You are on page 1of 15

FISIOLOGI TUMBUHAN KEBUTUHAN NUTRISI BAGI TUMBUHAN BIOLOGICAL NITROGEN FIXATION (BNF) SEBAGAI BENTUK PEMENUHAN NUTRISI BAGI

TUMBUHAN DAN PERKEMBANGANNYA

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH: Prof. Dr. Djukri, M.S.

DIBUAT OLEH: Erie Agusta 13708251069

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN SAINS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Nitrogen adalah nutrisi terpenting bagi tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Nitrogen adalah komponen utama penyusun klorofil yang merupakan organel terpenting pada peristiwa fotosintesis, sama halnya dengan asam amino asid, nitrogen juga berperan dalam pembentukan rantai protein (Wagner, 2012). Nitrogen juga ditemukan di bagian penting biomolekul seperti ATP dan nukleid asid. Walaupun begitu, nitrogen merupakan satu dari banyak elemen yang berlebih (yang paling banyak menyusun lapisan atmosfer (N2) di bumi), tumbuhan hanya bisa menggunakan turunan dari element ini. Secara umum tumbuhan memperoleh Nitrogen dengan 4 cara, cara tersebut diantaranya 1) tambahan ammonia dan/atau nitrat dari pupuk, 2) proses dekomposisi bahan organik 3) konversi nitrogen atmosfer kedalam bahan campuran seperti petir, dan terakhir 4) fiksasi nitrogen (Vance (2001) dalam Wagner, 2012). Fiksasi nitrogen merupakan aspek terpenting bagi tanaman untuk

memperoleh unsur hara (nitrogen) dengan cara melakukan simbiosis dengan bakteri. Bersama dengan fotosintesis, fiksasi nitrogen juga merupakan dasar dari semua kehidupan di bumi. Pemahaman dan perkembangan penelitian saat ini menunjukkan bahwa, tidak ada tanaman yang dapat melakukan perbaikan nitrogen secara sendiri (Cheng, 2008). Beberapa tanaman (terutama kacangkacangan/polong) memperbaiki nitrogen melalui simbiosis mikroorganisme anaerobik (terutama rhizobia) (Cheng, 2008). Fikasi nitrogen (BNF) ditemukan oleh Beijerinck di tahun 1901 (Beijerinck (1901) dalam Wagner, 2012). Penemuan ini dilakukan pada jenis prokariotik. Organisme ini menggunakan enzim nitrogenase untuk mengkatalis konversi nitrogen atmosfer (N2) ke ammonia (NH3). Tumbuhan bisa mengasimilasi NH3 untuk memproduksi biomolekus nitrogen tersebut. Prokatiotik ini merupakan organisme perairan, seperti cyanobacteria, bakteri tanah yang hidup bebas seperti Azotobacter, bakteri yang berasosiasi dengan tumbuhan seperti Azocspirillum, dan yang terpenting, bakteri seperti Rhizobium dan Bradyrhizobium, yang merupakan bakteri simbiosis

dengan legume (tumbuhan polong) dan tumbuhan lainnya (Postgate (1982) dalam

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

Wagner 2012). Seiring perkembangannya, berdasarkan penelitian yang telah banyak dilakukan, kontribusi global Biological Nitrogen Fixation (BNF) diperkirakan telah mencapai 200 dan 300 juta ton N tetap per tahun, termasuk di darat dan laut (Galloway et al, 1995 dalam Kumar dan Rao, 2012:2). Bahkan Biological Nitrogen Fixation (BNF) dan teknologi dapat memainkan peran penting dalam menggantikan ketersediaan secara komersial penggunaan pupuk N dalam budidaya padi, sehingga mengurangi masalah lingkungan dalam mencegah penipisan materi organik di dalam tanah dan menjadi nilai potensial tersendiri untuk meningkatkan produksi hasil pertanian padi untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan bagi manusia di masa depan (Jeyabal dan Kuppuswamy 2001 dalam Choudhury dan Kennedy, 2002:1). Oleh karena itu, berdasarkan perkembangan penemuan ini, maka penulis ingin mengangkat Biological Nitrogen Fixation (BNF) sebagai judul permasalahan yang akan di bahas dari topik kebutuhan nutrisi. 2. Rumusan Masalah. 1. Apa itu Biological Nitrogen Fixation (BNF)?. 2. Apa penyebab terjadinya variasi penyerapan nitrogen pada tumbuhan?. 3. Bagaimana perkembangan penggunaan pupuk nitrogen sintetik bagi pertanian?. 4. Apakah BNF (Biological Nitrogen Fixation) dan teknologi dapat membantu manusia dalam menggantikan ketersediaan komersial penggunaan pupuk N dalam pertanian? 3. Tujuan Penulisan. 1. 2. Untuk mengetahui apa itu Biological Nitrogen Fixation (BNF). Untuk mengetahui penyebab terjadinya variasi penyerapan nitrogen pada tumbuhan. 3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan penggunaan pupuk nitrogen sintetik bagi pertanian. 4. Untuk mengetahui apakah BNF (Biological Nitrogen Fixation) dan teknologi dapat membantu manusia dalam menggantikan ketesediaan komersial penggunaan pupuk N dalam pertanian.

