris maksimal. Table perbandingan proyek sejenis No Unsur yang dibandingkan Proyek 1 Proyek 2 Proyek 3 Kesimpulan 1. Ruang dalam Kapasitas 477 seat Selain theatre terdapat juga caf, buffet dan cofee shop
Bentuk ruang persegi Kapasitas 920 seat Terdapat souvenir shop, soft drink corner
Bentuk ruang eliips Kapasitas total 700 seat terbagi atas 4 studio Terdapat game corner dan kantin
Bentuk ruang persegi Untuk theatre IMAX kapasitas seat 300-400 kursi Untuk theatre konvensional berkapasitas 100-200 seat Bentuk ruang persegi untuk efisiensi ruang
54 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
2. Ruang luar Berada ditengah jalan kota seperti ditengah bundaran
Parkir kendaraan di lapangan parkir dan gedung parkir Merupakan kompleks Taman Mini Indonesia Indah Parkir kendaraan di lapangan parkir Merupakan bagian dari Sun Plaza
Parkir kendaraan di bangunan parker Sun Plaza Parkir kendaraan sebagian pada lapangan parkir dan sebagian menggunakan bangunan parkir 3. Style bangunan Modern dengan penggunaan material kaca dan baca di sekeliling bangunan Modern metafora dari bentuk keong yang merupakan cerita legenda rakyat Jawa Modern Modern-neo vernacular 4. Struktur Truss frame Cangkang Truss frame Truss beam 5. Utilitas Sistem mekanikal elektrikal dan akustik menggunakan teknologi canggih,Tangga kebakaran, fire hydrant,jalur penyandang cacat Sistem mekanikal elektrikal dan akustik menggunakan teknologi modern, jalur evakuasi kebakaran Sistem mekanikal elektrikal dan akustik menggunakan teknologi modern, jalur evakuasi kebakaran Menggunakan sistem mekanikal elektrikal dan akustik yang modern dan penggunaan jalur-jalur darurat untuk keselamatan pengunjung
55 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) BAB III ELABORASI TEMA III.1 ELABORASI TEMA III.1.1 Alasan Pemili han Tema Bentuk bangunan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan. Hal ini penting karena dalam bangunan komersial bentukdan estetika bangunan lebih berperan untuk kemudahan dalam memberikan kesan dan daya tarik, disamping tetap memperhatikan fungsi ruang dan sistem struktur yang ada dalam bangunan tersebut. Pengambilan tema Ekspresionisme Disain dalam Arsitektur pada Cinema Entertainment adalah untuk menampilkan bentuk bangunan yang dapat mengkomunikasikan perasaan dan emosi yang tercipta pada fungsi tersebut sehingga bentukan bangunan dapat lebih bervariasi dan memiliki daya tarik yang kuat.
III.2 TINJAUAN UMUM III.2.1 Pengertian Ekspresionis Ekspresionis berasal dari kata ekspresi. bebrapa pengertian ekspresi : maksud reaksi dari interpretasi terhadap suatu objek hasil perpaduan / kombinasi dari unsur, garis, bidang tekstur dan warna dari bentuk- bentuk arsitektur yang menghasilkan suatu pengungkapan maksud dan tujuan bangunan secara meyeluruh pernyataan atau pengungkapan perasaan
Beberapa pengertian Ekspresionisme : Melukiskan dasar-dasar emosi paling dalam dari diri seorang seniman, sedih, marah, takut, dsb Aliran yang dominan di Eropa Utara sekitar tahun 1905-1925. Dalam arsitektur, merupakan kelanjutan dari Art Nouveau dan berlanjut setelah perang dunia kedua sebagai Brutalisme. Bangunan tidak harus fungsional tetapi menciptakan sensasi dari bentuk-bentuk abstrak.
56 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Aliran dalam seni pada awal abad 20 yang menekankan pada ekspresi subjektif dari pembuatannya Aliran yang menyatakan perasaannya melalui gubahannya, rasa benci, rasa cinta Suatu gaya sekitar Perang dunia I yang sangat pribadi, dan sering dieksekusi dengan kegairahan yang kejam
III.2.2 Perkembangan Aliran Ekspresionisme A. Tinjauan umum Perkembangan arsitektur pada awal abad 20 sangat dipengaruhi oleh keadaan dan suasan politik pada saat itu. Di Eropa terjadi suatu keadaan yang bertentangan dengan kenyataan pada saat itu. Kemandekan ekonomi yang hanya menguntungkan orang-orang kaya, rezim politik yang berkuasa dengan otoriter, suasana yang hancur-hancuran akibat perang mengakibatkan kemelaratan dan kemiskinan rakyat. Namun hal ini semua tertutupi oleh bangunan-bangunan baroque yang megah. karya-karya sastra yang gemilang lukisan- lukisan dan sclupture yang sama sekali tidak mengisyaratkan kebobrokan keadaan pada saat itu. Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya reaksi dari kalangan seniman. Mereka dengan tegas menyatakan perang terhadap seni dari masa lalu: Medieval, Classical, Gothic, Art Nouveau, Romanticism, Impresionist. Berbagai penemuan baru dan inovasi teknologi pada saat itu turut mendorong munculnya usaha-usaha untuk menggantikan seni masa lalu dengan pencarian terhadap paradigma seni yang baru yang berdasarkan pada tingkah laku dan perubahan zaman. Pendiri Deutsche Werkbund pada tahun 1907 oleh arsitek Jerman, Hermann Muthesius, memberikan kontribusi yang penting bagi konsep baru dalam desain industri, yang sebenarnya berupaya meningkatkan kualitas fabrikasi industri Jerman dengan memadukan Seni dan Industri. Seiring dengan semangat Werkbund ini, muncul aliran-aliran baru yang berperan penting dalam usaha mendefenisikan Arsitektur Baru yang melengkapi pendekatan yang didefenisikan oleh Walter Gropius dan Bruno Taut. Aliran-aliran tersebut diantarnya: Cubisme, yang berkembang di Prancis pada tahun 1907
57 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Merupakan gerakan artistik sebagai reaksi terhadap penggunaan seni bargambar oleh kaum borjuis yang mengandung maksud - maksud politik. Aliran ini meningkatkan penggunaan bentuk - bentuk abstrak yang bermaksud memurnikan seni, yang berpengaruh terhadap sclupture, seni graphis, lukisan dan arsitektur Futurism, berkembang di Italia pada tahun 1909 Merupakan gerakan dalam sastra yang mempengaruhi kelukisan, sclupture dan arsitektur. Manifesto futuris ini secara puitis berusaha menggebrak dan melepaskan diri dari konsep- konsep statis kuno demi dinamisme yang modern Ekspresionisme, berkembang di Jerman pada tahun 1914 Merupakan usaha penarikan diri ke minat artistik yang bersifat emosional dan sangat pribadi. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap keadaan Jerman yang hancur-hancuran akibat perang. Merupakan gerakan dalam seni lukis, seni musik, sastra dan arsitektur.
