You are on page 1of 3

PENDAHULUAN Dunia medis merupakan suatu dinamika bisnis dimana menempatkan kepuasan pasien sebagai indikator keberhasilan suatu

rumah sakit pada umumnya dan para pekerja medis pada khususnya. Dalam hal ini Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan. Landasan utama bagi dokter dan dokter gigi untuk dapat melakukan tindakan medis terhadap orang lain adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan kompetensi yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang dimilikinya harus terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Dokter dan dokter gigi dengan perangkat keilmuan yang dimilikinya mempunyai karakteristik yang khas. Kekhasannya ini terlihat dari pembenaran yang diberikan oleh hukum yaitu diperkenankannya melakukan tindakan medis terhadap tubuh manusia dalam upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. Tindakan medis terhadap tubuh manusia yang dilakukan bukan oleh dokter atau dokter gigi dapat digolongkan sebagai tindak pidana. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap segala aspek dunia kesehatan, baik itu pasien sebagai penerima pelayanan medis maupun tenaga medis sebagai penyedia pelayanan medis. Tetapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jauh lebih cepat dibandingkan perkembangan hukum itu sendiri. Pada dasarnya, dalam dunia hukum ada sebuah azas yang disebut lex specialis derogat legi generalis, yang mengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum. Dimana untuk kasus profesi kedokteran seharusnya diatur dalam ranah hukum lex specialis karena resiko dari setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang dokter tidak dapat disamakan dengan resiko dari setiap tindakan yang dilakukan pada bidang profesi lain. Yang termasuk kedalam lex specialis ini adalah Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Standar Operasional Prosedur dari suatu instansi kesehatan dimana dokter bekerja, dan berbagai Permenkes yang telah diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. KRONOLOGIS Pada sore hari, dokter Setyaningrum menerima pasien, Nyonya Rusmini (28 tahun). Nyonya Rusmini ini merupakan istri dari Kapten Kartono (seorang anggota Tentara Nasional Indonesia). Nyonya

Rusmini ini menderitapharyngitis (sakit radang tenggorokan). Orang dahulu jika belum disuntik maka ia belum merasa sembuh. Jadi, pada zaman dahulu banyak orang yang dalam sakit apapun, diminta untuk disuntik baik dalam sakit ringan maupun berat. Pada saat itu, dokter Setyaningrum langsung menyuntik/menginjeksi pasiennya (Nyonya Rusmini) dengan Streptomycin. Streptomycin adalah obat yang termasuk

kelompok aminoglycoside. Streptomycin ini bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan pemroduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup. Streptomycin ini berguna untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu. Ternyata, beberapa menit kemudian, Rusmini mual dan kemudian muntah. Dokter Setyaningrum sadar bahwa pasiennya itu alergi dengan penisilin. Oleh karena itu, ia segera menginjeksi Nyonya rusmini dengan cortisone. Cortisone merupakan obat antialergi. Tapi, hal itu tak membuat perubahan. Tindakan itu malah memperburuk kondisi Nyonya Rusmini. Dalam keadaan yang gawat, dokter Setyaningrum meminumkan kopi kepada Nyonya Rusmini. Tapi, tetap juga tidak ada perubahan positif. Karena itu, sang dokter kembali memberi suntikan delladryl (juga obat antialergi). Nyonya Rusmini semakin lemas, dan tekanan darahnya semakin rendah. Dalam keadaan gawat itu, dokter Setyaningrum segera mengirim pasiennya ke RSU R.A.A. Soewondo, Pati, sekitar 5 km dari desa itu untuk mendapat perawatan. Pada saat itu, kendaraan untuk mengantarkan ke rumah sakit, belum semudah yang dibayangkan sekarang. Untuk mencari kendaraan saja memerlukan waktu beberapa menit. Setelah lima belas menit sampai di RSU Pati, pasien tidak tertolong lagi. Nyonya Rusmini meninggal dunia. Kapten Kartono kemudian melaporkan kejadian itu kepada polisi. PEMBAHASAN Berdasarkan kronologis diatas, ada beberapa hal yang dilakukan oleh dokter yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Praktik Kedokteran no. 29 tahun 2004, yaitu langsung menyuntikan streptomycin pada pasien tanpa menanyakan terlebih dahulu tentang riwayat penyakit pasien. Dimana disebutkan pada pasal 50 tentang hak dokter dan dokter gigi untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya. Dan pada pasal 52 tentang hak pasien untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan medis yang setidaknya mencakup diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Dokter yang bersangkutan pun tidak meminta persetujuan untuk dilakukannya tindakan berupa penyuntikan streptomycin baik kepada pasien atau keluarganya. Karena hal tersebut juga

telah dicantumkan dalam Undang-Undang no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 37 Ayat (1) Setiap tindakan kedokteran harus memperoleh persetujuan dari pasien kecuali pasien tidak cakap atau pada keadaan darurat. Persetujuan tersebut diberikan secara lisan atau tertulis. Persetujuan tertulis hanya diberikan pada tindakan kedokteran berisiko tinggi.

You might also like