You are on page 1of 41

ANI W

Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang diberikan sebelum (preoperatif), selama (intraoperatif) dan setelah pembedahan (pascaoiperatif) Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien

Perioperatif merupakan manajemen dan treatment pasien selama tiga fase pembedahan yaitu preoperatif, intraoperatif dan postoperatif. (Delaune, 2006). Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sebelum (preoperatif), selama (intraoperatif) dan setelah pembedahan (pascaoiperatif

Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan: penetapan pengkajian dasar pasien, wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi pada pembedahan.

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.

Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas keperawaan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan.

DIAGNOSTIK: biopsi, laparatomi eksplorasi, KURATIF: Eksisi tumor, apendiktomi, REPARATIF: memperbaiki luka multipleks/ debridement, REKONSTRUKTIF/ KOSMETIK: mammoplasti, PALIATIF: Untuk menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah (pemasangan selang gastrostomi)

KEDARURATAN: Pasien membutuhkan perhatian segera; ganguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi untuk pembedahan: Tanpa ditunda. Contoh: Perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau luka tusuk, luka bakar sangat luas. URGEN: Pasien membutuhkan perhatian segera. Indikasi u/ pembedahan: Dalam 24-30 jam. Contoh: Batu ginjal atau batu pada ureter. DIPERLUKAN: Pasien harus menjalani pembedahan Indikasi u/ pembedahan: Direncanakan dalam beberapa minggu/ bulan. Contoh: Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih, gangguan tiroid, katarak. ELEKTIF: Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi u/ pembedahan: Tidak dilakukan pembedahan jika tidak terlalu membahayakan. Contoh: Perbaikan eskar, Perbaikan vaginal, Hernia sederhana.

a. General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk reflek batuk dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi. Biasanya diberikan secara intra vena atau inhalasi. b. Regional Anastesi yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan dari area atau bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya tetapi tetap sadar. :

1.Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa untuk menbuka bagian kulit, luka dan luka bakar. Misalnya lidocaine dan benzocaine, jenis ini biasanya cepat diserap dan bereaksi cepat. 2.Local Aqnastesi (Infiltrasi), yaitu anestesi yang disuntikan pada area tertentu dan digunakan untuk pembedahan minor, misalnya lidocaine atau tetracaine 0,1% 3.Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan didaerah syaraf atau kumpulan syaraf kecil untuk menghasilkan sesasi pada daerah kecil pada tubuh. 4.Anastesi Spinal, termasuk blik pada subbarracnoid. Yaitu obat anastesi disuntikan kedaerah subarachnoid sampai ke spinal cord. 5.Epidural Anastesi, injeksi pada daerah dalam spinal tetapi diluar duramater.

PERSIAPAN FISIK Persiapan fisik pre operasi dibagi dalam 2 tahapan, yaitu : a. Persiapan di unit perawatan b. Persiapan di ruang operasi

a. Status kesehatan fisik secara umum - identitas klien - riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu - riwayat kesehatan keluarga - pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. - istirahat yang cukup b. Status Nutrisi - tinggi badan dan berat badan - lipat kulit trisep - lingkar lengan atas - kadar protein darah (albumin dan globulin) - Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan. - Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai.

. Keseimbangan cairan dan elektrolit Intake dan output, kadar elektrolit serum. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal.

d. Kebersihan lambung dan kolon Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu dengan tindakan enema/lavement. Puasa 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

Pencukuran daerah operasi untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat kuman dan mengganggu proses penyembuhan dan perawatan luka. ada beberapa kondisi yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daeran yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi

Personal Hygine Kebersihan tubuh pasien sangat penting karena tubuh yang kotor merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.

h. Latihan Pra Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain : 1. Latihan nafas dalam 2. Latiihan batuk efektif 3. latihan gerak sendi

Latihan Nafas Dalam - Membantu pasien relaksasi sehingga mampu beradaptasi dengan nyeri dan meningkatkan kualitas tidur. - meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. - Pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : -Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. - Letakkan tangan diatas perut - Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. - Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. - Lakukan hal ini berulang kali (?15 kali) - Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif. 2.

Latihan Batuk Efektif - terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. - Latihan batuk efektif bermanfaat setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk. 3

Latihan Gerak Sendi - sangat penting bagi pasien sehingga, pasien dapat melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. - Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. - lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. - menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan - terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. - memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena - menunjang fungsi pernafasan optimal. - Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). - - Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif seiring bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri. -

1. Usia Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ. 2. Nutrisi Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Pada obesitas, selama pembedahan jaringan lemak, terutama rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Psien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.

3. Penyakit Kronis

Pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakaian energi kalori untuk penyembuhan primer. Sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.

4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin Pada pasien gangguan endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Pengguanaan obat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.

5. Merokok

Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya. 6. Alkohol dan obat-obatan Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan.

a.