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

BAB II PEMBAHASAN 1. Simbiosis Tumbuhan dan Bakteri A. Simbiotic Nitrogen Fixation Banyak mikroorganisme fiksasi nitrogen bersimbiosis dengan

tumbuhan inang. Tumbuhan menyediakan karbohidrat (glukosa) dari proses fotosintesis yang digunakan oleh bakteri fiksasi nitrogen sebagai energi yang dibutuhkan dalam proses fiksasi nitrogen. Pada penukaran sumber

karbondioksida, mikroba menyediakan nitrogen yang sudah di fiksasi kepada tumbuhan inang untuk tumbuh dengan bantuan enzim nitrogenase (Wagner, 2012). Berikut penjelasan gambar 1 mengenai struktur kimia protein nitrogenase.

Fe-Protein

[4Fe;4S] MoFe-Protein P-cluster FeMo-cofactor

Gambar 1. Struktur Kimia Protein Nitrogenase


(Sumber: Cheng, 2008)

Satu contoh dari jenis fiksasi nitrogen ini adalah simbiosis bakteri Azollas yang bersimbiosis dengan cyanobakterium Anabaena azollae. Anabaena berkolonisasi rongga yang terbentuk di dasar daun Azolla. Ada cyanobacteria memperbaiki sejumlah besar nitrogen dalam sel khusus yang disebut heterosis. (Wagner, 2012). Simbiosis ini telah terjadi sekitar 1000 tahun yang lalu sejak biofertilizer di lahan basah persawahan di asia tenggara (Wagner, 2012). Sawah biasanya ditutupi dengan Azolla "bloom" hingga 600

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

Kg N ha-1-yr 1 selama musim tanam (Postgate (1982), Fattah (2005) dalam Wagner (2012)). Contoh lainnya adalah simbiosis antara pohon dan semak actinorhizal, seperti Alder (Ainus sp), dengan actinomycetes Frankia . Tumbuhan ini adalah tumbuhan khas Amerika Utara dan cenderung tmbuh subur di lingkungan yang kadar nitrogennya rendah. Di banyak wilayah mereka biasanya merupakan tanaman non-legume nitrogen fixer dan sering menjadi komunitas tumbuhan perintis yang sukses. Tumbuhan Actinorphizal banyak ditemukan di ekosistem pegunungan, kering, chapparal, hutan, daerah air panas, rimparian, bukit pesisir dan lingkungan tundra artik (Benson & Silvester (1993) dalam Wagner, 2012). Walaupun simbiosis diatas menggambarkan peran yang penting dalam dunia fiksasi nitrogen ekologi, sejauh ini asosiasi simbiotik fikasi nitrogen yang paling penting adalah hubungan antara tumbuhan

polong/legume dengan bakteria Rhizobium dan Bradyrhizobium. Tumbuhan polong yang banyak digunakan dalam sistem pertaninan meliputi alfalfa, kacang-kacangan, semanggi, cowpeas, lupin, kacang tanah, kedelai, dan vetches. Dari tumbuhan polong dalam produksi pertanian, kedelai tumbuh 50% dari area tumbuh tumbuhan polong, dan mewakili 68% total produksi global tanaman polong (Vance (2001) dalam Wagner, 2012). B. Legume Nodule Formation Bakteri Rhizobium atau Bradyrhizobium merupakan koloni utama di sistem akar tumbuhan inang dan menyebabkan nodul dari akar tanaman inang menjadi rumah bagi bakteri ini seperti yang terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Extensive Nodulation of a Peanut Root after Inoculation with Bradyrhizobium Strain 32H1
(Sumber: Wagner, 2012)

