You are on page 1of 21

Penyakit ikan potensial merugikan Penanggulangan: Pengobatan dan Pencegahan Pengobatan banyak menimbulkan masalah

> Tidak memecahkan masalah dengan tuntas


> Mahal > Pencemaran lingkungan > Timbulnya mikroorganisme resisten terhadap obat Pencegahan : - Manajemen lingkungan, air dan pakan - Kekebalan tubuh

Sifat antibiotika Menghambat pertumbuhan (bacteriostatic) Membunuh bakteri (bactericidal) Mekanisme kerja antibiotika Merusak dinding sel bakteri: bacitracin, penicillin, Vancomycin Mempengaruhi membran sel: amphotericin B, gentamycin, kanamycin, novobiocin, streptomycin. Menghambat sintesa protein: Chloramphenicol, kanamycin, erythromycin, neomycin dan tetracycline. Mempengaruhi metabolisme asam nucleat: griseofulvin

Penyakit ikan timbul sejalan dengan intensifikasi budidaya

Kenapa? 1 Kepadatan tinggi


2 Ikan sebagai pembawa penyakit 3 Fasilitas yang kurang sehat 4 Pakan kurang bagus mutunya 5 Kualitas air kurang baik

Masalah besar yang ditakuti: terjadinya


resistensi penyakit terhadap obat.

Memperoleh Kekebalan Bagi Ikan

Keuntungannya:
Efektif dan efisien Murah Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan Tidak menimbulkan efek samping bagi ikan dan bagi manusia pemakan ikan.

Terdapat dua macam sistem kekebalan tubuh dalam ikan, yaitu:


1. sistem kekebalan tubuh non-lymphoid (non-lymphoid defense system) 2. sistem kekebalan tubuh lymphoid (lymphoid defense system)
Van Muiswinkel (2000),

1. Ephitelial barriers (penghambat serangan dari luar. seperti kulit, insang, etc.) 2. Transferrin (serum dalam tubuh yang membatasi jumlah kadar Fe) 3. Lectin (menetralisir pergerakan bakteri) 4. C-reactive protein (serum yang akan meningkat jika ada infeksi) 5. Interferon (protein yang dihasilkan selama infeksi untuk menghambat) 6. Inflammation (reaksi lokal oleh makrofag granulosit) 7. Complement (muncul ketika ada stimulan dari sistem kekebalan) 8. Phagocytic cell (aktif juga pada non spesifik untuk kekebalan)

Sistem kekebalan tubuh lymphoid terdiri dari: 1. kekebalan sel T, sering disebut sebagai mediasi kekebalan seluler yang bersifat non spesifik 2. kekebalan sel B, kekebalan humoral yang sifatnya spesifik. Sistem kekebalan inilah yang kemudian oleh para ahli dijadikan dasar untuk mendapatkan cara terapi melalui vaksin.

Antigen (benda asing) masuk ke dalam tubuh tubuh bereaksi

membentuk zat anti (antibodi)

Ikan cukup umur Ikan tidak sakit Ikan tidak sedang dalam keadaan stress Selama dalam masa vaksinasi ikan tidak boleh diobati

Vaksin yang dimatikan Vaksin yang dilemahkan

Vaksin tersebut dibuat dengan membiakkan A. hydrophila di dalam 200 mL media cair NB, kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam dan disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm.
Sedimen dicuci satu kali dengan NaCl 0,10 M dan disuspensi dengan 0,10 M phosphate buffer saline (PBS) pH 7,60. Selanjutnya, suspensi diinaktivasi dengan pemanasan 90oC selama 1 jam dalam pemanas atau dengan penambahan 0,50% formalin. Untuk membuktikan bahwa vaksin sudah dalam keadaan inaktif, vaksin dibiakkan pada media agar darah. Jika tidak ada pertumbuhan pada media agar darah, berarti vaksin sudah mati. (Mariyono and Sundana, 2002)

Vaksinasi awal Vaksinasi ulang

Beberapa faktor yang mempengaruhi fase respon antibodi diantaranya adalah:


1. 2. 3. 4. 5. 6. Suhu lingkungan (ambient temperature) Type antigen Dosis antigen Cara penggunaan Umur Jenis ikan yang divaksin

Perendaman Melalui pakan (oral) Melalui suntikan Penyemprotan dengan tekanan tinggi

Mariyono dan Sundana (2002) menyatakan bahwa penentuan potensi vaksin dapat dilakukan dengan uji aglutinasi darah sebelum dan sesudah dilakukan vaksinasi. Biasanya pada saat sebelum vaksinasi, maka tidak akan terjadi aglutinasi, namun setelah diberikan vaksin maka akan terjadi aglutinasi, tinggal menghitung berapa titer aglutinasi yang terjadi pada antigen yang digunakan. Pemeriksaan darah tersebut menggunakan uji slide agglutination. Disamping itu, keamanan vaksin juga ditentukan dengan melakukan uji tantang terhadap ikan yang telah mendapatkan vaksinasi. Uji tantang dilakukan dengan dosis 1,0 x 106 sel/mL pada beberapa ekor ikan secara injeksi intramuskular dan intraperitonial. Jika ikan tidak menunjukkan gejala sakit, maka kita dapat menganggap vaksin tersebut bekerja/aktif.

Vaksin sebaiknya disimpan dalam kemasan kecil kecil. Simpan dalam kulkas Jauhkan dari jangkauan anak kecil Tertutup rapat Simpan tidak melebihi batas kadaluarsa

Vaksin tersebut dikembangkan untuk tujuan khusus, yaitu menanggulangi serangan penyakit yang disebabkan oleh virus. Cara tersebut dianggap lebih baik karena jika dibandingkan dengan pembuatan dengan cara konvensional (dilemahkan atau dimatikan) memiliki beberapa keunggulan di antaranya:

1. Generik dan simple 2. Tingkat keamanan yang cukup tinggi 3. Tidak ada resiko terjadinya infeksi akibat virus tersebut 4. Memiliki efek yang baik ketika diberikan pada stadia awal ikan 5. Biaya lebih murah 6. Dapat merangsang aktifnya humoral dan selular dalam sistem kekebalan tubuh ikan (Lorenzen and LaPatra 2005).

Langkah pertama yang dilakukan dalam memproduksi vaksin tsb adalah mengidentifikasi dan meng-clone antigen yang prosfektif dari patogen. Salah satu contoh praktis di lapangan adalah vaksin Glycoprotein G. Vaksin plasmid tsb diproduksi pada media kultur bakteri, lalu dipurifikasi. Selanjutnya dapat digunakan untuk vaksinasi pada ikan seperti halnya vaksin konvensional (antigen yang dilemahkan atau dimatikan).

Ketika vaksin tsb diberikan pada ikan, maka sel dalam tubuh ikan akan memproduksi G protein dan ketika terdeteksi oleh sistem imunologi pada ikan, sel akan terlihat seperti sel yang terinfeksi oleh virus dengan G protein dalam tubuhnya. Kondisi ini akan mengaktifkan sistem kekebalan humoral & selular pada ikan tsb.

You might also like