Pemeriksaan Radiologi , seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll. Pemeriksaan Laboratorium, darah : hemoglobin, leukosit, limfosit, LED, trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT, BT, ureum kretinin, BUN, Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD) untuk mengetahui apakah KGD normal atau tidak. dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).

b.

c.

d.

Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. ASA grade : I. Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita dengan hernia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi yang sehat II . Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan disebabkan oleh penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan obesitas, bronkitis , diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi III. Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut IV. Penyakit sistemik berat yang membahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard. V. Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan sebagai pilihan terakhir. Misal: penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di luar rahim.

infeksi pasca operasi dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu) demam penyembuhan luka yang lama Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.

Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia: obesitas, penggunaan obat dan alkohol. Status Pernapasan. Status Kardiovaskuler. Fungsi Hepatik dan Ginjal. Fungsi Endokrin. Fungsi Imunologi Terapi Medikasi Sebelumnya: kortikosteroid adrenal, diuretik, fenotiasin, dll.

Diagnosa keperawatan pasien praoperatif dapat mencangkup : 1) Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah dan hasil pembedahan. 2) Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan pascaoperatif.

Nutrisi dan cairan. Persiapan intestinal. Persiapan kulit praoperatif. Medikasi praanestesi: barbiturat/tranquilizer (pentobarbital,benzodiasepine), opioid, antikolinergik,dll. Catatan praoperatif. Transportasi ke ruangan prabedah (30-60 menit sebelum anestesi). Membantu keluarga melewati pengalaman bedah pasien

a. Pemberian penjelasan atau informasi tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan termasuk komplikasi yang dapat terjadi. b. Persetujuan tindakan medik diperlukan ketika: Prosedur tindakan adalah invasif Menggunakan anestesi. Prosedur non-bedah yang dilakukan dimana risikonya pada pasien lebih dari sekedar risiko ringan, spt: arteriogram. Prosedur yang dilakukan mencakup terapi radiasi. C. Form persetujuan harus ditandatangani oleh pasien/keluarga, saksi dan dokter yang menjelaskan

Latihan napas dalam Batuk efektif Relaksasi. Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif. Kontrol dan medikasi nyeri. Kontrol kognitif : imajinasi, distraksi, pikiran optimis diri.

Pemeliharaan Keselamatan: 1. Atur posisi pasien Kesejajaran fungsional Pemajanan area pembedahan Mempertahankan posisi sepanjang prosedur pembedahan 2. Memasang alat grounding ke pasien. 3. Memberikan dukungan fisik. 4. Memastikan bahwa jumlah instrumen tepat. Pemantauan fisiologis Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan. Membedakan data kardiopulmonal yang normal dengan yang abnormal. Melaporkan perubahan-perubahan pada pemeriksaan vital sign.

1. Memberikan dukungan emosional pada pasien 2. Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi 3. Mengkaji status emosional klien 4. Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan.

KOMUNIKASI DAN INFORMASI INTRAOPERATIF: a. Menyebutkan nama pasien.

B. Menyebutkan jenis pembedahan yang dilakukan. C. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif (pemasangan drain atau kateter, kekambuhan peristiwa-peristiwa yang tidak diperkirakan). d. Menggambarkan keterbatasan fisik. E. Melaporkan tingkat kesadaran praoperatif pasien. F. Mengkomunikasikan alat-alat yang diperlukan.

Airway dan respiratory status Normal : Nafas adequat tanpa otot-otot pernafasan, frekuensi sesuai umur, dinding dada simetris, SpO2 95-100%, bila bangun kooperatif. Tidak normal : Nafas stridor, dinding dada asimetris, dyspneu, bunyi nafas whising, rhonchy, tidak dapat angkat kepala, lemah sekali.

Cyrculatory status - Nadi apical dan periperal normal - BP berkisar 20 mmHg dari normal - Kulit hangat, warna kuku pink - Capilary refill < 3 detik - Irama ECG normal

Monitoring devices - ECG ( cardiac monitor) - Pressure Monitor ( Arterial BP, CVP) Neurologi status - Membuka mata spontan - Mengikuti perintah( GCS 15)

Status cairan dan metabolik - Balance intake dan output - Ciran infus lancar sesuai program - Tidak ada distensi bladder - Turgor kulit baik - Drain dan tubing patent - Dressing kering dan rapi

Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan efek depresan dan anastesi Nyeri dan ketidaknyamanan postoperatif Resiko terhadap cedera Hipotermi Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan Perubahan eliminasi urinarius Konstipasi yang berhubungan dengan motilitas lambung dan usus Kerusakan mobilitas fisik Ansietas tentang diagnosis postoperatif

1. Atur posisi klien : a. Kesejajaran fungsional b. Pemajanan area pembedahan c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
2. Memberikan dukungan fisik 3. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.

1. Melakukan balance cairan 2. Memantau kondisi cardiopulmonal 3. Pemantauan terhadap perubahan vital sign

terimakasih

You might also like