You are on page 1of 26

.

Asuhan Keperawatan BBLR

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.

Menurut data angka kajadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo,2005). Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ). Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.

Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus untuk pembuatan Asuhan Keperawatan pada By. L dengan BBLR di ruang perinatologi RSUDKota Batam1.1 B. Tujuan Penulisan 1) Untuk mengetahui batasan BBLR. 2) Untuk menjelaskan faktor yang berhubungan dengan BBLR. 3) Untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah pada BBLR

C. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah: 1) Sebagai bahan informasi bagi tenaga medis dalam penatalaksanaan bayi BBLR. 2) Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya Keperawatan bayi baru lahir.

D METODE PENULISAN 1) Observasi, yaitu mengamati secara langsung keadaan klien pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. 2) Wawancara, Yaitu merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi secara lisan baik langsung dengan klien maupun dengan keluarga klien. 3) Dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari status klien, baik data perawatan, buku laporan yang ada diruangan. 4) Studi literatur, yaitu mengambil referensi dari berbagai literatur guna mendapatkan keterangan dan dasar teoritis yang berkenaan dengan kasus atau masalah yang timbul. melalui

BAB II TINJAUAN TEORITIS I. Berat Badan Bayi Lahir Rendah

A. DEFINISI Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat badan bayi yang baru lahir tidak sesuai dengan usia kehamilan. Misalnya bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500gram pada kehamilan 38 mingggu keatas. Sedangkan meurut WHO Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah suatu istilah yang dipakai bagi bayi premature atau low birth weight. Hal ini dikarenakan tidak semua bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram bukan bayi prematur.(WHO 1961)

B. ETIOLOGI Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. 1. Faktor Ibu a. pendarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus,hipertensi,umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 25 tahun. Jarak 2 kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, dll. b. Gangguan aliran darah uterus yang berarti Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada : Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan. Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

2. Faktor Plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya: Plasenta tipis Plasenta kecil Plasenta tak menempel Solusio plasenta Perdarahan plasenta

3. Faktor Fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.

Dan BBLR juga dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya yaitu : 1) Factor ibu : a. gizi saat hamil yang kurang b. umur kurang dari 20 tahun dan diatas 30 tahun c. jarak hamil dan bersalin yang terlalu dekat d. penyakit menahun ibu seperti hipertensi dan jantung e. perokok dan pekerja yang terlalu berat 2) Faktor Usia <20 tahun. 3) Kebiasaan a) Pekerjaan yang melelahan b) merokok 4) Factor kehamilan

a) kehamilan ganda b) perarahan antepartum c) plasenta previa d) cacat bawaan e) infeksi dalam rahim

3) Faktor janin a) cacat bawaan b) kehamilan ganda c) hidramnion d) ketuban pecah dini.

4) Factor lain-lain : a) Nutrisi b) Perokok c) peminum alcohol d) social ekonomi.

C. PATOFISIOLOGI

D. KLASIFIKASI BBLR Klasifikasi BBLR Primaturitas murni. a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi. b. Dismaturitas. c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya. d. BBLR dibedakan menjadi : BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr

E. MENIFESTASI KLINIS 1. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu 2. Kepala relative lebih besar, rambut lanugo banyak, batas antara kepala dan dahi jelas 3. Rambut tipis dan halus, tulang rawan belum sempurna 4. Kulit tipis transparan, lemak subkutan sedikit 5. Otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea, putting susu belum terbentuk sempurna 6. Pernafasan sekitar 45 sampai dengan 50 x /menit 7. Ekstremitas paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi sampai lurus F. PENEGAKAN DIAGNOSIS 1. sebelum bayi lahir : a) pada anamnese sering ditemui adanya riwayat abortus, partus prematuritas dan lahir mati

b) pertambahan beratbadan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya c) pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan d) pergerakan janin yang pertama (quickning) terjadi agak lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut. 2. setelah bayi lahir a) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine secara klasik seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbaatas, verniks kaseosaa sedikit atau tidak ada, kulit kering tipis berlipat-lipat. b) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu verniks kaseosa ada. Jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak dan mudah bergerak, abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, kulit tipis, merah dan transparan. c) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan alat-alat dalam tubuh lebih berkembang di bandingkan dengan bayi premature berat nadan sama, karena hal itu akan mudah hidup di luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi di bandingkan matur dengan berat badan normal. G. PENATALAKSANAN KLINIS TINDAKAN UMUM a. Bersihkan jalan nafas. Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu

tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.

b. Rangsang reflek pernafasan. Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.

c. Mempertahankan suhu tubuh. Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).

