You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

HIV/AIDS merupakan penyakit pandemik yang sangat populer di dunia termasuk di Indonesia. Penyakit ini sangat ditakuti oleh masyarakat dan mendapatkan perhatian yang khusus karena akibat yang ditimbulkannya. Berdasarkan data dari UNAIDS sebuah badan PBB untuk penanggulangan AIDS! men"atat sampai akhir #$$% &umlah pasien HIV/ AIDS men"apai '( &uta dan %)( &uta diantaranya tidak bertahan hidup. Bahkan AIDS telah men&adi penyebab utama kematian di AS) A*rika) sub+Sahara dan ,hailand. -umlah kasus HIV/AIDS pun terus meningkat dari tahun ke tahun .alaupun telah banyak penelitian tentang "ara pengobatan dan pen"egahan dilakukan. Berdasarkan data statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada # -anuari sampai dengan Desember '/#/ oleh Dit&en PP 0 P1 Depkes 2I penderita AIDS sebanyak 3#%( orang yang berasal dari seluruh propinsi di Indonesia. Sedangkan se"ara kumulati* dari # April #$(4 5 6/ Desember adalah sebanyak '3#6# dan &umlah kematian akibat AIDS sebanyak 3%6$ orang. Penularan HIV/AIDS masih terkonsentrasi pada populasi kun"i dimana penularannya melalui perilaku yang beresiko seperti penggunaan &arum suntik yang tidak steril pada kelompok penasun dan perilaku seks yang tidak aman baik pada hubungan homoseksual ataupun heteroseksual. -ika dilihat dari proporsinya penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual sangat mendominasi yaitu 7/8) sedangkan melalui &arum suntik sebesar 6/8 dan sebagian ke"il lainnya tertular melalui ibu dan anak kehamilan!) tran*usi darah dan melalui pa&anan saat beker&a. Penularan HIV saat ini sudah ter&adi lebih a.al) dimana kelompok usia produkti* #% 5 '$ tahun !banyak dilaporkan telah terin*eksi dan menderita AIDS. Dalam hal ini maka sangat diperlukan suatu kegiatan sur9eilans yaitu kegiatan yang sangat penting untuk mendapatkan *akta dan data yang akurat di lapangan dalam rangka penyusunan peren"anaan program pembangunan bidang kesehatan agar kegiatan 5 kegiatan yang disusun men&adi tepat sasaran dan tu&uan program ter"apai se"ara optimal. :leh karena itu maka sangat diperlukan adanya sur9eilans epidemiologi yaitu Sur9eilans yang dilakukan untuk mendapatkan angka proporsi) "ase *atality rate ;<2!) insiden rate dan pre9alensi rate dari semua insiden yang berhubungan dengan HIV/AIDS. Pengumpulan data terhadap orang dengan HIV/AIDS dapat dilakukan melalui kartu konseling obat) rekam medik dan hasil pemeriksaan laboratorium.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Surveilans Sur9eilans epidemiologi adalah analisis se"ara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah 5 masalah kesehatan serta kondisi yang memperbesar risiko ter&adinya peningkatan dan penularan penyakit serta masalah 5 masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan se"ara e*ekti* dan e*isien melalui proses pengumpulan data) pengolahan dan penyebaran in*ormasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Surveilans HIV/AIDS =egiatan sur9eilans sentilen adalah kegiatan yang sistematik untuk memantau ke&adian penyakit pada kelompok sentilen tertentu. Pada umumnya sur9eilans penularan HIV dilakukan pada populasi sentilen) seperti populasi pen&a&a seks) pengguna NAP>A suntik dengan melakukan kegiatan tes HIV serologik!se"ara akti* mendatang kelompok tersebut. ?ang diamati adalah ke"enderungan tingkat penularan HIV. =egiatan sur9eilans AIDS yang hanya mengamati tren ke&adian penyakit dianggap kurang berman*aat bagi pen"egahan penularan HIV. :leh karena itu dilakukan sur9eilans serologik yang mengukur tingkat pre9alensi pada sub populasi beresiko dan gagasan untuk mengukur perilaku beresiko pada populasi sentilen) yang kemudian disebut sur9eilans perilaku beresiko) sebagai sur9eilans yang lebih berman*aat dan dianggap sebagai sur9eilans HIV+AIDS generasi kedua. Surveilans Perilaku Beresiko Sur9ei Sur9eilans Perilaku SSP! adalah kegiatan yang sistematik dan kontinyu dalam pengumpulan data) analisis data) interpretasi dan diseminasi in*ormasi untuk memantau perilaku beresiko pada masyarakat yang potensial beresiko terhadap penularan HIV. SSP merupakan bagian dari sur9eilans HIV generasi kedua. Sur9eilans generasi kedua yang dimaksudkan adalah sur9eilans yang memadukan sur9eilans perilaku ke dalam sur9eilans serologik HIV. Dalam hal ini) sur9eilans perilaku memperkuat sur9eilans serologik. In*ormasi hasil sur9eilans serologik akan semakin berman*aat dengan adanya sur9eilans perilaku. Manfaat Surveians Periaku an Surveians Serolo!ik HIV/AIDS " #. '. @enumbuhkan perhatian) mendorong pen"egahan penularan HIV. minat dan tindakan nyata