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

Bakteri mulai memfikasasi nitrogen yang diperlukan oleh tumbuhan. Akses fikasisi nitrogen memeberikan tanaman untuk menghasilkan daun yang diperkaya dengan nitrogen dan dapat didaur ulang di seluruh tumbuh tumbuhan. Proses ini meningkatkan kapasitas fotisntesis, yang menghasilkan benih yang kaya akan nitrogen. Konsekuensi dari tumbuhan polong tidak membuat nodul berdiam diri ketika tumbuhan polong tumbuh dengan kadar nitrogen tanah yang rendah. Hasil dari proses ini menghasilkan tumbuhan dengan tipe klorosis, tumbuhan dengan kadar nitrogen rendah, dan menghasilkan biji yang sedikit seperti yang terlihat pada gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Mutant Non-Nodulated Soybeans (foreground) With normal, Nodulated Soybeans (background)
(Sumber: Wagner, 2012)

Gambar 4. Comparison of Peanut Plants with and without Bradyrhizobia. Plants are (left to right), uninoculated with Bradyrhizobium, inoculated with Bradyrhibium, non-nodulating mutant peanut inoculated with Bradyrhizobium, and non-nodulating mutant peanut uninoculated with Bradyrhizobium
(Sumber: Wagner, 2012)

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

Proses nodulasi menggambarkan interaksi diatur antara bakteri dan tanaman inang (Napoli & Hubbell (1975), Kamst et al. van Rhyn & Vanderleyden (1995), Cheng & Walker (1998) dalam Wagner, 2012). Proses dimulai ketika bakteri rhizobia tertarik pada pembebasan flavonoid oleh akar dari tumbuhan polong. Untuk kacang-kacangan seperti alfalfa, semanggi, dan kedelai (tumbuhan lainnya seperti lupin es dan tumbuhan polong yang membentuk nodul dengan cara clain) bakteri kemudian mulai melekatkan diri pada perluasan dari sel-sel akar rambut akar yang disebut rambut akar. Proses perlekatan bakteri pada sel-sel di rambut akar sebenarnya adalah proses dua langkah di mana bakteri pertama melampirkan menggunakan Ca2+ binding protein yang disebut rhicadhesin. Setelah bakteri terakumulasi dan menguatkan diri ke permukaan akar rambut, keterikatan akan lebih kuat dengan melibatkan lektin dan / atau jaringan firbril selulosa dan fimbriae yang dihasilkan oleh tumbuhan inang dan bakteri, masing-masing (Wagner, 2012). Tumbuhan polong inang kemudian merasakan bahan kimia yang diproduksi oleh bakteri rhizobia yang disebut sebagai faktor Nod yang menyebabkan rambut akar menggulung dan membentuk apa yang disebut shepherds crook. Kemudian bakteri rhizobia berpenetrasi ke dalam rambut akar dan biasanya membentuk struktur tubular yang disebut benang infeksi (Wagner, 2012). Setelah bakteri mampu memasuki akar itu sendiri, meraka akan merangsang pembelahan sel cortical untuk membentuk nodul (Wagner, 2012). Saat nodul mulai terbentuk, bakteri akan dikelilingi oleh membran yang diturunkan dari tumbuhan dan dilepaskan dalam sel tumbuhan yang membentuk nodul. Bakteri selanjutnya kehilangan dinding sel mereka dan mengalami perubahan mendasar dalam morfologi sel membentuk ukuran yang lebih besar, sel-sel bercabang yang berbentuk tidak teratur dan proses ini disebut bakteroid. Mereka kemudian menjadi tergantung pada tanaman inang untuk memperoleh energi yang mereka butuhkan. Dan sebagai imbalannya, bakteri memfiksasi nitrogen untuk tumbuhan (Wagner, 2012). Interaksi antara bakteri dan tumbuhan polong inang begitu rumit, hal ini dilihat bahwa partikel Rhizobium atau Bradryzobium hanya akan menodulasi berdasarkan genus tanaman yang terpilih saja. Sebagai contoh,

