You are on page 1of 2

Tema : Optimalisasi Peran Mentoring di Perguruan Tinggi Sebagai Pilar Terwujudnya Indonesia Berkarakter Sub Tema : Peran Birokrat

Terhadap Ke-Legalan Mentoring Kampus

Sampaikanlah dari ku walaupun hanya satu ayat. (HR. Ahmad, Bukhari, Tarmidzi) Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl : 125) Program Mentoring merupakan proses pembinaan nilai-nilai agama Islam yang dilakukan melalui diskusi, dialog, dan penciptaan suasana keagamaan. Karena itu, kegiatan tersebut dapat mendukung terciptanya iklim pendidikan perguruan tinggi yang menunjang terciptanya proses pendidikan yang sarat dengan penghayatan nilai-nilai religius dimana nantinya akumulasi dari kegiatan ini akan dapat menajadi bagian dari pilar terwujudnya Indonesia yang Berkarakter Islami. Program Mentoring merupakan implementasi dari pendidikan umum di perguruan tinggi yang diwakili oleh Mata Kulian Pendidikan Agama Islam. Sesuai dengan konsep pendidikan umum, maka Program Mentoring diarahkan untuk mewujudkan sosok manusia yang beriman dan bertakwa yakni manusia yang memiliki komitmen keislaman dan menampilkan perilaku beragama yang baik. Ciri utama output Program Mentoring yang tampak secara langsung adalah mahasiswa yang memiliki komitmen keimanan dan ketakwaan yang dibuktikan dalam perilakunya yang sesuai dengan nilai-nilai agama dalam hubungannya dengan Allah, dengan masyarakat, dan dengan dirinya sendiri. Program Mentoring dengan karakteristiknya sebagai pendidikan umum memerlukan penyelenggaraan proses belajar mengajar secara unik yang memungkinkan terjelmanya suasana yang layak dan terhayatinya nilai-nilai keimanan serta

ketakwaan yang diajarkan. Suasana tersebut melahirkan atmosfir atau iklim pendidikan yang menekankan kepada pembinaan afektif. Birokrasi mempunyai peran yang sangat strategis untuk untuk dapat mendukung segala aktivitas kegiatan kemahasiswaan. Terkhusus kegiatan-kegiatan yang sifatnya pembinaan karakter dan akhlak seperti mentoring. Karena jika ditelaah lebih dalam terwujudnya sebuah kampus yang diinginkan atau dicita-citakan oleh seluruh elemen di dalamnya tidak akan pernah terwujud hanya dengan kerja birokrasi tetapi semua elemen civitas akademika harus bersinergi terkhusus dengan dilibatkannya mahasiswa yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari elemen-elemen tersebut. Salah satu yang dapat menjadi bahan perhatian pihak kampus dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan berkarakter islami ialah melalui mentoring. Dengan mentoring ini semua mahasiswa akan mendapatkan pembinaan secara intens khususnya dalam hal pembinaan keagamaan dan aspek lain. Olehnya itu apabila sebuah kampus ingin melihat lebih dalam akan manfaat yang dihasilkan melalui aktivitas mentoring maka, sebuah pemberian hak mengelola secara penuh atau kelegalan tidak akan menjadi masalah yang begitu berarti untuk diberikan kepada pengelola mentoring dalam hal ini Kerohanian Islam di suatu Kampus. Sebuah kelegalan akan sangat dibutuhkan pengelola mentoring yaitu Kerohanian Islam karena dengan kelegalan ini akan memberikan legitimasi yang kuat kepada pengelola untuk mewajibkan setiap mahasiswa baru untuk mengikuti proses kegiatan mentoring. Dan bagi yang tidak mengikuti kegiatan tersebut akan dengan otomatis memprogramkan disemester berikutnya. Karena itu Birokrasi Kampus harus berani memberikan hak pelegalan kegiatan mentoring oleh pengelola karena memberikan manfaat yang jauh lebih besar dibanding dengan keburukan yang ditimbulkan dan bahkan sama sekali tidak ada dari kegiatan tersebut. Disamping itu pihak birokrasi harus mengapresiasi inisiatif dari para mahasiswa khususnya yang berada ditingkat atas untuk memberikan pembinaan kepada para mahasiswa baru disamping tugas mereka juga yang dituntut untuk mengikuti proses perkuliahan layaknya seperti mahasiswa lain.

You might also like