You are on page 1of 27

LAPORAN KEGIATAN P2M PUSKESMAS PEKUTATAN I

PROGRAM P2M Dosen Pembimbing : Dr. dr. G.N. Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK dr. I Nyoman Agus Tripayana Nama Mahasiswa : Komang Aditya Arya Adiputra (0902005043) Komang Aditya Yudistira (0902005046) Sankaran Saminathan (0902005185) : Rabu, 18 Juni 2013, Pkl. 08.00 11.00 WITA : Puskesmas Pekutatan I

WAKTU KEGIATAN TEMPAT KEGIATAN

PROGRAM PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT (P2M) Tujuan Program Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular (P2M) Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, dan mengurangi berbagai faktor risiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular di suatu wilayah Memberikan proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu agar terhindar dari penularan penyakit Sasaran Lingkungan pemukiman masyarakat Kelompok masyarakat yang berperilaku risiko tinggi Ibu hamil, balita, dan anak sekolah (imunisasi)

Beberapa penyakit yang ditanggulangi pada program P2M ini adalah : 1. TBC 2. Kusta 1

3. 4.

Malaria Demam Berdarah

5. 6.

Diare ISPA

PROGRAM P2M TBC Mengapa Penyakit Ini Perlu Ditanggulangi? Tidak ada data mengenai masalah morbiditas dan mortalitas 1. Tujuan Program Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat tuberkulosis paru dengan memutuskan rantai penularan melalui upaya pengobatan penderita menular sampai sembuh 2. Sasaran Program Penduduk di wilayah Puskesmas Pekutatan I yang datang ke BP Puskesmas dengan keluhan riwayat batuk lama dan berdahak dan keluarga serta lingkungan sekitar tempat tinggalnya 3. Target dan Pencapaian Program Tabel 1. Target dan Pencapaian Program P2M TBC KRITERIA BTA (+) baru Suspek TBC BTA (-) Rx (+) TB anak Rx (+) Kambuh Sumber: Pemegang Program 4. Program Pencegahan (Prevention) SEHARUSNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir 1. Penemuan penderita TB ke lingkungan penderita 2. Mengobati penderita TB selama 6 bulan hingga tuntas & KIE pasien 3. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan dahak secara mikroskopis 2 TARGET 20 150 0 0 PENCAPAIAN 13 64 2 1 0

4. Memberdayakan keluarga pasien sebagai PMO.

Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Pasien di KIE untuk menutup mulut saat batuk, tidak membuang dahak sembarangan Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Sehat Melakukan penyuluhan secara rutin kepada masyarakat pada umumnya dan keluarga pasien khususnya. KENYATAANNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir 1. Pencarian dan penemuan kasus TBC baru dilakukan secara pasif yaitu pada pasien yang berkunjung ke puskesmas dan secara aktif dilakukan penelusuran ke rumah pasien dan tetangga sekitar rumahnya. 2. Melakukan pemeriksaan mikroskopis sputum sebanyak 3 kali berturutturut. 3. Mengobati penderita TB selama 6 bulan hingga tuntas & kemudian melakukan pemeriksaan BTA ulang diakhir fase pengobatan intensif dan diakhir fase lanjutan. 4. Pengobatan penderita dan pengawasan pengobatan (PMO) oleh keluarga belum dilakukan dengan baik Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan 1. Penyuluhan dilakukan secara individual di posyandu dan puskesmas setiap kunjungan penderita TB 2. Penyuluhan ke sekolah-sekolah berjalan melalui lintas program, tetapi tidak rutin dilakukan 3. Saat didiagnosa TB pasien di KIE untuk menutup mulut saat batuk, tidak membuang dahak sembarangan dan menjaga ventilasi kamar agar mendapat penyinaran yang cukup serta tidak lembab Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat 1. Penyuluhan tentang TBC (memberi penyuluhan kepada keluarga penderita TB dan orang-orang di sekitar penderita agar mereka tahu bagaimana penularan dan pencegahannya) 3