B. Ekspresionisme secara umum Seni dimana emosi merupakan pertimbangan yang dominan diklasifikasikan kedalam ekspresionisme. Ekspresionisme memandang sesuatu kepada dunia yang mengungkapkan emosi dan pernyataan-pernyataan secara psikologi dari pada memandang dunia sebagai refleksi dari warna. Para ekspresionis sadar sepenuhnya terhadap dunia nyata, tetapi menolak ide klasik yang menganggap seni sebagai imitasi dari alam, mereka menggali kedalam alam pikiran, spirit dan imajinasi. Mereka setuju dengan diktum Goethe bahwa perasaan adalah segalannya. Lukisan ekspresionisme lebih fokus kepada psikologi dari pada alam, melukiskan dunia yang sukar dipahami dengan tehnik baru dan simbol-simbol baru, penggunaan warna - warna yang bertentangan dan bentuk-bentuk yang tidak lazim. Dissonansi yang berdentum pada musik ekspresionisme bermaksud untuk membangukan dari pada melenakan pendengarnya dan sastra ekspresionisme bermaksud mengejutkan pembacanya dengan pengungkapan pernyataan yang subjektif secara fisik maupun psikologi. Untuk mengungkapkan reaksinya terhadap hal-hal fisik, psikologi dan spritual, para ekspresionis mengubah dan memberi warna pada imajinasinya menurut perasaannya.
58 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
C. Sejarah Bruno taut , pencetus teori Eksprsionisme berpendapat bahwa masyarakat yang baru hanya akan dapat dicapai melalui kebangkitan kembali arsitektur dan seni bangunan yang menawarkan sintesis kebudayaan dari setiap ilmu yang terlibat didalamnya. Visi taut tentang reunifikasi seni dan arsitektur ini dilatar belakangi oleh Deutscher Werkbund pada tahun 1907 yang dibawah komando pendirinya Herman Muthesius, berupaya untuk mendekatkan seni di Jerman dengan industri yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas desain dan fabrikasi Jerman. Visi Taut ini diwujudkan melalui sebuah kelompok yang disebut Arbeitsratfur Kunst (or soviet for art). Ide-ide kelompok ini diwujudkan melalui sebuah jaringan surat menyurat diantara anggota-anggotanya yang disebut Dieglaserne Kette atau Glass Chain. Diantaranya termasuk Bruno taut, Walter Gpropius dan Han Scharoun. Arsitek lainnya seperti Hans Poelzig melalui Grosse Schauspielhaus di Berlin, 1919, dan Erich Mendelsohn melalui Einstein Tower di Postdam 1917-1921 secara tepat mewujudkan ide ini ke prakteknya. Arsitektur ekspresionis mencapai puncaknya pada tahun 1918-1921, yaitu pada masa Jerman mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah yang merupakan ekses dari kekalahan Jerman pada perang dunia I. Pada saat itu nyaris tidak ada bangunan baru sehingga para arsitek hanya bebas menciptakan dan memabngun dalam alam khayal. Arsitektur ekspresionis dipengaruhi oleh isu-isu pokok yaitu biomorphic, geomorphic, Gambar 3.1. Diagram Pengertian Ekspresionisme Sumber ; Hasil Olah Data Primer
59 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) yang terpenting yaitu makhluk (the creatur), seperti yang terlihat pada karya Erich Mendelsohn (Einsten Tower), Gua (the Cave), seperti ayng terlihat pada karya Poelzig (Grass Schauspielhaus) dan Kristal (the crystal) yang terlihat pada karya Bruno taut (Glass Pavilion). Aliran ini perlahan mulai menghilang akibat gempuran-gempuran dari ide-ide lain yang lebih dekat dengan realita kehidupan modern. Puncak kekalahan ekspresionisme terjadi pada tahun 1928, pada Congres Internationaus d Architecture Moderne (CIAM) di La Sarraz, Switzerland. Salah seorang arsitek Ekspresionis Hugo Haring yang konsern terhadap bentuk non-normative mengalami kekalahan dari Le Corbusier yang pada saat itu memproklamasikan arsitektur yang fungsinal dan bentuk-bentuk murni geometris sebagai dasar dari arsitektur modern.
III.2.3 Karateristik Ekspresionisme Ciri-ciri ekspresionisme berdadarkan buku Ruang dalam Arsitektur oleh Cornelius Van De Yen adalah sebagai berikut : Irasional Ini merupakan pembelokan dari filsafat objektif dan konsep-konsep statis mengenai ruang yang lebih mengarah ke subjektifitas Emosional Dalam pemikirannya, lebih mengutamakan emosi dari pada nalar Antopomorfik Proyeksi simbol-simbol organisme kedalam masa arsitektural dimana bangunan dianggap makhluk yang hidup yang menghasilkan bentuk-bentuk organik dengan garis melengkung dan kurva-kurva Kristalin Perwujudan terhadap artistik kristal yang angular dan multi faset. Wujud-wujud angular mereka merupakan pambagian secara sadar atas geometri sederhana dari kubus, kerucut piramida dan sebagainya Utopian Ini diakibatkan oleh tendensi pada saat itu yang merupakan keputusasaan akibat perang. Banyak bangunan yang tidak dapat tercipta direalita sehingga para arsitek membangun
60 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) dalam alam khayal Monumental Bagian utama dari komposisi arsitektural biasanya terdiri dari sebuah masa yang sentral, dominan dan menjulang
III.2.4. Karateristik Ekspresionisme Melalui Karya Masa Arsitek Karya Ciri-ciri Ekspresionis Awal
Mchael de Klerk EigenHaard haousing , 1913-1920, Amsterdam Menciptakan mbentuk-bentuk kurva dengan menggunakan bata untuk menciptakan sudut-sudut yang dibulatkan Bruno Taut Glass Pavilion, 1914 Cologne, Jerman Penggunaan bahan kaca. Atapnya berupa kubah persegi yang terbuat dari kaca sehingga befungsi untuk memasukkan cahaya kedalam ruangan. Dinding terbuat dari glass block, denah berbentuk bulat Erich Mendelsohn Einstein Tower, 1917-1921, Postdam Menonjolkan efek platis dari beton untuk menciptakan bentuk sclupture yang berbentuk mahkluk yang berotot dalam posisi yang siap menerkam. Atap kubah dipuncak diasosiakan sebagai kepala dan bukaan jendela ditarik kedalam diasosiasikan sebagai mata. Bangunan ini juga menggunakan susdut-sudut yang dibulatkan.
