You are on page 1of 135

Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.

cineMa BuI l dDi Ng


CINEMA BUILDING
(ARSITEKTUR EKSPRESIONISME)

LAPORAN PERANCANGAN
TGA 490 - TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2009 / 2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh
NURUL HASANAH AM
05 0406 035





DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009 - 2010


Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.



cineMa BuI l dDi Ng

Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.



cineMa BuI l dDi Ng
CINEMA BUILDING
(ARSITEKTUR EKSPRESIONIS)

Oleh :
NURUL HASANAH AM
05 0406 035

Medan, 21 Desember 2009

Disetujui Oleh :







Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
NIP. 132 206 820
Firman Eddy, ST., MT.
NIP: 132 258 266

Devin Defriza, ST., MT>
NIP: 132 206 818132 208 818

Pembimbing I


Pembimbing II

Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.



cineMa BuI l dDi Ng
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama : Nurul Hasanah AM
NIM : 05 0406 035
Judul Proyek Tugas Akhir : Cinema Building
Tema : Arsitektur ekspresionis
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu
Pengumpulan
Laporan
Paraf
Pembimbing I
Paraf Pembimbing
II
Koordinator
TKA-490
1. Lulus Langsung


2. Lulus Melengkapi


3. Perbaikan Tanpa
Sidang

4. Perbaikan Dengan
Sidang

5. Tidak Lulus




A B+ B C+ C D E

Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.



cineMa BuI l dDi Ng
Medan, 11 Juni 2009




Ketua Departemen Arsitektur,


Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
NIP : 132 206 820





Koordinator TGA-490,


Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
NIP : 132 206 820





Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.



cineMa BuI l dDi Ng
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur,
Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa,
semangat, dan perhatian tiada henti dari orang tua saya yang tercinta Bapak Amrullah dan
Ibu Nurhayati, kakak dan abang saya yang terkasih Nur Amelia dan Abdul Khadier , serta
keluarga besar saya; nenek, etek idar,dan sepupu tercinta.
Terimakasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :
Bapak Firman Eddy ST, MT sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang
sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.
Ibu Devin Defriza, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat berguna.
Bapak Prof.Ir. M. Nawawiy Lubis, M.Phil, Ph.D , dan Bapak Hilma Tamiami F ST,
M.SC selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan
kritik.
Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT. Sebagai Ketua J urusan dan Koodinator Studio Tugas
Akhir Semester B TA. 2008/2009.
Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik
Departemen Arsitektur USU.
Terimaksih banyak-banyak terutama kepada mama aku tercinta love you ma..
Terimakasih atas dukungan, semangat dan selalu ada saat aku sedih dan susah,
terimakasih juga atas doa-doanya.. terimakasih yang amat sangat utuk mama ku
tercinta love you so much.. dan terimaksih buat kakak ku tercinta.. k.lia yang udah
banyak ngasi semangat .. doa- doanya.. dan terimakasih banyak juga buat papa ku
tercinta, atas doa doa nya semangatnya, nasehatnya, dan kasih sayangnya love
you so much toex my family aku sayang kalian semua.. gak akan pernah
melupakan atas jasa jasa kedua orang tua ku dan k.lia..
Sahabat baik saya; para Ichigo Chan, yang selalu menemani di saat suka dan duka
dari awal semester 1. Love u both. Serta teman teman 2005, senior satu studio

Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.



cineMa BuI l dDi Ng
tugas akhir terimakasih juga buat kalian yang selalu semangat dan ceria yang selalu
buat aku menjadi terus maju sampai akhr TA. Gak akan terlupakan masa-masa
manis bersama teman-teman satu studio tetap semangat.
Terimaksih juga buat wak labu yang selalu dukung aku, semangatin aku, selalu
marah-marah pada saat aku lalai dalam tugas akhir, tengkyu juga udah bantuin, serta
masa lucu-lucu bersama wak labu dan teman-teman icigo chan semangat woi
love you semuanya.
TemanTeman angkatan 2005, ratih, taufik ( mael, si jahil dan gratil ), nonong, dan
semua anak 2005 . terutama juga anggota studio spukers; J abat, Bulsem yang udah
mau buatin maket nurul, thanks so much la buat kalian berdua teman teman satu
kelompok, astri (si kecil ), heri, jepri terimakasih udah mau ngasi saran buat aku pada
saat-saat mau sidang, bg. Andi, Edward, fahri. Terimaksih buat kalian.. semangat
dan kepercayaannya serta selogan AKU PASTI BISA
Abang dan kakak saya satu studio, terimakasih atas hiburannya selama tugas akhir
karna bisa selalu semangat dan ceria setiap hari..
Terimakasih juga buat bang holy idris.. makasih ya bang udah buatin 3D dan animasi
nurul.. bagus banget dan nurul seneng terimakasih juga atas saran dan
masukannya dan semuanya lah buat bang holy terimakasih banyak banyak..
Terimakasi juga buat sepupu ku ningsi dan nenek serta halimah (si adek ku yang
kecil dan imut ), terimakasih juga atas doa doanya, semangatnya, dukunganya, dan
terimakasih udah mau nemani nurul selama tugas akhir baik dalam suka dan duka
Yang terakhir terimakasih sekali buat semua yang udah selalu ada di samping nurul,
baik tu keluarga maupun sahabat dan teman teman, atas dukungannya sampai
akhir dan bisa menyelasaikan semua tugas akhir ini sampai lulus.. Alhamdulillah..
Akhir Kata, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.



Medan, 11 J uni 2009
Nurul Hasanah AM


Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.



cineMa BuI l dDi Ng



9
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar vi
Daftar Diagram xi
Daftar Tabel xii
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Maksud dan Tujuan 3
I.3. Masalah Perancangan 4
I.4. Pendekatan 4
I.5. Lingkup dan Batasan 5
I.6. Kerangka Berpikir 6
I.7. Sistematika Penulisan Laporan 7
BAB II. DESKRIPSI PROYEK
II.1. Terminologi J udul 8
II.2. Lokasi
II.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi 9
II.2.2 Pemilihan Lokasi 10
II.2.3 Penilaian Alternatif Lokasi 11
II.3 Tinjauan Fungsi 19
a.1 berdasarkan karakter 19
b.1 berdasarkan ciri cirri bioskop 20
c.1. peraturan pearancanaan bioskop 23
c.1.1 pintu dan koridaor 23
c.1.2 tangga 23
c.1.3 tempat duduk 23
c.1.4 jalan masuk ke studio 24


10
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
c.1.5 ruang proyektor 24
c.1.6 tata letak 27
c.1.7 sistem pencahayaan 27
c.1.8 sistem ventilasi dan pendinginan ruangan 28
c.1.9. sistem pengaturan suara 28
c.1.10 gambar proyeksi pada bioskop 28
c.1.11.besar gambar 29
c.1.12 layar proyeksi 29
c.1.13 ruang penonton 30
c.1.14 akustik 30
d.1 cineplex 30
d.2 foot court 31
d.3 restauran fast food 31
d.4 amunsement center 31
d.5 cinema lobby 31
d.6 retail 32
d.7 souvenir shop 32
II. 4 Deskripsi Kebutuhan Ruang 32
II.5 Proyek Sejenis 33
BAB III. ELABORASI TEMA
III.1. Pengertian 40
III.1.1 Alasan Pemilihan Tema 40
III.2 Tinjauan Fungsi 40
III. 2.1 pengertian ekspresionis 40
III.2.2 perkembangan aliran ekspresionis 41
III.2.3 karakteristik Ekspresionisme 44
III.2.4 karakteristik ekspresionisme melalui karya 45
III.3 interprestasi tema 47
III.4 studi banding tema sejenis 48
III.4.1 einstein tower by eric mendelson 48
III.4.2 eero Saarinen, twa building, new York_files 48
III.4.3 Guggenheim museum bilbao, bilbao, spain (frank o.gehry) 49
III.4.4 falling water 49
III.4.5 vitra design museum 50


11
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB IV. ANALISIS
IV.1. Analisa lokasi 52
IV. 1.1 lokasi 52
IV.2 . Tapak 54
IV.2.1 tata guna lahan 54
IV. 3. Analisis tapak 56
IV. 3.1. analisis di luar site 56
IV.3.2. analisi di dalam site 58
IV. 4. Sarana dan prasarana 59
IV.5. Skyline 60
IV.5.1 ketebalan bangunan 61
IV.5.3 pencapaian menuju site 62
IV.6. analisa potensi dan kondisi tapak 63
IV.6.1 sirkulasi 63
a. Kendaraan bermotor 63
b. Pejalan kaki 64
c. Oreintasi 64
d. Vegetasi 66
e. Matahari 67
f. Kebisingan 68
IV.7. Analisa fungsional dan kegiatan 69
IV.7.1 analisa aktifitas pemakai 69
IV.7.2 analisa sirkulasi 70
IV.7.3 analisa aktifitas dan kebutuhan ruang 73
IV.8 analisa dan program kebutuhan 74
IV.8.1 analisa aktifitas pemakai 74
IV.8.2 analisa aktifitas pengunjung 75
IV.8.3 analisa hubungan ruang 76
IV.8.4 analisa perilaku pengguna 76
IV.9 Analisa program ruang 77

BAB V. KONSEP PERANCANGAN
V.1. Konsep Perancangan Tapak 81
penzoningan 81


12
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
sirkulasi 82

Vegetasi 82

Pencapaian 83

V.2 konsep perancangan bangunan 83
V.3 konsep perancangan struktur 85
V.4 konsep perancangan utilitas 86

BAB VI. HASIL PERANCANGAN
VI.1. Gambar Perancangan 90
VI.2. Foto Maket Perancangan 91
Daftar Pustaka



13
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Pembagian WPP Kota Medan 12
Gambar 2.2 alternatif lokasi 1 14
Gambar 2.3 alternatif lokasi 2 15
Gambar 2.4 alternatif lokasi 3 16
Gambar 2.5 peta wilayah kota medan dan peta lokasi 19
Gambar 2.6 gambar perancanaan sistem akustik bioskop 21
Gambar 2.7 cinema 21 Sun plaza 34
Gamabr 2.8 cinema BFI IMAX LONDON 35
Gambar 2.9 theater imax Keong mas J akarta 36
Gambar 2.10 einstein tower by eric mendelson 48
Gambar 2.11 eero Saarinen, twa building, new York_files 48
Gambar 2.12 Guggenheim museum bilbao, bilbao, spain (frank o.gehry) 48
Gambar 2.13 falling water 49
Gambar 2.14 vitra design museum 50
Gambar 2.15 peta lokasi tapak 52
Gambar 2.16 kondisi sekitar site 53
Gambar 2.17 tata guna lahan 54
Gambar 2.18 pruntukan lahan 55
Gambar 2.19 analisa diluar site 57
Gambar 2.20 analisa didalam site 58


14
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Gambar 2.21 sarana dan prasarana 59
Gambar 2.22 skyline 60
Gambar 2.23 ketebalan bangunan 61
Gambar 2.24 pencapaian menuju site 62
Gambar 2.25 sirkulasi kendaraan bermotor 63
Gambar 2.26 sirkulasi pejalan kaki 64
Gambar 2.27 orentasi 65
Gambar 2.28 vegetasi 66
Gambar 2.29 matahari 67
Gambar 2.30 kebisingan 68
Gambar 2.31 penzoningan 81
Gambar 2.32 sirkulasi 82
Gambar 2.33 vegetasi 83
Gambar 2.34 konsep perancangan bangunan 84

DAFTAR DIAGRAM
Gambar 3.1 diagram pengertian ekspresionis 43
Gambar 3.2 diagram analisis pengunjung 70
Gambar 3.3 diagram analisis pekerja 71
Gambar 3.4 diagram analisis pengelola 71


15
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Gambar 3.5 diagram analisis pemakai 72

Gambar 3.6 diagram struktur organisasi 72

DAFTAR TABEL

Table 1.1 gedung bioskop yang beralih fungsi
Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi
Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan
Table 2.3 penilaian lokasi
Table perbandingan proyek sejenis
Table Karateristik Ekspresionisme Melalui Karya
Table, Ruang Pengunjung
Table Ruang Pekerja
Table, Ruang Pengelola
Table, analisa aktifitas dan kebutuhan ruang pengelola
Table. Analisa aktivitas dan kebutuhan ruang pengunjung
Tabel 5. Kegiatan Rekreatif
Tabel 6. Kegiatan penunjang
Tabel 7. Kegiatan pengelola
Tabel 8. Kegiatan pelayanan


16
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu kota yang cukup besar di Indonesia, Medan memiliki jumlah
penduduk sekitar 1.993.602 dengan kepadatan penduduk 7.520 / km yang bersifat heterogen.
Kota Medan yang sedang berkembang menjadi suatu kota Medan Metropolitan membuat
aktifitas dan mobalitas kota dan masyarakatnya menjadi tinggi. Kegiatan masyarakat menjadi
semakain padat dan beragam.
1


Sehingga dengan aktifitas yang cukup padat dan melelahkan tersebut, kebanyakan
masyarakat kota medan banyak yang merasa jenuh, letih, lesu, dan stress. Maka dari itu perlu
diperbanyak sarana-sarana hiburan suatu kota yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk
melepaskan dan menuangkan rasa lelah, jenuh, dan stress yang dikarenakan suatu aktifitas
yang padat tersebut. Salah satu contoh bentuk sarana hiburan yang dapat membantu
masyarakat termasuk kota medan ini bisa bermacam- macam seperti halnya cinema atau
cineplex yang lebih dikenal sebagai bioskop.
Beberapa tahun belakang ini percinemaan Indonesia banyak mengalami kemajuan dan
peningkatan yang pesat, diikuti pula dengan adanya minat masyarakat Indonesia termasuk
kota Medan terhadap perfilm-an pun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari begitu
padatnya bioskop-bioskop saat munculnya film-film baru, baik film dalam negeri maupun
luar negeri.
Industry film layar lebar didunia ini akhir akhir ini begitu semarak, dari Hollywood,
Bollywood, Hongkong, Jepang, Korea dan bahkan Indonesia sendiri semakin pesat. Gedung
bioskop merupakan salah satu media untuk mengenalkan, mempromosikan film film
terbaru.
Menonton film di bioskop merupakan kegemaran bagi segala kalangan umum baik
kawula muda, remaja, maupun dewasa sampai orang tua. Dikota Medan ini ada banyak
gedung gedung biokop dari yang kelas bawah sampai yang kelas menengah, dari yang lama
sampai yang baru. Ada juga yang terletak di dalam Mall, Plasa, dan ada yang berdiri sendiri
sebagai gedung bioskop. Akan tetapi sejauh ini banyak juga gedung gedung bioskop di
Kota Medan yang berdiri sendiri kebanyakan sudah tidak difungsikan lagi.

1
BPS


17
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Table 1.1 gedung bioskop yang beralih fungsi
Nama Bioskop Fungsi Baru Alamat
Bioskop Remaja Bank BRI Jl. Sisingamangaraja
Bioskop Bahagia Supermarket Mandiri Simpang Jalan Bahagia
Bioskop Irama Supermarket Suzuya Jl. Brigjen Katamso
Bioskop King Supermarket Macan Yaohan Pulo Brayan
Sumber : Hasil olah data
Pada masa sekarang ini seiring dengan kemajuan teknologi dan dengan perubahan
zaman yang sangat pesat tantangan yang sangat berat yang harus dihadapi para pengusaha
film ini adalah ; meraka harus berhadapan dengan para pengusaha perfilman yang menjual
filmnya tidak hanya dalam bentuk pita seluloid saja, akan tetapi juga dalam bentuk VCD dan
DVD, dan ada juga yang bersifat original maupun bajakan yang kian diburu oleh masyarakat
yang haus akan hiburan perfilman di tanah air Indonesia. Yang dapat di pakai secara personal
di rumah atau sengaja menonton sendiri, tanpa harus berdesak desakan membeli karcis.
Seperti halnya ketika ia ingin menonton sebuah film di bioskop.
Apalagi di tambah dengan adanya fasilitas fasilitas yang mendukung yang belum
pernah ada di Medan khususnya yaitu fasilitas yang dilengkapi dengan adanya Home
Theatres dan fasilitas menonton secara 3 Demension maka tantangan bioskop untuk tetap
bersaing di dunia hiburan khususnya perfilman semakin besar. Dimana mereka dapat
menikmati film dengan santai dan kursi yang nyaman serta suasana rumah yang santai. Dan
dapat menonton secara 3D yang cukup memukau.
Untuk membuat home theaters itu sendiri perlu banyak pengeluaran biaya yang tinggi
oleh karna itu hanya orang orang tertentu saja yang punya alat dan gedung biskop yang
seperti itu. Tapi bila perangkat pemutar film VCD dan DVD kian murah saja bila dibeli
orang, dan juga gampangnya orang membeli film film bermutu maupun muarahan dalam
bentuk VCD dan DVD. Adakah hal ini benar benar menjadi ancaman bagi bioskop.
J ika pengusaha bioskop di negeri ini tidak mampu membaca gerak zaman yang begitu
pesat maka bioskop akan kehilangan penonton.
Meskipun begitu keberadaan gedung bioskop tetap yang menjadi pilihan orang untuk
dinikmati sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah dan kepenatan yang dihasilkan dari
tekanan kerja dan pendidikan, karena bagaimanapun ada beberapa hal yang orang tidak bisa
dapatkan di Home Theaters selain datang ke bioskop.