2. Menghindari kontak langsung dengan penderita 3. Pemeriksaan sputum pada orang-orang terdekat dalam keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. 5. Indikator Program P2M TBC Input Man : Pemegang program adalah Ibu Nuri Murfiria. Pelaksana program dokter, bidan desa dan bidan praktek swasta, PMO, kader desa setempat, serta lintas program PKM dan Kesehatan Lingkungan. Money Minute : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana (APBD). : Penyuluhan TBC dilakukan rutin setiap bulan di posyandu dan di puskesmas secara indivudu pada pasien yang memiliki gejala penyakit TB, pemeriksaan dahak yang dilakukan pada pasien yang datang ke balai pengobatan dengan riwayat batuk serta pengobatan selama 6 bulan dimana obat diambil di Balai pengobatan. Material : Alat-alat laboratorium untuk fiksasi sputum, obat-obatan, kartu register penderita TBC (pencatatan, pengobatan, lab, rujukan dan laporan). Method : Penyuluhan perseorangan dan kelompok 1. Pencarian dan penemuan kasus TB baru secara pasif di Balai Pengobatan dan aktif di masyarakat melalui penelusuran ke rumah pasien yang datang ke balai pengobatan dengan gejala TB serta penelusuran ke tetangga sekitar rumah pasien. 2. Klasifikasi penderita TBC 3. Pemberian obat secara bertahap, dan pemilihan PMO 4. Monitoring terdekat pengobatan bidan dilakukan oleh keluarga

dan

desa

setempat,

selanjutkan

keberhasilan terapi dievaluasi pada bulan ke 2, 5 dan 6. 5. Apabila ada penderita tidak datang mengambil obat pada waktu yang telah ditentukan, pihak puskesmas 4

induk langsung menghubungi bidan desa setempat untuk menjemput pasien. Market : Kegiatan mencakup semua pasien yang menderita TBC, anggota keluarga dan masyarakat yang tinggal di sekitar rumah pasien. Proses Planning : Penanggungjawab program membuat rencana program secara menyeluruh dan rencana jadwal pelaksanaan program bekerja sama dengan Balai Pengobatan, PKM dan Kesehatan Lingkungan serta evaluasi dan

penyediaan

saranan ke

penunjang Dinas

kegitan

melalui

pengamprahan jembrana

Kesehatan

Kabupaten

Organizing : Dilakukan pembagian tugas kerja bekerjasama lintas program terutama dengan PKM dan Kesehatan

Lingkungan. Actuating : Penyuluhan tentang penyakit TBC pada penduduk yang memiiki resiko, melakukan imunisasi BCG pada bayi dan balita saat ke puskesmas atau saat posyandu, pengamatan epidemiologi secara aktif setelah ada pasien yang memiliki gejala penyakit TB, pendeteksian dan pengambilan dahak pada pasien yang suspek TB, melakukan kontak serumah setiap ada kasus, menunjuk pengawas minum obat, cross check sputum untuk mengetahui konversi dahak pada bulan ke-2, ke-5 dan ke-6 pengobatan. Controling : Supervisi dari dinas kesehatan tingkat II dan tingkat I 1. Monitoring dilakukan pemegang program terusmenerus secara berkala untuk dapat segera

mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan

2. Evaluasi dilakukan dalam interval waktu 6 bulan sampai 1 tahun untuk menilai sejauh mana tujuan dan target telah dicapai 3. Rapat koordinasi dan laporan akhir tahun Output Target penemuan BTA (+) di wilayah Puskesmas Pekutatan I adalah 20 orang. Terdapat perubahan perilaku pasien TB, yaitu tidak membuang dahak di sembarang tempat. 6. Kendala dan Alternatif Pemecahan Kendala Penyuluhan kesehatan tentang TBC terhadap penduduk sehat tidak rutin dilaksanakan (tergantung dari dana yang ada) dan penyuluhan hanya dilakukan kepada penderita, keluarga penderita dan tetangga sekitar rumah. Petugas pemegang program mengatakan hal tersebut dikarenakan jumlah kasus yang sedikit dan masalah dana. Penjaringan penderita TBC dilakukan secara pasif di Balai Pengobatan puskesmas yang kemudian baru ditelusuri secara aktif ke rumah pasien dan tetangga sekitar penderita sedangkan secara aktif (active case finding) di lapangan oleh PPTI (Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia). Monitoring kepatuhan berobat tidak dilakukan oleh petugas puskesmas induk, melainkan oleh keluarga terdekat penderita. Setiap bulan penderita dan pengawas minum obat tersebut diharapkan datang dan menyerahkan bukti berupa bungkus obatnya. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan dan wilayah kerja yang luas. Kendala ini seringkali menimbulkan penurunan kepatuhan minum obat pasien dan ketidak konsistenan PMO dalam mengawasi pasien dalam meminum obat. Kontak serumah dilakukan jika ada kasus. Namun terkadang tidak dilakukan kontak serumah, yaitu dengan menginformasikan kepada penderita dan keluarga, apabila ada gejala serupa dengan penderita agar segera datang untuk memeriksakan diri ke puskesmas. 6