@engidenti*ikasi kelompok masyarakat yang perlu men&adi sasaran utama program 5 program yang terkait serta menentukan "ara 5 "ara pen"egahan 2

serta meren"anakan upaya penanggulangan dan memantau keberhasilan program. 6. 3. %. @enyediakan in*ormasi yang dibutuhkan sebagai dasar pengembangan kebi&akan penanggulangan HIV/AIDS yang lebih e*ekti* Dengan sur9eilans serologik HIV dapat mengukur tingkat penularan pre9alensi HIV! pada masyarakat beresiko Dengan penambahan sur9eilans perilaku beresiko sekaligus dapat mengukur tren perubahan perilaku beresiko karena dilakukan upaya pen"egahan yang e*ekti*.

Sasaran Survei Nasional Pada saat ini banyak kasus baru terin*eksi HIV di Indonesia ter&adi pada penduduk berperilaku dengan resiko tinggi) terutama pada kelompok penduduk yang sering berganti pasangan seks) dan para pengguna NAP>A suntik yang melakukan penyuntikan NapAa dengan menggunakan &arum suntik yang tidak steril se"ara bergantian. Populasi sasaran SSP se"ara Nasional yang selama ini dilaksanakan adalah populasi pria de.asa dan .anita yang beresiko tinggi tertular HIV. #. Untuk .anita) kelompom resiko tinggi terutama pada .anita yang sering berganti pasangan seks) .anita pen&a&a seks BPS! '. untuk pria de.asa beresiko tinggi tertular dan menularkan HIV adalah kelompok pria yang &uga sering berganti pasangan seks atau yang suka membeli seks "ontoh C pelanggan BPS) pelaut dan anak buah kapal) nelayan) sopir dan kernet truk!. Sedangkan kelompok pria yang potensialD men&adi pelanggan BPS adalah tenaga bongkar muat barang di pelabuhan dan tukang o&ek yang sering men&adi perantara/ pengantar pelanggan pria dan BPS. 6. kelompok pria de.asa lainnya yang beresiko tinggi adalah pria yang suka berhubungan seks dengan pria) yang tdd C pria pen&a&a seks PPS!) lelaki suka lelaki 1S1 atau gay! dan .aria. 3. kelompok beresiko tinggi lainnya adalah pengguna narkoba suntik yang menggunakan alat suntik tak steril se"ara bergantian. Defenisi atau batasan mengenai masyarakat yang dicakup dalam surveilans perilaku secara nasional adalah sbb : #. .anita pen&a&a seks BPS! langsung) adalah .anita yang beroperasi se"ara tyerbuka sebagai pen&a&a seks komersial