18
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Semua masalah pasti selalu ada pemecahannya maka tantangannya yang harus
dihadapi adalah mewujudkan sebuah Cineplex yang mampu mengimbangi kemajuan dan
baru sehingga dicari masyarakat.

1.2 PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana merancang sebuah Cineplex yang dapat bersaing dengan kemajuan jaman
dan baru sehingga meningkatkan anemo penonton.
Bagaimana mewujudkan rancangan bentuk bentuk bangunan yang sesuai dengan
judul yang di angkat dan tujuan yang hendak dicapai untuk menunjang keberadaan
proyek bangunan.
Bagaimana menciptakan konsep cinema yang berbeda dan menarik dari konsep
cinema yang tealah ada, sehingga bangunan ini nantinya benar benar dapt menarik
minat masyarakat dan memuaskan para penontonnya.
Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang digunakan dan mewujudkannya
kedalam bangunan melalui tahapan perancangan.
Bagaimana menentukan fungsi fungsi kegiatan dan fasilitas fasilitas yang akan
ada didalam bangunan dan mewujudkannya kedalam suatu rancangan bangunan
sehingga terwujudnya suatu gedung yang di inginkan.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun Maksud dan tujuan dari pembangunan Cinema Entertainment ini adalah:
Maksud dari proyek ini :
Mampu menghadirkan fasilitas hiburan untuk keluarga, dan penonton merasa nyaman
dan santai dalam menikmati film.
Bukan hanya pemutaran perfilman dalam dan luar negeri saja akan tetapi pemutaran
film perdana ( premiere ).
Mengingat didalamnya juga terdapat fasilitas penunjang akan tetapi bangunan
utamanya adalah Home Theaters.
Tujuan dari proyek ini :
Menambah wawasan bagi mahasiswa terhadap berbagai hal yang berkaitan erat
dengan perkembangan desain interior dan eksterior, khususnya yang berkaitan


19
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
dengan bioskop.
Merancang pembagian dan penataan ruang untuk bioskop yang dapat memenuhi
harapan dan kepuasan pengguna dari segi estetika ruang dan fungsinya.
Mampu menarik minat masyarakat untuk keinginannya dalam menonton film.
Bangunan yang ramah lingkungan.

1.4 MANFAAT PERANCANGAN
Dengan melihat kembali pada latar belakang masalah yang ada keberadaan bioskop
yang menawarkan fasilitas yang nyaman dan lengkap berhubungan dengan film, dimana
fasilitas yang di tawarkan merupakan kenyamanan, informasi tentang film, penyediaan film,
interior dan exterior yang indah dan enak di lihat, kepuasan jasmani sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi para penggemar film yang menyukai menonton di layar lebar dari
pada menonton hanya dirumah melalui VCD / DVD serta dapat memancing penggemar film
yang menyukai atau yang puas hanya menonton dari televise dirumah untuk menikmati
fasilitas dan kelebihan yang disajaikan oleh bioskop ini yang tidak didapatkan mereka di
rumah maupun ditempat lain. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah suasana, kenyamanan,
dan pelayanannya.

1.5 METODE PENDEKATAN
Pendekatan pendekatan yang dilakukan dalam proses pengembangan konsep dan
perancangan antara lain :
Studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang digunakan untuk
mendapatkan informasi dan bahan literature yang sesuai dengan materi laporan untuk
memperkuat fakata secara ilmiah.
Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis yang mendukung proses perencanaan
dan perancangan yang diperoleh dari buku, majalah, internet, ataupun survey
lapangan.
Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan studi perpustakaan untuk mendapatkan data
sebagai landasan teori dengan membaca literature, buku, tabloid, internet, dan media
lain yang berhubungan dengan perancangan interior Cineplex ( bioskop )
Observasi, dengan melakukan pengamatan terhadap ruang bioskop dan fasilitas yang


20
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
tersedia utuk melihat keadaan dan permasalahan umum yang ada serta memperoleh
data data. Contohnya : mengamati pola sirkulasi dan aktifitas yang dilakukan
pengunjung, pemilik, dan karyawan.
Survey, dengan meninjau bioskop secara langsung serta mengadakan pengamatan dan
pengukuran obyek dalam bioskop dan fasilitasnya. Contohnya : mengamati proses
kerja, mengukur alat alat yang dipakai untuk proses pemutaran film, akustik, dan
sebagainya.

1.6 LINGKUP
Dalam tugas akhir ini yang akan dibahas seluruh aspek fisik da perancangankasus proyek
bangunan, yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan, pembentukan ruang dan
arus sirkulasi dalam dan liar bangunan pada lokasi tapak perancangan.

1.7 BATASAN
Pada kasus proyek gedung cinema yang dilengkapi dengan home theaters dan fasilitas
pendukung lainya hanya sebagai wadah untuk pemutaran film film dalam dan luar negeri
dan film perdana dan sebagai temapat hiburan untuk keluarga dan tempat rekreasi.

1.8 ASUMSI ASUMSI
Dengan pertimbangan bahwa kasus proyek bersifat fiktif, maka dibutuhkan asumsi asumsi
sebagai dasar penerapan dan perancangan proyek, di antaranya.
Kepemilikana bangunan diasumsikan sebagai milik swasta dengan penekanan sebagai
fungsi bangunan komersil.
Kondisi tapak diasumsikan beruapa lahan kosong dan layak untuk didirikan bangunan
dengan peruntukan lahan sesuai dengan RUTRK Kotamadya Medan.
Perkembangan perfilman di Indonesia semakin meningkat.


21
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )

1.9 KERANGKA BERFIKIR
CINEMA ENTERTAINMENT



















Latar Belakang:
Percinemaan di Indonesia sedang berkembang
Butuh sarana hiburan yang ringan dan menyenangkan di kota Medan
Belum adanya home theatre dimedan
Tujuan:
Menciptakan suatu pusat hiburan berupa Cinema Entertainment yang bertemakan
Arsitektur ekspresionis
Menambah sarana hiburan masyarakat dalam bentuk tontotan film terutama hiburan
untuk keluarga.
Pengumpulan data


Data Primer
Data penduduk

Survey
Data sekunder
Studi banding :
Cineplex sun 21 sun plaza
Theatre IMAX Keong emas
www. Bfi London Imax
Literatur
Neufert, Data Arsitek






Analisa
Fisik: Non Fisik:
- Site - Pengguna


Konsep
Fisik: Non Fisik:
- Site - Ruang dalam


Skematik Design
Final Design
Lokasi
Sasaran:
Masyarakat kota Medan dari semua kalangan dan rentang usia 15-54 atau namun
tidak menutup kemungkinan diluar rentang usia tersebut




22
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
1.10 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan : berisi kajian tentang latar belakang pembangunan cinema entertainment,
maksus dan tujuan, masalah perancangan, manfaat perancangan, lingkup dan batasan dan
metode pendekatan.

Bab II Deskripsi Proyek : berisi tentang pembahasan mengenai terminology judul, pemilihan
lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan
fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

Bab III Elaborasi Tema : menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interprestasi tema,
keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

Bab VI Analisa Perancangan : menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa
fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema, serta kesimpulan.

Bab V Konsep Perancangan : menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang
digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.

Lampiran : merupakan hasil keluaran berupa Gambar hasil Perancangan Arsitektur dan
Dokumentasi dan Maket.

Daftar Pustaka : berisi daftar pustaka yang dugunakan sebagai literature selama proses
perencanaan dan perancangan kasus proyek.


23
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 JUDUL DAN PENGERTIAN JUDUL
Judul proyek yang direncanakan adalah Cinema Building .
Bioskop : ( Belanda ; bioscoop dari bahasa yunani dan berarti gambar
hidup adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar
lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.
2
: Wadah bagi masyarakat untuk menikmati pertunjukan film,
dimana mereka mencurahkan segenap perhatiannya dan seluruh perasaannya kepada
gambar hidup yang disaksikan, seolah-olah mereka menyaksikan sesuatu cerita yang
benar benar terjadi dihadapanya.

3
Cinema : Bioskop sebagai gedung tempat orang menonton film secara
Missal.
4
a. Cinema, yaitu bioskop yang lebih dari satu dan terdapat kelas kelas yang berbeda
sesuai dengan keinginan penonton.

Cinema Building merupakan bangunan yang menyediakan fasilitas nonton secara massal
dan juga menyediakan fasilita hiburan keluarga.
Gedung ini memiliki fungsi utama sebagai pemutaran film ( cinema, home theaters ), selain
itu juga terdapat fungsi fungsi penunjang lainnya yang dapat saling mendukung satu sama
lain, seperti restaurant, book cinema, retail, souvenir shop, dan lain sebagainya.
Fasilitas yang ada didalamnya meliputi :
b. Home theaters, fasilitas sama dengan bioskop biasa akan tetapi di dalamnya hanya
memuat antara 8 10 orang.
c. Studio film, merupakan fasilitas yang digunakan untuk perfilman, didekorasi
sedemikian rupa sesuai dengan yang dibutuhkan untuk suatu film.
d. Restaurant, merupakan fasilitas bangunan yang menyediakan aneka makanan dan
minuman.

2
Sutjadi, jhon. H, kamus lengkap inggris-indonesia, penerbit indah, jakarta
3
www.google.com
4
Ahmad, hamzah dan ananda santoso, 1993, kamus pintara bahasa Indonesia, balai pustaka, jakarta


24
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
e. Retail shop, souvenie shop, yang menyajikan barang barang yang berhubungan
dengan dunia perfilman dan perbioskopan.
f. Loket, berada dalam area public yang berfungsi sebagai tempat pembelian tiket
sebagai akses masuk ruang auditorium.
g. Papan box office, dimana pada area ini poster atau gambar film yang akan, belum,
sudah diputar dipamerkan untuk menjadi pilihan dan keputusan para pengunjung
untuk ditonton.
h. Ruang service, ruang service dapat digolongkan didalamnya adalah toilet, ruang
perawatan, dan kebersihan.
i. Amusement Center, merupakan fasilitas yang menawarkan beberapa permainan yang
berhubungan dengan ketangkasan dan hiburan
Disamping itu perancangan ini tetap berfokus pada perancangan dan perencanaan
penggunaan bahan, material serta warna yang tepat untuk dinding, plafond, lantai, perabot,
dan aksesorisnya. Dan harus tetep memperhatikan organisasi ruang, hubungan antar ruang,
aktivitas pengguna, pencahayaan ruang, penghawaan, utilitas, antropometri, ergonomic ruang
dan perabot.

2.2 LOKASI
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Dengan pertimbangan segi fungsi, maka diperlukan yang dapat mendukung tujuan dari
bangunan dan membantu kelancaran aktifitas yang berlangsung didalamnya. Didalam table
berikut terdapat beberapa factor yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi bangunan.
a. Kriteria Pemilihan Lokasi
Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan lokasi mengingat fungsi bangunan yang
dirancang merupakan bangunan fasilitas hiburan yang bersifat public dan berskala kota.
Berikut ini table kriteria pemilihan lokasi ;

Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi
5



5
Sumber: Neufert Data Arsitek, RUTRK Medan



25
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
No. Kriteria Lokasi
1. Tinjauan terhadap struktur kota Berada di kawasan sub urban yang
merupakan daerah pengembangan
perdagangan dan rekreasi.
Berada di dekat jalan besar
2. Pencapaian Dapat diakses dari seluruh penjuru kota,
baik angkutan umum maupun pribadi.
3. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-
fungsi yang dapat saling mendukung
dengan bangunan yang direncanakan atau
di sekitar pemukiman yang belum ada
fasilitas hiburannya.
4. Peraturan Tanah milik pemerintah atau pribadi Nilai
lahan cukup tinggi untuk daerah komersil.
Untuk pengembangan kawasan
permukiman, perdagangan dan rekreasi ,
WPP D atau WPP E
KDB bangunan 60%
KLB bangunan 4-6 lantai

2.2.2 Pemilihan Lokasi
Untuk mencapai target yang diharapkan, maka acuan yang hendak dipakai dalam
menentukan lokasi site adalah WPP yang terdapat dalam RUTRK pemerintah kota Medan.
Berikut merupakan table Wilayah Pengembangan Pembangunan beserta peruntukan
wilayahnya.


26
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan
WPP Cakupan
Kecamatan
Pusat
Pengembangan
Peruntukan Lahan Program Pembangunan
A M. Belawan
M. Marelan
M. Labuhan
BELAWAN Pelabuhan, Industri,
Permukiman,
Rekreasi, Maritim
Jalan baru, jaringan air
minum, septic tank,
sarana pendidikan dan
permukiman.
B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran,
Perdagangan,
Rekreasi Indoor,
Permukiman
Jalan baru, jaringan air
minum, pembuangan
sampah, sarana
pendidikan.
C M. Timur
M. Perjuangan
M. Tembung
M. Area
M. Denai
M. Amplas
AKSARA Permukiman,
Perdagangan,
Rekreasi
Sambungan air minum,
septic tank, jalan baru,
rumah permanen, sarana
pendidikan dan
kesehatan.
D M. Johor
M. Baru
M. Kota
M. Maimoon
M Polonia
INTI KOTA CBD, Pusat
Pemerintahan,
Hutan Kota, Pusat
Pendidikan,
Perkantoran,
Rekreasi Indoor,
Permukiman
Perumahan permanen,
pembuangan sampah,
sarana pendidikan.


27
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
E M. Barat
M. Helvetia
M. Petisah
M. Sunggal
M. Selayang
M. Tuntungan
SEI
SEKAMBING
Permukiman,
Perkantoran,
Perdagangan,
Konservasi,
Rekreasi, Lapangan
Golf, Hutan Kota
Sambungan air minum,
septic tank, jalan baru,
rumah permanen, sarana
pendidikan dan
kesehatan.




WPP D
Pusat Bisnis(CBD), pusat
pemerintahan,
perumahan, hutan kota
dan pusat pendidikan
WPP E
Perumahan,
perkantoran,
konservasi, la









WPP A
Merupakan Kawasan
Pelabuhan, industri,
pergudangan dan
permukiman
WPP B
Merupakan kawasan
perkantoran dan
perdagangan
WPP C
Merupakan kawasan
pemukiman,pendidikan,rekre
asi, dan perdagangan



28
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
a) Alternatif Lokasi
Berdasarkan kriteria kriteria tersebut didapat 3 alternatif site yaitu :
Lokasi 1 : J l. Putrid Hijau, kecamatan Medan Barat
Lokasi 1 : J l. Perintis Kemerdekaan
Lokasi 3 : J l. Gatot Subroto simpang J l. Asrama
Lokasi 1 :
Kasus Proyek : Family Entertainment Cinema
Status Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Pihak Swasta
Lokasi Tapak : J ln. Putri Hijau, Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan
Batas-batas site
o Batas Utara : JL.Putri Hijau II, Kantor BTPN, Pemukiman
penduduk.
o Batas Timur : JL.Putri Merak J ingga, bangunan komersil, swalayan
o Batas Selatan : Jalan kecil dan kantor polisi
o Batas Barat : JL.Putri Hijau, RS Tembakau Deli
Luas Lahan : + 2,0 Ha (+ 20.000 m
2
)
Kontur : Datar
KDB : 60 %
KLB : 3-5 lantai
GSB
o J ln. Putri Hijau : 12 meter
o J ln. Putri Merak J ingga : 8 meter
o J ln. Putri Hijau II : 5 meter
o J ln. kecil : 4 meter
Bangunan Eksisting : lahan kosong dan rumah tua
Potensi Lahan :
o Terletak dipusat kota
o Berada pada kawasan komersil dan pariwisata
o Transportasi lancar dan baik
o Luas site mendukung + 2,0Ha
o Memiliki jalur utilitas yang baik.


29
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )











Lokasi 2 :
Lokasi Site :Persimpangan J l Putri Hijau dan J l. Perintis
Kemerdekaan
Eksisting Site : Lahan Kosong yang ditumbuhi oleh semak belukar
Kecamatan : Medan Barat
Luas Lahan : 25.000 m
2

Luas Bangunan : 20.772 m
2

Lebar Jalan :
- J l. Perintis Kemerdekaan =20 m
- J l. Gaharu =12 m
- J l. Timor = 10 m
GSB :
- J l. Perintis Kemerdekaan = 11 m
- J l. Gaharu = 9 m
- J l. Timor = 6 m
KDB : 60 % x 17.000 m
2
= 10.200 m
2

KLB : 1-5
Ketinggian Bangunan :3Lantai

Alternatif 3
Lokasi ini berada di J L.Putri Hijau
Kec. Medan Barat dan berada di WPP E
Luas Site 2,0 Ha
Batas-batas site :
Utara :JL.Putri Hijau II, kantor BTPN,
bangunan komersil & pemukiman.
Selatan : Jalan Kecil, Kantor Polisi,
pemukiman
Timur : JL.Putri Merak J ingga,
bangunan komersil
Barat : JL.Putri Hijau, RSU Tembakau
Deli.