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

Rhizobium melilotti hanya akan menodulasi tumbuhan jenis alfalfa, sedangkan Rhizobium leguminosarum biovar trifolii hanya akan menodlasi tumbuhan genus Trifolium (Wagner, 2012). Penerimaan yang spesifik ini menunjukan interaksi sinyal kelompok sel (faktor Nod ) antara kelompok sel bakteri dan tumbuhan polong inang. Faktor Nod tersebut telah diidentifikasi sebagai oligosakarida lipoprotein (Wagner, 2012). Variasi struktur oligasakarida ini ditentukan spesialisasi penerimaan dari bakteri (Wagner, 2012). Berikut ini, tabel 1 mengenai kelompok bakteri dan jenis tumbuhan yang dapat di nodulisasi. Tabel 2. Tabel Jenis Tumbuhan dan Bakteri Fiksasi Nitrogen
Jenis Tumbuhan Alfalfa Kacang Semanggi Teratai Kacang polong Kedelai Sesbania Sumber: Wagner, 2012 Bakteri Sinorhizobium melilotii Rhizobium legumninosarum biovar phaseoli and Rhizobium tropici Rhizobium leguminosarum biovar trifolii Mesorhizobium loti Rhizobium leguminosarum biovar viceae Bradyrhizobium japonicum, Bradyrhizobium elkanii, Rhizobium fredii Azorhizobium caulinodans

C. Variasi Kemampuan Tumbuhan dalam Mengikat Nitrogen Berdasarkan kajian fiksasi nitrogen simbiotik pada kedelai varietas orba dan lokon, dapat disimpulkan bahwa varietas kedelai memiliki kemampuan mengikat N2 udara yang berbeda (Sisworo, Rasjid & Elsje, 1985). Varietas Orba mengikat N2 udara lebih banyak dari Lokon. Varietas kedelai dengan daya hasil yang lebih tinggi memerlukan zat hara nitrogen yang lebih banyak. Orba membutuhkan nitrogen dua kali lebih banyak dari Lokon. Bagian terbesar dari kebutuhan N tanaman disediakan oleh tanah (kira-kira 56 persen). Fiksasi N, simbiotik menyediakan kira-kira 39 persen dari seluruh kebutuhan N tanaman kedelai. Kajian fiksasi nitrogen simbiotik pada kedelai varietas orba dan lokon (Sisworo, Rasjid & Elsje, 1985) ini juga di dapat juga sebuah teori bahwa takaran pemupukan N yang dibutuhkan dalam budidaya kedelai lebih rendah (dibandingkan dari takaran pemupukan) yang dibutuhkan untuk tanaman sereal. Akan tetapi zat hara nitrogen yang diserap untuk perkembangan dan

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

pertumbuhan kedelai jauh lebih banyak dari tanaman sereal. Hal ini dapat terjadi karena kedelai mampu mengikat N2 dari udara secara simbiotik. Ini disebabkan kedelai menimbun protein dalam biji yang jauh lebih banyak dari tanaman sereal, sehingga selama pertumbuhannya kedelai memerlukan zat hara N yang lebih banyak. Menurut Nelson dan Weaver (1980) dalam Sisworo, Rasjid & Elsje (1985), varietas kedelai yang sekarang banyak ditanam mampu menghasilkan biji sebanyak 3500 kg per hektar dan zat hara nitrogen yang dibutuhkan lebih dari 300 kg N/ha. Selain itu, berdasarkan kajian fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh kelompok alga Anabaena, di dapat sebuah kesimpulan bahwa dari empat spesises Anbaena yang menunjukan proses dalam kapasitas fiksasi nitrogen, hanya dari spesies Nostoc yang mampu membuktikan proses asimilasi nitrogen dalam bentuk unsur (De, 1939 dalam Fogg, 1941). Sedangkan Alga biru-hijau lainya sulit untuk mendapatan asimilasi nitrogen bebas (Fogg, 1941). Ini menjadi sebuah gambaran variasi fiksasi nitrogen sangat mungkin terjadi dalam tingkat spesies walau dalam satu genus Alga. Pada tumbuhan tingkat tinggi, variasi ini bisa terjadi terjadi karena interaksi antara bakteri dan tumbuhan polong inang begitu rumit dan bahkan bakteri pengikat nitrogen hanya akan menodulasi berdasarkan genus tanaman yang terpilih saja (Wagner, 2012). Perbendaan spesifik ini terjadi karena interaksi sinyal kelompok sel (faktor Nod ) antara kelompok sel bakteri dan tumbuhan polong inang. Faktor Nod tersebut telah diidentifikasi sebagai oligosakarida lipoprotein (Wagner, 2012). Variasi struktur oligasakarida ini ditentukan spesialisasi penerimaan dari bakteri (Wagner, 2012). Berikut