'. BPS tak langsung adalah .anita yang beroperasi se"ara terselubung sebagai pen&a&a seks komersial) yang biasanya beker&a pada bidang+ bidang peker&aan tertentu. 6. pelaut adalah orang yang beker&a sebagai naak buah kapal AB=! baik kapal penumpang maupun kapal barang. 3. sopir truk dan kernetnya adalah laki 5 laki yang beker&a sebagai sopir atau kernet truk antar kota %. tukang o&ek adalah laki 5 laki yang beker&a sebagai tukang o&ek 7. tenaga ker&a bongkar muat ,=B@! adalah laki 5 laki yang beker&a sebagai tenaga pengangkut atau pengangkut barang di pelabuhan kuli pelabuhan!. 4. pria pen&a&a seks PPS atau ku"ing! adalah pria yang menerima imbalan baik berupa uang maupun barang untuk berhubungan seks dengan pria. (. lelaki suka lelaki 1S1 atau gay! adalah pria yang mengakui dirinya sebagai orang yang biseksual atau homoseksual atau sel* identi*ied biseEual or homoseEual SIBH! $. .aria yang di"akup adalah .aria yang men&a&akan seks. #/. pengguna narkoba suntik Penasun! adalah orang yang mempunyaio kebiasaan meng&konsumsi napAa dengan "ara disuntikkan. ##. rema&a sur9ei untuk kelompok ini dilakukan terhadap pela&ar S1,A kelas 6) baik S@U) S@= maupun sekolah keagamaan. #'. PNS yang di"a"ah pada kelompok ini adalah PNS laki 5 laki yang beker&a di instansi pemerintah baik instansi perusahaan pemerintah pusat) daerah pemda!) propinsu maupun pemda kota 5 kabupaten. Lan!ka# $ Lan!ka# Surveilans HIV/ AIDS 1angkah 5 langkah dalam melakukan sur9eilans HIV perilaku Ta#a% %ersia%an Lan!ka# & "%eren'anaan Pembentukan =omite Penasehat ,eknis yang tddC .akil 5 .akil pemerintah) 1S@/ ormas) populasi target untuk pertimbangan sur9ey yaitu BH:) UNAID dan pemangku kepentingan yang lainnya) seperti donatur. =omite dapat mengambil pandangan &angka pan&ang epidemi) menilai bukti yang tersedia dan ren"ana yang sesuai. Dan memutuskan pada kelompok yang akan dimasukkan dalam sur9eilans perilaku dan *rekuensi sur9ei yang akan berlangsung. Semua keputusan harus didasarkan pada pengetahuan yang tersedia tentang status epidemi) dana yang tersedia dan pertimbangan 4

.aktu. =omite penasehat teknis harus mengembangkan ren"ana &angka pan&ang dan memilih personil yang bertanggun&a.ab atau instansi. Ethical clearance harus diperoleh setelah kelompok sur9ei telah diindeti*ikasi. @isalnya C penga.asan rema&a di ba.ah #( tahun di beberapa negara memerlukan iAin orang tua. ,im yang melakukan sur9eilans harus menyampaikan laporan berkala kepada komite. Baik sur9eilans sentinel dan sur9eilans perilaku harus dilaporkan dan diren"anakan bersama 5 sama. =elompok 5 kelompok penduduk yang disur9ei harus dipilih berdasarkan tahap dan tersedianya dana epidemi. Ta#a%an e%i e(i " #. 2endah (low Level) @eskipun in*eksi HIV mungkin telah ada selama beberapa tahun) itu tidak menyebar ke tingkat yang signi*ikan dalam setiap sub 5 populasi. ,er"atat sebagian besar in*eksi terbatas pada indi9idu dengan perilaku beresiko tinggiC peker&a seks) penyuntik obat) laki 5 laki berhubungan seks dengan pria lain. -aringan resiko agak menyebar) dengan tingkat rendah pertukaran pasangan atau berbagai peralatan suntik narkoba atau 9irus telah diperkenalkan hanya sangat baru 5 baru ini.