Angka pencapaian diagnosis TB belum mencapai target karena pasien banyak yang langsung memeriksakan diri ke rumah sakit atau ke dokter swasta.

Alternatif Pemecahannya Lebih intensif lagi dalam memberikan pengetahuan tentang penyakit TBC, pengobatan dan upaya pencegahan, penularan serta perlunya kepatuhan dalam berobat kepada masyarakat melalui penyuluhan individual maupun kelompok (baik yang sakit maupun yang sehat) dengan lintas program bersama program Kesehatan Lingkungan dan PKM. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk mengamati warganya dan melaporkan kejadian TBC di lingkungannya ke petugas puskesmas. Dilakukan penjelasan kepada PMO akan pentingnya kepatuhan minum obat dan meminta penderita secara aktif untuk datang ke puskesmas bila lalai minum obat atau terjadi pemberatan gejala penyakit. Meningkatkan kesadaran petugas akan pentingnya melakukan kontak serumah untuk menurunkan morbiditas penyakit dan meningkatkan kesadaran penderita dan keluarga untuk memeriksakan dirinya bila terdapat gejala serupa dengan penderita.

PROGRAM P2M KUSTA Mengapa Penyakit Ini Perlu Ditanggulangi Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan diri dan status nutrisi yang kurang baik menyebabkan penduduk akan dengan mudah menderita infeksi bakteri salah satunya adalah infeksi microbacterium leprae dan menimbulkan penyakit kusta. Kasus kusta pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 3 orang di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I. 1. Tujuan Program Tujuan Umum : Mencapai suatu keadaan dimana pada waktu tersebut penyakit kusta tidak merupakan permasalahan kesehatan masyarakat Tujuan Khusus : Penemuan penderita, pengobatan terhadap kusta, mencegah cacat pada penderita yang sudah terdaftar, pengawasan pengobatan 2. Sasaran Program Seluruh masyarakat khususnya semua penderita kusta dan semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I. 3. Program Pencegahan (Prevention) SEHARUSNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Penemuan penderita secara pasif Mengobati penderita kusta Pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium Pencegahan komplikasi di lapangan

Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Mencegah kontak dengan pasien kusta Memberikan KIE pada pasien kusta untuk membuang ludah pada tempatnya Memperbaiki ventilasi udara 8

Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat 1. Penyuluhan-penyuluhan: Penyuluhan individu kepada penderita sebelum mendapat pelayanan. Penyuluhan ke rumah-rumah penderita

2. Penyuluhan (PKM) berkelompok jika ada kasus. KENYATAANNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir 1. Penemuan kasus dilakukan secara pasif yaitu menunggu pasien datang ke puskesmas 2. Mengobati penderita kusta, dimana jumlah kasusnya 3 pasien 3. Pemeriksaan laboratorium 4. Pencegahan cacat di lapangan, tidak berjalan 5. Penunjukan PMO Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan 1. Penyuluhan Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat 1. Penyuluhan (PKM) berkelompok berjalan melalui lintas program, tetapi tidak rutin dilakukan 2. Penyuluhan tentang kebersihan diri 3. Kontak serumah 4. Indikator Program Input Man Money : Pemegang program adalah Bapak Kadek Oka Arisandi : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana (APBD)

Minute : Pengobatan dilakukan sejalan dengan Balai Pengobatan Material : Kapas dan alkohol, yang digunakan untuk mengetahui adanya kuman leprae di daerah lesi dengan melakukan tes sensitibilitas dan gangguna saraf Method : Pemeriksaan ke rumah-rumah setelah mendapatkan pasien gejala kusta yang berobat ke Balai Pengobatan 9

Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga penderita Memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota keluarga penderita Hasil pemeriksaan dicatat Penunjukan PMO untuk mengawasi pasien minum obat

Market : Kegiatan mencakup semua pasien yang menderita kusta dari desa yang ada penderitanya di Wilayah Kerja Puskesmas Pekutatan I. Proses Planning : Petugas puskesmas membuat rencana program secara menyeluruh dan rencana jadwal pelaksanaan program bekerja sama dengan Balai Pengobatan, Kesehatan Lingkungan dan PKM serta mempersiapkan alat,

akomodasi dan mempelajarari status pasien, kemudian melakukan pemeriksaan terhadap suspek pasien kusta Organizin : Kerja lintas program dengan Balai Pengobatan, Kesehatan Lingkungan dan PKM. Actuating : Pendeteksian pengambilan sampel, penyuluhan dan pengobatan bekerja sama dengan petugas program yang terkait serta dilakukan penunjukan PMO Controling : Tidak terdapat target yang dicanangkan, namun

diharapkan dapat menurunkan jumlah kasus dibanding tahun-tahun sebelumnya dan menurunkan jumlah

ditemukannya kasus baru. Output Tidak ada target dari program pemberantasan kusta, hanya yang dapat dipakai ukuran keberhasilan, yaitu terjadinya grafik penurunan jumlah kasus di masyarakat.

10

5. Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan Kegiatan penyuluhan jarang dilakukan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kusta sehingga sulit membedakan antara penyakit kusta dengan dermatitis Pasien merasa malu dengan penyakit kusta yang dideritanya sehingga enggan untuk berobat Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri dan kesehatan lingkungan Penjaringan penderita kusta dilakukan secara pasif, kemudian baru ditelusuri secara aktif, karena luasnya wilayah sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan pengamatan secara aktif. Monitoring kepatuhan berobat tidak dilakukan oleh petugas, melainkan oleh keluarga terdekat penderita. Setiap bulan penderita dan PMO tersebut diharapkan datang dan menyerahkan bukti berupa bungkus obatnya. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan dan wilayah kerja yang luas Kontak serumah dilakukan jika ada kasus. Namun terkadang hanya menginformasikan kepada penderita dan keluarga, apabila ada gejala serupa dengan penderita agar segera datang untuk memeriksakan diri ke puskesmas. Kurangnya tenaga kerja kesehatan Tidak adanya dana

6. Alternatif Pemecahan Berkerja sama dengan PKM untuk melakukan penyuluhan secara rutin, dan menambah tenaga kerja sehingga masyarakat mengetahui tentang penyakit kusta dan dapat meningkatkan kesehatan diri dan

lingkungannya Bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk mengamati warganya dan melaporkan kejadian kusta di lingkungannya ke petugas puskesmas. Dilakukan penjelasan kepada PMO dan pasien akan pentingnya kepatuhan minum obat serta meminta pasien secara aktif untuk datang ke puskesmas bila lalai minum obat atau terjadi pemberatan gejala penyakit. 11

Meningkatkan kesadaran petugas akan pentingnya melakukan kontak serumah untuk menurunkan morbiditas penyakit. Meningkatkan

kesadaran penderita dan keluarga untuk memeriksakan dirinya bila terdapat gejala serupa dengan penderita. Kerjasama dengan Dinas Kesehatan kabupaten/lintas sektoral untuk memperoleh dana

12

PROGRAM P2M DEMAM BERDARAH Mengapa Penyakit Ini Perlu Ditanggulangi Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal menyebabkan penduduk akan dengan mudah menderita infeksi virus yang diperantarai oleh binatang salah satunya adalah oleh nyamuk Anopheles dan Aedes aegepty dan menimbulkan penyakit deman berdarah (DB). 1. Tujuan Program Tujuan umum Tujuan khusus a. : Menurunkan angka kematian (Case Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin. :

Untuk mengendalikan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I

b.

Untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam memberantas jentik nyamuk penularnya

Untuk melaksanakan penyelidikan epidemiologi jika ditemukan kasus DBD sehingga dapat mencegah penularan DBD

2. Sasaran Program Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I 3. Program Pencegahan (Prevention) SEHARUSNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Pengobatan penderita penyakit demam berdarah. Apabila datang dengan tanda-tanda kedaruratan, puskesmas segera merujuk ke rumah sakit setelah kondisi pasien stabil Melaksanakan abatisasi selektif di area tempat tinggal penderita DBD dan area sekitar rumah penderita sesuai dengan hasil penyelidikan

epidemiologi.

13

Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Melaksanakan penyemprotan (fogging) massal yaitu penyemprotan insektisida yang dilakukan di sebagian atau seluruh wilayah desa rawan sebelum musim penularan Melaksanakan penyemprotan (fogging) setempat yaitu dalam radius + 200 meter jika dalam penyelidikan epidemiologi ditemukan

penderita/tersangka penyakit DBD lain atau terdapat 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik dalam radius 200 meter. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2 siklus dengan interval + 1 minggu Penggerak masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) jika tidak ditemukan penderita seperti tersebut di atas tetapi ditemukan jentik nyamuk. PSN mencakup kegiatan 3M yaitu menutup, menguras tempat penampungan air, mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas Menabur bubuk abate atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat, sehingga perlu penampungan air hujan. Takaran abate : 1 sendok peres (+ 10 gram) untuk 100 liter air Takaran altosid : 1/4 sendok peres (+ 2,5 gram) untuk 100 liter Memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air (di kolam, atau pot bunga yang berisi air) Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat Melaksanakan penyelidikan epidemiologi pada setiap kasus DBD yang dilaporkan oleh kader masyarakat atau yang ditemukan di puskesmas. Penyelidikan mencakup pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan penemuan kasus suspek demam berdarah di sekitar rumah penderita DBD dalam radius + 200 m Penyuluhan pada masyarakat tentang penyakit DBD dan cara-cara pencegahan penyakit DBD oleh keluarga-keluarga apabila ditemukan penderita demam berdarah.

14

KENYATAANNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Dari data kasus demam berdarah tahun 2012, didapatkan 1 kasus demam berdarah. Penderita dirujuk ke RSUD Jembrana. Dari penyelidikan kasus, diketahui bahwa penderita saat mulai sakit berada di luar kecamatan Pekutatan yang kemudian pulang ke daerahnya dan berobat ke Puskesmas. Jadi, sumber penularan kemungkinan didapatkan dari luar wilayah puskesmas Pekutatan I. Abatisasi selektif tidak dilakukan

Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Penyemprotan (fogging) secara massal tidak dilakukan Sosialisai 3 M (Menutup dan menguras tempat penampungan air serta mengubur barng-barang bekas) dan penggalakan PSN Penyemprotan (fogging) setempat dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten jembrana. Melalui penyelidikan epidemiologi berdasarkan kriteria : - Ada Jentik - Ada suspek min. 2 orang - Ada penduduk lokal yang menderita (2 minggu) Jumantik Dinas Kesehatan Jembrana melibatkan peran serta masyarakat menemukan jentik nyamuk. Pembagian abate tidak rutin dilaksanakan.

Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat Penyuluhan tentang penyakit DBD dilakukan setiap posyandu 4. Indikator Program Input Man Money Minute : Pemegang program Bapak I Komang Suardana : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana (APBD) : Jadwal kegiatan berkoordinasi dengan program puskesmas lain serta kader masyarakat yang terkait, contohnya penyuluhan tentang pencegahan DBD pada saat posyandu 15

Material Method

Poster dan pamflet, Obat-obatan, senter, bubuk abate

: Petugas puskesmas menjalankan kegiatan sesuai dengan pedoman/protap yang telah ditetapkan dan penemuan kasus secara pasif dari Balai Pengobatan, Pustu, Polindes maupun laporan dari Dinas Kesehatan kemudian tindak lanjut secara aktif.