penjelasan lebih lanjut pada table 2 mengenai variasi penyerapan nitrogen oleh beberapa tanaman. Tabel 3. Variasi Penyerapan Nitrogen oleh Beberapa Tanaman.
Plant Horse Bean Pigeon pea Cowpea Mung bean Soybean Chickpea Lentil Peanut Scientific Name Vicia faba Cajanus cajan Vigna unguiculata Vigna mungo Glycine Cicer arietinum Lens esculenta Arachis hypogaea Nitrogen Fixed (Kg N/ha/yr) 45552 168280 73354 63342 max 60168 103 88114 72124

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

Pea Pisum sativum Bean Phaseolus vulgaris Leucaena Leucaena leucocephala Alfalfa Medicago sativa Clover Trifolium spp. Sumber: Silva and Uchida, 2000

5577 4070 74584 229290 128207

2. Perkembangan Penggunaan Nitrogen Sintetik (Pupuk Urea) dan Peran (Biological Nitrogen Fixation) BNF Sebagai Solusi Reduksi nitrogen di atmosfer adalam sebuah proses kompleks yang memerlukan proses masukan energi yang banyak (Postgate (1982) dalam Wagner, 2012). Molekul nitrogen adalah komposisi dua nitrogen yang dihubungkan dengan ikatan rangkap tiga kovalen, ini membuat molekul sangat stabil dan tidak reaktif. Nitrogenase mengkatalis pemecahan ikatan ini serta melakukan penambahan tiga atom hidrogen untuk setiap atom nitrogen. Mikroorganisme memperbaiki nitrogen membutuhkan 16 mol adenosin trifosfat (ATP) untuk mengurangi setiap mol nitrogen (Hubbell & Kidder (2009) dalam Wagner, 2012). Organisme ini membutuhkan energi dari oksidasi molekul organik. Mikroorganisme non-fotosintesis harus memerlukan molekul dari organisme lain, sedangkan mikroorganisme fotosintesis seperti cyanobacteria menggunakan gula produksi dari fotosintesis. Mikroorganisme asosiatif dan simbiosis penambat nitrogen memperoleh senyawa ini dari tumbuhan inang rhizospheres (National Research Council 1994, Hubbell & Kidder (2009) dalam Wagner, 2012). Industri menggunakan proses Haber-Bosch untuk mengurangi nitrogen esensial dengan cara yang sama. Pertanian konvensional telah bergantung pada proses ini untuk menghasilkan pupuk komersial yang dibutuhkan untuk tumbuh sebagian besar tanaman hibrida di dunia. Tetapi pendekatan ini dilengkapi dengan banyak konsekuensi, termasuk menggunakan bahan bakar fosil untuk energi yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk ini, emisi karbon dioksida yang dihasilkan dan polusi dari pembakaran bahan bakar ini, dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia (Vitousek (1997) dalam Wagner, 2012). Terlalu sering menggunakan pupuk kimia telah menyebabkan ketidak seimbangan dalam siklus nitrogen dan akibatnya permukaan air serta pencemaran air tanah. Pernyataan ini juga disampaikan oleh tim peneliti University of Illinois