61 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Hans Poelzig Grosse Schauspielhaus, 1919, Berlin Menonjolkan interior dalam bertujuan membawa orang kealam mimpi. Berusaha menggambarkan gua tempat hidupnya Zarathystranya Nietzche yang dipercaya tempat lahirnya agama dan seni. Foyernya berbentuk sirkulasi mengelilingi kolam. Puncaknya raungan teater yang langit-langitnya penuh dengan barisan stalagnit- stalagnit ayng tebal yang dicat merah menggantung dengan ratusan lampu warna-warni yang disembunyikan disuatu kedalman, memberi kesan berkilau Ekspresionis Akhir Walter Gropius Monumen buat pekerja yang tewas, 1921 Monumen ini terbuat dari beton yang dibentuk bergerigi Fritz Hoger Chilehaus, 1923, Hanburg Dibangun di site yang berbentuk segitiga dipusat kota Hanburg. Atap pada salah satu sudut dilancipkan keatas seolah-olah menggambarkan bubungan kapal, menyimpulkan Hanburg sebagai kota pelabuhan
62 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Hugo Haring Cow Shed on the Garkau farm, 1924- 1925, Lubeck, Jerman Penggunaaan atap dan sudut yang dibulatkan. Dinding bata yanghorizontal kontras dengan papan-papan vertikal pada loteng jerami dan gudang di cat hijau pada akhir 1930-an Awal kebangkitan Ekspresionisme Hans Scharoun Berlin philharmonic, 1956-1963 Berbentuk seperti gelombang dengna dinding bertekstur berwarna kuning dan ujng atapnya yang dilancipkan Jorn Utzon Sydney Opera haouse, 1956-1973, Sydney Menggunakan efek plastis dari beton. Mengibaratkan kapal yang sedang berlabuh Eero Saarinen TWA JFK Airport, 1956-1962, AS Menggunakan efek plastis dari beton untuk menggambarkan burung raksasa yang siap terbang. Dengan ruang ruang yang mengalir yang diibaratkan sebagai urat nadi dari burung tersebut
3.3 INTERPRETASI TEMA Ekspresionis, melukiskan perasaan yang paling dalam, emosi, sedih, marah dan sebagianya. Ekspresi merupakan cabang dari Analogi Linguistik yang pada dasarnya adalah satu cara untuk menjelaskan bagaimana ungkapan-ungkapan dapat dicapai dengan membatasi komponen-komponen pada elemen-elemen yang bermanfaat, yang kemudian dapat diperhalus atau diperindah sesuai dengan kepantasan tuntutan. Konsep dasr yang ingin diterapkan pada perancangan Cinema Entertainment ini adalah bagaimana menerapkan Ekspresionis bangunan cinema yang dinamis, aktif dan penuh kenyamanan kedalam bentuk dan karekter bangunan yang dirancang. Sehingga bentuk yang tercipta memiliki karakter yang dinanamis dan penuh dengan ketertarikan yang dapat
63 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) dirasakan oleh masyarakat ketika melihatnya. Berdasarkan uraian diatas, interprestasi tema ini akan di ungkapkan dalam ekspresi CINEMA itu sendiri dimana cinema itu sendiri dapat diartikan kedalam suatu hiburan yang dilakukan kapan saja. Cinema ini bersifat hiburan, dimana setiap bentuknya film yang ditampilkan dapat berkembang sesuai dengan keinginana dan perkembangan zaman yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam masyarakat.
3.4 STUDI BANDING TEMA SEJENIS 3.4.1 EINSTEIN TOWER BY ERIC MENDELSON Bangunan ini dirangcang oleh Eric Medelson, sebagai Arsiteknya. Sang Arsitek mengekspresikan bangunan rancangannya dari raut muka manusia.
3.4.2. EERO SAARINEN, TWA BUILDING, NEW YORK_FILES
Gambar 3.2. Eksterior Einstein Tower Sumber : Internet Gambar 3.3. Eksterior Eero Saarinen Sumber : Internet Sang arsitek mengekspresikan bangunan ini yaitu burung yang siap terbang, mengekspresikan pergerakan dan perpindahan, yang berhubungan dengan fungsinya sebagai airport.
64 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 3.4.3. GUGGENHEIM MUSEUM BILBAO , BILBAO, SPAIN (FRANK O.GEHRY)
3.4.4 Falling water Bangunan ini terletak di sekitar anak sungai dan lahan memiliki kontur-kontur. Rumah tinggal ini berusaha untuk mengekspresikan kondisi lingkungan sekitarnya dengan memainkan lempengan balok bermaterialkan batu alam sehingga menimbulkan kesan dinamis dan fleksibel. Architect Frank Lloyd Wright
Lokasi Ohiopyle, (Bear Run), Pennsylvania Tahun 1934 , 1938, 1948 Tipe Bangunan rumah Sistem konstruksi reinforced concrete, stone Gambar 3.4. Eksterior Guggenheim Museum Bilbao Sumber : Internet Eksteriornya mengekspresikan awan yang berombak dan bentukan yang organik.
65 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Climate temperate Konteks rural Style Expressionist Modern
3.4.5 Vitra Design Museum Architect Frank O Gehry Lokasi Jerman Tahun 1989 Tipe Bangunan Museum Design Sistem konstruksi reinforced concrete, stone Climate temperate Gambar 23 Ekspresi Fallling water Gambar 24 Batu susun yang melapisi dinding dalam dan luar Gambar 25 Eksterior Falling Water Gambar 26 Vitra Design Museum
66 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Konteks urban Style Expressionist Modern
Vitra adalah sebuah perusahaan furniture yang menginginkan sebuah bangunan pameran yang atraktif. Bangunan ini terletak dekat dengan pabrik pembuatannya di dekat Basel, tidak jauh dari perbatasan Jerman/Swiss/ Prancis. Sama seperti Frank Gehry, alvaro Siza, Nichoolas Grimshaw, Tadao Ando dan Zaha Hadid juga didatangkan untuk memberi desainnya yang menciptakan penataan antara area industri dan permukiman. Museum ini memiliki aktifitas pameran desain furniture dan karya Gehry mapu menciptakan ruang yang cocok untu itu. Desainnya mampu mendukung pameran yang diadakan dan bukannya bersaing dengannya. Dari luar, geometri bangunan ini mungkin terasa asing ketika kita ingin mengunjungi suatu pameran.Tapi kita akan merasa sangat nyaman berada di dalamnya diman kita bisa menikmati pameran arsitektur yang menata tapak Vitra.
Gambar 27 Vitra Design Museum
67 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) A BAB IV ANALISA SITE 4.1 Analisa Lokasi 4.1.1. Lokasi Lokasi bangunan terletak di persimpangan J l. Putrid Hijau yang bersebelahan dengan kantor SAMSAT dan berada di depan rumah sakit umum tembakau deli. a. Lokasi
Medan IT Building merupakan salah satu pusat pelayanan jasa dan komersil di bidang Hardware dan Software. Untuk itu lokasi direncanakan di wilayah komersil dan jasa. Untuk alternative I, jl. Putri Hijau di Kecamatan Medan Barat dipilih sebagai alternative lokasi proyek. Hal ini sehubung dengan potensi kawasan sebagai wiliayah pusat perbelanjaan, pertokoan, showroom, perkantoran dsb. SITE
68 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Kondisi sekitar site
Dari penilaian yang sudah di lakukan dapat disimpulkan bahwa lokasi site di persimpangan J l. Putrid Hijau merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada. Sehubungan dengan fungsi sebagai pusat bangunan komersil dan hiburan untuk keluarga maka lokasi di J l. Putrid Hijau merupakan pusat komersil dipilih sebagai lokasi pilihan untuk proyek Family Entertainment Cinema.
Rumah Penduduk, berada di samping site, dapat dicapai dalam waktu 10 detik.
Pemukiman Penduduk, berada di belakang site, dapat dicapai dalam waktu 10 detik.
Kantor Polisi ( SAMSAT) berada di samping site, dapat dicapai dalam waktu 10 detik.
Rumah Sakit Tembakau Deli berada di depan site, dapat dicapai dalam waktu 20
. .
Gambar 4.2 Al ternatif Lokasi 1
69 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.2. TAPAK 4.2.1 TATA GUNA LAHAN Utara Rumah Penduduk, berada di samping
Timur Pemukiman Penduduk, berada di belakang site
Selatan Kantor Polisi ( SAMSAT) berada di samping site. Barat Rumah Sakit Tembakau Deli berada di depan site.
. .