Pre9alensi HIV tidak konsisten melebihi %8 dalam setiap sub populasi yang dide*inisikan. '. ,erkonsentrasi HIV telah menyebar dengan "epat pada sub+populasi yang dide*inisikan) namun tidak pada populasi umum. =eadaan epidemi ini menun&ukkan &aringan akti* resiko di sub 5 populasi. @asa depan epidemi ditentukan oleh *rekuensi dan si*at hubungan antara yang sangat terin*eksi sub 5 populasi dan masyarakat umum.

Se"ara konsisten pre9elansi HIV F%8 dalam setidak+ tidaknya satu sub+ populasi yang dide*inisikan) pre9alensi HIV G #8 pada .anita hamil di perkotaan. 3. enerali!ed Dalam epidemi umum) HIV pada populasi umum 5

@eskipun sub 5 populasi beresiko tinggi dapat terus memberikan kontribusi proporsional terhadap penyebaran HIV) &aringan seksual dalam populasi umum adalah "ukup untuk mempertahankan epidemi independen sub 5 populasi beresiko tinggi in*eksi.

Se"ara konsisten pre9alensi HIV F #8 pada .anita hamil nasional. Survei u(u( %en u uk Sur9ei populasi umum sangat penting) akan tetapi "ukup mahal dan kompleks. ?aitu dapat memberikan perkiraan usia saat hubungan seks pertama) usia menar"he) usia perka.inan) tingkat keseluruhan dan seks pranikah di luar nikah) seks laki laki dengan laki+ laki) seks dengan pela"ur) penggunaan obat + obatan dan perilaku lain dari penduduk pada umumnya. Sur9ei populasi dapat menggabungkan indikator 5 indikator kun"i untuk resiko HIV) sehingga mengurangi biaya tambahan. In*ormasi tersebut dapat diperoleh melalui kuesioner) .a.an"ara dari pintu ke pintu) telepon) komputer) dikirimkan melalui amplop atau dengan kombinasi. Sebagai alternati* untuk sur9ei populasi umum) kelompok 5 kelompok tertentu yang me.akili bagian dari populasi umum yaitu kelompok tidak diketahui berada pada resiko tinggi ) bisa disur9ei. @isalnyaC peker&a pabrik) mahasis.a) dll. =emungkinan sur9ei &enis ini tidak terbatas dan tyergantung hanya pada tempat dan "ara akses. Di beberapa negara) dimungkinkan untuk sur9ei orang di tempat umum) seperti pantai atau taman. Akan tetapi angka penolakannya tinggi) yaituF#/8. Sur9ei populasi &arang diulang/ 3 5 % tahun sekali. Survei i kelo(%ok resiko tin!!i Low level dan epidemi terkonsentrasi memerlukan sur9ei ulangan di antara sub+ populasi dengan perilaku beresiko tinggi. Akan tetapi sulit di&angkau dan stigma kelompok) seperti PS=) gay dan IDU. Sur9ei tersebut sulit di&angkau tetapi bisa di"apai dengan melibatkan orang 5 orang dari kelompok 5kelompok dalam proses peren"anaan dan pelaksanaannya. =aum muda harus dimasukkan sebagai populasi beresiko tinmggi sekali men&adi epidemi terkonsentrasi. In*ormasi sumber daya yang tersedia) misalnya pe.a.an"ara terlatih) penter&emah) komputer) personal entri data) perangkat lunak dan logistik untuk per&alanan harus dikumpulkan. Persayaratan mana&emen data tidak boleh dianggap remeh. =emudian dibutuhkan panduan singkat untuk pelatihan pe.a.an"ara dan penga.as harus dikembangkan. ?ang men"akup *akta 5 *akta dasar atentang HIV/AIDS) isu seputar kerentanan) in*eksi menular seksual dan pilihan pengobatan) seks dan obat+ obatan serta teknik .a.an"ara dan isi 5 isu etis.