30
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )






















Kondisi lingkungan
Lokasi tapak terpilih berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, kecamatan Medan Timur,
Kodyamadya Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Dengan spesifikasi lahan yaitu 4,2 Ha (
42.000 m ). Kontur lahan diasumsikan datar. KDB sekitar 80 %. LKB berkisar 3-6 lantai.
GSB pada jlan Perintis Kemerdekaan yaitu 10 meter, jalan Gaharu yaitu 10 meter, jalan
Kemuning yaitu 5 meter, jalan Timor yaitu 8 meter.

Lokasi 3 :
Lokasi : Jl. Asrama simpang
Jl. Gatot Subroto
U
BATAS BARAT SITE
PT. CATUR MADA
SENTOSA
BANK MANDIRI RUMAH
PENDUDUK
BANK EKONOMI
B
A
T
A
S
S
E
L
A
T
A
N
BEBERAPA USAHA
SABLON,REKLAME
B
A
T
A
S

U
T
A
R
A
UNIVERSITAS HKBP
NOMMENSEN
BATAS TIMUR SITE


31
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kelurahan : Sei Sikambing
Kecamatan : Medan Helvetia
Luas Lahan : 1,7 Ha
GSB : 10 meter
KLB : 6 lantai
KDB : 60%
Luas dan ketinggian bangunan:
5000 m2,
3-5 lantai
Pemilik : swasta
Sifat : fiktif

Kondisi lingkungan:
Letak geografis kota Medan berada pada 227-247 lintang utara dan 9835-9844
bujur timur. Berada 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. Topografi site datar (tidak
berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum berkisar 23,3C 24,4 C dan suhu
maksimum berkisar 30,7C 33,2C.
Batas utara :permukiman
dan tanah kosong
Batas timur perkantoran dan
PRSU

Batas selatan
pertokoan
Batas barat berbatasan
dengan tanah kosong
dan pom bensin



32
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
2.2.3 Penilaian Alternatif Lokasi
a) penilaian lokasi
Table 2.3 penilaian lokasi
No Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Jl. Perintis
Kemerdekaan
JL. Gatot
Subroto
JL. Putri Hijau
1. Berada di kawasan sub urban yang
merupakan daerah pengembangan
perdagangan dan rekreasi.
++ ++ +++
2. Daerah komersil dan pendidikan +++ ++ +++
3. Aksesbilitas
Kenderaan pribadi +++ +++ +++
Kenderaan umum +++ +++ +++
Pejalan kaki +++ ++ +++
4. Fasilitas pendukung
Pusat perbelanjaan (radius 500 m) + ++ +++
Hotel (radius 500 m) ++ +++ +++
Permukiman +++ ++ +++
Rumah makan (radius 500 m) ++ +++ +++
Sarana dan prasarana (radius 500 m) ++ +++ +++
5. Kesesuaian dengan RUTRK Medan +++ +++ +++
Jumlah 29 + 28+ 33+

Keterangan :
+ : kurang
++ : cukup
+++ : baik



33
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
b) penempatan Lokasi
Berdasarkan penilaian secara umum untuk lokasi site ternyata yang memiliki nilai
plus ( +) paling banyak yaitu lokasi 3 yaitu J l. Putri Hijau.
Keistimewaan site :
Posisi site pada saat ini tidak jauh dari pusat kota, namun berdasarkan RUTRK
Medan, untuk pengembangan ke depan, daerah ini akan menjadi daerah komersil, dan tempat
hiburan keluarga. Bangunan penunjang di sekitar site adalah kawasan komersil dan hotel
uang merupakan kawasan yang begitu banyak kesibukan.
Untuk transportasi dari dan ke site ( khususnya kendaraan umum ) sangat banyak, hal
ini membuat pengunjung tetap merasa aman untuk datang dan pulang ke bangunan sampai
malam hari.
Deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai tapak rancangan
Kasus Proyek : Family Entertainment Cinema
Status Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Pihak Swasta
Lokasi Tapak : J ln. Putri Hijau, Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan
Batas-batas site
o Batas Utara : JL.Putri Hijau II, Kantor BTPN, Pemukiman
penduduk.
o Batas Timur : JL.Putri Merak J ingga, bangunan komersil, swalayan
o Batas Selatan : Jalan kecil dan kantor polisi
o Batas Barat : JL.Putri Hijau, RS Tembakau Deli
Luas Lahan : + 2,0 Ha (+ 20.000 m
2
)
Kontur : Datar
KDB : 60 %
KLB : 3-5 lantai
GSB
o J ln. Putri Hijau : 12 meter
o J ln. Putri Merak J ingga : 8 meter
o J ln. Putri Hijau II : 5 meter
o J ln. kecil : 4 meter
Bangunan Eksisting : lahan kosong dan rumah tua


34
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Potensi Lahan :
o Terletak dipusat kota
o Berada pada kawasan komersil dan pariwisata
o Transportasi lancar dan baik
o Luas site mendukung + 2,0Ha
o Memiliki jalur utilitas yang baik.


2.3 TINJAUAN FUNGSI
2.3.1 Klasifikasi Bioskop
Berdasarkan Ernst Neufert dalam Data Arsitek edisi 2 hal 129-134 klasifikasi bioskop dapat
dibagi menjadi:
a. 1. Berdasarkan karakter:
a. Bioskop tertutup
6
a. Bioskop komesial

Jenis bioskop ini menyajikan media tontonan berupa film di dalam ruangan tertutup,
sehingga penonton terlindung dari gangguan cuaca. Ruangannya sangat terikat pada
persyaratan teknis akustik, cinematografi, dan keamanan umum yang berada dalam ruangan
tersebut.
b. Bioskop terbuka
Penonton bioskop terbuka menikmati pertunjukan di arena / lapangan terbuka,
sehingga keadaan bioskop ini tidak menuntut kondisi dengan persyaratan teknis bangunan.
a. 2. Berdasarkan sifatnya

6
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133

site


35
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kegiatannya berdasarkan pada bisnis yang bersifat komersial, sehingga
penyelenggara selalu menyediakan film-film yang sesuai dengan selera masyarakat.
b. Bioskop Art dan Dokumenter
Biasanya bioskop ini memutar film-film yang berisi tentang apresiasi seni dan budaya.
a..3. Berdasarkan kapaitasnya:
a. Bioskop sangat besar : kapasitas diatas 1500 kursi
b. Bioskop besar : kapasitas 900 1500 kursi
c. Bioskop sedang : kapasitas 400 - 900 kursi
d. Bioskop kecil : kapasitas di bawah 400 kursi
a. 4. Secara umum bioskop dapatdibedakan atas 3 (tiga) golongan/ kelas yaitu:
a. Kelas A
a. Kapasitas tempat duduk berkisar 400-900 seat.
b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang pertama
c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian
bahan yang memenuhi syarat sangat baik ditambah penghawaan AC sentral.
d. Electrical power biasanya terdapat generator disamping tenaga listrik dari PLN.
e. Jumlah ruang studio minimal 4 buah.
b. Kelas B
a. Kapasitas tempat duduk berkisar 200-400 seat.
b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang pertama ataupun kedua.
c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian
bahan memenuhi syarat dengan cukup ditambah penghawaan AC sentral atau AC
unit.
d. Electrical power biasanya terdapat generator disamping tenaga listrik dari PLN.
e. Jumlah ruang studio minimal 2 buah.
c. Kelas C
a. Kapasitas tempat duduk umumnya kecil berkisar 100 - 200 seat.
b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang kedua dan ketiga.
c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian
bahan yang memenuhi syarat minimal.


36
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
d. Sistem penghawaan umumnya menggunakan blower dan exhauter.
e. Electrical power hanya menggantungkan pada PLN, sehingga kemungkinan
terganggu bila aliran listrik terputus.
f. Jumlah ruang studio minimal 2 buah.
Kriteria cinema::
1. Ruang
Maksudnya adalah dimensi ruang studio film. Ruang penonton yang efisien adalah
12x 20m. Dimensi panjang disesuaikan dengan kemakmpuan proyektor yang di pakai.
Penonton yang dapat ditamping adalah sekitar 200 org. Penataan lantai dibuat meninggi dari
arah belakang sehingga dapat dicapai keleluasaan pandang dan daya tangkap bunyi langsung
dengan baik serta dapat diperoleh kemampuan akustik yang baik.

2. Faktor pendukung akustik.
Beberapa faktor kriteria yang mendukung sistem cineplex adalah:
a. Bentuk lantai berbentuk kipas dan cukup dimiringkan paling cocok dengan persyaratan
untuk melihat dan kebutuhan akustik.
b. Pemantulan bunyi harus digunakan diatas layar, seluruh langit-langit atau sedikitnya
sebagian besar daerah tengah harus dibuat reflektif.
c. Layar proyeksi dan pengeras suara dibelakangnya harus cukup tinggi bagi seluruh
penonton agar terliputi dengan baik oleh berkas bunyi.
d. Lantai penonton harus dimiringkan dengan warm pada bagian belakang untuk
menyediakan garis pandang yang jelas untuk seluruh penonton, dengan demikian
menyediakan pengadaan bunyi langsung yang banyak.
Sistem layar pertunjukan
Dahulu, layar bioskop dipasang dan disesuaikan
dengan bentuk-bentuk gedung pertunjukan, sedangkan
sekarang desain interiornya lebih ditentukan oleh ukuran
gambar yang diproyeksikan (cinemascope, cinerama, Todd
AO, Circerama, IMAX dan untuk bioskop yang lebih kecil
yang menggunakan sirkuit TV tertutup). Bioskop tradisional
memiliki gambar yang kecil sedangkan sistem cinerama


37
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
dimana 3 proyektor utamanya memproyeksikan gambar pada layar selebar 30,5 m (lihat
gambar. 13). Sistem ini kemudian di kembangkan lagi dengan hanya menggunakan 1
proyektor saja (sistem IMAX) dimana film 70 mm diproyeksikan horizontal dengan
perbesaran kerangkanya dan mengahsilkan gambar berukuran 36,5 m, tempat duduknya
disusun dekat layar agar penonton dapat melihat seluruh bagian gambar tanpa harus
menggerak-gerakkan kepalanya ke samping, ke atas, ataupun kebawah; untuk itu dibutuhkan
proyektor dan auditorium khusus.
Gambar 4. Gedung bioskop tradisional (a) dan gedung dgn sistem cinerama yg asli (b)
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133

Sistem circarama yang menggunakan 11 proyektor
menghasilkan suasana keterlibatan penuh pada penonton
walaupun tidak dilengkapi tempat duduk, karenanya perlu
dilengkapi pagar pegangan agar penonton tidak terjungkal.
Gambar.5. Contoh gedung bioskop circarama; layar
melingkar (370) 11 proyektor terpadu menghasilkan
gambar yang saling menyambung. (Expo, Brussel-Belgia)
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133
Perkembangan lebih lanjut yang digunakan pada taman-tamana hiburan tertentu dan
saat inipun terus dicoba di berbagai penjuru dunia yakni teknik audio-visual yang
menggunakan beberapa proyektor otomatis untuk memproyeksikan gambar-gambar tetap
dengan efek-efek auditorium dan sistem suara jalur-ganda magnetis (multi-track magnetic
sound system) (lihat gambar.15). Sistem proyeksi TV saluran tertutup dimungkinkan melalui
pengembangan dan peningkatan saluran elektronika; dapat menghasilkan gambar dengan
ukuran 2430 x 1830. Dengan menggunakan layar Eidophor berukuran lebih dari 9 m x 12
m, juga memungkinkan gambar-gambar dapat diproyeksikan di atas layar tersebut.




Gambar 6. Ketentuan
dasar ketingian auditorium
Sumber: Neufert Data
Arsitek 2, Hal. 133



38
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
a. Deskripsi pengguna dan kegiatan
Bangunan Medan Cinema Building ini merupakan suatu gedung yang merupakan wadah
suatu kegiatan menonton film dan kegiatan hiburan lainnya yang bernuansa cinema/ film.
Pelaku aktifitasnya terdiri atas 3 kelompok yaitu pengunjung, pengelola dan service, sasaran
pengunjung adalah masyarakat yang berasal dari seluruh penjuru kota Medan, baik
masyarakat kota, maupun turis domestic atau mancanegara dalam rentang usia muda sampai
tua. Kegiatan yang dilakukan dalam bangunan ini antara lain menonton, jalan-jalan, makan,
dan kumpul-kumpul (bersosialisasi).
c. Deskripsi persyaratan ruang dan kriteria ruang
c.1. Peraturan perencanaan bioskop:
c. 1.1. Pintu dan koridor
Lebarnya memenuhi persyaratan untuk pintu darurat sebesar
100cm. Pintu-pintu membuka ke luar kearah aliran udara pada saat
darurat.(lihat gambar. 4) Pintu-pintunya merupakan pintu bebas
serta dapat menutup sendiri.
Gambar 7. pintu dan koridor
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 130
c. 1.2. Tangga
Bila lebar tangga lebih dari 1800 maka harus dirancang
menjadi 2 jalur tangga dengan 1 pagar pegangan ditengahnya.
Jumlah anak tangga yang diperkenankan tidak kurang dari 3
dan tidak lebih dari 16 anak tangga pada tangga langsung.
Maksimum dua jalur tangga tangga tanpa belokan diperkenankan tetapi jumlah anak
tangga dikurangi menjadi 12. Borders bagian atas, bawah, dan diantara dua jalur tangga harus
memiliki lebar yang disyaratkan.
c. 1.3. Tempat Duduk
Ukuran tempat duduk bergantung
pada jenis kursi dan jarak tempat duduk
Gambar 8. Tangga
Sumber: Neufert Data Arsitek 2,


Gambar 9. urutan tempat duduk
Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal. 146



39
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
yang disyaratkan. Kursi bergaya tradisional membutuhkan jarak minimum 840 dan lebar
500. Kursi bergaya modern mempunyai ukuran
yang bermacam-macam dapat membutuhkan jarak 1400 dan lebar 750. Tempat duduk
biasanya disusun dalam deretan lurus atau
melengkung. Jalan masuk ke auditorium, tempat
duduk dapat berjenjang dari bawah ke atas melalui
gang-gang (lihat gambar. 6). Blok deretan biasanya
tidak lebih dari 14 kursi. Jarak dari layar ke deretan
kursi terdepan ditentukan oleh sudut maximal yang
diinginkan antara garis pandang deret tersebut
dengan ujung atas layar dan tegak lurus dari layar ke
titik tersebut. Sudut maximal yang disarankan adalah
30 - 35 (lihat gambar. 7). Batas sudut pandang 35 diatas garis horizontal akan
menghasilkan jarak ke layar pada garis 1,43 x tinggi dari ketinggian mata deretan terdepan ke
ujung atas layar.
c. 1.4. Jalan masuk ke auditorium
Pada tempat duduk berjenjang dapat dari bawah ke atas
melalui gang ke atas atau dari belakang, masing-masing akan
melalui persilangan gang-gang.(lihat gambar.8). Gang samping
atau belakang perlu diperlebar untuk memudahkan jalan keluar
dan untuk mengawasi penonton.


c. 1.5. Ruang Proyektor
Biasanya dipisahkan menjadi kamar untuk menggulung dan memproyeksikan film
yang dilengkapi ruang pengatur cahaya, ruang baterei, ruang tempat distribusi, listrik, ruang
lampu sorot, bengkel, ruang pegawai, dan gudang, masing-masing cukup mempunyai luas
antara 6-10 m. Bila yang digunakan hanya film tahan api (untuk keamanan), pintu keluar
dapat dari dalam saja. Sedangkan bila yang digunakan film tidak tahan api, dibuat satu pintu
Gambar 10. Ruang penonton
Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal 146
Gambar 11. Jarak kursi
Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal 147



40
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
keluar menuju ke ruang terbuka dan harus dibuat menara kaca dengan bukaan 0,19 m untuk
setiap 640m dari film yang digunakan dan disimpan dalam ruang tersebut. Pintu keluar yang
menuju ke tempat umum melalui lobby berventilasi yang terlindung. Ruang sirkulasi untuk
pelayanan dan pintu keluar masuknya harus disediakan disekitar peralatan; panjang dinding
depan sebesar 5500 x kedalaman ruang 3500 merupakan ukuran rata-rata. Lebar tangga dan
pintu dapat dialalui peralatan; tinggi anak tangga tidak boleh lebih 190 dan lebar minimum
250 (lihat gambar 9).


Ukuran gambar pada layar bervariasi sesuai dengan sistem film yang dipakai,
karenanya operator harus dapat menentukan ukuran yang diperlukan. Berkat kemajuan
teknologi mengakibatkan munculnya berbagai ukuran tinggi maupun lebar gambar, dimana
ukuran lampu yang digunakan ditentukan oleh efek maksimum luas gambar yang diperoleh
dengan menggunakan rasio luas setara yang berbeda.
Bila menggunakan film 70 mungkin membutuhkan layar yang lebih lebar. Lebar layar
maksimal yang biasa dipakai adalah 20 m untuk film 70 dan 13 m untuk film 35. Ukuran
layar harus sebesar mungkin sesuai ukuran maksimumnya atau hingga mencapai lebar tempat
duduk, pilih yang lebih kecil; dan rasio (nisbah) lebar layar terhadap jarak pandang maksimal
sebaiknya dari 1:2 sampai 1:3. Disarankan memungkinkan penggunaan panjang lensa
standart dari menghindari gambar yang terlalu kecil. Gambar yang lebih lebar akan
memerlukan lensa-lensa khusus (lihat gambar 12).