1.

Pengaturan suhu Bayi dimasukkan dalam incubator. Bila bayi di rawat dalam incubator, maka

suhu untuk bayi dengan dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 0 C dan untuk bayi dengan berat badan 2 2,5 kg adalah 340C, agar dia dapat

mempertahankan suhu tubuh sekitar 370C kelembaban incubator 50-60 %. Pada bayi premature mudah dan cepat sekali menderita hipotermi bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas di sebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas bila di bandingkan dengan berat badannya. 2. Makanan Makanan bayi premature reflek hisap , telan dan batuk belum

sempurna,kapasitas lambung masih sedikit, kebutuhan protein 3-5 gr per hari dan tinggi kalori 110 kalori per kg berat badan per hari. Pmberian minum di mulai saat bayi berumur 3 jam. Jumlah cairan yang di berikan pertama kali adalah 1-5 ml per jam dan jumlahnya dapaat di tambah sedikit tiap 12 jam. Air susu yang paling baik adalah ASI. Bila bayi belum dapat menyusui ASI dapat dipompa dan di masukkan dalam botol steril, bila reflek hisap lemah maka dapat di berikan per sonde tiap 2 jam sekali. H. KOMPLIKASI Beberapa penyakit yang berhubungan dengan premature: 1. Syndrome gangguan nafas idiopatik Kesulitan bernafas yang sering ditemukan pada bayi dismatur keadaan hipoksia intra uteri akan mengakitbatkan janin mengadakan gasping dalam uterus akibat cairan yang mengandung mekonium yang lengket masuk ke dalam paru janin. 2. Asfiksia neonatorum Keadaan bayi yang tida dapat bernafas spontan dan teratur sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang

menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Ini di sebabkan bayi tidak menangis keras (lemah), batuk dan reflek menelan yang lemah. 3. Hiperbilirubinemia Karena fungsi hati pada bayi dismatur belum matang dan hipotermia.

4.

Hipoglikemia Di sebabkan oleh persediaan glikogen hati yang saangat rendah di bawah 30 gr% dengan gejala Apatis, Anoreksia, Apnea, Sianosis, Kejang, Kaku, Keringat dingin, Kulit yang lembab.

2.Perawatan Metode Kangguru ( PMK ) A. Definisi Cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakan secara tegak/vertikal di dada antara ke dua payudara ibu (ibu telanjang dada kemudian diselimuti.

B. Manfaat PMK a. Stabilisasi suhu:bayi cepat hangat dan kehangatan cepat terjaga b. Termoregulasi yaitu36,5-37,5 c c. Stabilisasi laju denyut jantung d. Stabilisasi pernafasan,nafas teratur e. Perilaku bayi lebih baik. f. Menangis berkurang g. Lebih sering menyusu dan lebih lama h. Bayi merasa aman dan nyaman i. Hubungan lekat bayi dan ibu lebih baik j. Berkurangnya kejadian infeksi k. Lebih cepat tertidur l. Kenaikan berat badan bayi lebih baik

Perawatan metode kangguru dapat dimulai sesegera mungkin, setelah kondisi bayi stabil, ibu bersedia dan telah mengerti tentang PMK.

C. Klasifikasi PMK PMK dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Intermiten 2. Kontinyu

D. Sosialisai PMK Kita dapat memperkenalkan/ mensosialisasikan PMK pada ibu - Saat Antenatal: mempersiapkan sejak ibu hamil dalam bentuk video, buklet - Saat perawatan praktek - Saat pemantauan

E. Nasehat untuk ibu dan keluarga jika bayi dirawat di rumah kepala bayi tetap diatas - Menyusui sesuai permintaan bayi min 2 jam sekali - Gunakan kontak kulit dengan kulit secara terus menerus - Anggota keluarga dapat menggantikan ibu ketika ibu mandi atau melakukan kegiatan lain - Lakukan kontak kulit dengan kulit sampai berat bayi minimal 2500 gr