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

yang dipimpin oleh profesor Richard Mulvaney, Saeed Khan, dan Tim Ellsworth dalam Philpott (2010), mereka menyatakan bahwa pupuk nitrogen dapat merangsang mikroba tanah untuk mengkonskumsi bahan organik, akan tetapi seiring waktu, dampak ini akan meningkatan nafsu makan mikroba melebihi manfaat dari kemampuan tanaman. Menurut mereka, ini akan menciptakan semacam efek treadmill. Sebagai bahan organik yang menghilang, kemampuan tanah untuk menyimpan nitrogen organik menalami penurunan. Sejumlah besar nitrogen kemudian larut pergi, mencemari air tanah dalam bentuk nitrat, dan memasuki atmosfer sebagai nitrous oksida (N2O), gas rumah kaca dengan sekitar 300 kali kekuatan panas-perangkap karbon dioksida. Peningkatan beban pupuk nitrogen ini telah berdampak ke air tawar, serta ekosistem laut bahkan telah menyebabkan eutrofikasi (suatu proses dimana menjamurnya mikroorganisme, terutama ganggang). Ini merupakan "penghijauan" di atas permukaan air dan telah menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut (DO) di perairan bawah seperti alga planktonik dan mikroba bahan bakar. Ini tingkat kekurangan DO yang mengakibatkan kematian besar organisme air dan menciptakan apa yang disebut zona mati, daerah di mana kehidupan air sedikit atau tidak dapat ditemukan, hal ini dapat dilihat pada gambar Gambar 5.

Gambar 5. True-color image of Mississippi River sediment deposition into the Gulf of Mexico. Courtesy of NASA
(Sumber: Wagner, 2012).

Sejak tahun 1960-an, zona mati telah meningkat secara eksponensial di seluruh dunia, dan kini telah didokumentasikan dari lebih dari 400 sistem, yang mempengaruhi lebih dari 245.000 kilometer persegi wilayah pesisir (Diaz & Rosenberg (2008) dalam Wagner, 2012), hal ini dapat dilihat pada

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

10

Gambar 6. Fenomena ini sekarang dianggap sebagai stressor pada ekosistem laut.

Gambar 6. Aquatic Dead Zones Across The World. Courtesy of NASA


(Sumber: Wagner, 2012)

Berdasarkan fakta yang telah diuraikan, lantas bagaimana peran Biological Nitrogen Fixation (BNF) sebagai solusi dari permasalahan tersebut. BNF sendiri merupakan sistem yang berbeda sehingga memiliki cara yang berbeda pula dalam memberikan suplemen N. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia dalam mengevaluasi potensi sistem BNF untuk tanaman padi menunjukkan bahwa biota air Cyanobacteria dan Azolla dapat melengkapi persyaratan kebutuhan N bagi tanaman, dan mampu

menggantikan 30-50 % dari yang dibutuhkan pupuk urea (Choudhury dan Kennedy, 2002:1). Berdasarkan data penelitian yang ada, BNF (Bilogical Nitrogen Fixation) yang dilakukan oleh beberapa bakteri diazotrophic seperti Azotobacter, Clostridium, Azospirillum, Herbaspirillum dan Burkholderia dapat menggantikan penggunaan pupuk urea yang biasa digunakan oleh petani, sedangkan bakteri Rhizobium dapat meningkatkan pertumbuhan fisiologi atau meningkatkan morfologi akar beras tanaman (Choudhury dan Kennedy, 2002:1). Berikut penjelasan lebih lanjut pada tabel 4 mengenai peningkatan hasil gabah padi dengan jenis bakteri pemfiksasi yang berbeda.