Utara BANK BTPN
Utara Rumah Penduduk, berada di samping
Barat Kantor Polisi SAMAPTA
Barat Rumah
Gambar 4.5. Tata Guna Lahan
70 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Peruntukan lahan. Di dalam RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Medan), lokasi yang berada di daerah persimpangan Jalan Putri Hijau dan J alan Putri Hijau II, Kecamatan Medan Barat, masuk kedalam WPP E (Wilayah Pengembangan Pembangunan E) dengan Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. Sebagai kawasan wisata kota maka lokasi sangat cocok dibangun Family Entertainment Cinema yang bersifat entertainment dan edukatif. Melihat dari lokasi site yang berada pada jalan Putri Hijau , terdapat beberapa bangunan yang dapat menjadi pendukung bagi perletakan Family Entertainment Cinema yang memiliki tujuan hiburan dan edukatif , diantaranya: Hotel J.W Marriot Stasiun TVRI Medan Rumah Sakit Umum Tembakau Deli Deli Plaza
Kantor Pemukiman Komersial (Restoran, Toko, Hotel) Fasilitas Umum (Sekolah, Rumah Sakit) Komersial (Ruko dan Rukan)
71 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.3. ANALISIS TAPAK 4.3.1. Analisis di luar site Batas dan Ukuran Tapak Berdasarkan RUTRK, Kecamatan Medan Baru merupakan bagian WPP E yang merupakan kawasan komersil yang mewadahi kegiatan komersil khususnya dalam bidang perdagangan. Unsur potensial utama site adalah : Posisi site berada di pusat kota. Berada di kawasan pusat bisnis memiliki fasilitas transportasi yang lancar dan memadai. Luas site 8.400 m. Lokasi Site :Persimpangan J l Putri Hijau dan J l. Perintis Kemerdekaan Eksisting Site : Lahan Kosong yang ditumbuhi oleh semak belukar Kecamatan : Medan Barat Luas Lahan : 25.000 m 2
Luas Bangunan : 20.772 m 2
Lebar Jalan : - J l. Perintis Kemerdekaan =20 m - J l. Gaharu =12 m - J l. Timor = 10 m GSB : - J l. Perintis Kemerdekaan = 11 m - J l. Gaharu = 9 m - J l. Timor = 6 m KDB : 60 % x 17.000 m 2 = 10.200 m 2
KLB : 1-5 Ketinggian Bangunan :3Lantai Merupakan Komplex Cinema. Dimana didalamnya terdapat hall, bioskop, studio film, restaurant, plasa dan parkir. Pintu masuk utama dari J l. Putri Hijau karena mengingat jalan ini adalah jalan arteri dengan aksebilitas yang tinggi ( pertimbangan juga untuk masa yang akan datang ). Pintu masuk dan keluar menjadi satu sehingga mudah di akses dan terlihat, agar
72 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) tidak menggang masyarakat. Proyek ini mengambil lokasi di Kota Medan, J l. Putrid Hijau, bioskop ini memiliki luas site 25.000m, akan tetapi batas perancangan dibuat dengan luas 20.772 m 2 . mempunyai batasan site sebagai berikut : Sebelah Utara : Jalan Berbatasan dengan J alan Putri Hijau II yang merupakan kawasan Bank BTPN dan pemukiman penduduk Sebelah Timur : Berbatasan dengan J alan Putri Merak J ingga yang merupakan kawasan perdagangan elektronik, dan pemukiman penduduk, terdapat took-toko elektronik, swalayan Macan Yohan dan restoran nelayan. Sebelah Barat : Berbatasan dengan jalan Putri Hijau yang merupakan kawwasan bangunan publik, yaitu Rumah Sakit Tembakau Deli dan Stasiun TVRI Sebelah Selatan : Berbatasan dengan jalan kecil, kantor polisi dan pemukiman penduduk.
View ke Rumah
View ke rumah penduduk dan kantor
View ke rumah penduduk
View ke Rumah Penduduk
Rekomendasi : Untuk view ke jalan Puteri Hijau diolah maksimal. Sedangkan sis yang berselahan dengan rumah penduduk dan kantor tetap mempertahankan dinding pembatas untuk menjaga privasi masing-masing. Gambar 4.12. Vi ew dari tapak
73 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) berada pada akses jalan utama. Daerah yang nyaman dan bersih juga bebas dari banjir. Berdekatan juga dengan Mall, Hotel, Rumah Sakit Umum, dan perkantoran sehingga akses menuju ke bioskop ini sangat mudah.
4.3.2. Analisa di dalam site Letak ruang proyek Family Entertainment Family ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu Bangunan tidak monoton Bangunan memiliki view visibilitas yang berbeda Penggelolaan Main entrance harus diperhatikan karena view visibilitas tinggi, dimana dapat capai dengan mudah. Bangunan yang dipakai berada dekat dengan pintuutama di J l. Putri Hijau dekat dengan fasilitas parkir roda 4 dan parkir roda 2. Bangunan ini memiliki luasan 8.400 m sedangkan yang akan dipakai 80 % dari luas lahan.
View dari arah timur site kurang baik karena terhalang tembok setnggi 2 meter.
View dari arah timur site cukup baik.
View dari arah timur site baik.
View dari arah timur site kurang baik karena terhalang kedai.
View dari arah timur site sudah baik.
Rekomendasi : Fasad bangunan dari sisi jalan Puteri Hijau akan diolah lebih maksimal, demikian juga dengan penataan tapaknya. Gambar 4.13. Vi ew ke tapak
74 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.4. SARANA DAN PRASARANA Prasarana Tapak Adapun prasarana site yang tersedia pada saat ini di lokasi yakni: - Jalan yang lebar memungkinkan sirkulasi kendaraan yang melintas berjalan dengan lancar. - Pedestrian yang nyaman beserta vegetasi - Fasilitas saluran air bersih - Fasilitas saluran air kotor - Fasilitas listrik - Fasilitas telepon - Fasilitas gas Pedestiran selebar 1,2 m dengan pepohonan yang rindang sebagi pelindungnya. Fasilitas Riol Kota di sekeliling site. Fasilitas Penyebrangan jalan bagi pejalan kaki yang berupa zebra cross. Fasilitas Gas Halte Bis Fasilitas Telfon umum Gambar 4.8. Prasarana dan Sarana
75 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.5. Skyline .
Pada Skyline , terlihat bangunan di sekitar site memiliki ketinggian antara 3-6 lantai.Oleh karena itu diharapkan ketinggian bangunan tidak terlalu menonjol dengan lingkungan sekitar. A B A B
76 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.5.1. Ketebalan Bangunan
Bangunan di sekitar site memiliki KDB 60 % ,dengan ketebalan bangunan yang relatif tipis. Terdapat jarak antara bangunan dengan badan jalan yang cukup signifikan pada bangunan sekitar site. Oleh karena itu ketebalan massa bangunan sekitar site cenderung tidak terlalu padat . Hal ini dapat ,membantu dalam memberikan kenyamanan jarak pandang bagi pengguna jalan.
Emerald Garden RS TNI RSU Tembakau Deli Bank BTPN JW Mariot Telkom
77 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.5.3. Pencapaian Menuj u Tapak Jl. Putri Hijau yang memiliki lebar jalan 12 meter dan kepadatan kendaraan sedang. Jl. Putri Hijau II yang memiliki lebar jalan 6 meter dan kepadatan kendaraan sedang. Jl. Putri Hijau II yang memiliki lebar jalan 6 meter dan kepadatan kendaraan jarang. Jl. Putri Hijau II yang memiliki lebar jalan 6 meter dan kepadatan kendaraan
Rekomendasi : - Meletakkan jalur masuk-keluar kendaraan jauh dari persimpangan untuk menghindari kemacetan. - Terdapat Pemisahan antara Entrance pengunjung berkendaraan, pejalan kaki dan Entrance Service
Daerah site yang diapit oleh dua simpang jalan kecil dan besar. Tetapi arus lalu lintas yang ada tidak lah terlalu padat. Gambar 4.7. Pencapai an Menuj u Tapak
SITE
78 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.6. Analisa Potensi dan Kondisi Tapak 4.6.1 Sirkulasi a) Kendaraan Bermotor Jl. Putri Hijau dengan lebar 12 meter. Jalur 2 h Jl. Putri Hijau II dengan lebar 4 meter. Jalur 1 arah Jl. Putri Hijau II dengan lebar 4 meter. Merupakan jalur 2 arah. Jl. Putri Hijau II dengan lebar 4 meter. Jalur 1
Rekomendasi : Entrance dihindarkan dekat simpang jalan Putri Hijau dan Putri Hijau II.
