You are on page 1of 7

A.

PEMERIKSAAN FISIS URIN Pemeriksaan warna dan buih urin Warna urin tergantung dari jumlah urin yang dikeluarkan. Jumlah urin yang diperoleh dalam pengamatan kelompok kami sekitar setengah gelas ukur, urin yang diperoleh pada waktu siang hari jumlahnya tidak terlalu banyak. Hasil pengamatan warna urin yang dilakukan kelompok kami , yaitu urinnya berwarna kuning kemerahan. Warna urin kuning kemerahan merupakan warna urin Normal. Dalam urin yang diamati kelompok kami tidak terdapat buih.

Kekeruhan Untuk pengamatan kekeruhan urin didapatkan hasil yang jernih, yang dimaksudkan dari kejernihan urin disini berarti di dalam urin tidak terdapat fosfat amorf yaitu endapan putih dalam urin netral atau alkalis. Urat amorf (kuning coklat) , darah membuat urin berwarna coklat dan berkabut, nanah membuat urin berwarna susu, dan kuman membuat urin menjadi keruh . Bau Urin sample yang kami teliti baunya tidak keras, karena urin tersebut masih baru. Walaupun sample sudah makan, tetapi tidak mempengaruhi bau

urinnya, mungkin karena makanan yang sample makan tidak seperti asparagus yang bisa membuat bau mercaptan. Selain itu, bau yang tidak tajam ini disebabkan karena sample tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti diabetes melitus, dan juga tidak menderita infeksi sehingga urin tidak berbau busuk. Tidak adanya bau amoniak pada urin yang kami teliti karena urin tidak didiamkan dalam waktu yang lama. Derajat Keasaman Pengukuran pH urin ini menggunakan kertas nitrazin dimana universal indikator pHnya dari 0-14. Kertas nitrazin ini kami celupkan ke dalam urin yang ditampung di gelas ukur, kemudian dibiarkan mengering. Setelah mengering kami, mencocokkan kertas nitrazin dengan nilai standart yang ada dan diperoleh nilai pH sebesar 5. Hal ini berarti pH urin sample normal, karena standart normalnya adalah 4,8 sampai 7,5. Urin yang normal tersebut membuktikan bahwa sample tidak mempunyai penyakit sistemik seperti diabetes melitus atau yang lainnya.

Berat Jenis Urin Pada pemeriksaan berat jenis urin terlebih dahulu dilakukan peneraan terhadap urinometer dan tabung gelas urinometer. Pada peneraan ini diukur hingga setinggi manakah air dimasukkan dalam menghasilkan BJ 1,00. Setelah itu, dimasukkan sample urin ke dalam gelas urinometer yang telah dikosongkan dan telah ditandai tingginya air dalam menghasilkan BJ 1,00. Lalu masukkan urinometer tanpa menyentuh dindingnya, sehingga ukurannya dapat akurat. Pada

urinometer ditera dengan suhu 200C. Kemudian suhu normal lingkungan adalah 270C, sehingga Bj harus ditambah: 7:3 = 2,3 2 2x 0,001 = 0,002 Hasil ini ditambahkan ke dalam hitungan berat jenis, karena setiap peningkatan suhu 30C harus ditambahkan 0,001. Sehingga dihasilkan

penghitungan sebagai berikut : Skala pada urinometer : 10,00 = ini menunjukkan skala BJ sebesar 0,010. Ditambahkan dengan berat jenis dalam suhu 200C yang menunjukkan angka 1,00,sehingga BJ pada suhu 200C adalah : 1,00+0,010 = 1,010 Ditambah dengan sisa suhu 70C, yaitu menghasilkan penambahan Bj sebesar 0,002, sehingga Bj total adalah : 1,010+0,002 = 1,012 Berat jenis normal pada urin adalah 1,015-1,020 (1,003-1,030). Sample terlihat sehat dan tidak memiliki gejala sakit. Pada keadaan sakit dapat berkisar antara 1,001-1,060. Sehingga dalam menentukan sample sakit atau tidak perlu dilakukan pemeriksaan lain selain pemeriksaan berat jenis urin. Berat jenis urin akan meningkat apabila terdapat protein dan glukosa, sehingga pemeriksaan ini akan sangat efektif untuk memeriksa ada atau tidaknya protein dalam urin serta jumlah protein dalam urin apabila ada. Jika ada, tiap gram persen protein dalam urin dapat menaikkan Bj urin 0,003, demikian pula dengan glukosa. Kesimpulan Berat jenis urin sample adalah 1,012. Berat jenis urin sample dalam keadaan normal.

B. PEMERIKSAAN KIMIAWI URIN Protein Nama sample Umur/Jenis kelamin Diagnosa/KU : Yusuf Rizkillah Akbar : 18 tahun/ laki- laki : Normal

Penetapam kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin yang je rnih menjadi syarat yang penting. Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam cuka. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Pada pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urin sample. Alat dan bahan yang digunakan adalah tabung reaksi, bunsen, kertas saring dan asam cuka 6%. Pertama, urin difiltrasi/ dipusingkan dalam centrifuge selama 5 menit, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Setelah itu

ditambahkan 2-3 tetes asam cuka 6% lalu dipanaskan kembali dan dibaca hasilnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa urin sample normal, yaitu urin tetap jernih setelah dilakukan pemeriksaan.

Karbohidrat Nama sample Umur/Jenis kelamin Diagnosa/KU : Yusuf Rizkillah Akbar : 18 tahun/ laki- laki : Normal

Pada pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat dalam urin sample. Reagen yang digunakan terdiri dari fehling A dan fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan CuS04 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam K-Na-tartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu20.

Pertama, 2 ml fehling A dan fehling B dalam satu tabung reaksi, dan ditambahkan 1 ml urin. Kemudian dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih. Dibiarkan hingga dingin dan dibaca hasilnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa urin sample normal, yaitu urin berwarna hijau jernih.

Bilirubin Nama sample : Yusuf Rizkillah A.

Umur/Jenis Kelamin : 18 tahun/L Diagnosa/KU Pemeriksaan Fisik : normal : normal

Pemeriksaan Kimiawi: normal Diskusi: Pemeriksaan bilirubin sample dilakukan dengan menambahkan BaCl2 pada 3ml urin, kemudian larutan disaring dengan kertas saring. Endapan yang dihasilkan ditetesi 1-2 tetes reagen fouchet. Jika warna endapan berubah menjadi hijau maka terdapat kandungan bilirubin dalam urin. Jika warna endapan tidak berubah maka tidak terdapat bilirubin pada urin.

Pada keadaan patologik, terdapat bilirubin dalam urin. Dengan penambahan reagen fouchet bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau. Tetapi disamping biliverdin mungkin juga terjadi hasil oksidasi lain yakni, biru (bilisianin) atau kuning (choletelin). Urin normal berekasi negatif pada percobaan ini. Pada sample, warna endapan tidak mengalami perubahan yang berarti urin

sampel negatif bilirubin. Secara normal, bilirubin tidak terdapat pada urin.

You might also like