Lan!ka# ) " Akses %o%ulasi rentan Akses populasi rentan bisa susah bisa mudah) tergantung pada sikap penyidik. =adang 5 kadang mudah menemukan) akan tetapi paling sulit untuk .a.an"ara. 1S@ yang beker&a dengan kelompok 5kelompok ini dapat berperan sebagai pelindung dan tidak kooperati* pada a.alnya. Sikap yang tidak menghakimi dan tulus sangat penting dan untuk men&elaskan se"ara rin"i pentingnya sur9ei ini guna meyakinkan kelompok. =adang 5 kadang peker&a 1S@ &uga men"oba memalsukan in*ormasi &ika mereka beranggapan bah.a hasilnya akan mere*leksikan kualitas inter9ensi mereka. 1embaga pemerintah dapat mengambil langkah hukum untuk masalah ini. =riteria harus ditetapkan untuk meningkatkan kemungkinan termasuk orang yang paling beresiko) misalnya sopir truk &arak &auh dibandingkan dengan yang beker&a se"ara lokal) PS=) gay. =elompok beresiko tinggi ini sur9ey diulang setiap tahun / ' tahun sekali. Pria/ .anita muda yang terlibat dalam seksual beresiko atau menggunakan narkoba suntik. Pada pemuda proporsinya lebih tinggi karena pasangan mereka dapat pula B,S. -adi pemuda memiliki kerentanan tinggi untuk I@S termasuk HIV) Sur9ei dapat dilakukan melalui sekolah) klub olahraga) dll. =omponen untuk melaksanakan C #. @en&alin hubungan yang baik dan keakraban dengan 1S@ atau tempat pertemuan lokal anggota kelompok sasaran dan harus berulang 5 ulang dikun&ungi untuk mengembangkan keper"ayaan dan pemahaman tentang sur9eilans. '. Partisipasi dalam peren"anaan) pemetaan atau .a.an"ara dari indi9idu 5 indi9idu dari kelompok 5 kelompok. 6. dll Lan!ka# *" sa(%lin! ,u&uan pengambilan sampel adalah dengan menggunakan kerangka ker&a untuk memilih responden dengan "ara yang dapat diulang se"ara konsisten dari tahun ke tahun dan mengukur perubahan yang ter&adi. -ika setiap orang dalam kelompok dapat dida*tarkan dengan "ara tertentu ) sebuah sampel a"ak sederhana akan menghasilkan estimasi yang baik dari ukuran se&ati perubahan. ,api) dengan banyak kelompok yang diperlukan dalam risiko terkait perilaku+ penelitian HIV) penda*taran tersebut dan probabilitas sampling tidak tersedia) yaitu setiap orang yang mempunyai atau &elas kesempatan yang sama untuk terpilih) sulit. sampling yang baik per.akilan) dengan inter9al keper"ayaan dapat diper"aya) dapat dilakukan dengan men&aga untuk membuat sampling *rame berdasarkan pemetaan yang akurat dan perhitungan yang tepat.