Gambar 4.10. Si rkul asi Kendaraan bermotor
79 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) B. Pejalan kaki
1,2 m 12 m 1,2m Jl. Putri Hijau dengan lebar pedestrian selebar 1,2 m dan dilengkapi dengan vegetasi Jl. Putri Hijau II dengan lebar 4 meter. Terdapat vegetasi di pinggirnya sekaligus jalur pejalan kaki selebar 0.8 meter. Jl. Putri Hijau II dengan lebar 4 meter. Tidak terdapat trotoar khusus untuk pejalan
Jl. Putri Hijau II dengan lebar 4 meter. Tidak terdapat trotoar khusus untuk pejalan kaki. Disamping kiri terdapat kedai-kedai
Fasilitas pejalan kaki di kawasan ini dapat dikatakan cukup memadai dan nyaman. Dari hari survey dibagian depan site sudah tersedia fasilitas pedestrian dibagian lain memang belum tersedia tetapi sudah ada lahan untuk itu.
Rekomendasi : Perlunya penyediaan main enterance khusus bagi pejalan kaki yang akan berkunjung ke Medan IT Building yang terpisah dari main enterance kendaraan bermotor
Gambar 4.10. Si rkul asi pej al an kaki
80 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) C. Orientasi
Orientasi site menuju jl Putri Hijau II yang berada di daerah timur site dan terlihat rumah penduduk yang cukup b ik Orientasi site menuju jl Putri Hijau II yang berada di daerah timur site dan terlihat kantor cukup baik. Orientasi site menuju jl Putri Hijau I yang berada di daerah barat site dan terlihat rumah sakit Tembakau l k b k Kantor SAMSAT
Orientasi site menuju jl Putri Hijau II yang berada di daerah selatan site dan terlihat kantor SAMSAT dan Hotel Marriot
Bank BTPN
Rumah Sakit Tembakau Deli +++ Orientasi Putri Hijau Sangat baik karena berhadapan langsung dengan jalan utama yang akan dijadikan sebagai akses utama menuju bangunan Rekomendasi Fasade dan Tapak Bangunan dengan orientasi positif diolah dengan maksimal sedangkan yang kurang baik dimaksimalkan. Gambar 4.11. Ori entasi Rumah Penduduk ++
81 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) d)Vegetasi Pada bagian barat site terdapat pohon rindang dengan ketinggian 15 meter. Berada disamping pedestrian. Di sisi sebelah utara site terdapat pohon bambu berada dipinggir jalan. Dibagian timur site terdapat semak Dijalan Putri Hijau terdapat pohon rindang dengan diameter kurang lebih 1 meter dan jarak 10 meter antar pohon. Adanya vegetasi ini memberikan shading kepada pejalan kaki dan site. Sedangkan tanaman kecil dan semak yang berada dijalan putri hijau II mungkin akan digantikan tanaman lain.
Gambar 4.14. Anal isa Vegetasi
82 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) e)Matahari
Area pada bangunan yang tidak terkena matahari secara langsung. +++ Area pada bangunan akan terkena sinar matahari pagi yang panas tapi tidak menyengat. Area pada bangunan yang akan terkena sinar matahari sore hari yang panas dan terik. +++ Area pada bangunan yang terkena sinar matahari yang netral, tidak terpengaruh besar pada bangunan. +++ Area pada bangunan yang terkena sinar matahari yang netral, tidak terpengaruh besar pada bangunan. ++ Timur-Barat Pada sisi ini site akan menerima sinar matahari lebih terik. Keluaran : Orientasi bangunan terbaik adalah dengan meletakkan luas permukaan bangunan terkecil menghadap Timur- Barat. Utara- Selatan Pada sisi ini akan menerima sinar matahari yang bersifat lebih netral, sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap keyamanan bangunan. Rekomendasi : Pada sisi yang terkena sinar matahari diminimalkan penggunaan bukaan ataupun bukaan diberi shading. Gambar 4.15. Anal isa Matahari
83 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) f)Kebisingan
Kebisingan pada daerah ini tidak begitu besar karena kepadatan kendaraan yang tidak begitu padat.
Kebisisngan didaerah ini tidak begitu besar karena cukup jarang kendaraan yang lewat. Kebisingan pada sudut site tidak begitu besar, karena kepadatan kendaraan yang telah berkurang dan hanya berbatasan dengan kantor SAMSAT. Kebisingan pada daerah ini cukup besar karena kepadatan kendaraan yang lumayan padat. Gambar 4.16. Anal isa Kebi si ngan
84 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.4 ANALISA FUNGSIonal DAN KEGIATAN 4.4.1 Analisa Aktivitas Pemakai 1. Pengunj ung Aktifitas - Duduk - Menonton - Jalan jalan - Belanja - Makan dan minum - Bertransaksi Karakter Pemakai - Bebas kemana mana - Cenderung memisahkan diri walau dalam satu kondisi - Bebas melihat ke segala arah - Cenderung berkumpul dengan orang yang dikenal Karakter runag - Terbuka dengan pengontrolan - Ruang sosiofugal ; pengaturan perabot agar tidak bertatap satu dengan yang lain atau saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh - Mengakomodasikan wadah untuk area yang padat Pekerja Aktifitas - Duduk - Melayani pengunjung - Jalan jalan - Mengontrol - Bertransaksi Karakter pemakai - Berhubungan antara satu dengan yang lainnya ( antar bidang interaksi ) - Pengorganisasian ruang akan privasi kerja dan view keluar Karakter ruang - Cenderung menyatukan individu, tercipta interaksi
85 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) - Pengorganisasian ruang semi open plan sesuai dengan hubungan kegiatan - Sebagai ruang kerja bersifat private Pengelola Aktifitas - Pengawasan aktifitas dalam gedung Karakter pemakai - Berhubungan antara satu dengan lainnya ( antar bidang interaksi ) - Mengawasi dan mengoaganisasi kegiatan yang ada dalam gedung Karakter ruang - Area kantor dan ruang kerja pengelola berada dalam satu ruang, karena gedung ini bersifat individu
4.4.2 Analisa sirkulasi Pengunj ung Sirkulasi pengunjung masuk dan registrasi di resepsionis, ada yang langsung menonton tapi ada juga yang menunggu dan menuju ke merchandise store dulu. Sirkulasi pengunjung masuk juga ada yang ke kafe. Area resepsionis merupakan area terdapat pengunjung dimana, pengunjung ingin mendapatkan informasi dan registrasi.