Gambar 12. Diagram ruang proyektor
Sumber : Neufert Data Arsitek 2, Hal. 131

Gambar
13. Rasio film
yang umum
Sumber: Neufert Data Arsitek
2, Hal. 131



41
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Untuk menghitung lebar gambar yang diperoleh dari lensa tertentu dapat menggunakan
rumus:
Lebar =lebar kerangka alat mempertajam film x panjang sorotan
Panjang titik api lensa
Untuk proyektor anamorphis (cinemascope) layar lebar, perhitungannya:
Lebar =lebar kerangka alat mempertajam film x panjang sorotan x 2
Panjang titik api lensa
Layar lengkung mulanya dikembangkan untuk mengatasi pecahnya cahaya yang
terpantul dari layar datar. Bioskop modern dengan bahan layar yang baik dapat
memanfaatkan lengkungan layar tersebut untuk mengurangi sejumlah distorsi yang tajam
pada garis pandang di sisi layar. Kenaikan tinggi lantai yang terlalu besar dapat menimbulkan
masalah pada penajaman (fokus) gambar diseluruh bagian layar. Jari-jari untuk layar
lengkung biasanya 75% - 100% dari jarak sorotan gambar, sedangkan kenaikan lantai tidak
lebih dari 10 12% dari lebar kenaikan tersebut (lihat gambar 10).






Gambar 14. Rancangan proyeksi film: titik pandang pada layar: garis deformasi-sama (iso-
deformasi)=batas arah tempat duduk dimana penonton akan melihat distorsi yang sama;
bentuk hiperbola didefinisikan pada rancangan tersebut oleh garis asymtot dari satu titik pada
layar; pada zona I ada distorsi tetapi tidak terasa dari tempat duduk yang berada dalam daerah
hiperbola: jarak horizontal minimum dari titik puncak ke layar ditentukan oleh batasan sudut
vertikal dari mata penonton di baris terdepan ke arah puncak layar yang maksimum 30-35:
pada zona II distorsi terasa tetapi masih dapat diterima dari deretan kursi-kursi yang berada di
luar zona I; zona III (deretan kursi terletak diluar bagian zona II) distorsi tidak dapat diterima
dan biasanya penonton akan menolak diletakkan di tempat tersebut.
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 131


42
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
c. 1.6. Tata Letak
Selain ruangan umum, auditorium dan
panggung, diperlukan juga ruang penunjang
lainnya:
Ruang untuk mesin 25 30 m2
Gardu listrik 28 38 m2
R. pegawai 45 m2
R. Proyektor 19 25 m2
K. mesin ventilasi 20m2
Gudang untuk kios 10 15 m2
R. pengelola 38 m2
3 ruang penyimpanan 28 m2
R. untuk bengkel kerja, dll 40 m2
(Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 132)

c. 1.7. Sistem Pencahayaan
Pencahayaan hiasan dan setiap lampu sorot ruang auditorium harus dapat dipadamkan
selama berlangsungnya pertunjukan film, sedangkan bagian-bagian umum lainnya tetap
menyala selama diperlukan.
Pencahayaan untuk membersihkan ruang auditorium dan serambi: dimana sistem
auditorium digunakan sebagai pencahayaan darurat dengan pengawasan pihak pengelola.
Pengaturan pencahayaan auditorium dan ruang-ruang penyelamatan darurat seluruh
bangunan, dengan cara merancang jumlah cahaya yang dibutuhkan untuk gang dan tempat
duduk selama berlangsungnya pemutaran film (cahaya tersebut tidak terpantul ke layar
maupun dinding-dinding). Cahaya minimum pada persilangan gang adalah 5,35 lux secara
terus-menerus.
Pencahayaan darurat untuk seluruh tempat-tempat umum, ruang-ruang utama untuk
pegawai dan ruang-ruang penyelamat darurat; harus menjadi bagian dari sistem yang diatur
secara terpadu. Seandainya aliran listrik utama terputus, maka sistem tersebut harus dapat
memberikan cukup cahaya sehingga memungkinkan para pengunjung dan semua pegawai
dapat meninggalkan gedung dengan aman.

Gambar 15. Diagram sirkulasi
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 132


43
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
c. 1.8. Sistem ventilasi dan pendingin ruangan
Kebutuhan sirkulasi udara bersih dan segar diperhitungkan berdasarkan jumlah orang
yang memanfaatkannya dan bervariasi dari 70 sampai 93m3/ jam per orang di ruang
auditorium dan sistem penyaringan udara dapat menyaring 75 % dari udara yang masuk. Bila
dipasang peralatan atau mesin pendingin, maka setidak-tidaknya jumlah udara yang ada harus
berupa udara segar, dimana lebih dari 50% udara dapat tersaring dan dialirkan kembali.
Udara yang masuk ke dalam ruang haruslah dipanaskan terlebih dahulu; sistem
pendorong udara umumnya menggunakan saluran pembagi udara pada bagian dinding layar
dan penyaring di ruang auditorium di pancarkan pada pojok-pojok belakang ruangan agar
berkas cahaya dariproyektor tidak menyinari udara yang sudah tersaring tersebut.

c. 1.9. Sistem Pengaturan Suara
Dengan ditemukannya sistem peneraan optis Dolby untuk mengatasi permasalahan
perekam suara magnetis pada film. Suara stereo di sepanjang bagian layar dan ke depan
maupun ke belakang layar dan jalur ke-6 untuk pengeras suara auditorium. Layar lebar dan
sumber suara samping dapat menimbulkan masalah akustik; umumnya utuk gedung-gedung
bioskop yang memantulkan suara, garis pantul bunyinya tidak boleh melebihi garis bunyi
langsung lebih dari 15 m.

c. 1.10.Gambar Proyeksi pada bioskop
Keamanan film lebih perlu untuk ruang proyektor tanpa penyekat kebakaran.
Peragaan film melayani banyak proyektor, letak ruang proyektor adalah ruang kecil (bukan
persinggahan penonton), proyektor di belakang dan disisi. Tinggi ruang proyektor 2,80 m,
ventilasi, dan peredam suara untuk ruang penonton. Ruang proyeksi disesuaikan dengan
banyaknya ruang penonton. Lebar film 16 mm, 35 mm, dan 70 mm. Tengah sinar proyeksi
harus tidak membias lebih dari 5 horizontal dan pembias (lihat gambar.15). Secara
konvensional dipertunjukkan mempunyai dua proyektor dalam pengaturan pergantian dua
adegan secara perlahan. Seluruh dunia melaksanakan (usaha) otomatis satu proyektor dengan
piringan film horizontal untuk pertunjukan yang tak pernah berhenti dari 4000m kumparan,
pada ruangan pertunjukan yang banyak dikendalikan secara jarak jauh, dari titik proyeksi
secara otomatis ada sinyal kendali dari film untuk proyektor, perubahan objek, lampu
bangsal, lampu panggung, tirai dan perlindungan gambar.


44
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )










c. 1.11. Besar Gambar
Tergantung pada jarak proyektor
dengan layar proyektor dan perbedaan
tinggi sisi 1: 2,34 (cinemascope) atau 1:
1,66 (layar gambar) pada ruang terkecil.
Sudut pandang untuk kursi terakhir sisi
luar gambar pada cinemascope harusnya
tidak melewati 30 =jarak kursi terakhir
dinding gambar = 3:2 (lihat gambar
16&17).
Layar proyeksi : jarak layar proyeksi dari dinding
THX minimal 120 cm pada setiap theatre besar
dan sistem tidak kurang sampai 50 cm ke susunan
sistem suara.



c. 1.12. Layar Proyeksi:
Jarak layar bioskop dari dinding THX setidaknya sebesar 120cm tergantung besar
theatre dan sistem kedap suara sampai 50 cm digantung ke sistem pengait. Layar proyeksi
berlubang (dapat ditembus suara). Penyorotan film bergerak atau layar terbatas pada layar
proyeksi pada ketinggian layar yang sama. Layar proyeksi besar diatur dengan radius ke
Gambar 17. Bentuk layar pada ketinggian yg sama
Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal. 146
Gambar. 18. Bentuk layar lebar yang sama
Sumber: Neufert Data Arstitek 1, Hal. 146
Gambar. 16. Ruang penonton optimal
Sumber : Neufert Data Arsitek 1, Hal.
146



45
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
urutan kursi terakhir. Sisi bawah layar proyeksi seharusnya terletak minimal 1,20 m di atas
lantai.
c. 1.13. Ruang Penonton:
Ruang penonton mendapat penerangan darurat tanpa terkecuali. Dinding langit-langit
terbuat dari material bebas refleksi, tidak membentuk warna terang. Pengunjung duduk di
pertengahan sisi luar layar. Dari urutan kursi pertama ke tengah layar seharusnya tidak
melebihi sudut pandang 30. Kemiringan lantai dengan kecondongan 10%, atau melalui
sebuah tangga maksimum. 16 cm tinggi dari tangga pada koridor yang lebarnya 1,20 m. Pada
tiap koridorboleh diatur sampai 16 tempat duduk

c. 1.14. Akustik:
Ruang penonton yang berdekatan dipisahkan dengan dinding pemisah kira-kira 85dB
18-20.000 Hz. Sedangkan penghantar bunyi dilangit-langit memiliki sedikit perbedaan waktu
putar bunyi. Waktu gema bisa meningkat dengan bertambahnya volume ruang dan berkurang
dari frekuensi rendah ke tinggi, dari 0,8 - 0,2 /detik. Dianggung layar belakang dari kursi
terakhir seharusnya dipasang peredam gema. Pengeras suara dibagi atas ruang, perbedaan
berat suara antara urutan kursi tidak lebih pertama dan terakhir 4dB.

d.1. Cineplex
Yaitu suatu kompleks bioskop dimana dalam satu bangunan terdapat beberapa ruang yang
dapat memutar beberapa film sekaligus. Berasal dari dua kata bahasa Inggris yiatu Cinema
dan Plexus. Cinema berarti geedung bioskop sedangkan plexus berari jaringan, rangkaian,
gabungan (John. M Echois, 1975).
Kebutuhan ruang pada Cineplex adalah:
1. Lobby/ Ruang tunggu
2. Loket
3. R. Penonton/ R. Studio
4. R. Pegawai
5. R. Proyektor
6. Gudang
7. R. Keamanan


46
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
d.2. Food Court
Yaitu fasilitas penunjang gedung cinema, tempat duduk dan menyajikan makanan yang
beragam.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Ruang makan/ minum
2. Dapur
3. Kasir
4. Ruang cuci tangan
5. Ruang pengelola/ pegawai

d.3. Restaurant Fast Food
Memiliki fungsi yang hampier sama dengan food court hanya saja menyediakan makanan
siap saji.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Ruang makan/ minum
2. Dapur
3. Kasir
4. Ruang cuci tangan
5. Ruang pengelola/ pegawai

d.4. Amusement centre
Yaitu pusat hiburan yang berkaitan dengan ketangkasan elektonik.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Ruang penukar koin dan hadiah
2. Arena permainan
3. Gudang
4. R. pengelola

d.5. Cinema Lobby
Berfungsi sebagai ruang untuk ajang promosi, pameran, pertunjukan musik, pers conference,
dan sebagainya.
Ruang yang dibutuhkan adalah atrium besar yang merupakan ruang pamer


47
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
d.6. Retail
Merupakan fasilitas penunjang yang menjual VCD, Laser Disc, cassette atau CD soundtrack
film dan merchandise yang berhubungan dengan film atau cinema.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Display/ ruang pamer
2. Kasir

d.7. Souvenir Shop
Merupakan fasilitas penunjang yang menjual barang-barang souvenir yang berkaitan dengan
Medan Cinema Building, seperti accecories, key holder, dan semacamnya.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Ruang display
2. Kasir

2.4 DESKRIPSI KEBUTUHAN RUANG
Fasilitas dalam Family Entertainment Cinema ini antara lain :
a. Cineplex
Yaitu suatu complex bioskop dimana dalam satu bangunan terdapat beberapa ruang yang
dapat memutar beberapa film sekaligus. Cineplex berasal dari suku kata Bahasa inggris yaitu
Cinema dan Plexus. Cinema berarti gedung bioskop dan plexus berarti jaringan, rangkaian,
gabungan
7
Merupakan bioskop kecil atau bioskop hanya untuk keluarga yang didalamnya memuat 8-10
orang. Ruang yang dibutuhkan untuk home theaters ini antara lain, lobby, loket, ruang
tunggu, ruang antrian, ruang penonton / ruang studio, ruang pegawai / ruang pengelola,
ruang simpan film, took makanan.
( john, m. echois, 1975 ). Kebutuhan ruang cineplex ini antara lain, lobby / hall,
loket, ruang tunggu, ruang antrian, ruang penonton / ruang studio, ruang pegawai, ruang
simpan film, ruang gulung film, ruang tata suara, ruang tata cahaya, panggung, ruang
proyektor, took makanan, gudang, ruang keamanan, toilet.
b. Home Theaters
8

7
john, m. echois, 1975
8


c. Amusement Center


48
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Merupakan fasilitas hiburan yang berkaitan dengan ketangkasan elektronik. Ruang yang
dibutuhkan untuk amusement center ini antara lain, ruang penukar koin dan hadiah, arena
permainan, ruang antrian, gudang, ruang pengelola / ruang pegawai, toilet.
d. Retail dan Souvenir Shop
yaitu fasilitas yang menyediakan barang barang yang berhubungan dengan per-cinema-an
dan per-film-an dan barang barang yang berhubungan dengan Family Entertainment
Cinema. Yang menyediakan VCD, DVD, accecories, dan lain sebagainya. Ruang yang
dibutuhkan yaitu retail shop, display, ruang pamer, kasir dan gudang.
e. Restauran
Yaitu fasilitas yang menyediakan aneka jenis makanan dan minuman. Ruang yang
dibutuhkan yaitu entancehall, pantry, ruang makan / minum, dapur, ruang makan private,
gudang kering / basah, kasir, ruang cuci, ruang ganti / locker, toilet, ruang pegawai /
pengelola.

2.5 PROYEK SEJENIS
A. Cineplex Sun 21 ini berlokasi di Sun Plaza Medan dengan luas total 1490 m2. Dalam
kegiatan pemutaran film, cineplex ini termasuk kategori kelas B, waktu pemutaran 4 (empat)
show setiap hari dan 5 (lima) show pada hari sabtu dan minggu.
Kapasitas studio 1 adalah 244 org, studio 2 sebanyak 195 org, studio 3 dan 4 sebanyak 132
org. Fasilitas yang disediakan di cineplex ini antara lain kantin jajanan dan game centre.
Menggunakan kursi jenis lux, dapat menampilkan berbagai jenis film dalam satu studio, baik
film normal, cinemascope dan widescreen. Menggunakan sound system SRD EX (Surround
Digital EX).


