You are on page 1of 52

PENDAHULUAN

Fraktur radius distal ataupun Fraktur Colles adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.

DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Cedera yang digambarkan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur melintang pada radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal fragmen distal.

EPIDEMIOLOGI
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada wanita, Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59 tahun. Dari suatu survey epidemiologi yang dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama di mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur radius. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%.

ETIOLOGI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. usia lanjut postmenopause massa otot rendah osteoporosis kurang gizi olahraga seperti sepakbola dll aktivitas seperti skating, skateboarding atau bike riding kekerasan

ANATOMI

INERVASI

ANATOMI

Gerak pada pergelangan tangan


Articulatio 1. Flexio, dilakukan oleh M. Flexor carpi radialis, M. Flexor carpu ulnaris, M. Palmaris longus, dan dibantu otot lain 2. Extentio, dilakuakn oleh M. Carpi radialis longus, M. Extensor capi radialis brevis, M. Extensor carpi ulnaris 3. Abductio, M. Flexor carpi radialis

Gerak pada pergelangan tangan


Articulatio radioulnaris distalis 1. Pronatio, dilakukan oleh M. Pronator teres dan M. Pronator quadratus 2. Supinatio, dilakukan oleh M. biceps brachii damn M. Supinator

Gerak pada pergelangan tangan

KLASIFIKASI
Tipe IA Tipe IB Tipe IIA Tipe IIB Tipe IIIA Tipe IIIB Tipe IVA Tipe IVB : Fraktur radius ekstra artikuler : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar :Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar

PATOGENESIS
Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi meyangga badan

Khusus pada fraktur Colles biasanya fragmen distal bergeser ke dorsal, tertarik ke proksimal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi.

PATOGENESIS

Gambaran fraktur

MANIFESTASI KLINIS
1. 2. 3. 4. Nyeri terutama jika di gerakkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, pembengkakan di daerah yang terkena/edema Deformitas Kerusakan jaringan sekitar Bentuk seperti garpu malam Tidak masuk pada sendi ( gambaran radiologi )

5. 6. 7. 8.

PENATALAKSANAAN

PENATALAKSANAAN
Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c) deviasi ulnar. Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang basah, ( f) slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras

Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara

Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan komplikasi jangka panjang. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui, sebagai berikut :

1.

2.

3.

Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi proses penyembuhan kecuali difiksasi.

REHABILITASI MEDIK
PRINSIP 4 R :
1. Recognized : look, feel, move, X- ray 2. Reposition : Menyesuaikan fragment distal terhadap fragment proximal sehingga 3. mencapai posisi acceptable 4. Retain : Imobilisasi atau fiksasi luar ,fiksasi dalam 5. Rehabilitation : Mengembalikan fungsi secepat mungkin dan menghindari kecacatan.

Pertolongan Pertama Rest. Daerah yang mengalami fraktur harus diposisikan dalam keadaan istirahat. Beri bantalan dan letakan pada palmar lalu balutkan secara sirkumferensial dan biarkan ujung jari terbuka, tambahkan papan penahan di bawah pergelangan untuk mencegah pergerakan. Elevate , tinggikan bagian yang patah,terutama pada 72 jam pertama untuk mereduksi pembengkakan ICE. Beri es intuk mereduksi pembengkakan dan rasa sakit Segera bawa ke bagian gawat darurat Jangan menggerakkan tangan

Lanjutan
Reposisi Dilakukan apabila terjadi pergeseran yang bermakna. Dilakukan reposisi manipulatif setelah dilakukan anestesi umum. Dilakukan dengan menekan fragmen bawah yang bergeser dengan ibu jari operator, pada saat yang sama dilakukan rotasi pada karpus ke posisi. Lalu dipasang gips selama 6 minggu, lakukan x- ray setelah 2 minggu untuk memeriksa formasi tulang.