@en"iptakan kerangka sampling memiliki dua langkah dasar. ?ang pertama adalah perhitungan ukuran sampel. Hal ini biasanya akan didasarkan pada perkiraan proporsi orang yang menggunakan kondom atau tidak berbagi &arum terakhir kali. -ika sur9ey mengambil tempat di antara orang+orang berisiko tinggi yang memiliki eksposur sedikit untuk layanan pen"egahan HIV) proporsi tersebut mungkin "ukup rendah. Atau) indikator yang digunakan mungkin proporsi seks dengan menggunakan kondom atau proporsi suntikan dengan &arum suntik yang bersih baru. -ika tidak ada penga.asan perilaku sebelumnya atau sur9ei serupa! yang perkiraan dasar) sumber+sumber sekunder dan hasil penilaian yang "epat dapat digunakan untuk memperkirakan proporsi. =ita harus ingat bah.a tu&uannya adalah untuk mengukur perubahan dalam sur9ei berikutnya. Untuk sebagian besar tu&uan) sebuah8 perubahan #/ adalah signi*ikan. Untuk kelompok beresiko tinggi) ukuran sampel 3// "ukup untuk mena*sirkan perubahan tersebut dengan keper"ayaan $%8. -ika setidaknya #/8 perubahan ter&adi antara sur9ei dan ukuran sampel yang "ukup) inter9al keper"ayaan di sekitar proporsi masing+masing tidak akan tumpang tindih. -ika mereka lakukan) maka benar+benar tidak ada perubahan atau terlalu ke"il untuk ukuran sampel untuk dideteksi. Untuk kelompok risiko rendah) misalnya yang di mana hanya 3/8 dari orang baru+baru ini terlibat dalam perilaku berisiko tinggi) untuk mengambil sampel yang "ukup besar untuk menemukan 3// dengan perilaku seperti itu) 3///.3/ atau #/// akan dibutuhkan. Semakin rendah persentase perilaku berisiko) semakin besar ukuran sampel yang dibutuhkan. 1angkah kedua adalah membuat keputusan tentang apa &enis strategi sampling yang paling praktis untuk men"apai keter.akilan sebaik mungkin. Beberapa situasi memungkinkan kemudahan probability sampling yang baik) misalnya pela"uran) gerbang ke port mana truk menda*tar se"ara berurutan) &aringan rumah in&eksi tinggal) klub malam atau panti pi&at dengan peker&a seks di sta*. Dimana %ro%orsional ran o( sa(%lin! atau sisti(atis adalah mungkin) baik adalah pilihan yang mudah. Dapat &uga menggunakan sno.ball. Ta+el &, Berbagai -enis Hroups dan Pendekatan Sampling Jenis Akses -onto# Jenis Ba!ai(ana Ke(un!kinan -onto# a! Da*tar pemilih b! Buruh pabrik "! Narapidana d! Barak tentara

indi9idu atau rumah tangga) Simple random Da*tar nomor a"ak Institusional atau perumahan

Beberapa institusi) tidak terda*tar

Proporsional random

=ontinu di titik akses

a! Sopir truk di pelabuhan b! @igran di perbatasan suatu persimpangan kelompok Stabil) ;luster) &umlah Se&umlah nyaman a! Uni pertemuan sama ukuran tetap per "luster) b! A.ak kapal .a.an"ara menga"ak kelompok "! Asrama harus ditetapkan mahasis.a Stabil kelompok) perbedaan ;luster) PPS Se&umlah nyaman a! IDU di Iin&e"tors besar dalam ukuran per "luster yang tempat pro*esional akan ditetapkan) b! Pemuda di pusat metode PPS akan perbelan&aan digunakan untuk memilih "luster =elompok tidak stabil ;luster) Untuk dipetakan oleh a!peker&a seks .aktu lokasi .aktu dan hari) b! Pergeseran Ukuran tersedia berbasis penasun untuk diestimasi &alan dengan &angka .aktu "! ,aksi tertentuD d! Anak &alanan nomor tetap atau mengambil+semua untuk dipilih 1angkah 3C meran"ang kuesioner Banyak kuesioner telah diran"ang untuk sur9ei tentang HIV / perilaku berisiko S,D) tapi mereka membutuhkan adaptasi lo"al. =uesioner harus mulai dengan suatu pernyataan yang men&elaskan kepada responden tentang siapa yang melakukan sur9ei dan untuk tu&uan apa dan meyakinkan dia bah.a tidak akan ada nama atau alamat yang tertulis di *ormulir. 2esponden &uga harus diyakinkan bah.a s / ia memiliki hak untuk menolak atau menghentikan .a.an"ara kapan sa&a. 2esponden harus diberikan petun&uk yang isinya mungkin sensiti* untuk mereka dan bah.a tidak ada sanksi untuk menolak. =uesioner harus men"akup bagian pendek pada pengidenti*ikasi sosio+demogra*is) seperti umur) &enis kelamin) tahun pendidikan) pendapatan) peker&aan. Hal ini penting untuk mendapatkan beberapa ukuran dera&at+dan+migrasi keluar dalam suatu 9