49
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )












Tanggapan : dari hasil studi banding terhadap sun 21 dapat ditarik kespulan bahwa perlunya
sarana penunjang fasilitas utama seperti kantin dan game centre untuk tempat para
pengunjung menunggu jam tayang film. Yang mungkin dapat diterapkan pada bangunan
Medan Cinema Building yang akan dirancang adalah fungsi fungsi lain yang menunjang
kegiatan di dalam. Susunan ruang yang persegi digunakan untuk efiseinsi ruang dengan
kapasitas yang tidak begitu banyak.
B. bfi imax, London
BFI didirikan pada tahun 1993 untuk mempromosikan, mengapresiasikan dan
memasuki dunia kebudayaan film dan televise. Mereka merupakan pemeliharaan terbesar
arsip arsip film didunia dan pemimpin dunia restorasi dan preservasi film. Dimulai pada
tahun 1935, koleksi termasuk lebih dari 275.000 film, 210.000 program TV, 7 juta fotografi,
dan 15.000 poster. Pada penambahan arsip mereka, mereka memajukan kembali secara
internasional Nationala Film Theatre dan London film Festival, BFI IMAX Cinema, dan
sumber pustaka dan pendidikan film terbesar dunia. Mereka juga masih sebagai perigkoleksi
film dan poster film terbesar didunia. Material arsip arsip dapat dilihat melalui eksibisi dan
layar cinema.
Gambar. 26. Sun 21
Sumber : Observasi

Game centre sebagai
fasilitas penunjang


50
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BFI IMAX berada di kota London, United Kingdom,
didirikan pada tahun 1999 oleh arsitek Bryan Avery of Avery
Associates. Bfi IMAX Cinema merupakan gedung cinema 3
dimensi , yang memiliki 477 kursi.
Merupakan layer cinema terbesar di UK dengan tinggi layar 20m
dan lebar layar 26 meter, dilengkapi de-
ngan digital surround-sound system sebesar 11,600-watt.
Menggunakan sistem proyeksi IMAX (sistem proyeksi film ternama
di dunia), gambar yang lebih nyata dan ultra realistic digital sound
membuat pengunjung serasa berada di dalam film. Auditoriumnya
terdiri atas 14 baris kursi yang dapat melihat ke layar dari sisi mana saja, bahkan nyaman
untuk anak-anak.
Terdapat juga buffets, coffe atau refreshments sebagai penunjang cinema ini. Lobby nya
dipenuhi dengan lightbox untuk iklan dan signage. Cinema ini
juga ditunjang dengan efek lighting yang memukau. Langit-
langit yang tinggi membeikan kesan jarak dan suasana sekeliling
yang cerah.
Gedung cinema ini menggunakan kecanggihan teknologi pada
bangunannya. Sudah terdapat jalur-jalur untuk orang cacat
yang menggunakan kursi roda untuk beraktifitas di dalam bangunan.
Denah bfi imax:


Gambar 19. bfi imax


Gambar 20.Bfi imax Sumber :
www.Bfi_imax.com

Gambar 21. Interior theatre


Gambar 22. Denah Bfi IMAX
Sumber : www.Bfi_imax.com



51
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Tanggapan: dari hasil studi banding terhadap Bfi IMAX London ini, didapat kesimpulan
bahwa gedung Cinema Bfi IMAx london mengolah ruang dalam dengan ketentuan standart
ruang cimena , memkasimalkan jumlah baris kursi yaitu 14baris. Ruang dalam theatre
menggunakan langit-langit yang tinggi untuk memberikan kesan keterlibatan dalam suasana
yang dilihat. Bentukan bulat didapat dari site bulat yang dkelilingi jalan sehingga bentukan
bulat diambil untuk menyusaikan dengan sitenya. Denah theatre berbentuk persegi untuk
memaksimalakn jumlah kursi penonton. Ruang dalam theatre menggunakan langit-langit
yang tinggi untuk memberikan kesan keterlibatan dalam suasana yang dilihat.
C. TheatER IMAX Keong Emas
Diresmikan oleh Presiden RI pada 20 April 1984
berada di Taman Mini Indonesia Indah. Bentuk
bangunan yang berarsitektur unik dengan bentuk cangkang
keong (shell-structure) yang dilatar belakangi oleh cerita
rakyat (pulau Jawa) yang melegenda Keong Emas.
Sebagai sarana rekreasi yang mengetengahkan nuansa seni dan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun pelestarian lingkungan yang dikemas ke dalam bentuk
hiburan dengan media audio-visual (film). Hanya satu-satunya di Indonesia.
Menggunakan teknologi proyektor
IMAX. Kecanggihan dari proyektor IMAX
adalah kualitas gambar yang dihasilkan
dimana penonton diajak atau seolah-olah
penonton berada dalam adegan tayang.
Hasil gambar sempurna itu, karena
didukung oleh:
Diresmikan oleh Presiden RI pada
20 April 1984 berada di Taman Mini Indonesia Indah.
Bentuk bangunan yang berarsitektur unik dengan bentuk
cangkang keong (shell-structure) yang dilatar belakangi
oleh cerita rakyat (pulau Jawa) yang melegenda Keong
Emas. Sebagai sarana rekreasi yang mengetengahkan
nuansa seni dan budaya, ilmu
Gambar 23. Keong Emas
Sumber : www.Keong Emas.com

Gambar 23. Keong Emas
Sumber : www.Keong Emas.com

Gambar 24. Proyektor IMAX





52
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
pengetahuan dan teknologi maupun pelestarian lingkungan yang dikemas ke dalam bentuk
hiburan dengan media audio-visual (film).
Hanya satu-satunya di Indonesia.
Menggunakan teknologi proyektor
IMAX. Kecanggihan dari proyektor IMAX
adalah kualitas gambar yang dihasilkan
dimana penonton diajak atau seolah-olah
penonton berada dalam adegan tayang.
Hasil gambar sempurna itu, karena
didukung oleh:

1. Format film 70 mm- system proyektor horizontal, rooling loop, Xenon 15 Kw
2. Layar raksasa yang berukuran 21,5 m x 29,3 m (flat pasif screen), pernah tercatat dalam
The Guiness Book of Records 1984 - 1994.
3. Sound system atau tata suara digital (sonics)
Ruang Theatre yang nyaman ber-AC dengan daya tampung 920
kursi kelas ekonomi dan 36 kursi kelas VIP/ balkon. Tempat
duduk yang diatur bertingkat dengan sudut kemiringan 20.
Rentang pandang ke layar tidak kurang dari 50 dan tidak
kurang dari 135.
Fasilitas indoor:
1. Show case koleksi cangkang keong yang berasal dari beberapa pantai di perairan wilayah
Indonesia
2. Souvenir Shop
3. Soft drink corner
4. Toilet

Fasilitas outdoor:
1. Halaman parkir kendaraan yang luas
2. Taman yang rindang
3. Dekat dengan lokasi pusat jajanan- makanan
Gambar 24. Proyektor IMAX



Gambar 25. Interior theater





53
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Sistem Akustik:
1. Lebar layar (21,5 x 29,3 m)
2. Tempat duduk dengan kemiringan 20 25
3. Kapasitas tempat duduk 880 orang lebih
4. Lebar film 70mm
5. Daya suara berkekuatan 6.200 Watt
6. Dinding terbuat dari lapisan wallflex / gypsum glasswoll dan kain karung berwarna hitam
dengan ketebalan 15 cm.
Tanggapan : dari hasil kesimpulan terhadap theatre IMAX Keong Emas, didapat kesimpulan
bahwa theatre ini mengunaka teknologi tingkat tinggi pada bagian theatrenya yang
menggunakan kecanggihan proyektor IMAX yang dapatmembuat gambar terlihat nyata.
Susunan ruang dalamnya berbuntuk melingkar terhadap proyektor. Hal ini dimaksudkan
untuk efisiensi akustik. Yang mungkin dapat diterapkan pada banguna Medan Cinema
Building adalah penerapan susunan ruang (tempat duduk ) pada theatre IMAX yang
melingkar pada layer. Bentukan bangunan yang elips melingkar dimaksudkan untuk dapat
memenuhi kapasitas yang banyak dalam 14 baris maksimal.
Table perbandingan proyek sejenis
No Unsur yang
dibandingkan
Proyek 1 Proyek 2 Proyek 3 Kesimpulan
1. Ruang dalam Kapasitas 477
seat
Selain theatre
terdapat juga caf,
buffet dan cofee
shop


Bentuk ruang
persegi
Kapasitas 920
seat
Terdapat
souvenir shop,
soft drink corner



Bentuk ruang
eliips
Kapasitas total
700 seat terbagi
atas 4 studio
Terdapat game
corner dan kantin


Bentuk ruang
persegi
Untuk theatre
IMAX kapasitas
seat 300-400
kursi
Untuk theatre
konvensional
berkapasitas
100-200 seat
Bentuk ruang
persegi untuk
efisiensi ruang


54
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )

2. Ruang luar Berada ditengah
jalan kota seperti
ditengah
bundaran

Parkir kendaraan
di lapangan
parkir dan
gedung parkir
Merupakan
kompleks Taman
Mini Indonesia
Indah
Parkir kendaraan
di lapangan
parkir
Merupakan
bagian dari Sun
Plaza


Parkir kendaraan
di bangunan
parker Sun Plaza
Parkir kendaraan
sebagian pada
lapangan parkir
dan sebagian
menggunakan
bangunan parkir
3. Style
bangunan
Modern dengan
penggunaan
material kaca dan
baca di sekeliling
bangunan
Modern metafora
dari bentuk
keong yang
merupakan cerita
legenda rakyat
Jawa
Modern Modern-neo
vernacular
4. Struktur Truss frame Cangkang Truss frame Truss beam
5. Utilitas Sistem mekanikal
elektrikal dan
akustik
menggunakan
teknologi
canggih,Tangga
kebakaran, fire
hydrant,jalur
penyandang cacat
Sistem mekanikal
elektrikal dan
akustik
menggunakan
teknologi
modern, jalur
evakuasi
kebakaran
Sistem mekanikal
elektrikal dan
akustik
menggunakan
teknologi
modern, jalur
evakuasi
kebakaran
Menggunakan
sistem mekanikal
elektrikal dan
akustik yang
modern dan
penggunaan
jalur-jalur
darurat untuk
keselamatan
pengunjung


55
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB III
ELABORASI TEMA
III.1 ELABORASI TEMA
III.1.1 Alasan Pemili han Tema
Bentuk bangunan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yang disesuaikan
dengan fungsi bangunan. Hal ini penting karena dalam bangunan komersial bentukdan
estetika bangunan lebih berperan untuk kemudahan dalam memberikan kesan dan daya tarik,
disamping tetap memperhatikan fungsi ruang dan sistem struktur yang ada dalam bangunan
tersebut.
Pengambilan tema Ekspresionisme Disain dalam Arsitektur pada Cinema
Entertainment adalah untuk menampilkan bentuk bangunan yang dapat mengkomunikasikan
perasaan dan emosi yang tercipta pada fungsi tersebut sehingga bentukan bangunan dapat
lebih bervariasi dan memiliki daya tarik yang kuat.

III.2 TINJAUAN UMUM
III.2.1 Pengertian Ekspresionis
Ekspresionis berasal dari kata ekspresi. bebrapa pengertian ekspresi :
maksud reaksi dari interpretasi terhadap suatu objek
hasil perpaduan / kombinasi dari unsur, garis, bidang tekstur dan warna dari bentuk-
bentuk arsitektur yang menghasilkan suatu pengungkapan maksud dan tujuan
bangunan secara meyeluruh
pernyataan atau pengungkapan perasaan

Beberapa pengertian Ekspresionisme :
Melukiskan dasar-dasar emosi paling dalam dari diri seorang seniman, sedih, marah,
takut, dsb
Aliran yang dominan di Eropa Utara sekitar tahun 1905-1925. Dalam arsitektur,
merupakan kelanjutan dari Art Nouveau dan berlanjut setelah perang dunia kedua
sebagai Brutalisme. Bangunan tidak harus fungsional tetapi menciptakan sensasi dari
bentuk-bentuk abstrak.


56
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Aliran dalam seni pada awal abad 20 yang menekankan pada ekspresi subjektif dari
pembuatannya
Aliran yang menyatakan perasaannya melalui gubahannya, rasa benci, rasa cinta
Suatu gaya sekitar Perang dunia I yang sangat pribadi, dan sering dieksekusi dengan
kegairahan yang kejam

III.2.2 Perkembangan Aliran Ekspresionisme
A. Tinjauan umum
Perkembangan arsitektur pada awal abad 20 sangat dipengaruhi oleh keadaan dan
suasan politik pada saat itu. Di Eropa terjadi suatu keadaan yang bertentangan dengan
kenyataan pada saat itu. Kemandekan ekonomi yang hanya menguntungkan orang-orang
kaya, rezim politik yang berkuasa dengan otoriter, suasana yang hancur-hancuran akibat
perang mengakibatkan kemelaratan dan kemiskinan rakyat. Namun hal ini semua tertutupi
oleh bangunan-bangunan baroque yang megah. karya-karya sastra yang gemilang lukisan-
lukisan dan sclupture yang sama sekali tidak mengisyaratkan kebobrokan keadaan pada saat
itu.
Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya reaksi dari kalangan seniman.
Mereka dengan tegas menyatakan perang terhadap seni dari masa lalu: Medieval, Classical,
Gothic, Art Nouveau, Romanticism, Impresionist. Berbagai penemuan baru dan inovasi
teknologi pada saat itu turut mendorong munculnya usaha-usaha untuk menggantikan seni
masa lalu dengan pencarian terhadap paradigma seni yang baru yang berdasarkan pada
tingkah laku dan perubahan zaman.
Pendiri Deutsche Werkbund pada tahun 1907 oleh arsitek Jerman, Hermann
Muthesius, memberikan kontribusi yang penting bagi konsep baru dalam desain industri,
yang sebenarnya berupaya meningkatkan kualitas fabrikasi industri Jerman dengan
memadukan Seni dan Industri.
Seiring dengan semangat Werkbund ini, muncul aliran-aliran baru yang berperan
penting dalam usaha mendefenisikan Arsitektur Baru yang melengkapi pendekatan yang
didefenisikan oleh Walter Gropius dan Bruno Taut.
Aliran-aliran tersebut diantarnya:
Cubisme, yang berkembang di Prancis pada tahun 1907


57
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Merupakan gerakan artistik sebagai reaksi terhadap penggunaan seni bargambar oleh kaum
borjuis yang mengandung maksud - maksud politik. Aliran ini meningkatkan penggunaan
bentuk - bentuk abstrak yang bermaksud memurnikan seni, yang berpengaruh terhadap
sclupture, seni graphis, lukisan dan arsitektur
Futurism, berkembang di Italia pada tahun 1909
Merupakan gerakan dalam sastra yang mempengaruhi kelukisan, sclupture dan arsitektur.
Manifesto futuris ini secara puitis berusaha menggebrak dan melepaskan diri dari konsep-
konsep statis kuno demi dinamisme yang modern
Ekspresionisme, berkembang di Jerman pada tahun 1914
Merupakan usaha penarikan diri ke minat artistik yang bersifat emosional dan sangat
pribadi. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap keadaan Jerman yang hancur-hancuran
akibat perang. Merupakan gerakan dalam seni lukis, seni musik, sastra dan arsitektur.

B. Ekspresionisme secara umum
Seni dimana emosi merupakan pertimbangan yang dominan diklasifikasikan kedalam
ekspresionisme. Ekspresionisme memandang sesuatu kepada dunia yang mengungkapkan
emosi dan pernyataan-pernyataan secara psikologi dari pada memandang dunia sebagai
refleksi dari warna.
Para ekspresionis sadar sepenuhnya terhadap dunia nyata, tetapi menolak ide klasik
yang menganggap seni sebagai imitasi dari alam, mereka menggali kedalam alam pikiran,
spirit dan imajinasi. Mereka setuju dengan diktum Goethe bahwa perasaan adalah
segalannya.
Lukisan ekspresionisme lebih fokus kepada psikologi dari pada alam, melukiskan
dunia yang sukar dipahami dengan tehnik baru dan simbol-simbol baru, penggunaan warna -
warna yang bertentangan dan bentuk-bentuk yang tidak lazim. Dissonansi yang berdentum
pada musik ekspresionisme bermaksud untuk membangukan dari pada melenakan
pendengarnya dan sastra ekspresionisme bermaksud mengejutkan pembacanya dengan
pengungkapan pernyataan yang subjektif secara fisik maupun psikologi.
Untuk mengungkapkan reaksinya terhadap hal-hal fisik, psikologi dan spritual, para
ekspresionis mengubah dan memberi warna pada imajinasinya menurut perasaannya.


58
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )








C. Sejarah
Bruno taut , pencetus teori Eksprsionisme berpendapat bahwa masyarakat yang baru
hanya akan dapat dicapai melalui kebangkitan kembali arsitektur dan seni bangunan yang
menawarkan sintesis kebudayaan dari setiap ilmu yang terlibat didalamnya.
Visi taut tentang reunifikasi seni dan arsitektur ini dilatar belakangi oleh Deutscher
Werkbund pada tahun 1907 yang dibawah komando pendirinya Herman Muthesius, berupaya
untuk mendekatkan seni di Jerman dengan industri yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas desain dan fabrikasi Jerman.
Visi Taut ini diwujudkan melalui sebuah kelompok yang disebut Arbeitsratfur Kunst
(or soviet for art). Ide-ide kelompok ini diwujudkan melalui sebuah jaringan surat menyurat
diantara anggota-anggotanya yang disebut Dieglaserne Kette atau Glass Chain. Diantaranya
termasuk Bruno taut, Walter Gpropius dan Han Scharoun.
Arsitek lainnya seperti Hans Poelzig melalui Grosse Schauspielhaus di Berlin, 1919,
dan Erich Mendelsohn melalui Einstein Tower di Postdam 1917-1921 secara tepat
mewujudkan ide ini ke prakteknya.
Arsitektur ekspresionis mencapai puncaknya pada tahun 1918-1921, yaitu pada masa
Jerman mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah yang merupakan ekses dari
kekalahan Jerman pada perang dunia I. Pada saat itu nyaris tidak ada bangunan baru sehingga
para arsitek hanya bebas menciptakan dan memabngun dalam alam khayal.
Arsitektur ekspresionis dipengaruhi oleh isu-isu pokok yaitu biomorphic, geomorphic,
Gambar 3.1. Diagram Pengertian Ekspresionisme
Sumber ; Hasil Olah Data Primer


59
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
yang terpenting yaitu makhluk (the creatur), seperti yang terlihat pada karya Erich
Mendelsohn (Einsten Tower), Gua (the Cave), seperti ayng terlihat pada karya Poelzig (Grass
Schauspielhaus) dan Kristal (the crystal) yang terlihat pada karya Bruno taut (Glass
Pavilion).
Aliran ini perlahan mulai menghilang akibat gempuran-gempuran dari ide-ide lain
yang lebih dekat dengan realita kehidupan modern. Puncak kekalahan ekspresionisme terjadi
pada tahun 1928, pada Congres Internationaus d Architecture Moderne (CIAM) di La
Sarraz, Switzerland. Salah seorang arsitek Ekspresionis Hugo Haring yang konsern terhadap
bentuk non-normative mengalami kekalahan dari Le Corbusier yang pada saat itu
memproklamasikan arsitektur yang fungsinal dan bentuk-bentuk murni geometris sebagai
dasar dari arsitektur modern.