Lanjutan
Rehabilitasi Tujuan rehabilitasi yaitu : Mempertahankan fungsi otot dan sendi Mencegah atrophi otot, adhesi, & stiffness Mencegah komplikasi

Rehabilitasi post trauma dengan fraktur colles, sejatinya tidak menunggu hingga cast atau gips dilepas pada kasus fraktur yang non displaced. Ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan setelah penanganan dengan cast atau gips. Pada minggu 1-6 dapat dilakukan protocol rehabilitasi jari-jari tangan, pada minggu 6-8 (setelah cast atau gips dilepas) dapat dilakukan latihan wrist fase I, pada minggu 8-10 dapat dilakukan latihan wrist fase II, dan lebih dari 10 minggu dapat dilakukan latihan wrist fase III.

Management pada waktu edema


Pada masa ini, setelah pemasangan gips atau cast, maka akan terjadi edema di sekitar tempat fraktur. Hal ini disebabkan adanya kumpulan-kumpulan sel radang akibat adanya proses inflamasi post trauma. Pada masa ini dapat dilakukan elevasi atau peninggian wrist untuk mengurangi edema. Dapat dilakukan pergerakan jari-jari tangan baik secar aktif/pasif. Dapat pula dikompres air es dan dilakukan pemijatan secara gentle kearah jantung pada jari-jari tangan yang membengkak.

Management untuk pergerakan tendon


Untuk mencegah kontraktur dari jari-jari tangan akibat tendogen (kekakuan tendon), maka pada tangan yang dilakukan cast atau gips dapat dilakukan latihan diantaranya, straight position yaitu posisi sendi metacarpophalangeal (MP), sendi proximal interphalangeal (PIP) dan sendi Distal interphalangeal (DIP) dalam keadaan extensi penuh. Platform position, yaitu sendi MP fleksi dan Sendi PIP dan DIP dalam posisi ekstensi. Straight fist, yaitu sendi MP dan PIP dlam keadaan fleksi dan sendi DIP dalam keadaan ekstensi. Hook fist yaitu Sendi MP fleksi, sendi PIP dan DIP dalam keadaan ekstensi. Dan Full Fist yaitu Sendi MP, PIP dan DIP dalam keadaan fleksi.

Protokol rehabilitasi jari-jari tangan


Pada hari 1-7 :
gerakkan aktif dan pasif jari-jari tangan dan ibu jari

Latihan aposisi ibu jri Latihan peregangan otot-otot intrinsic Management agresif dari edema jari Latihan tendon gliding atau pergerakan tendon

Pada Minggu 2-4 : Latihan tetap dilanjutkan, dilakukan dynamic splint bila fleksi sendi PIP < 60 Dynamic splint bila sendi MP < 40 pada pergerakan pasif Pada Minggu ke 4-8 : Latihan dilanjutkan hingga mencapai fungsi yang Optimal, bila masih terjadi kekakuan dapat dilakukan dynamic splint yang lebih agresif.

Protokol Rehabilitasi Wrist Fase I : - Latihan latihan secara gentle baik itu secara aktif dan pasif baik fleksi & ekstensi, pronasi & supinasi dari wrist Fase II : - Jika dalam latihan wrist fleksi < 300 ataupun ekstensi < 300, maka diperlukan progressif splinting baik dynamic atau static -Jika dalam latihan wrist supinasi ataupun pronasi < 600 , maka diperlukan progressif splinting baik dynamic atau static -Peningkatan fungsional aktivitas, dan latihan ringan untuk kekuatan jari atau wrist. Fase III : - Latihan progressif kekuatan otot hingga kekuatan kembali.

KOMPLIKASI
DINI Kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus Kerusakan tendon Edema paska reposisi Redislokasi
LANJUT Arthrosis dan nyeri kronis Shoulder Hand Syndrome Defek kosmetik ( penonjolan styloideus radius ) Ruptur tendon Malunion / Non union Stiff hand ( perlengketan antar tendon ) Volksman Ischemic Contracture Kompressif Neuropathy Ruptur Tendon Redislokasi Stiff Hands Gangguan gerakan dan fungsi Kontraktur Dupuytrens

Indikasi Operasi Kominusi dorsal > 50% dari dorsal ke palmar distance Kominusi metafiseal Palmar Initial dorsal tilt > 20 Pergeseran initial (fragment translation) > 1 cm Pemendekan Initial > 5 mm Disrupsi Intra-artikuler Disertai Fraktur ulna Osteoporosis massif

You might also like