PMK dapat dilakukan dengan rawat jalan bila: - Ibu dan bayinya sehat - Ibu bisa berjalan dan menggendong bayinya - Ibu bisa mengerjakan PMK sembari menggendong bayinya - Dilakukan setidaknya hingga BB 2000gr, dianjurkan hingga 2500gr - Follow up harus diatur

BAB III TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN

1. Pengumpulan Data a. Identitas klien Nama Usia Jenis Kelamin Ruang No. Reg Diagnosa medik Dr. penanggung jawab Tanggal masuk Tanggal pengkajian Apgar skor : By. R : 0 hari :Perempuan : Perinatologi : 066767 : BBLR NKB-KMK : dr. R Sp A : 30 08 - 2013 Pukul 15.00 WIB : 30 08 - 2013 Pukul 16.00 WIB : 8/9

b. Identitas penanggung jawab Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Hub dengan klien Alamat rumah Masalah utama : Tn. M.R : 43 tahun : Swasta : SMA : Anak : kavling sagulung baru II blok A no 165 : BBLR

Riwayat Penyakit Sekarang : Pada saat dikaji tanggal 30 agustus 2013 jam 16.00 wib, bayi tampak bugar dengan respirasi 46 x/menit

Riwayat Penyakit Dahulu : Bayi lahir pada 30 08 2013 Pukul 15.00 WIB di Ruang bersalin RSUD Embung Fatimah melalui persalinan spontan dengan gravidarum I, APGAR SCORE pada menit pertama 8, menit ke 5 nilainya 8 dan pada menit ke 10 nilainya 9, berat badan 1950 gram, panjang badan 41 cm dan air ketuban berwarna jernih.

Riwayat penyakit keluarga : Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma).

Riwayat Psikologis : Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan.

Data Sosial Ekonomi : Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.

A. PENGKAJIAN FISIK 1. Keadaan umum Keadaan umum Lingkar kepala : Klien tampak bugar : 29 cm

Lingkar Dada Panjang Badan Berat badan lahir BB saat dikaji 2. Vital Sign Nadi` RR suhu 3. Kepala

: 26 cm : 41 cm : 1950 gr : 1950 gr

: 138 x/menit : 46 x/menit : 37,1 0C

Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah. 4. Mata Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik. 5. Telinga Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo 6. Hidung Bentuk hidung normal, 7. Mulut Bentuk bibir simetris 8. Dada Bentuk dada normal,tidak terdapat retraksi 9. Punggung Keadaan punggung bersih, 10. Abdomen Bentuk abdomen datar, bising usus positif.

11. Umbilikus Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada.

12. Genitalia sudah terbentuk sempurna 13. Integumen Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh. 14. Tonus Otot Gerakan bayi aktif 15. Ekstrimitas Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat

benjolan dan lesi. Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, tidak terdapat

benjolan dan lesi 16. Refleks Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba

dengan respon bayi terkejut merespon Menggenggam : Refleks genggam positif ditandai dengan respon

bayi menggenggam telunjuk pengkaji Menghisap : bayi mau menghisap tetapi daya hisap masih lemah Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut. Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.

B. ANALISA DATA

No 1

Data Fokus Ds: Do: Suhu bayi 36,4oC Akral teraba dingin

Masalah Hipotermi

Penyebab control terhadap temperatur e yang kurang baik

Ds: Do: Reflek isap lemah

Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

Reflek isap lemah

Ds: Do: pertahanan imunologi yang kurang

Resiko tinggi terjadinya infeksi

Sistem imunologi yang kurang

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi gangguan thermoregulasi : hipotermi berhubungan dengan pertahanan immunologi yang kurang 2. Resiko tingggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek isap yang lemah

3. potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan kurangnya pertahanan imunologi yang kurang

D. INTERVENSI

1. Resiko tinggi gangguan thermoregulasi: hipotermi berhubungan dengan kontrol terhadap temperature yang kurang baik berikan suhu lingkungan yang hangat bedong bayi ganti popok/pakaian bayi apabila basah ajarkan orang tua bayi untuk melakukan PMK hindari bayi kontak langsung dengan udara dingin

2. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek isap yang lemah kaji kekuatan menghisap dan reflek menelan ajarkan tehnik menyusui yang benar berikan asi sesuai kebutuhan motivasi ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin Observasi kenaikan berat badan Lakukan oral hygiene