Market

: Kegiatan mencakup seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I

Proses Planning : Perencanaan program bekerja sama dengan pemegang program Surveilan untuk pendataan kasus DBD dan dengan program Kesehatan Lingkungan untuk

pemberantasan sarang nyamuk serta bekerjasama dengan Jumantik (juru pemantau jentik) yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana. Organizing : Pertemuan lintas program Survelan dan Lingkungan dalam hal kegiatan Kesehatan penyelidikan

epidemiologi, penyuluhan, abatisasi dan penyemprotan jika ada kasus. Actuating : Bekerja sama dengan petugas program yang terkait, kader masyarakat desa yang dilibatkan serta dalam upaya

pemberantasan

sarang

nyamuk

berkoordinasi

dengan Dinas Kesehatan Pekutatan untuk kegiatan fogging Controling : Evaluasi dilakukan oleh pemegang program dan dilaporkan setiap satu bulan sekali dan akhir tahun Output Angka kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) 0% Angka Bebas Jentik (ABJ) 95% pada tahun 2012

16

5. Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan 1. Pembagian abate tidak rutin dilakukan karena berdasarkan penyelidikan kasus DBD, didapat penularannya terjadi di luar wilayah kerja puskesmas Pekutatan I 2. Tidak selalu ada laporan dari Jumantik mengenai penelusuran jentik di masyarakat. 3. Partisipasi masyarakat rendah dalam bidang PSN 4. Masyarakat hanya menuntut fogging jika sudah terdapat kasus DBD di lingkungan tempat tinggalnya, padahal yang terpenting adalah usaha-usaha menanggulangi reservoirnya. 5. Fogging tidak efektif karena biasanya masyarakat malah menutup rumahnya rapat saat fogging. 6. Kurangnya dana untuk program DBD 6. Alternatif Pemecahan 1. Melibatkan peran aktif dari siswa sekolah (SMP/SMA) dan masyarakat untuk ikut membantu dalam pemeriksaan jentik nyamuk ke rumah-rumah penduduk at risk 2. Perlu dilakukan kerja bakti rutin minimal dua minggu sekali di tiap banjar untuk pemberantasan sarang nyamuk. 3. Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ lintas sektoral untuk meingkatkan jumlah dana

17

PROGRAM P2M MALARIA 1.Tujuan Program Tujuan umum : Pengendalian penyakit malaria Tujuan khusus : a. Untuk mengendalikan penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I b. Untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria, terutama dalam memberantas jentik nyamuk penularnya b. Untuk melaksanakan penyelidikan epidemiologi jika ditemukan kasus malaria sehingga dapat mencegah penularan malaria 2. Sasaran Program Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I 3. Program Pencegahan (Prevention)

SEHARUSNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Penemuan pasien dengan cara ACD (Active Case Detection) dan PCD (Passive Case Detection) Pengobatan penderita penyakit malaria. Apabila datang dengan tandatanda kedaruratan, puskesmas segera merujuk ke rumah sakit setelah kondisi pasien stabil Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Melaksanakan penyemprotan (fogging) massal yaitu penyemprotan insektisida yang dilakukan di sebagian atau seluruh wilayah desa sebelum musim penularan Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat Penyuluhan pada masyarakat tentang penyakit malaria dan cara-cara pencegahan penyakit malaria oleh keluarga-keluarga apabila ditemukan penderita malaria. 18

KENYATAANNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Ditemukan 1 orang positif malaria di sepanjang tahun 2012 Penemuan pasien dilakukan dengan cara PCD (Passive Case Detection)

Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Penyemprotan (fogging) massal tidak dilaksanakan

Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat Penyuluhan tentang penyakit malaria tidak dilakukan

4. Indikator Program Input Man Money Minute : Pemegang program Bapak I Komang Suardana : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana (APBD) : Jadwal kegiatan berkoordinasi dengan program puskesmas lain serta kader masyarakat yang terkait, contohnya penyuluhan posyandu. Material : Poster dan pamflet, dan obat-obatan Method : Petugas puskesmas menjalankan kegiatan sesuai dengan pedoman/protap yang telah ditetapkan Market : Kegiatan mencakup seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I Proses Planning : Perencanaan program bekerja sama dengan pemegang program Kesehatan Lingkungan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Organizing : Pertemuan lintas program dengan Kesehatan Lingkungan Actuating : Bekerja sama dengan petugas program yang terkait, kader masyarakat desa yang dilibatkan dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk serta berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Jembrana untuk kegiatan fogging 19 tentang pencegahan malaria pada saat