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

11

Tabel 4. Peningkatan Hasil Gabah Padi Dengan Jenis Bakteri Pemfiksasi yang Berbeda
N2-fixing system AzollaAnabaena symbiosis Cyanobacteria Increase in rice grain yield Experiment type Amount 1.5 t ha-1 1.4 ha-1 0.4-09 t ha-1 % 50 29 Estimated amount of fixed N2 48.2 kg ha-1 24.2 kg ha-1 11-52 kg ha-1 58.9% Ndfa 38.1-58.2% Ndfa Data not available 23-31 mg pot1

Refference

Field Field

Milan (2002) Hashem (2001) Yanni and ElFattah (1999) Mirza et al. (2000)

Bacterial inoculant biofertilizer Azotobacter sp. Field 7-20 81 45-90 13-22 2-22

Azospirillum Greenhouse 6.7 g plant-1 lipoferum Herbaspirillum Greenhouse 3.7-7.5 g plant-1 spp. Bukholderia Field 0.5-0.8 t ha-1 vietnamiensis Rhizobium Greenhouse 0.6-7.9 g pot-1 leguminosarum Sumber: Choudhury dan Kennedy, 2002:3

Tran Van et al. (2000) Biswas et al. (2000a)

Dengan meilihat potensi ini, maka dapat dirasakan bahwa teknologi dan proses BNF dapat saling bersinergi untuk membantu manusia dalam meningkatkan produksi pertanian.

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

12

BAB III PENUTUP

Adapun simpulan yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Fiksasi nitrogen merupakan faktor penting bagi tumbuhan (terutama kacangkacangan) untuk memenuhi asupan nutrisi/unsur hara. 2. Variasi penyerapan fiksasi nitrogen terjadi karena interaksi sinyal kelompok sel (faktor Nod) antara kelompok sel bakteri dan tumbuhan polong inang, variasi faktor Nod ini dipengarui oleh spesialisasi penerimaan dari bakteri. 3. Penggunaa pupuk nitrogen sintetik oleh para petani telah menyebabkan eutrofikasi (suatu proses dimana menjamurnya mikroorganisme, terutama ganggang) di perarira dan berdampak pada penurunan kadar oksigen terlarut (DO) di perairan bawah seperti alga planktonik dan mikroba bahan bakar. 4. BNF dan perkembangan teknologi dapat membantu manusia dalam menggantikan ketesediaan komersial penggunaan pupuk N dalam pertanian dan mencegah penipisan materi organik di dalam tanah.

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

13

DAFTAR PUSTAKA Choudhury, A. T. M. A. dan Kennedy, I. R.2004. Prospects and Potentials for Systems of Biological Nitrogen Fixation (BNF) in Sustainable Rice Production. Biol Fertil Soils, 39:219227 Cheng, Qi.2008. Perspectives in Biological Nitrogen Fixation Research. Journal of Integrative Plant Biology, 50 (7): 784796 Fogg, G. E. 1941. Studies on nitrogen fixation by Blue-green algae Nitrogen fixation by anabaena cylindrica lemm. Diambil 7 Maret 2014, dari http:// www.researchgate.net%2Fpublication_Botany_School_cambridge%2F226 594946_Studies_on_nitrogen_fixation_by_blugereen_algae%2Ffile%2Fd9 12f50c63c0478925.pdf Kumar, S.R. Sathish and Rao, K.V.Bhaskara.2012. Biological Nitrogen Fixation : A Review. International Journal of Advanced Life Sciences (IJALS), Vol.1. Jan. 2012 Philpott, Tom. 2010. New research: Synthetic Nitrogen Destroys Soil Carbon, Undermines Soil Health. Diambil 18 Maret 2014, dari http://grist.org/article/2010-02-23-new-research-synthetic-nitrogendestroys-soil-carbon-undermines/ Sisworo, Widjang H., Rasjid, Havid., & L, Elsje.1985. Fiksasi Nitrogen Simbiotik pada Kedelai Varietas Orba dan Lokon . Diambil 27 Februari 2014,dari http://digilib.batan.go.id/eprosiding/File%20Prosiding/Pertanian_Peternakan /pertanianpeternakan_1985/data/Widjang_Sisworo_227.pdf. Wagner, S. C.. 2012. Biological Knowledge, 3(10):15. Nitrogen Fixation. Nature Education

Silva, J. A and Uchida, R.2000. Biological Nitrogen Fixation Natures Partnership for Sustainable Agricultural Production. Diambil 18 Maret 2014, dari http://www.ctahr.hawaii.edu/oc/freepubs/pdf/pnm13.pdf. REVIEW ARTICLE

Plant Physiology Biological Ntirogen Fixation

14

You might also like