R.TUNGGU MERCHANDISE STORE R.CINEMA KAFE MASUK / KELUAR RESEPSIONIS
86 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Pekerja
Sirkulasi pekerja memasuki resepsionis kemudian melayani pengunjung. Sirkulasi pekerja dari resepsionis menuju operator dan kafe Sirkulasi pekerja yang langsung menuju merchandise store
Pengelola Sirkulasi pengelola masuk dan keluar menuju resepsionis, kafe dan merchandise store untuk melihat situasi, kondisi dan mengcek keuangan R.OPERATOR RESEPSIONIS MERCHANDISE STORE MASUK / KELUAR KAFE MERCHANDISE STORE KAFE RESEPSIONIS MASUK / KELUAR GBR. Pola Sirkulasi Pengelola
87 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Analisa Pemakai
STRUKTUR ORGANISASI CINEMA MECHANDISE MOVIE COLECTION LOBBY CAFE RUANG TUNGGU LOKET DIGITAL BEAT STORE ME PULANG STUDIO DIREKTUR UTAMA MANAGER KOOR.LAPANGAN KOOR.KEAMANAN KOOR.LAPANGAN KOOR.CAFE & SHOP SHOP CAFE DIGITAL BEAT STORE MARCHENDISE CLEANING SERVICE ACCOUNTING Struktur Organisasi Cinema
88 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.4.3 Analisa Aktifitas dan Kebutuhan Ruang Table, Ruang Pengunjung Aktivitas Kebutuhan Ruang Sifat Suasana Duduk Ruang tunggu Public Tenang, bersih, nyaman Menonton Ruang cinema Public Nyaman, tenang Jalan jalan Merchandise store Public Menarik Bertransaksi Merchandise store, kafe, resepsionis Public Nyaman, menarik Makan dan minum Kafe Public Nyaman, bersih, ramai Belanja Merchandise store Public Nyaman, menarik Table Ruang Pekerja Aktifitas Kebutuhan Ruang Sifat Suasana Duduk Resepsionis Semi privat Nyaman, tenang Melayani Pengunjung Resepsionis,merchandise store, kafe Semi privat Nyaman, bersih Bertransaksi Merchandise store, kafe, resepsionis Semi privat Nyaman, bersih, ramai Mengontrol Operator Privat Nyaman, tenang Jalan - jalan Lobby Public Ramai, bersih Table, Ruang Pengelola Aktifitas Kebutuhan Ruang Sifat Suasana Pengawasan aktivitas Duduk di kafe Public Tenang,nyaman,bersih
89 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4.5 Analisa dan Program Kebutuhan 4.5.1 Analisa Aktifitas Pemakai Analisa aktivitas pemakai dibagi menjadi dua yaitu : a. Analisis aktivitas pengelola Table, analisa aktifitas dan kebutuhan ruang pengelola Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang Sifat Ruang Manager Mengawasi system operasional Mengatur jadwal show Member pengarahan Kantor Manager Privat Staff : Loket Menyiapkan tiket Menjual tiket Loket Semi Publik Staff : caf Menyajikan makanan dan minuman Menjual snack Area Service Caf / mini bar Public Operator - Menyiapkan fita film - Mengoperasikan proyektor - Mengatur pencahayaan studio - Mengatur sound sistem Ruang proyekor Privat Portir - Mengantar fita film ke cineplek lain - Mengambil fita film dari Cineplex lain
90 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Guide - Memeriksa karcis - Memandu penonton ke tempat duduknya masing masing - Melayani pesanan penonton
Security - Menjaga keamanan cineplek Area service Public Cleaning Service - Menjaga kebersihan lobby - Membersihkan studio - Menjaga kebersihan KM /WC Ruang janitor Privat
4.5.2 Analisa Aktivitas Pengunj ung Table. Analisa aktivitas dan kebutuhan ruang pengunjung Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang Sifat Ruang
Pengunjung normal ( tidak cacat ) Pria dan wanita Segala usia Membeli tiket Loket Semi Publik Menunggu waktu show Ruang tunggu dan lounge Public
Lihat - lihat Area display Poster dan diorama film Public Makan dan minum Caf Public Menonton film Studio Public
91 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
- Cuci tangan - Buang air kecil - Buang air besar KM / WC Sevice
4.5.3 Analisa Hubungan Ruang
4.6. analisa Perilaku Pengguna Dari segi pengunjung yang ditujukan bagi kalangan atas maka mereka berani untuk membayar mahal untuk menikmati fasilitas yang seimbang dengan uang yang mereka keluarkan, tentunya pengunjung mengharapkan suasana dan interior yang menarik. Bagi kaum pengunjung berfrofesi pengusaha ataupun eksekutif muda single maupun berpasangan maka sarana rekreasi seperti ini dapat pula dimanfaatkan sebagai ajang untuk membicarakan hal bisnis sekaligus menjamu rekan kerja ataupun perusahaan. Bagi kaula muda memanfaatkan bioskop sebagai tempat untuk bersosialisasi dan bersenang senang ataupun sekedar hobby. Tidak menutup kemungkinan bagi rombongan keluarga ( manula, orang tua dan anak anak mereka bahkan ada kemungkinan membawa anak kecil ) yang ingin menikmati menonton film bersama sama diluar rumah untuk sekedar rekreasi. GAME STATION TOILET CAFE DIGITAL BEAT STORAGE CAFE LOKET PENJUALAN AKSESORIS MARCHENDISE
92 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Macam macam perilaku pengunjung ditinjau dari usia dan kesukaan : Pengusaha / eksekutif ; - Suka membaca ( Koran, dan lain sebagainya ) - Terpelajar - Efisiensi waktu - Sibuk Remaja - Bersenang senang - Aktif - Ekspresif - Mengumpulkan barang ( koleksi ) - Menyukai sosialisasi Dewasa - Teratur - Bijaksana - Suka membaca Orang tua - Pasif - Lambat - Fisik lemah Anak anak - Aktif - Suka bermain
4.7 ANALISA PROGRAM RUANG Kebutuhan ruang ditentukan berdasarkan kegiatan yang terjadi dalam bangunan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam bangunan dapat dibagi atas beberapa kelompok: Kegiatan rekreatif Yang termasuk kelompok ini adalah menonton, makan-makan dan minum-minum yang dilakukan sambil mendengarkan musik, bermain billyard, bowling, dan game ketangkasan
93 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Kegiatan penunjang Kegiatan yang berfungsi menunjang berlangsungnya aktivitas cinema seperti retail dan cinema lobby. Kegiatan pengelola Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan seperti administrasi. Kegiatan pelayanan Kegiatan yang memberikan pelayanan kepada pengunjung seperti parkir, telepon umum, musholla dan pelayanan teknis terhadap sarana pendukung cinema building. Berdasarkan kegiatan tersebut dapat ditentukan kebutuhan ruangnya.