Sistematis) random a"ak

Proporsi total masing+masing dan proporsi ukuran sampel yang dibutuhkan untuk setiap untuk dihitung) dipetakanD diperkirakan atau dihitung Setiap orang

a! Semua bordil b! Semua hotel dengan peker&a seks di kota "! Semua panti pi&at di mana seks di&ual

kelompok) untuk dapat mela"ak perubahan komposisi selama bertahun+tahun. Beberapa pertanyaan pada tingkat dan sumber pengetahuan tentang HIV atau P@S dan pen"egahan mereka mungkin berguna untuk membangun hubungan dengan responden. Harus di"atat bah.a segera setelah inter9ensi pendidikan) tingkat pengetahuan umumnya tumbuh pesat) sementara perubahan perilaku sedikit. In*ormasi tersebut sangat berguna pada tahap a.al epidemi. Indikator+indikator utama yang sering digunakan di seluruh dunia harus dimasukkan sehingga hasilnya dapat dibandingkan. Peker&a seks) klien mereka) orang muda) dan penasun memiliki indikator yang berbeda tetapi terkait. @ereka yang termasuk adalah C berbagi &arum &umlah &arum bersama) &umlah orang yang berbagi &arum!D 2esiko utama lain yang terkait dengan praktek+praktek berbagi &arum &umlah pasangan seksualD &enis pasangan seksualD &enis kegiatan seksualD se&umlah peristi.a seksualD se&umlah peristi.a menggunakan kondomD &umlah orang yang menggunakan kondomD melaporkan ge&ala P@S dan S,D+perilaku men"ari pengobatan. Sebagai epidemi HIV men&adi terkonsentrasi atau menyebar ke populasi umum) &enis pertanyaan sekunder akan berubah. Ini mungkin termasukC ;ukup melaporkan hasil tes HIVD pengetahuan pribadi orang yang hidup dengan HIV / AIDSD sikap terhadap orang+orang yang hidup dengan HIV / AIDSD akses terhadap *asilitas tes HIV) dan pengetahuan tentang pelayanan bagi orang yang hidup dengan HIV / AIDS. Lan!ka# . " seleksi an %elati#an %ersonel Pe.a.an"ara yang berpengalaman membuat perbedaan dalam sur9ei pada subyek sensiti*. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang HIV/AIDS maupun pengobatannya. Sebaiknya kita menghubungi peneliti ini dan mendapatkan akses ke pe.a.an"ara mereka agar mendapatkan sebuah kader pe.a.an"ara yang berpengalaman. Lan!ka# /" (elaksanakan ker0a la%an!an 10