III.2.3 Karateristik Ekspresionisme
Ciri-ciri ekspresionisme berdadarkan buku Ruang dalam Arsitektur oleh Cornelius Van
De Yen adalah sebagai berikut :
Irasional
Ini merupakan pembelokan dari filsafat objektif dan konsep-konsep statis mengenai ruang
yang lebih mengarah ke subjektifitas
Emosional
Dalam pemikirannya, lebih mengutamakan emosi dari pada nalar
Antopomorfik
Proyeksi simbol-simbol organisme kedalam masa arsitektural dimana bangunan dianggap
makhluk yang hidup yang menghasilkan bentuk-bentuk organik dengan garis melengkung
dan kurva-kurva
Kristalin
Perwujudan terhadap artistik kristal yang angular dan multi faset. Wujud-wujud angular
mereka merupakan pambagian secara sadar atas geometri sederhana dari kubus, kerucut
piramida dan sebagainya
Utopian
Ini diakibatkan oleh tendensi pada saat itu yang merupakan keputusasaan akibat perang.
Banyak bangunan yang tidak dapat tercipta direalita sehingga para arsitek membangun


60
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
dalam alam khayal
Monumental
Bagian utama dari komposisi arsitektural biasanya terdiri dari sebuah masa yang sentral,
dominan dan menjulang

III.2.4. Karateristik Ekspresionisme Melalui Karya
Masa Arsitek Karya Ciri-ciri
Ekspresionis
Awal












Mchael de Klerk EigenHaard haousing
, 1913-1920,
Amsterdam
Menciptakan mbentuk-bentuk kurva
dengan menggunakan bata untuk
menciptakan sudut-sudut yang
dibulatkan
Bruno Taut Glass Pavilion, 1914
Cologne, Jerman
Penggunaan bahan kaca. Atapnya
berupa kubah persegi yang terbuat
dari kaca sehingga befungsi untuk
memasukkan cahaya kedalam
ruangan. Dinding terbuat dari glass
block, denah berbentuk bulat
Erich
Mendelsohn
Einstein Tower,
1917-1921, Postdam
Menonjolkan efek platis dari beton
untuk menciptakan bentuk sclupture
yang berbentuk mahkluk yang
berotot dalam posisi yang siap
menerkam. Atap kubah dipuncak
diasosiakan sebagai kepala dan
bukaan jendela ditarik kedalam
diasosiasikan sebagai mata. Bangunan
ini juga menggunakan susdut-sudut
yang dibulatkan.


61
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )






Hans Poelzig Grosse
Schauspielhaus, 1919,
Berlin
Menonjolkan interior dalam
bertujuan membawa orang kealam
mimpi. Berusaha menggambarkan
gua tempat hidupnya Zarathystranya
Nietzche yang dipercaya tempat
lahirnya agama dan seni.
Foyernya berbentuk sirkulasi
mengelilingi kolam. Puncaknya
raungan teater yang langit-langitnya
penuh dengan barisan stalagnit-
stalagnit ayng tebal yang dicat merah
menggantung dengan ratusan lampu
warna-warni yang disembunyikan
disuatu kedalman, memberi kesan
berkilau
Ekspresionis
Akhir
Walter Gropius Monumen buat
pekerja yang tewas,
1921
Monumen ini terbuat dari beton
yang dibentuk bergerigi
Fritz Hoger Chilehaus, 1923,
Hanburg
Dibangun di site yang berbentuk
segitiga dipusat kota Hanburg. Atap
pada salah satu sudut dilancipkan
keatas seolah-olah menggambarkan
bubungan kapal, menyimpulkan
Hanburg sebagai kota pelabuhan


62
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Hugo Haring Cow Shed on the
Garkau farm, 1924-
1925, Lubeck, Jerman
Penggunaaan atap dan sudut yang
dibulatkan. Dinding bata
yanghorizontal kontras dengan
papan-papan vertikal pada loteng
jerami dan gudang di cat hijau pada
akhir 1930-an
Awal kebangkitan
Ekspresionisme
Hans Scharoun Berlin philharmonic,
1956-1963
Berbentuk seperti gelombang dengna
dinding bertekstur berwarna kuning
dan ujng atapnya yang dilancipkan
Jorn Utzon Sydney Opera haouse,
1956-1973, Sydney
Menggunakan efek plastis dari beton.
Mengibaratkan kapal yang sedang
berlabuh
Eero Saarinen TWA JFK Airport,
1956-1962, AS
Menggunakan efek plastis dari beton
untuk menggambarkan burung
raksasa yang siap terbang. Dengan
ruang ruang yang mengalir yang
diibaratkan sebagai urat nadi dari
burung tersebut

3.3 INTERPRETASI TEMA
Ekspresionis, melukiskan perasaan yang paling dalam, emosi, sedih, marah dan
sebagianya. Ekspresi merupakan cabang dari Analogi Linguistik yang pada dasarnya adalah
satu cara untuk menjelaskan bagaimana ungkapan-ungkapan dapat dicapai dengan membatasi
komponen-komponen pada elemen-elemen yang bermanfaat, yang kemudian dapat
diperhalus atau diperindah sesuai dengan kepantasan tuntutan.
Konsep dasr yang ingin diterapkan pada perancangan Cinema Entertainment ini
adalah bagaimana menerapkan Ekspresionis bangunan cinema yang dinamis, aktif dan penuh
kenyamanan kedalam bentuk dan karekter bangunan yang dirancang. Sehingga bentuk yang
tercipta memiliki karakter yang dinanamis dan penuh dengan ketertarikan yang dapat


63
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
dirasakan oleh masyarakat ketika melihatnya.
Berdasarkan uraian diatas, interprestasi tema ini akan di ungkapkan dalam ekspresi
CINEMA itu sendiri dimana cinema itu sendiri dapat diartikan kedalam suatu hiburan yang
dilakukan kapan saja. Cinema ini bersifat hiburan, dimana setiap bentuknya film yang
ditampilkan dapat berkembang sesuai dengan keinginana dan perkembangan zaman yang
disesuaikan dengan kebutuhan dalam masyarakat.

3.4 STUDI BANDING TEMA SEJENIS
3.4.1 EINSTEIN TOWER BY ERIC MENDELSON
Bangunan ini dirangcang oleh Eric
Medelson, sebagai Arsiteknya. Sang Arsitek
mengekspresikan bangunan rancangannya
dari raut muka manusia.




3.4.2. EERO SAARINEN, TWA BUILDING, NEW YORK_FILES










Gambar 3.2. Eksterior Einstein Tower
Sumber : Internet
Gambar 3.3. Eksterior Eero Saarinen
Sumber : Internet
Sang arsitek mengekspresikan bangunan ini
yaitu burung yang siap terbang,
mengekspresikan pergerakan dan
perpindahan, yang berhubungan dengan
fungsinya sebagai airport.


64
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
3.4.3. GUGGENHEIM MUSEUM BILBAO , BILBAO, SPAIN (FRANK O.GEHRY)













3.4.4 Falling water
Bangunan ini terletak di sekitar anak sungai dan lahan memiliki kontur-kontur.
Rumah tinggal ini berusaha untuk mengekspresikan kondisi lingkungan sekitarnya dengan
memainkan lempengan balok bermaterialkan batu alam sehingga menimbulkan kesan
dinamis dan fleksibel.
Architect Frank Lloyd Wright

Lokasi
Ohiopyle, (Bear Run),
Pennsylvania
Tahun 1934 , 1938, 1948
Tipe Bangunan rumah
Sistem konstruksi reinforced concrete, stone
Gambar 3.4. Eksterior Guggenheim Museum Bilbao
Sumber : Internet
Eksteriornya mengekspresikan awan yang berombak dan bentukan yang organik.


65
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Climate temperate
Konteks rural
Style Expressionist Modern









3.4.5 Vitra Design Museum
Architect
Frank O Gehry
Lokasi Jerman
Tahun 1989
Tipe Bangunan Museum Design
Sistem konstruksi reinforced concrete, stone
Climate temperate
Gambar 23 Ekspresi Fallling water
Gambar 24 Batu susun yang melapisi
dinding dalam dan luar
Gambar 25 Eksterior Falling Water
Gambar 26 Vitra Design Museum


66
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Konteks urban
Style Expressionist Modern

Vitra adalah sebuah perusahaan furniture yang
menginginkan sebuah bangunan pameran yang
atraktif. Bangunan ini terletak dekat dengan pabrik
pembuatannya di dekat Basel, tidak jauh dari
perbatasan Jerman/Swiss/ Prancis. Sama seperti
Frank Gehry, alvaro Siza, Nichoolas Grimshaw,
Tadao Ando dan Zaha Hadid juga didatangkan untuk
memberi desainnya yang menciptakan penataan
antara area industri dan permukiman.
Museum ini memiliki aktifitas pameran desain
furniture dan karya Gehry mapu menciptakan ruang yang cocok untu itu. Desainnya
mampu mendukung pameran yang diadakan dan bukannya bersaing dengannya.
Dari luar, geometri bangunan ini mungkin terasa asing ketika kita ingin mengunjungi suatu
pameran.Tapi kita akan merasa sangat nyaman berada di dalamnya diman kita bisa
menikmati pameran arsitektur yang menata tapak Vitra.

Gambar 27 Vitra Design
Museum


67
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
A
BAB IV
ANALISA SITE
4.1 Analisa Lokasi
4.1.1. Lokasi
Lokasi bangunan terletak di persimpangan J l. Putrid Hijau yang bersebelahan dengan
kantor SAMSAT dan berada di depan rumah sakit umum tembakau deli.
a. Lokasi















Medan IT Building merupakan salah satu pusat pelayanan jasa
dan komersil di bidang Hardware dan Software. Untuk itu
lokasi direncanakan di wilayah komersil dan jasa. Untuk
alternative I, jl. Putri Hijau di Kecamatan Medan Barat dipilih
sebagai alternative lokasi proyek. Hal ini sehubung dengan
potensi kawasan sebagai wiliayah pusat perbelanjaan, pertokoan,
showroom, perkantoran dsb.
SITE


68
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kondisi sekitar site

Dari penilaian yang sudah di lakukan dapat disimpulkan bahwa lokasi site di persimpangan
J l. Putrid Hijau merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada.
Sehubungan dengan fungsi sebagai pusat bangunan komersil dan hiburan untuk keluarga
maka lokasi di J l. Putrid Hijau merupakan pusat komersil dipilih sebagai lokasi pilihan untuk
proyek Family Entertainment Cinema.


Rumah Penduduk, berada
di samping site, dapat
dicapai dalam waktu 10
detik.


Pemukiman Penduduk,
berada di belakang site,
dapat dicapai dalam waktu
10 detik.


Kantor Polisi ( SAMSAT)
berada di samping site,
dapat dicapai dalam waktu
10 detik.


Rumah Sakit Tembakau Deli
berada di depan site, dapat
dicapai dalam waktu 20



. .


Gambar 4.2 Al ternatif Lokasi 1



69
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.2. TAPAK
4.2.1 TATA GUNA LAHAN
Utara
Rumah Penduduk,
berada di samping


Timur
Pemukiman
Penduduk, berada
di belakang site

Selatan
Kantor Polisi ( SAMSAT)
berada di samping site.
Barat
Rumah Sakit Tembakau
Deli berada di depan site.

. .


Utara
BANK BTPN

Utara
Rumah Penduduk,
berada di samping


Barat
Kantor Polisi SAMAPTA

Barat
Rumah


Gambar 4.5. Tata Guna
Lahan



70
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Peruntukan lahan.
Di dalam RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Medan), lokasi yang
berada di daerah persimpangan Jalan Putri Hijau dan J alan Putri Hijau II, Kecamatan Medan
Barat, masuk kedalam WPP E (Wilayah Pengembangan Pembangunan E) dengan Kawasan
pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum,
septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. Sebagai kawasan
wisata kota maka lokasi sangat cocok dibangun Family Entertainment Cinema yang bersifat
entertainment dan edukatif.
Melihat dari lokasi site yang berada pada jalan Putri Hijau , terdapat beberapa bangunan
yang dapat menjadi pendukung bagi perletakan Family Entertainment Cinema yang memiliki
tujuan hiburan dan edukatif , diantaranya:
Hotel J.W Marriot
Stasiun TVRI Medan
Rumah Sakit Umum Tembakau Deli
Deli Plaza


Kantor
Pemukiman
Komersial (Restoran,
Toko, Hotel)
Fasilitas Umum (Sekolah,
Rumah Sakit)
Komersial (Ruko dan
Rukan)


71
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.3. ANALISIS TAPAK
4.3.1. Analisis di luar site
Batas dan Ukuran Tapak
Berdasarkan RUTRK, Kecamatan Medan Baru merupakan bagian WPP E yang
merupakan kawasan komersil yang mewadahi kegiatan komersil khususnya dalam
bidang perdagangan.
Unsur potensial utama site adalah :
Posisi site berada di pusat kota.
Berada di kawasan pusat bisnis
memiliki fasilitas transportasi yang lancar dan memadai.
Luas site 8.400 m.
Lokasi Site :Persimpangan J l Putri Hijau dan J l. Perintis
Kemerdekaan
Eksisting Site : Lahan Kosong yang ditumbuhi oleh semak belukar
Kecamatan : Medan Barat
Luas Lahan : 25.000 m
2

Luas Bangunan : 20.772 m
2

Lebar Jalan :
- J l. Perintis Kemerdekaan =20 m
- J l. Gaharu =12 m
- J l. Timor = 10 m
GSB :
- J l. Perintis Kemerdekaan = 11 m
- J l. Gaharu = 9 m
- J l. Timor = 6 m
KDB : 60 % x 17.000 m
2
= 10.200 m
2

KLB : 1-5
Ketinggian Bangunan :3Lantai
Merupakan Komplex Cinema. Dimana didalamnya terdapat hall, bioskop, studio film,
restaurant, plasa dan parkir. Pintu masuk utama dari J l. Putri Hijau karena mengingat jalan ini
adalah jalan arteri dengan aksebilitas yang tinggi ( pertimbangan juga untuk masa yang akan
datang ). Pintu masuk dan keluar menjadi satu sehingga mudah di akses dan terlihat, agar


72
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
tidak menggang masyarakat. Proyek ini mengambil lokasi di Kota Medan, J l. Putrid Hijau,
bioskop ini memiliki luas site 25.000m, akan tetapi batas perancangan dibuat dengan luas
20.772 m
2
. mempunyai batasan site sebagai berikut :
Sebelah Utara : Jalan Berbatasan dengan J alan Putri Hijau II yang merupakan
kawasan Bank BTPN dan pemukiman penduduk
Sebelah Timur : Berbatasan dengan J alan Putri Merak J ingga yang merupakan
kawasan perdagangan elektronik, dan pemukiman penduduk, terdapat took-toko
elektronik, swalayan Macan Yohan dan restoran nelayan.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan jalan Putri Hijau yang merupakan kawwasan
bangunan publik, yaitu Rumah Sakit Tembakau Deli dan Stasiun TVRI
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan jalan kecil, kantor polisi dan pemukiman
penduduk.






View ke Rumah


View ke
rumah
penduduk
dan kantor

View ke
rumah
penduduk

View ke
Rumah
Penduduk

Rekomendasi :
Untuk view ke jalan Puteri Hijau diolah
maksimal.
Sedangkan sis yang berselahan dengan rumah
penduduk dan kantor tetap mempertahankan
dinding pembatas untuk menjaga privasi
masing-masing.
Gambar 4.12. Vi ew dari tapak


73
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
berada pada akses jalan utama. Daerah yang nyaman dan bersih juga bebas dari banjir.
Berdekatan juga dengan Mall, Hotel, Rumah Sakit Umum, dan perkantoran sehingga akses
menuju ke bioskop ini sangat mudah.

4.3.2. Analisa di dalam site
Letak ruang proyek Family Entertainment Family ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu
Bangunan tidak monoton
Bangunan memiliki view visibilitas yang berbeda
Penggelolaan Main entrance harus diperhatikan karena view visibilitas tinggi, dimana
dapat capai dengan mudah.
Bangunan yang dipakai berada dekat dengan pintuutama di J l. Putri Hijau dekat
dengan fasilitas parkir roda 4 dan parkir roda 2. Bangunan ini memiliki luasan 8.400 m
sedangkan yang akan dipakai 80 % dari luas lahan.



View dari arah
timur site kurang
baik karena
terhalang tembok
setnggi 2 meter.

View dari arah
timur site cukup
baik.

View dari arah
timur site baik.

View dari arah timur
site kurang baik
karena terhalang
kedai.

View dari arah
timur site sudah
baik.