Kegiatan Rekreatif Tabel 5. Kegiatan Rekreatif Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Zoning Sifat Standart Menonton film Lobby/ hall Loket R. tunggu R. studio R. Proyektor R. pegawai Gudang
Private 1,4 m2/ org 3 m2/ kasir 20 m2/ ruang 20 m2/ ruang Amusement centre R. penukar koin Arena bermain Gudang R. Pegawai
Zona hiburan Publik
Private
3 m2/ ruang 1,2 m2/ org 20 m2/ ruang 1,2 m2/ org
94 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Kegiatan penunjang Tabel 6. Kegiatan penunjang Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Zoning Sifat Standart Retail R. Display kasir Zona pengelola Publik 1,2 m2/ org Kegiatan pengelola Tabel 7. Kegiatan pengelola Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Zoning Sifat Standart General manager R. general manager R. bendahara R. sekretaris
Pengelola
Private
1,2 m2/ org 1,2 m2/ org 1,2 m2/ org Operasional manager R. operasional mana-ger R. sekretaris
Pengelola
Private 1,2 m2/ org 1,2 m2/ org Kepala divisi R. Ka. Div. cineplex R. Ka. Div. Home Theater R. Ka. Div. amusement R. Ka. Div. food court R. Ka. Div. entertainment
Pengelola
Private
1,2 m2/ org 1,2 m2/ org
1,2 m2/ org 1,2 m2/ org 1,2 m2/ org
Staf divisi R. Staf. Div. cineplex R. Staf. Div. Home Theater R. Staf. Div. amusement R. Staf. Div. food court R. Staf. Div. entertainment
Pengelola
Private
1,2 m2/ org 1,2 m2/ org
1,2 m2/ org 1,2 m2/ org 1,2 m2/ org
95 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Kegiatan Pelayanan Tabel 8. Kegiatan pelayanan Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Zoning Sifat Standart Umum Parkir Musholla R. wudhu Telepon umum ATM R. Keamanan
Service Publik
Private 15m2/ mobil 1,2 m2/ org 1,2 m2/ org 1,2 m2/ org 1,2 m2/ org 20 m2 Teknik R. Generator R. Panel R. AHU Gudang R. Kontrol pusat R. operator PABX R. sound system
Service
Private 20 m2 20 m2 20 m2 20 m2 20 m2 20 m2 20 m2 Hubungan Kelompok Ruang Untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas koordinasi dalam bangunan maka dibuatlah pengelompokan ruang yang saling berhubungan:
Kegiatan Penunjang Kegiatan Pengelola Kegiatan Pelayanan Kegiatan Cinema Building Diagram 1. hubungan ruang
96 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) BAB V KONSEP 5.1 KONSEP PERANCANGAN Untuk memudahkan perancangan tapak, diperlukan beberapa konsep penting, konsep dasar tersebut adalah sebagai berikut : Penjoningan Berikut adalah pembagian zoning ruang luar bagunan Cinema Building di Medan. Selain di basement, zona parkir terletak dibagian lahan site.
Parkir kendaraan bermotor terletak di depan bangunan, samping gedung cinema building. Dibagi atas parkir roda 4 dan parkir roda 2. Selain itu juga terdapat parkir loding dock / service di letakkan di bagian belakang gedung agar sirkulasi kendaraan pribadi tidak terganggu dengan sirkulasi kendaraan service. Parkir roda 4 dan roda 2 diletakkan di basement, menggunakan pola parkir 90, namun ada juga sebagian parkir roda 4 yang diluar. Gambar 65. Parkir Sumber : Gambar Pra-Rancangan
Pola parkir roda 4 di basement menggunakan pola parkir sejajar 90 Pola parkir roda 2 di basement menggunakan pola parkir sejajar 90
97 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Sirkulasi
Sirkulasi kendaraan keluar masuk berada di bagian depan site, penempatan sirkulasi berada pada jalur yang saru arah, sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Tersedia juga sirkulasi untuk pejalan kaki di tempatkan d setiap bagian jalan site, agar masyarakat juga merasa nyaman sewaktu berjalan disekitar site.
Vegetasi Selain sebagai buffer terhadap kebisingan, vegetasi juga dapat digunakan sebagai pembatas site dengan jalan, selain itu vegetasi juga dapat digunakan sebagai estetika terhadap bangunan. Dengan adanya vegetasi keadaan sekitar bangunan jadi lebih indah dan sejuk. Vegetasi juga akan digunakan sebagai jalur hijau di garis sepadan bangunan. Pohon dimanfaatkan sebagi pembatas site dengan jalan, direncanakan menggunakan pohon yang cukup tinggi dan besar agar polusi suara tidak langsung masuk kedalam bangunan. Selain itu pohon yang tinggi juga dapat digunakan sebagai peneduh dari panasnya sinar matahari atau dapat menghalangi cahaya matahari yang masuk kedalam bangunan. Jalur masuk keluar kendaraan pengunjung Jalur keluar masuk service
98 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Pencapaian Gambar 66. Tata Hijau Sumber : Gambar Pra-Rancangan
Vegetasi yang digunakan sebagai pengarah
Main Entrance diletakkan tidak terlalu di pojok site agar tidak mengganggu lalu lintas antara Jl.Putri Hijau 1 dan Putri Hijau II yang merupakan simpang jalan. Main Entrance Service diletakkan dibagian timur site agar lebih private karena jalur tersebut cukup lengang. Sedangkan Jalur bagi pejalan kaki disediakan 2 main entrance melalu 2 sisi site agar lebih banyak akses bagi pejalan kaki yang ingin datang ke Medan IT Building ini.
99 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
3. Konsep Perancangan Bangunan Out kendaraan roda 2 Out kendaraan roda 4 Out kendaraan service Out kendaraan roda 4 pengunjung Zona public dan privat ; studio film dan home theater dan fasilitas penunjang serta pasilitas pengelola. Zona public ; amunsement / timezone Zona public ; restaurant Zona public ; ticketing Void / sky light
100 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) 4. Konsep Perancangan Struktur Sistem struktur yang digunakan pada bangunan ini adalah sistem struktur grid dengan jarak antar kolom 8m. Menggunakan kolom dengan material baja komposit dengan ukuran kolom 80 x 80 cm. a. Sistem Struktur Bawah Jenis dan ukuran pondasi ditentukan oleh kondisi tanah dan perhitungan gaya/pembebanan. Karena bentuk bangunan yang memanjang diterapkan sistem dilatasi pondasi. Pondasi yang digunakan pada bangunan adalah pondasi tiang pancang dengan dimensi 200 x 200 x 80 cm. Menggunakan sloof baja komposit dengan dimensi 60/80. Selain pondasi ini digunakan juga pondasi umpak dan footplate khusus untuk sebagian massa yang lainnya. Pondasi ini dipilih untuk digunakan pada bangunan karena pondasi ini tepat untuk menahan beban dari bangunan yang berlantai banyak dan berbentang lebar. b.Sistem Struktur Atas Sistem struktur atas dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu : b.1. Struktur badan bangunan, terdiri dari kolom, dinding, balok dan pelat lantai. Menggunakan dinding bata untuk bangunan dan untuk theatre khusus dilapisi dengan karpet wallpaper dan gypsum akustik pada plafond untuk kebutuhan akustik. Material ini dipilih mengingat ekbutuhan theatre akan bahan yang dapat menyerap dan memantulkan suara. Untuk itu pada plafons theatre digunakan gypsum akustik yang digantungkan langsung ke rangka atap untuk krbutuhan akustik dan menambah nilai estetesin.
b.2. Struktur pendukung atap Struktur atap bangunan Medan Cinema Building ini merupakan struktur bentang lebar, maka dari itu dipilihlah alucopan sebagai pembentuk atap karena bahan baja yang ringan dan kuat sangat cocok untuk digunakan sebagai rangka atap. Gambar 79. Sistem Struktur Bawah Sumber : Modul Kuliah Teknologi Bangunan 2001 Gambar 80. Struktur Atap Sumber: Sketsa
101 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Atap yang digunakan adalah atap zync-alumn, yaitu baham material atap yang terbuat dari bahan baja dan alumunium, bersifat ringan dan pengaplikasiannya juga mudah. Atap ini dipilih karena bersifat ringan sehingga tidak menambah beban untuk struktur bentang lebarnya.