Sur9ei lapangan memerlukan peren"anaan strategis dan membantu administrasi. Ha&i) pengaturan per&alanan) tun&angan per&alanan) akomodasi) kendaraan) bahan dan semua peralatan harus diorganisir dengan baik. Lan!ka# 1" analisis ata/ ko(%ilasi ata 1angkah pertama dalam mengelola data adalah kumpulan dari kuesioner selesai. Super9isor atau personil yang terlatih khusus harus diberikan tanggung &a.ab untuk "oding. 1angkah (C melakukan analisis dan kon*irmasi hasil 1angkah $C diseminasi hasil dan penggunaan interpretasi hasil! Defenisi kasus untuk infeksi HIV #. Hambaran klinisC tidak ada gambaran klinisD diagnosis berdasarkan kriteria laboratorium '. =asus pasti Ckasus yang dipastikan oleh laboratorium =riteria laboratorium C b. Untuk kepentingan sur9eilans 5 serologi HIV positi* enAyme 5 linked Immunosorbent Assay J1ISA!D kepastian melalui tes serologi kedua J1ISA atau tes rapid/ sederhana berdasarkan reagen dengan antigen berlainan dan/atau prinsip tes yang berlainan! dierlukan hanya pada keadaan dimana estimasi pre9alensi HIV diketahui G#/8. ". Untuk kepentingan diagnostik+ di negara lo. le9el se"ara konsisten pre9alensi HIV tidak lebih dari %8 se"ara konsisten pada kelompok populasi tertentu! tes ketiga atau tes kon*irmasi Bestern Blot! mungkin dibutuhkan &ika hasil J1ISA yang kedua adalah indeterminate. Penggolongan kasus untuk infeksi HIV adalah sebagai berikut : #. Stadium #C tidak ada kondisi terde*enisi AIDS dan &umlah ;D3 diatas %// atau presentasi ;D3 diatas '$8 '. Stadium 'Ctidak ada kondisi terde*enisi AIDS dan &umlah ;D3 '// 5 3$$ atau persentase ;D3 #3 5 '(8 6. Sadium 6 AIDS! C n*eksi HIV yang dikon*irmasi dengan tes laboratorium dan &umlah ;D3 di atas '// atau persentase ;D3 diatas #38 atau "atatan kondisi terde*enisi AIDS yang dikon*irmasi dengan tes laboratorium!. 3. Stadium tidak diketahui Cin*eksi HIV yang dikon*irmasi dengan tes laboratorium dan tidak ada data tentang &umlah atau persentase ;D3 dan tidak ada in*ormasi tentang mun"ulnya kondisi terde*enisi AIDS. 11

Selain sur9eilans perilaku dan serologi" kegiatan sur9eilans HIV biasanya dilaksanakan melalui pengumpulan data untuk suatu tu&uan tertentu. Dapat &uga data yang didapatkan berasal dari kegiatan lain) misalnya data program P@;, semakin banyak digunakan untuk keperluan sur9eilans) meskipun kemungkinan ter&adinya bias "ukup besar) misalnya mereka yang kemungkinan besar terin*eksi menolak untuk di tes. Data dari V;, atau bank darah dapat &uga berguna dalam kondisi tertentu) misalnya yang datang ke klinik V;, biasanya adalah mereka yang mempunyai resiko terkena in*eksi HIV) sedangkan pada bank darah sebaliknya.

12

DA2TA3 PUSTAKA

Dit&en PP0 P1 Depkes 2I '/##!.Statistik =asus HIV/AIDS di Indonesia. httpC//....spiritia.or.id/Stats/Stat;urr.pd* diakses tanggal /% April '/##. =omisi Penanggulangan AIDS '//$!. Situasi HIV 0 AIDS di Indonesia. httpC//....i"aap$.org/uploads/'//$/4'(#'6'''/.:U,1INJ+Analisis8'/ Situasi 8 '/ HIV8'/dan8 '/AIDS8'/di8'/Indonesia.pd* diakses tanggal % April '/##. Dinas =esehatan '//(!. 1aporan Sur9ei Sur9eilans Perilaku Beresiko ,ertular HIV di NAD '//(. httpC//sta**.ui.a".id/internal/#3/##$'$7/publikasi/A"ehK BSSK2eportKplus.pd* diakses tanggal % April '/##. ,er&emahan tadiLL

13

Skema alur in*ormasi untuk sistem sur9eilans disadur dari BH: 2e"ommended sur9eillan"e standars BH:/;DS/;S2/,2S $$.'!

Tingkat perifer

Tingkat menengah
Media elektronik/ uletin

Tingkat pusat

Tingkat regional/internasional

Media elektronik/ uletin

14

You might also like