Controling

: Evaluasi

dilakukan oleh pemegang program

dan

dilaporkan setiap satu bulan sekali dan akhir tahun Output Tidak ada target dari program pemberantasan malaria, hanya yang dapat dipakai ukuran keberhasilan, yaitu terjadinya grafik penurunan kasus di masyarakat 6. Kendala dan Hambatan Tidak ada kendala 7. Alternatif Pemecahan Tidak ada

20

PROGRAM P2M DIARE 1. Tujuan Program Tujuan umum : Menurunkan angka kematian karena diare terutama pada bayi dan anak balita serta menurunkan angka kesakitan diare. Tujuan khusus a. :

Mampu melakukan tata laksana kasus diare yang tepat dan efektif, serta melakukan pencegahan diare.

b. c. d.

Mampu melakukan penyuluhan pemberantasan diare. Mampu meningkatkan peran serta aktif masyarakat. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan serta monitoring kegiatan pemberantasan diare.

e.

Untuk melaksanakan penyelidikan epidemiologi jika ditemukan kasus diare sehingga dapat mencegah penularan penyakit diare

2. Sasaran Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I 3. Program Pencegahan (Prevention) SEHARUSNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Pengobatan penderita penyakit diare. Apabila datang dengan tanda-tanda kedaruratan, puskesmas segera merujuk ke rumah sakit setelah kondisi pasien stabil Memberikan KIE saat penderita diare berobat ke puskesmas dan posyandu Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Manajemen lingkungan sehat seperti penyediaan air bersih, memasak air minum, dan penggunaan jamban keluarga, Kaporitisasi Sosialisasi penyiapan makanan yang higienis dan menutup rapat makanan supaya tidak dihinggapi lalat 21

Melakukan pemeriksaan rectal swab rutin pada para food handler

Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat Penyuluhan tentang perilaku hidup sehat seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, minum air yang telah dimasak Menganjurkan pemberian ASI Ekslusif pada bayi untuk meningkatkan ketahanan tubuh sehingga menurunkan resiko terkena diare Pengunaan JAGA yang memenuhi syarat

KENYATAANNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Pengobatan penderita penyakit diare dan pembagian oralit secara gratis Memberikan KIE saat penderita diare berobat ke puskesmas dan posyandu

Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Manajemen lingkungan sehat seperti penyediaan air bersih, memasak air minum, dan penggunaan JAGA Sosialisasi penyiapan makanan yang higienis dan menutup rapat makanan supaya tidak dihinggapi lalat Rectal swab hanya dilakukan jika terdapat proyek yang mendanai

Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat Penyuluhan tentang prilaku hidup sehat seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, minum air yang telah dimasak setiap bulan di posyandu Menganjurkan Pemberian ASI Ekslusif pada bayi untuk meningkatkan ketahanan tubuh sehingga menurunkan resiko terkena diare. Penyuluhan ini juga dilakukan setiap bulan di posyandu Kaporitisasi pada warga yang memiliki dan menggunakan sumur

4. Indikator Program Input Man Money Minute : Pemegang program Ibu Wahyu Kencanawati : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana (APBD) : Jadwal kegiatan berkoordinasi dengan program puskesmas lain serta kader masyarakat yang terkait, contohnya penyuluhan tentang pencegahan diare pada saat posyandu 22

Material : Lembar balik, poster dan pamflet, kaporit, oralit dan obatobatan Method : Petugas puskesmas menjalankan kegiatan sesuai dengan pedoman/protap yang telah ditetapkan Market : Kegiatan mencakup seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I Proses Planning : Perencanaan program bekerja sama dengan program Surveilan untuk pendataan jumlah kasus diare, bekerja

sama dengan program Kesehatan Lingkungan untuk mengupayakan lingkungan yang sehat yaitu dengan pengadaan tempat membuang sampah yang memadai, anjuran untuk BAB pada tempatnya (WC) dan JAGA, pengadaan sumber air bersih. Bekerja sama dengan program KIA untuk menyarankan pemberian ASI ekslusif untuk meningkatkan ketahanan tubuh anak sehingga menurunkan resiko terkena diare. Organizing : Pertemuan lintas program Survailan dan Kesehatan Lingkungan dilaksanakan setiap bulan Actuating : Bekerja sama dengan petugas program yang terkait dan kader masyarakat desa Controling : Evaluasi dilakukan oleh pemegang program dan dilaporkan setiap satu bulan sekali Output Persentase Angka Kematian karena diare adalah 0%

5. Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan Angka cakupan belum mencapai target karena pasien banyak yang tidak memeriksakan diri ke rumah sakit atau dokter swasta Koordinasi antara pustu dengan puskesmas dalam hal pelaporan kasus bulanan kurang terlaksana dengan baik.

