You are on page 1of 3

Montanisme:

Pada tahun 170-an seorang pemimpin Kristen bernama Montanus mengklaim bahwa ia memiliki wahyu baru. Ciri-ciri pokoknya: Klaim wahyu baru sebagai tambahan untuk Kitab Suci. Kepemimpinan yang kharismatis dan inspiratif. standar perilaku yang sangat tinggi dituntut dari anggota-anggotanya, jauh lebih keras dari gereja lainnya. Klaim sebagai satu-satunya Kristen yang benar, menolak mereka berarti menolak Allah. Kerajaan surga akan segera turun ke bumi pada wilayah tempat tinggal mereka di Phrygia, Asia Kecil.

Monastisime:
Monastisisme: ialah suatu paham yang mengajarkan bahwa untuk mencapai kesempurnaan iman, seseorang harus mengasingkan diri ke padang gurun. Lahir sebagai reaksi atas keduniawian yang melanda gereja Di Timur, Antonius mendirikan kebiaraan yang menyendiri dan Pakomius mengembangkannya menjadi kebiaraan yang berkelompok yang Basil nya dilengkapi dengan satu peraturan. Athanasius dan Jerome memperkenalkannya di Barat dan Benediktus menyediakan satu peraturan dan organisasi untuk Benediktian. Biarawan mengembangkan cara bertani yang lebih baik, membuat buku-buku (Cassiodorus), dan menjadi misionaris (Columba dan Aidan) dan menyediakan penginapan dan klinik kesehatan.

Mistisisme
Ibadah gereja yang terlalu formal dengan penekanan yang berlebihan pada sakramen dan liturgi. Penekanan era skolastik pada rasio dengan mengorbankan natur manusia yang sebenarnya emosional juga. Patokan kebenaran telah berubah menjadi bersifat pribadi (kontra kebenaran objektif) dan didasarkan pada pengalaman (kontra kebenaran rasional). Situasi politik dan keamanan yang instabil, terutama The Black Death tahun 1348-1349 yang menewaskan 1/3 penduduk di berbagai daerah tertentu. Bernard of Clairvaux : kesatuan kehendak dan perasaan dengan Allah (bukan kesatuan esensi). Catherine of Siena: klaim atas penglihatan ilahi yang dipakai untuk kebaikan, misalnya kritik terhadap dekadensi kepausan dan desakan kepada Paus Gregory XI untuk pindah ke Roma. Meister Eckhart, seorang pengikut ordo Dominikan: tujuan kekristenan adalah persatuan roh melalui fusi esensi manusiawi ke dalam esensi ilahi melalui peristiwa ekstasi. John Tauler, murid Eckhart: pengalaman dengan Allah dalam diri seseorang lebih vital daripada seremoni eksternal. Thomas Kempis: buku Imitation of Christ; penolakan terhadap hal-hal duniawi + penekanan pada kasih yang positif terhadap Kristus dan pelayanan dalam kerendahhatian. Konsekuensi positif: turut memberikan kontribusi bagi penekanan pribadi dan kritik terhadap formalitas kepausan.

Konsekuensi negatif: pencarian kebenaran yang sangat subjektif dan bahaya panteisme.

Pietisme
Akibat perang antara penganut-penganut Katolik Roma dan Reformasi selama 30 tahun (1618-1648) Jerman dilanda kemerosotan moral yang dahsyat. Perang ini diakhiri dengan Perjanjian Munster pada tahun 1648. Akibat perang itu penyakit merajalela, uang kehilangan nilainya, sadisme ditemukan dimana-mana, mabuk-mabukan dan pelacuran adalah hal yang biasa (Stoeffler, 1971: 81). Gereja-gereja Lutheran waktu itu sangat tergantung pada raja yang berkuasa. Pejabatpejabat Gereja ditunjuk oleh raja. Harta milik gereja diatur oleh pemerintah. Disiplin gereja dijalankan tetapi tidak berlaku untuk tokoh-tokoh pemerintah. Tidak sedikit raja-raja yang dikenal sebagai raja yang sadis, kasar, tamak dan pemabuk. Tetapi raja-raja itu diberi gelar seperti Yohanes yang setia, Agustinus yang perkasa. Didalam gereja ajaran Kristen tidak lebih dari sejumlah kebenaran yang harus diterima oleh gereja. Sedangkan apakah mereka sesuai dengan ajaran itu sama sekali tidak diperhatikan. Muncul merupakan reaksi atas suasana gereja yang suam dan terhadap semangat dunia yang sudah merajalela di dalam masyarakat Kristen. Collegia Pietis adalah perwujudan usaha untuk memperbaiki keadaan masyarakat dan gereja. Ajaran pietisme: 1. Kesalehan batin perseorangan. 2. Praktek kesalehan dalam hidup sehari-hari. 3. Beraskese, moralis, dan eskhatologis. 4. Organisasi berupa koventikel (perkumpulan kecil). Tokohnya Philip Jacob Spener (1615-1705). Membuka Universitas di Halle pada tahun 1694. Karya Spener yang cukup terkenal adalah: Pia Desideria (1675) yang terbagi ke dalam tiga pokok penting (Hale, 1996: 19-23): 1. Kecaman terhadap kondisi korup di dalam gereja dan seluruh lapisan masyarakat: Raja-raja yang salah memergunakan kekuasaan mereka, mengatur dan mengendalikan gereja sesuka hati. Pelayan-pelayan yang tidak lahir kembali, tidak pantas menjadi pelayan Allah. Harus ada perpisahan yang tegas antara Gereja dan negara. 2. Harapan Perbaikan Gereja. Orang Kristen dipanggil untuk menjadi sempurna. Gereja harus bekerja keras agar mencapai yang ideal seperti jemaat mula-mula dan ini menjadi dasar eskatologi Pietisme. 3. Usulan pembaharuan: A. Penggunaan Firman Alah secara ekstensif. B. Imamat am orang percaya. C. Pengetahuan iman saja belum cukup, tetapi harus diwujudkan di dalam praktek. D. Bagaimanakah seharusnya sikap terhadap mereka yang tidak percaya. Firman Allah itu selalu akan mampu menobatkan orang. E. Usul untuk pendidikan calon-calon pendeta (Kurikulum: persiapanpersiapan praktis misalnya: penggembalaan, khotbah, membaca literatur tentang kesalehan).

F. Alat-alat yang dipakai Allah seperti Firman dan Sakramen, sebenarnya harus terarah kepada batin manusia. Kemudian dia diganti dengan August Hermann Francke (1663-1727). Seorang yang berbakat pada umur 34 tahun sudah menjadi guru besar di Universitas Leipzig. Bertobat dan pindah ke Halle University. Francke menjadi perintis PENGINJILAN di dalam negeri, dia mengajarkan bahwa Tuhan mengutus mereka untuk masuk ke dalam masyarakat umum untuk memberitakan keselamatan kepada segenap rakyat dan untuk mencari yang hilang. Dari Universitas Halle muncul organisasi misi yang pertama yaitu THE DANISH-HALLE MISSION. Ketika raja Denmark (Frederick IV) membutuhkan utusan-utusan Injil untuk jajahannya di Tranquebar India Selatan pada tahun 1706 ia memakai Ziegenbalg dan Plutschau yang dididik oleh Francke.

You might also like