Rekomendasi :
Fasad bangunan dari
sisi jalan Puteri Hijau
akan diolah lebih
maksimal, demikian
juga dengan penataan
tapaknya.
Gambar 4.13. Vi ew ke tapak


74
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.4. SARANA DAN PRASARANA
Prasarana Tapak
Adapun prasarana site yang tersedia pada saat ini di lokasi yakni:
- Jalan yang lebar memungkinkan sirkulasi kendaraan yang melintas berjalan dengan lancar.
- Pedestrian yang nyaman beserta vegetasi
- Fasilitas saluran air bersih
- Fasilitas saluran air kotor
- Fasilitas listrik
- Fasilitas telepon
- Fasilitas gas
Pedestiran selebar 1,2 m dengan
pepohonan yang rindang sebagi
pelindungnya.
Fasilitas Riol Kota di sekeliling site.
Fasilitas Penyebrangan jalan
bagi pejalan kaki yang berupa
zebra cross.
Fasilitas Gas
Halte Bis
Fasilitas Telfon umum
Gambar 4.8. Prasarana dan Sarana



75
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.5. Skyline .









Pada Skyline , terlihat bangunan di sekitar site memiliki ketinggian antara 3-6 lantai.Oleh
karena itu diharapkan ketinggian bangunan tidak terlalu menonjol dengan lingkungan sekitar.
A
B
A
B


76
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.5.1. Ketebalan Bangunan











Bangunan di sekitar site memiliki KDB 60 % ,dengan ketebalan bangunan yang relatif
tipis. Terdapat jarak antara bangunan dengan badan jalan yang cukup signifikan pada
bangunan sekitar site. Oleh karena itu ketebalan massa bangunan sekitar site cenderung tidak
terlalu padat . Hal ini dapat ,membantu dalam memberikan kenyamanan jarak pandang bagi
pengguna jalan.

Emerald Garden
RS TNI
RSU Tembakau Deli
Bank BTPN
JW Mariot
Telkom


77
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.5.3. Pencapaian Menuj u Tapak
Jl. Putri Hijau yang
memiliki lebar
jalan 12 meter dan
kepadatan
kendaraan sedang.
Jl. Putri Hijau II yang
memiliki lebar jalan 6
meter dan kepadatan
kendaraan sedang.
Jl. Putri Hijau II yang
memiliki lebar jalan 6
meter dan kepadatan
kendaraan jarang.
Jl. Putri Hijau II yang
memiliki lebar jalan 6 meter
dan kepadatan kendaraan

Rekomendasi :
- Meletakkan jalur masuk-keluar kendaraan jauh dari
persimpangan untuk menghindari kemacetan.
- Terdapat Pemisahan antara Entrance pengunjung
berkendaraan, pejalan kaki dan Entrance Service

Daerah site yang diapit
oleh dua simpang jalan
kecil dan besar. Tetapi
arus lalu lintas yang ada
tidak lah terlalu padat.
Gambar 4.7. Pencapai an Menuj u Tapak

SITE


78
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.6. Analisa Potensi dan Kondisi Tapak
4.6.1 Sirkulasi
a) Kendaraan Bermotor
Jl. Putri Hijau dengan
lebar 12 meter. Jalur 2
h
Jl. Putri Hijau II dengan
lebar 4 meter. Jalur 1
arah
Jl. Putri Hijau II dengan
lebar 4 meter.
Merupakan jalur 2 arah.
Jl. Putri Hijau II dengan
lebar 4 meter. Jalur 1

Rekomendasi :
Entrance dihindarkan dekat simpang jalan Putri Hijau dan Putri
Hijau II.

Gambar 4.10. Si rkul asi Kendaraan bermotor



79
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
B. Pejalan kaki

1,2 m 12 m 1,2m
Jl. Putri Hijau dengan
lebar pedestrian
selebar 1,2 m dan
dilengkapi dengan
vegetasi
Jl. Putri Hijau II dengan
lebar 4 meter. Terdapat
vegetasi di pinggirnya
sekaligus jalur pejalan
kaki selebar 0.8 meter.
Jl. Putri Hijau II
dengan lebar 4 meter.
Tidak terdapat trotoar
khusus untuk pejalan

Jl. Putri Hijau II dengan
lebar 4 meter. Tidak
terdapat trotoar
khusus untuk pejalan
kaki. Disamping kiri
terdapat kedai-kedai

Fasilitas pejalan kaki di kawasan ini dapat
dikatakan cukup memadai dan nyaman.
Dari hari survey dibagian depan site sudah
tersedia fasilitas pedestrian dibagian lain
memang belum tersedia tetapi sudah ada
lahan untuk itu.

Rekomendasi :
Perlunya penyediaan main
enterance khusus bagi pejalan
kaki yang akan berkunjung ke
Medan IT Building yang
terpisah dari main enterance
kendaraan bermotor

Gambar 4.10. Si rkul asi pej al an kaki


80
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
C. Orientasi


Orientasi site menuju jl
Putri Hijau II yang
berada di daerah timur
site dan terlihat rumah
penduduk yang cukup
b ik
Orientasi site
menuju jl Putri
Hijau II yang berada
di daerah timur site
dan terlihat kantor
cukup baik.
Orientasi site
menuju jl Putri
Hijau I yang
berada di daerah
barat site dan
terlihat rumah
sakit Tembakau
l k b k
Kantor SAMSAT

Orientasi site
menuju jl Putri
Hijau II yang
berada di daerah
selatan site dan
terlihat kantor
SAMSAT dan
Hotel Marriot

Bank BTPN

Rumah Sakit
Tembakau Deli
+++
Orientasi Putri Hijau
Sangat baik karena berhadapan
langsung dengan jalan utama
yang akan dijadikan sebagai
akses utama menuju
bangunan
Rekomendasi
Fasade dan Tapak Bangunan dengan orientasi positif
diolah dengan maksimal sedangkan yang kurang baik
dimaksimalkan.
Gambar 4.11. Ori entasi
Rumah Penduduk ++


81
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
d)Vegetasi
Pada bagian barat
site terdapat pohon
rindang dengan
ketinggian 15 meter.
Berada disamping
pedestrian.
Di sisi sebelah utara
site terdapat pohon
bambu berada
dipinggir jalan.
Dibagian timur
site terdapat
semak
Dijalan Putri Hijau terdapat pohon
rindang dengan diameter kurang
lebih 1 meter dan jarak 10 meter
antar pohon. Adanya vegetasi ini
memberikan shading kepada
pejalan kaki dan site. Sedangkan
tanaman kecil dan semak yang
berada dijalan putri hijau II
mungkin akan digantikan tanaman
lain.


Gambar 4.14. Anal isa Vegetasi


82
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
e)Matahari


Area pada bangunan
yang tidak terkena
matahari secara
langsung.
+++
Area pada bangunan akan
terkena sinar matahari
pagi yang panas tapi tidak
menyengat.
Area pada
bangunan yang
akan terkena
sinar matahari
sore hari yang
panas dan
terik.
+++
Area pada
bangunan yang
terkena sinar
matahari yang
netral, tidak
terpengaruh
besar pada
bangunan.
+++
Area pada
bangunan yang
terkena sinar
matahari yang
netral, tidak
terpengaruh
besar pada
bangunan.
++
Timur-Barat
Pada sisi ini site
akan menerima
sinar matahari lebih
terik.
Keluaran : Orientasi
bangunan terbaik
adalah dengan
meletakkan luas
permukaan
bangunan terkecil
menghadap Timur-
Barat.
Utara- Selatan
Pada sisi ini akan
menerima sinar matahari
yang bersifat lebih netral,
sehingga tidak
memberikan pengaruh
terhadap keyamanan
bangunan.
Rekomendasi :
Pada sisi yang terkena
sinar matahari
diminimalkan penggunaan
bukaan ataupun bukaan
diberi shading.
Gambar 4.15. Anal isa Matahari


83
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
f)Kebisingan


Kebisingan pada daerah
ini tidak begitu besar
karena kepadatan
kendaraan yang tidak
begitu padat.

Kebisisngan didaerah ini tidak
begitu besar karena cukup
jarang kendaraan yang lewat.
Kebisingan pada sudut site
tidak begitu besar, karena
kepadatan kendaraan yang
telah berkurang dan hanya
berbatasan dengan kantor
SAMSAT.
Kebisingan pada daerah ini
cukup besar karena
kepadatan kendaraan yang
lumayan padat.
Gambar 4.16. Anal isa Kebi si ngan


84
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.4 ANALISA FUNGSIonal DAN KEGIATAN
4.4.1 Analisa Aktivitas Pemakai
1. Pengunj ung
Aktifitas
- Duduk
- Menonton
- Jalan jalan
- Belanja
- Makan dan minum
- Bertransaksi
Karakter Pemakai
- Bebas kemana mana
- Cenderung memisahkan diri walau dalam satu kondisi
- Bebas melihat ke segala arah
- Cenderung berkumpul dengan orang yang dikenal
Karakter runag
- Terbuka dengan pengontrolan
- Ruang sosiofugal ; pengaturan perabot agar tidak bertatap satu dengan yang
lain atau saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh
- Mengakomodasikan wadah untuk area yang padat
Pekerja
Aktifitas
- Duduk
- Melayani pengunjung
- Jalan jalan
- Mengontrol
- Bertransaksi
Karakter pemakai
- Berhubungan antara satu dengan yang lainnya ( antar bidang interaksi )
- Pengorganisasian ruang akan privasi kerja dan view keluar
Karakter ruang
- Cenderung menyatukan individu, tercipta interaksi


85
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
- Pengorganisasian ruang semi open plan sesuai dengan hubungan kegiatan
- Sebagai ruang kerja bersifat private
Pengelola
Aktifitas
- Pengawasan aktifitas dalam gedung
Karakter pemakai
- Berhubungan antara satu dengan lainnya ( antar bidang interaksi )
- Mengawasi dan mengoaganisasi kegiatan yang ada dalam gedung
Karakter ruang
- Area kantor dan ruang kerja pengelola berada dalam satu ruang, karena gedung ini
bersifat individu

4.4.2 Analisa sirkulasi
Pengunj ung
Sirkulasi pengunjung masuk dan registrasi di resepsionis, ada yang langsung menonton tapi
ada juga yang menunggu dan menuju ke merchandise store dulu.
Sirkulasi pengunjung masuk juga ada yang ke kafe.
Area resepsionis merupakan area terdapat pengunjung dimana, pengunjung ingin mendapatkan
informasi dan registrasi.

R.TUNGGU
MERCHANDISE
STORE
R.CINEMA
KAFE
MASUK /
KELUAR
RESEPSIONIS


86
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Pekerja










Sirkulasi pekerja memasuki resepsionis kemudian melayani pengunjung.
Sirkulasi pekerja dari resepsionis menuju operator dan kafe
Sirkulasi pekerja yang langsung menuju merchandise store

Pengelola
Sirkulasi pengelola masuk dan keluar menuju resepsionis, kafe dan merchandise store untuk
melihat situasi, kondisi dan mengcek keuangan
R.OPERATOR
RESEPSIONIS
MERCHANDISE
STORE
MASUK / KELUAR
KAFE
MERCHANDISE
STORE
KAFE RESEPSIONIS
MASUK / KELUAR
GBR. Pola Sirkulasi Pengelola


87
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Analisa Pemakai














STRUKTUR ORGANISASI CINEMA
MECHANDISE
MOVIE COLECTION
LOBBY
CAFE
RUANG TUNGGU
LOKET
DIGITAL
BEAT STORE
ME
PULANG
STUDIO
DIREKTUR UTAMA
MANAGER
KOOR.LAPANGAN KOOR.KEAMANAN
KOOR.LAPANGAN
KOOR.CAFE &
SHOP
SHOP
CAFE DIGITAL
BEAT
STORE
MARCHENDISE
CLEANING SERVICE ACCOUNTING
Struktur Organisasi Cinema


88
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.4.3 Analisa Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
Table, Ruang Pengunjung
Aktivitas Kebutuhan Ruang Sifat Suasana
Duduk Ruang tunggu Public Tenang, bersih,
nyaman
Menonton Ruang cinema Public Nyaman, tenang
Jalan jalan Merchandise store Public Menarik
Bertransaksi Merchandise store,
kafe, resepsionis
Public Nyaman, menarik
Makan dan minum Kafe Public Nyaman, bersih, ramai
Belanja Merchandise store Public Nyaman, menarik
Table Ruang Pekerja
Aktifitas Kebutuhan Ruang Sifat Suasana
Duduk Resepsionis Semi privat Nyaman, tenang
Melayani Pengunjung Resepsionis,merchandise
store, kafe
Semi privat Nyaman, bersih
Bertransaksi Merchandise store, kafe,
resepsionis
Semi privat Nyaman, bersih,
ramai
Mengontrol Operator Privat Nyaman, tenang
Jalan - jalan Lobby Public Ramai, bersih
Table, Ruang Pengelola
Aktifitas Kebutuhan Ruang Sifat Suasana
Pengawasan aktivitas Duduk di kafe Public Tenang,nyaman,bersih



89
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4.5 Analisa dan Program Kebutuhan
4.5.1 Analisa Aktifitas Pemakai
Analisa aktivitas pemakai dibagi menjadi dua yaitu :
a. Analisis aktivitas pengelola
Table, analisa aktifitas dan kebutuhan ruang pengelola
Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang Sifat Ruang
Manager Mengawasi system
operasional
Mengatur jadwal
show
Member
pengarahan
Kantor Manager Privat
Staff : Loket Menyiapkan tiket
Menjual tiket
Loket Semi Publik
Staff : caf Menyajikan
makanan dan minuman
Menjual snack
Area Service
Caf / mini bar
Public
Operator - Menyiapkan fita
film
- Mengoperasikan
proyektor
- Mengatur
pencahayaan studio
- Mengatur sound
sistem
Ruang proyekor Privat
Portir - Mengantar fita film
ke cineplek lain
- Mengambil fita film
dari Cineplex lain



90
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Guide - Memeriksa karcis
- Memandu
penonton ke tempat
duduknya masing
masing
- Melayani pesanan
penonton

Security - Menjaga keamanan
cineplek
Area service Public
Cleaning Service - Menjaga kebersihan
lobby
- Membersihkan
studio
- Menjaga kebersihan
KM /WC
Ruang janitor Privat

4.5.2 Analisa Aktivitas Pengunj ung
Table. Analisa aktivitas dan kebutuhan ruang pengunjung
Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang Sifat Ruang



Pengunjung normal
( tidak cacat )
Pria dan
wanita
Segala
usia
Membeli tiket Loket Semi Publik
Menunggu waktu
show
Ruang tunggu dan
lounge
Public

Lihat - lihat
Area display
Poster dan diorama
film
Public
Makan dan minum Caf Public
Menonton film Studio Public


91
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )


- Cuci tangan
- Buang air kecil
- Buang air besar
KM / WC Sevice

4.5.3 Analisa Hubungan Ruang












4.6. analisa Perilaku Pengguna
Dari segi pengunjung yang ditujukan bagi kalangan atas maka mereka berani untuk
membayar mahal untuk menikmati fasilitas yang seimbang dengan uang yang mereka
keluarkan, tentunya pengunjung mengharapkan suasana dan interior yang menarik.
Bagi kaum pengunjung berfrofesi pengusaha ataupun eksekutif muda single maupun
berpasangan maka sarana rekreasi seperti ini dapat pula dimanfaatkan sebagai ajang untuk
membicarakan hal bisnis sekaligus menjamu rekan kerja ataupun perusahaan.
Bagi kaula muda memanfaatkan bioskop sebagai tempat untuk bersosialisasi dan bersenang
senang ataupun sekedar hobby. Tidak menutup kemungkinan bagi rombongan keluarga (
manula, orang tua dan anak anak mereka bahkan ada kemungkinan membawa anak kecil )
yang ingin menikmati menonton film bersama sama diluar rumah untuk sekedar rekreasi.
GAME STATION
TOILET
CAFE
DIGITAL BEAT
STORAGE
CAFE
LOKET
PENJUALAN
AKSESORIS
MARCHENDISE


92
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Macam macam perilaku pengunjung ditinjau dari usia dan kesukaan :
Pengusaha / eksekutif ;
- Suka membaca ( Koran, dan lain sebagainya )
- Terpelajar
- Efisiensi waktu
- Sibuk
Remaja
- Bersenang senang
- Aktif
- Ekspresif
- Mengumpulkan barang ( koleksi )
- Menyukai sosialisasi
Dewasa
- Teratur
- Bijaksana
- Suka membaca
Orang tua
- Pasif
- Lambat
- Fisik lemah
Anak anak
- Aktif
- Suka bermain


4.7 ANALISA PROGRAM RUANG
Kebutuhan ruang ditentukan berdasarkan kegiatan yang terjadi dalam bangunan, adapun
kegiatan yang dilakukan dalam bangunan dapat dibagi atas beberapa kelompok:
Kegiatan rekreatif
Yang termasuk kelompok ini adalah menonton, makan-makan dan minum-minum yang
dilakukan sambil mendengarkan musik, bermain billyard, bowling, dan game ketangkasan


93
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kegiatan penunjang
Kegiatan yang berfungsi menunjang berlangsungnya aktivitas cinema seperti retail dan
cinema lobby.
Kegiatan pengelola
Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan seperti administrasi.
Kegiatan pelayanan
Kegiatan yang memberikan pelayanan kepada pengunjung seperti parkir, telepon umum,
musholla dan pelayanan teknis terhadap sarana pendukung cinema building.
Berdasarkan kegiatan tersebut dapat ditentukan kebutuhan ruangnya.