23

6. Alternatif Pemecahan Penemuan kasus diusahakan secara aktif, tidak hanya menunggu di Balai Pengobatan terutama pada lngkungan yang memiliki resiko tinggi, salah satucaranya adalah dengan aktif bertanya kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu Penyiagaan kader desa sebagai penolong lini pertama di masyarakat Penggunaan poster atau pamflet sebagai media edukasi Pihak Puskesmas lebih aktif dalam mengkoordinasi Pustu dan kader masyarakat

24

PROGRAM P2M ISPA 1. Tujuan Program Tujuan umum : Menekan angka kesakitan dan mencegah penularan penyakit ISPA dan Pneumonia serta pengobatan terhadap ISPA dan Pneumonia Tujuan khusus : a. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit ISPA b. Mampu melakukan penyuluhan dan pergerakan partisifasi masyarakat c. Mampu menemukan penderita ISPA, terutama ISPA sedang/berat (Pneumonia) 2. Sasaran Program Seluruh masyarakat khususnya semua penderita ISPA dan Pneumonia yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I 3. Program Pencegahan (Prevention) SEHARUSNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Mengobati penderita ISPA dan Pneumonia yang datang ke puskesmas Penyuluhan individu kepada penderita secara langsung pada saat memeriksakan diri Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan (-)

Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat (-)

KENYATAANNYA Upaya Untuk Penanggulangan Reservoir Mengobati penderita ISPA dan Pneumonia yang datang ke puskesmas Penyuluhan individu kepada penderita dilaksanakan saat penderita datang berobat ke puskesmas. Pelaksanaannya lebih mengutamakan 25

pengobatannya saja.

Upaya Untuk Memutus Rantai Penularan Upaya Yang Ditujukan Pada Penduduk Yang Sehat 4. Indikator Program Input Man Money Minute

(-) (-)

: Pemegang program Ibu Ni Nyoman Urip Sukartini : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana (APBD) : Kegiatan penyuluhan dilakukan pada saat pasien yang dicurigai datang ke puskesmas dan langsung dilakukan

pengobatan di Balai Pengobatan Material : Alat-alat seperti, termometer, stetoskop, timbangan, jam tangan, alat tulis, format laporan, dan obat/antibiotika Method : Dilakukan pendataan setiap bulan tentang kejadian penyakit ISPA, pengobatan dan penyuluhan kepada pasien langsung dilakukan di Balai Pengobatan dan perujukan pasien dengan penyakit pneumonia berat. Market : Setiap pasien suspek ISPA dan Pneumonia yang datang ke puskesmas Proses Planning : Perencanaan kegiatan dilakukan setiap awal tahun dan kegiatan dilakukan setiap tahun dan bukan kegiatan lintas program Organizing : Kegiatan melibatkan petugas di masing-masing pustu, polindes dan Balai Pengobatan Actuating : Dilakukan pencatatan kejadian ISPA setiap bulannnya, pengelolaan kasus ISPA dilakukan di Balai Pengobatan dan penyuluhan tentang penyakit ISPA jarang dilakukan secara berkelompok, hanya dilakukan secara perorangan pada pasien yang berobat ke Balai Pengobatan dengan gejala penyakit ISPA Controling : Evaluasi dilakukan oleh pemegang program dan dilaporkan setiap bulan ke Dinas Kesehatan 26

Output Petugas kesehatan di puskesmas mampu mengobati dan memberikan penyuluhan kepada seluruh pasien ISPA dan Pneumonia. Pencapaian jumlah pasien ISPA dan batuk bukan Pneumonia tahun 2012 mencapai 2.877 pasien. 6. Kendala dan Hambatan Tidak ada kendala 7. Alternatif Pemecahan Tidak ada

27

You might also like