Prinsip struktur : 1.Struktur badan bangunan Sistem struktur grid dengan material beton komposit 2.Struktur pendukung atap Sistem struktur pendukung atap yang sesuai dengan bentuk atap pada konsep pendekatan desain menggunakan salah satu sistem struktur bentang lebar, yaitu sistem struktur lipat (folded structure system).
5. Konsep Perancangan Utiltas a. Penyediaan Air Bersih Air bersih didapat dari dua sumber, yaitu dari PAM dan air tanah (deep well).Air berasal dari PDAM, dan didistribusikan ke dalam bangunan dengan sistem tangki tekan, yang sistem kerjanya menampung air di tangki bawah dan dipompakan ke dalam suatu tangki tertutup, sehingga udaranya terkompresi. Air dari tangki tersebut didistribusikan ke bangunan. Pompa bekerja secara otomatis, diatur oleh detektor tekanan yang menutup/ membuka saklar motor listrik pompa.
b. Pembuangan Air Kotor/kotoran dan air hujan Air kotor pada bangunan ini hanya berasal dari kamar mandi dan dapur food court, air dari kamar mandi dialirkan melalui shaft air kemudian ke water treatment lalu di alirkan ke riol kota dan resapan. Air kotor dibuang ke saluran kota Air kotoran disalurkan ke tangki septik Air hujan dari atap sebagian dialirkan ke talang dan dibuang ke saluran kota dan Gambar 81. Sistem Air Bersih Sumber : Modul Kuliah Pengendalian Lingkungan Bangunan 1
102 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) diresapkan ke tanah
c. Listrik dan Penerangan Sumber listrik berasal dari PLN dan dibantu dengan generator pembangkit listrik untuk bangunan, kemudian disalurkan ke panel-panel utama listrik di dalam bangunan lalu listrik dialirkan ke bagian-bagian gedung seperti lampu, proyektor, lightbox dan lain-lain. Sumber listrik : PLN dan Generator Set (cadangan) Penerangan alami langsung dan tidak langsung dan penerangan buatan
d. Pengkondisian Udara Pengudaraan alami : pada basement dan semi basement Pengudaraan buatan : menggunakan sistem makro air conditioner secara sentral pada ruang-ruang dengan open space besar seperti lobby, dan ruang theatre dengan sistem Central AC ALL AIR SYSTEM (memakai AHU), atas dasar pertimbangan sebagai berikut : lokasi dapat dilokalisir dapat memberikan kesempatan distribusi udara yang optimum dapat melayani ruang yang besar dan biasanya dapat menggunakan pada area : publik dan akomodasi
e. Pencegahan Kebakaran Menggunakan detektor asap sebagai pendeteksi adanya kebakaran, alat ini akan mendeteksi asap akibat adanya kebakaran. Sprinkler juga digunakan untuk menanggulangi kebakaran secara dini, sistem yang dipilih adalah springkler head ataunozzle tipe up right yang beris cairan kimia yang memuai jika terkena panas pada suhu disekitar 58 C. Diletakkan pada langit-langit. Untuk jalur evakuasi, digunakan tangga kebakaran, dan pada tiap-tiap theatre terdapat jalur evakuasi masing-masing, dan escalator dapat juga digunakan untuk keadaan-keadaan darurat sebagai tangga kebakaran. Untuk daerah luar bangunan disediakan hydrant (outdoor) Untuk pencegahan dalam bangunan menggunkan sistem sprinkler, smoke detector (pada
103 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) kantor), fire estinguiser, dan hydrant
f. Komunikasi dan tata suara Penggunaan sistem PABX untuk telepon kantor Pemasangan loudspeaker sistem pada ruang-ruang tertentu
Transportasi Vertikal/Horizontal Transportasi vertikal pada bangunan ini menggunakan escalator dengan lebar anak tangga 81 cm berkecepatan 90fpm dengan kapasitas angkut aktual 3750 orang per jam dengan kemiringan 30.. Untuk penghubung antara lantaiu 1 dan lantai 2 yang berjarak 6 m, digunakan escalator dengan panjang 15,088 m dan untuk penghubung lantai 1 ke basement dan semi basement yang masing-masing berjarak 3 m, digunakan escalator dengan panjang 8,00m. Transportasi vertikal berupa eskalator, elevator dan tangga Speaker diletakkan di setiap 6m di dinding theatre Lapisan luar berupa pasangan bata, permukaan dalam terbuat dari lapisan kertas bangunan, plywood, rangka, isolasi dari plaster board yang bagian belakangnya berlapis foil. Lapisan dalam Reflector dibuat di atas untuk mencegah hilangnya suara ke atas, maka dari itu dibuat deretan panel-panel melayang di atas penonton yang terbuat dari material keras seperti kayu, plexglass atau metal
104 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) Transportasi horizontal berupa ruang terbuka dan jalur sirkulasi yang terjadi akibat organisasi ruang dan penataan ruang dalam h. Sistem Penangkal Petir Penagkal petir yang diletakkan di atas atap bangunan terbuat dari logam yang dialirkan ke tanah (dibumikan) dengan kabel penghantar yang diletakkan disisi luar bangunan dan melalui shaft sendiri.
105 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) BAB VI HASIL PERANCANGAN
108 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.7 SITE PLAN
109 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.8 GROUNDPLAN
110 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.9 DENAH LT.1 DAN DENAH LT.2
111 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.10 DENAH BASEMENT
112 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.11 TAMPAK DEPAN
113 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6. 12 TAMPAK SAMPING KANAN, SAMPING KIRI DAN TAMPAK BELAKANG
114 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.13 POTONGAN A-A CINEMA BUILDING
115 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.14 POTONGAN
116 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.15 PEMBALOKAN DENAH LT.1
117 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.16 PEMBALOKAN DENAH LT.2 DAN LT.3
118 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.17 RENCANA PONDASI
119 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.18 RENCANA ELEKTRIKAL LT.1
120 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.19 RENCANA ELEKTRIKAL DENAH LT.1 DAN LT.2
121 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.20 RENCANA ELEKTRIKAL DENAH BASEMENT
122 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.21 RENCANA PROTEKSI KEBAKARAN DENAH LT.1
123 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.22 RENCANA PROTEKSI KEBAKARAN LT.2 DAN LT.3
124 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.23 RENCANA PROTEKSI KEBAKARAN BASEMENT
125 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.24 RENCANA SANITASI LT.1
126 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.25 RENCANA SANITASI LT.2 DAN LT.3
127 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.26 RENCANA SANITASI DENAH BASEMENT
128 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.27 RENCANA AC LT.1
129 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.28 RENCANA AC LT.2 DAN LT.3
130 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.29 RENCANA AC DENAH BASEMENT
131 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.30 DETAIL
132 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.31 RENCANA VERTIKAL
133 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.32 PERSFEKTIF
134 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 ) GAMBAR. 6.33 PERSFEKTIF INTERIOR
135 cineMa BuI l dDi Ng E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
DAFTAR PUSTAKA
Caruso, James R. & M.E. Arthur, A Beginners Guide To Producing Tv, Prentice, New jersey, 1990 D.K. Chink, Francis, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga, Jakarta D.K. Chink, Francis, Grafik Arsitektur II, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992 De Chiara, Yoseph, Time Saver Standartds For Building Types, Mc.Graw Hill Book Company, New York Doelle, Lesliel, Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990 Neufert, Ernst, Data Arsitek I, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993 Neufert, Ernst, Data Arsitek I, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993 www. Google.com www.yahoo.com