Kegiatan Rekreatif
Tabel 5. Kegiatan Rekreatif
Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Zoning Sifat Standart
Menonton film Lobby/ hall
Loket
R. tunggu
R. studio
R. Proyektor
R. pegawai
Gudang

Zona penerima

Zona hiburan

Zona service



Publik


Private
0,65 m2/ org
3 m2/ loket
1,2 m2/ org
1,05 m2/ org
20 m2/ org
1,2 m2/ org
20 m2/ ruang
Makan & minum
(food court &
caf)
R. Makan
Kasir
Dapur
Gudang

Zona hiburan
Publik

Private
1,4 m2/ org
3 m2/ kasir
20 m2/ ruang
20 m2/ ruang
Amusement centre R. penukar koin
Arena bermain
Gudang
R. Pegawai

Zona hiburan
Publik

Private

3 m2/ ruang
1,2 m2/ org
20 m2/ ruang
1,2 m2/ org


94
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kegiatan penunjang
Tabel 6. Kegiatan penunjang
Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Zoning Sifat Standart
Retail R. Display
kasir
Zona pengelola Publik 1,2 m2/ org
Kegiatan pengelola
Tabel 7. Kegiatan pengelola
Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Zoning Sifat Standart
General manager R. general manager
R. bendahara
R. sekretaris

Pengelola

Private

1,2 m2/ org
1,2 m2/ org
1,2 m2/ org
Operasional
manager
R. operasional mana-ger
R. sekretaris

Pengelola

Private
1,2 m2/ org
1,2 m2/ org
Kepala divisi R. Ka. Div. cineplex
R. Ka. Div. Home Theater
R. Ka. Div. amusement
R. Ka. Div. food court
R. Ka. Div. entertainment

Pengelola


Private

1,2 m2/ org
1,2 m2/ org

1,2 m2/ org
1,2 m2/ org
1,2 m2/ org

Staf divisi R. Staf. Div. cineplex
R. Staf. Div. Home Theater
R. Staf. Div. amusement
R. Staf. Div. food court
R. Staf. Div. entertainment

Pengelola


Private

1,2 m2/ org
1,2 m2/ org

1,2 m2/ org
1,2 m2/ org
1,2 m2/ org



95
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kegiatan Pelayanan
Tabel 8. Kegiatan pelayanan
Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Zoning Sifat Standart
Umum Parkir
Musholla
R. wudhu
Telepon umum
ATM
R. Keamanan



Service
Publik


Private
15m2/ mobil
1,2 m2/ org
1,2 m2/ org
1,2 m2/ org
1,2 m2/ org
20 m2
Teknik R. Generator
R. Panel
R. AHU
Gudang
R. Kontrol pusat
R. operator PABX
R. sound system



Service



Private
20 m2
20 m2
20 m2
20 m2
20 m2
20 m2
20 m2
Hubungan Kelompok Ruang
Untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas koordinasi dalam bangunan maka dibuatlah
pengelompokan ruang yang saling berhubungan:








Kegiatan Penunjang Kegiatan Pengelola
Kegiatan Pelayanan
Kegiatan Cinema
Building
Diagram 1. hubungan ruang


96
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB V
KONSEP
5.1 KONSEP PERANCANGAN
Untuk memudahkan perancangan tapak, diperlukan beberapa konsep penting, konsep dasar
tersebut adalah sebagai berikut :
Penjoningan
Berikut adalah pembagian zoning ruang luar bagunan Cinema Building di Medan.
Selain di basement, zona parkir terletak dibagian lahan site.















Parkir kendaraan bermotor terletak di depan bangunan, samping gedung cinema
building. Dibagi atas parkir roda 4 dan parkir roda 2. Selain itu juga terdapat parkir loding
dock / service di letakkan di bagian belakang gedung agar sirkulasi kendaraan pribadi tidak
terganggu dengan sirkulasi kendaraan service.
Parkir roda 4 dan roda
2 diletakkan di
basement,
menggunakan pola
parkir 90, namun ada
juga sebagian parkir
roda 4 yang diluar.
Gambar 65. Parkir
Sumber : Gambar Pra-Rancangan

Pola parkir roda 4
di basement
menggunakan
pola parkir sejajar
90
Pola parkir roda 2
di basement
menggunakan
pola parkir sejajar
90


97
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Sirkulasi













Sirkulasi kendaraan keluar masuk berada di bagian depan site, penempatan sirkulasi
berada pada jalur yang saru arah, sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Tersedia juga
sirkulasi untuk pejalan kaki di tempatkan d setiap bagian jalan site, agar masyarakat juga
merasa nyaman sewaktu berjalan disekitar site.

Vegetasi
Selain sebagai buffer terhadap kebisingan, vegetasi juga dapat digunakan sebagai
pembatas site dengan jalan, selain itu vegetasi juga dapat digunakan sebagai estetika terhadap
bangunan. Dengan adanya vegetasi keadaan sekitar bangunan jadi lebih indah dan sejuk.
Vegetasi juga akan digunakan sebagai jalur hijau di garis sepadan bangunan. Pohon
dimanfaatkan sebagi pembatas site dengan jalan, direncanakan menggunakan pohon yang
cukup tinggi dan besar agar polusi suara tidak langsung masuk kedalam bangunan. Selain itu
pohon yang tinggi juga dapat digunakan sebagai peneduh dari panasnya sinar matahari atau
dapat menghalangi cahaya matahari yang masuk kedalam bangunan.
Jalur masuk keluar kendaraan
pengunjung
Jalur keluar masuk service


98
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
























Pencapaian
Gambar 66. Tata Hijau
Sumber : Gambar Pra-Rancangan

Vegetasi yang digunakan sebagai
pengarah

Main Entrance diletakkan tidak terlalu di pojok site agar tidak mengganggu lalu lintas antara
Jl.Putri Hijau 1 dan Putri Hijau II yang merupakan simpang jalan.
Main Entrance Service diletakkan dibagian timur site agar lebih private karena jalur tersebut cukup
lengang.
Sedangkan Jalur bagi pejalan kaki disediakan 2 main entrance melalu 2 sisi site agar lebih banyak
akses bagi pejalan kaki yang ingin datang ke Medan IT Building ini.


99
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )










3. Konsep Perancangan Bangunan
Out kendaraan roda 2
Out kendaraan roda 4
Out kendaraan service
Out kendaraan roda 4
pengunjung
Zona public dan privat ; studio film
dan home theater dan fasilitas
penunjang serta pasilitas pengelola.
Zona public ; amunsement / timezone
Zona public ; restaurant
Zona public ; ticketing
Void / sky light


100
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
4. Konsep Perancangan Struktur
Sistem struktur yang digunakan pada bangunan ini adalah sistem struktur grid dengan jarak
antar kolom 8m.
Menggunakan kolom dengan material baja komposit dengan ukuran kolom 80 x 80 cm.
a. Sistem Struktur Bawah
Jenis dan ukuran pondasi ditentukan oleh kondisi tanah dan perhitungan
gaya/pembebanan. Karena bentuk bangunan yang memanjang diterapkan
sistem dilatasi pondasi.
Pondasi yang digunakan pada bangunan adalah pondasi tiang pancang
dengan dimensi 200 x 200 x 80 cm. Menggunakan sloof baja komposit
dengan dimensi 60/80. Selain pondasi ini digunakan juga pondasi umpak dan
footplate khusus untuk sebagian massa yang lainnya.
Pondasi ini dipilih untuk digunakan pada bangunan karena pondasi ini tepat
untuk menahan beban dari bangunan yang berlantai banyak dan berbentang
lebar.
b.Sistem Struktur Atas
Sistem struktur atas dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu :
b.1. Struktur badan bangunan, terdiri dari kolom, dinding, balok dan pelat lantai.
Menggunakan dinding bata untuk bangunan dan untuk theatre khusus dilapisi
dengan karpet wallpaper dan gypsum akustik pada plafond untuk kebutuhan akustik.
Material ini dipilih mengingat ekbutuhan theatre akan bahan yang dapat menyerap dan
memantulkan suara. Untuk itu pada plafons theatre digunakan gypsum akustik yang
digantungkan langsung ke rangka atap untuk krbutuhan akustik dan menambah nilai
estetesin.

b.2. Struktur pendukung atap
Struktur atap bangunan Medan Cinema
Building ini merupakan struktur bentang lebar, maka
dari itu dipilihlah alucopan sebagai pembentuk atap
karena bahan baja yang ringan dan kuat sangat
cocok untuk digunakan sebagai rangka atap.
Gambar 79. Sistem Struktur Bawah
Sumber : Modul Kuliah Teknologi Bangunan 2001
Gambar 80. Struktur Atap
Sumber: Sketsa


101
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Atap yang digunakan adalah atap zync-alumn, yaitu baham material atap yang
terbuat dari bahan baja dan alumunium, bersifat ringan dan pengaplikasiannya juga mudah.
Atap ini dipilih karena bersifat ringan sehingga tidak menambah beban untuk struktur
bentang lebarnya.

Prinsip struktur :
1.Struktur badan bangunan
Sistem struktur grid dengan material beton komposit
2.Struktur pendukung atap
Sistem struktur pendukung atap yang sesuai dengan bentuk atap pada konsep
pendekatan desain menggunakan salah satu sistem struktur bentang lebar, yaitu sistem
struktur lipat (folded structure system).

5. Konsep Perancangan Utiltas
a. Penyediaan Air Bersih
Air bersih didapat dari dua sumber, yaitu dari PAM dan air tanah (deep well).Air berasal
dari PDAM, dan didistribusikan ke dalam bangunan dengan
sistem tangki tekan, yang sistem kerjanya menampung air
di tangki bawah dan dipompakan ke dalam suatu tangki
tertutup, sehingga udaranya terkompresi. Air dari tangki
tersebut didistribusikan ke bangunan. Pompa bekerja secara
otomatis, diatur oleh detektor tekanan yang menutup/
membuka saklar motor listrik pompa.


b. Pembuangan Air Kotor/kotoran dan air hujan
Air kotor pada bangunan ini hanya berasal dari kamar mandi dan dapur food court, air
dari kamar mandi dialirkan melalui shaft air kemudian ke water treatment lalu di alirkan ke
riol kota dan resapan.
Air kotor dibuang ke saluran kota
Air kotoran disalurkan ke tangki septik
Air hujan dari atap sebagian dialirkan ke talang dan dibuang ke saluran kota dan
Gambar 81. Sistem Air Bersih
Sumber : Modul Kuliah Pengendalian Lingkungan Bangunan 1


102
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
diresapkan ke tanah

c. Listrik dan Penerangan
Sumber listrik berasal dari PLN dan dibantu dengan generator pembangkit listrik untuk
bangunan, kemudian disalurkan ke panel-panel utama listrik di dalam bangunan lalu listrik
dialirkan ke bagian-bagian gedung seperti lampu, proyektor, lightbox dan lain-lain.
Sumber listrik : PLN dan Generator Set (cadangan)
Penerangan alami langsung dan tidak langsung dan penerangan buatan

d. Pengkondisian Udara
Pengudaraan alami : pada basement dan semi basement
Pengudaraan buatan : menggunakan sistem makro air conditioner secara sentral pada
ruang-ruang dengan open space besar seperti lobby, dan ruang theatre dengan sistem
Central AC ALL AIR SYSTEM (memakai AHU), atas dasar pertimbangan sebagai
berikut :
lokasi dapat dilokalisir
dapat memberikan kesempatan distribusi udara yang optimum
dapat melayani ruang yang besar
dan biasanya dapat menggunakan pada area : publik dan akomodasi

e. Pencegahan Kebakaran
Menggunakan detektor asap sebagai pendeteksi adanya kebakaran, alat ini akan
mendeteksi asap akibat adanya kebakaran. Sprinkler juga digunakan untuk menanggulangi
kebakaran secara dini, sistem yang dipilih adalah springkler head ataunozzle tipe up right
yang beris cairan kimia yang memuai jika terkena panas pada suhu disekitar 58 C.
Diletakkan pada langit-langit.
Untuk jalur evakuasi, digunakan tangga kebakaran, dan pada tiap-tiap theatre terdapat
jalur evakuasi masing-masing, dan escalator dapat juga digunakan untuk keadaan-keadaan
darurat sebagai tangga kebakaran.
Untuk daerah luar bangunan disediakan hydrant (outdoor)
Untuk pencegahan dalam bangunan menggunkan sistem sprinkler, smoke detector (pada


103
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
kantor), fire estinguiser, dan hydrant

f. Komunikasi dan tata suara
Penggunaan sistem PABX untuk telepon kantor
Pemasangan loudspeaker sistem pada ruang-ruang tertentu















Transportasi Vertikal/Horizontal
Transportasi vertikal pada bangunan ini menggunakan escalator dengan lebar anak
tangga 81 cm berkecepatan 90fpm dengan kapasitas angkut aktual 3750 orang per jam dengan
kemiringan 30..
Untuk penghubung antara lantaiu 1 dan lantai 2 yang berjarak 6 m, digunakan
escalator dengan panjang 15,088 m dan untuk penghubung lantai 1 ke basement dan semi
basement yang masing-masing berjarak 3 m, digunakan escalator dengan panjang 8,00m.
Transportasi vertikal berupa eskalator, elevator dan tangga
Speaker diletakkan di setiap 6m
di dinding theatre
Lapisan luar berupa
pasangan bata, permukaan
dalam terbuat dari lapisan
kertas bangunan, plywood,
rangka, isolasi dari plaster
board yang bagian
belakangnya berlapis foil.
Lapisan dalam
Reflector dibuat di atas untuk mencegah
hilangnya suara ke atas, maka dari itu dibuat
deretan panel-panel melayang di atas penonton
yang terbuat dari material keras seperti kayu,
plexglass atau metal


104
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Transportasi horizontal berupa ruang terbuka dan jalur sirkulasi yang terjadi akibat
organisasi ruang dan penataan ruang dalam
h. Sistem Penangkal Petir
Penagkal petir yang diletakkan di atas atap bangunan terbuat dari logam yang
dialirkan ke tanah (dibumikan) dengan kabel penghantar yang diletakkan disisi luar bangunan
dan melalui shaft sendiri.


105
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB VI
HASIL PERANCANGAN














GAMBAR. 6.1 PERSFEKTIF EKSTERIOR
GAMBAR. 6.2 PERSFEKTIF EKSTERIOR


106
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
























GAMBAR. 6.3 PERSFEKTIF EKSTERIOR
GAMBAR. 6.4 PERSFEKTIF EKSTERIOR


107
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )

















GAMBAR. 6.5 PERSFEKTIF EKSTERIOR
GAMBAR. 6.6 PERSFEKTIF EKSTERIOR


108
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.7 SITE PLAN


109
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.8 GROUNDPLAN


110
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.9 DENAH LT.1 DAN DENAH LT.2


111
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.10 DENAH BASEMENT


112
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.11 TAMPAK DEPAN


113
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6. 12 TAMPAK SAMPING KANAN, SAMPING KIRI DAN TAMPAK BELAKANG


114
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.13 POTONGAN A-A CINEMA BUILDING


115
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.14 POTONGAN


116
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.15 PEMBALOKAN DENAH LT.1


117
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.16 PEMBALOKAN DENAH LT.2 DAN LT.3


118
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.17 RENCANA PONDASI


119
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.18 RENCANA ELEKTRIKAL LT.1


120
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.19 RENCANA ELEKTRIKAL DENAH LT.1 DAN LT.2


121
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.20 RENCANA ELEKTRIKAL DENAH BASEMENT


122
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.21 RENCANA PROTEKSI KEBAKARAN DENAH LT.1


123
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.22 RENCANA PROTEKSI KEBAKARAN LT.2 DAN LT.3


124
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.23 RENCANA PROTEKSI KEBAKARAN BASEMENT


125
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.24 RENCANA SANITASI LT.1


126
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.25 RENCANA SANITASI LT.2 DAN LT.3


127
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.26 RENCANA SANITASI DENAH BASEMENT


128
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.27 RENCANA AC LT.1


129
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.28 RENCANA AC LT.2 DAN LT.3


130
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.29 RENCANA AC DENAH BASEMENT


131
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.30 DETAIL


132
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.31 RENCANA VERTIKAL


133
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.32 PERSFEKTIF


134
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
GAMBAR. 6.33 PERSFEKTIF INTERIOR


135
cineMa BuI l dDi Ng
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )

DAFTAR PUSTAKA

Caruso, James R. & M.E. Arthur, A Beginners Guide To Producing Tv,
Prentice, New jersey, 1990
D.K. Chink, Francis, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit
Erlangga, Jakarta
D.K. Chink, Francis, Grafik Arsitektur II, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992
De Chiara, Yoseph, Time Saver Standartds For Building Types, Mc.Graw Hill
Book Company, New York
Doelle, Lesliel, Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990
Neufert, Ernst, Data Arsitek I, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993
Neufert, Ernst, Data Arsitek I, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993
www. Google.com
www.yahoo.com

You might also like