3. potensial infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologi yang kurang cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi lindungi bayi dari sumber infeksi lakukan perawatan talipusat observasi umbilicus :warna,bau,cairan yang keluar

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama : By. R No. Rekam medik : 062711 Umur : 1 hari Dx Medis : BBLR NKB - KMK NO 1 Tanggal/jam 30-08-2013/ 16.00wib 16.05wib dx.1 Dx. Kep Implementasi -Mengukur suhu bayi, S:36,4 C - Meletakkan bayi pada lingkungan yg hangat ( infant warmer) 16.15 Memberikan pakaian bayi Paraf

18.05 Mengukur suhu bayi, 37,1 C dx.2 Memberikan ASI Mengkaji reflek isap bayi dx.3 Mengajarkan ibu cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

31-08-2013 2 06.00 wib Dx 1

Mengukur suhu bayi, 37,2 C Mengelap bayi Memberikan pakaian bayi Meletakkan bayi pada lingkungan yg hangat Mengajarkan Metode PMK pada ibu Ibu melakukan metode PMK pada bayi

Memberikan ASI Mengkaji reflek 07.00 wib Dx 2 isap bayi Mengajarkan ibu 09.00 wib teknik menyusu yg benar

Mengajarkan ibu Dx3 menjaga kebersihan ibu dan bayi

01-09-2013 06.00 wib Dx:1

Menimbang berat badan, 1950 gr

Mengelap bayi Memberikan pakaian bayi Konseling Dx:2 tindakan lanjutan PMK di rumah

Konseling tentang Dx:3 kebersihan bayi dan perawatan tali pusat bayi di rumah

12.00 wib

Pasien pulang

F. EVALUASI KEPERAWATAN Nama : By. R No Medrek : 062711 Umur : 1 hari Dx Medis : BBLR 1. Resiko tinggi gangguan thermoregulasi: hipotermi berhubungan dengan kontrol terhadap temperature yang kurang baik Tgl 01-09-2013 S: O : - Suhu bayi dalam batas normal, 36,8 C Akral hangat Warna kulit kemerahan A : Masalah teratasi P : lanjutkan metode PMK di rumah, mengajarkan ibu untuk menilai kondisi bayi dirumah

2. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek isap yang lemah Tgl 01-09-2013 S: O : - Reflek isap bayi semakin baik Bayi menghabiskan susu yang disediakan Ibu dapat menyusui bayinya dengan benar Tidak terjadi penurunan berat badan A : Masalah teratasi P : Lanjutkan Intervensi I : -berikan asi sesuai kebutuhan - motivasi ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin

- Observasi kenaikan berat badan bayi - ajarkan ibu melakukan oral hygiene bayi

3. potensial infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologi yang kurang Tgl 01-09-2013 S:O : Tali pusat dalam keadaan bersih Tali pusat tidak kemerahan, tidak berbau dan tidak terdapat cairan Bayi tidak mengalami kenaikan suhu tubuh A : Masalah teratasi P : lanjutkan intervensi, ajarkan ibu cara perawatan tali pusat yang benar

BAB IV PEMBAHASAN

Berdasarkan studi kasus BBLR pada bayi ny. R di ruang perinatologi RSUD Embung Fatimah kota Batam ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :

1. Resiko tinggi gangguan thermoregulasi : hipotermi berhubungan dengan pertahanan immunologi yang kurang 2. Resiko tingggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek isap yang lemah 3. potensial infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologi yang kurang Sedangkan masalah keperawatan pada teori : a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan b. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

Dari beberapa diagnosa yang ditemukan dilapangan ada beberapa diagnosa yang tidak muncul pada teori diantaranya yaitu Resiko tinggi gangguan thermoregulasi : hipotermi berhubungan dengan pertahanan immunologi yang kurang

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.

Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intracranial hipotermia, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara.

Berdasarkan study kasus BBLR pada By. R di Ruang Perinatologi RSUD Embung Fatimah kota Batam, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu : 1. Resiko tinggi gangguan thermoregulasi : hipotermi berhubungan dengan pertahanan immunologi yang kurang 2. Resiko tingggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek isap yang lemah 3. Potensial infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologi yang kurang

DAFTAR PUSTAKA

Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC. Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran

Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

You might also like