You are on page 1of 17

REFERAT

HERNIA INGUINALIS LATERALIS PADA ORANG DEWASA

OLEH: Ramayana Dg. Situru, S.Ked J500090095

PEMBIMBING: dr. Bambang Suhartanto, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD Dr. HARDJONO PONOROGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2014

REFERAT

HERNIA INGUINALIS LATERALIS PADA ORANG DEWASA

Yang Diajukan Oleh: Ramayana Dg. Situru, S.Ked J500090095

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa tanggal 26 Februari 2014

Pembimbing: dr. Bambang Suhartanto, Sp.B ( )

Dipresentasikan dihadapan: dr. Bambang Suhartanto, Sp.B ( )

Disahkan Ka. Program Profesi : dr. Dona Dewi Nirlawati ( )

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD Dr. HARDJONO PONOROGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2014

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... B. Tujuan dan Manfaat Panulisan . BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi . B. Epidemiologi C. Etiologi . D. Bagian Hernia .. E. Klasifikasi Hernia . F. Patofosiologi HIL . G. Diagnosis .. H. Diagnosis Banding ... I. Penatalaksanaan . J. Prognosis ... BAB 3 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA 3 3 3 4 5 7 8 10 10 12 13 14 1 2 iii i ii

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. 1 Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.2 Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur. 2 Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting.

B. TUJUAN Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui definisi, epiddemiologi, etiologi, bagian dari hernia, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis dari hernia inguinalis lateralis pada orang dewasa.

C. MANFAAT Melalui referat ini diharapkan memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang hernia inguinalis lateralis pada orang dewasa bagi penulis maupun pembaca.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

B. EPIDEMIOLOGI Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.2,3

C. ETIOLOGI Penyebab terjadinya hernia adalah1,2: a Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup b c Akibat dari pembedahan sebelumnya Kongenital Hernia kongenital sempurna Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempattempat tertentu. Hernia kongenital tidak sempurna Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1

tahun) setelah lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis) d Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain: Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan pada saat buang air besar atau buang air kecil. Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong. Distensi diding abdomen karena peningkatan tekanan intaabdominal Penyakit yang melemahkan dinding perut Merokok Diabetes mellitus

D. BAGIAN HERNIA Bagian-bagian dari hernia menurut: a. Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis. b. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). c. Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia. d. Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.

E. KLASIFIKASI HERNIA Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3: a Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. b Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. c. Hernia inkarserata: bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus. d. Hernia strangulata: bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis..

Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan hernia skrotalis. a Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum.

Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit, dll). b Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua. Insidensinya pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. c Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan. d Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau elevantiasis skrotum.

F. PATOFISIOLOGI HERNIA INGUINALIS LATERALIS Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2 Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.2 Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia. Akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2

G. DIAGNOSIS a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia inguinalis medialis.4

Pemeriksaan Ziemen test posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan, penderita disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke-2 hernia ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4 hernia femoralis.4

Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.4

b. Pemeriksaan penunjang Leukosit > 10.000 18.000/mm3 Serum elektrolit meningkat Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal.

CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.

H. DIAGNOSIS BANDING a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic, undescenden testis c. Aneurisma artery femoralis d. Nodus limfatikus e. Kista limfatikus f. Kista sebasea g. Psoas abses h. Hematoma i. Ascites

I. PENATALAKSANAAN 1. Konservatif a) Reposisi (memasukkan hernia ke tempat semula) Hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang kedua memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. b) Suntikan Dilakukan setelah reposisi berhasil dengan menyuntikkan cairan sklerotik berupa phenol dan alkohol di daerah sekitar hernia agar jaringan di sekitar kantung hernia tadi mengalami sklerosis dan fibrosis sehingga akan menyempitkan kantung hernia dan akhirnya isi hernia tidak dapat lagi masuk ke dalam kantung hernia tersebut.

c) Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang melolak operasi Bentuk sabuk seperti kepala ular diletakkan tepat di pintu hernia. Pemakaian dalam jangka waktu lama berdefek tidak baik yaitu menyebabkan pintu hernia semakin lebar dan pemakaian yang tidak puas. Pemakaian sabuk sebaiknya setelah reposisi berhasil.

2. Operatif Merupakan penanganan hernia yang paling baik dan dapat dilakukan pada semua jenis hernia baik hernia reponibilis, irreponibilis, strangulasi maupun incarserata. Untuk herna irreponibilis operasi dapat dilakukan elektif/ terencana. Untuk hernia irreponibilis harus dilakukan segera 2x24 jam setelah diagnosa. Speed operasi (operasi yang harus segera setelah diagnosis ditegakkan dengan cara melihat keadaan umum). Dilakukan untuk hernia incarserata di mana pasien sudah tidak dapat flatus/ defekasi dan terlihat tanda-tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemik dan gangren pada isi hernia. Jenis Operasi: Herniotomy Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2 Herniorrhapy Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun

tekhnik operasi dapat bermacam-macam tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein dengan

menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2 Hernioplasty merapatkan conjoint tendo ke ligamentum inguinale dan

mengaitkan kedua struktur tadi maksudnya adalah LMR hilang/ tertutup dan dinding perut menjadi lebih kuat.8 . J. PROGNOSIS Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.

BAB 3 KESIMPULAN 1. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan 2. Hernia dapat disebabkan oleh lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahit atau didapat kemudian dalam hidup, akibat dari pembedahan sebelumnya, kongenital dan aquisial. 3. hernia terdiri dari kantong hernia, isi hernia, pintu hernia, dan leher hernia. 4. Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi hernia reponibel, irreponibel, inkarserata atau strangulata. Sedangkan berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan hernia skrotalis. 5. diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik (finger test, thumb test, dan zieman test) dan pemeriksaan penunjang. 6. penatalaksanaan dapat dilakukan konservatif dan operatif.

DAFTAR PUSTAKA 1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394. 2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217 3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, 706- 710, EGC, Jakarta. 4. Inguinal Hernia: Anatomy and

Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4 5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik Bedah, edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta. 6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman Singapore Publisher Ltd, Singapore. 7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. 8. Kendarto, 2001. Catatan Kuliah Bedah Satu. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

You might also like