You are on page 1of 46

55

SKRIPSI JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB II DASAR TEORI

1. Pengertian PLTA Skala Piko

Berdasarkan output yang dihasilkan, pembangkit listrik tenaga air dibedakan atas : 1. Large-hydro : lebih dari 100 MW 2. Medium-hydro: antara 15 100 MW 3. Small-hydro : antara 1 15 MW 4. Mini-hydro : Daya diatas 100 kW, tetapi dibawah 1 MW 5. Micro-hydro : antara 5 kW 100 kW 6. Pico-hydro : daya yang dikluarkan kurang dari atau sama dengan 5 kW

Pembangkit listrik tenaga air skala piko merupakan pembangkit listrik yang menghasilkan keluaran daya listrik tidak lebih dari 5 kW. Pembangkit ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : 1. Biaya pembuatannya relatif murah. 2. Bahan-bahan pembuatannya mudah ditemukan di pasaran. 3. Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. 4. Pembangunannya dapat dipadukan dengan pembangunan jaringan irigasi.
5. Perkembangan teknologinya relatif masih sedikit, sehingga cocok digunakan dalam jangka waktu yang lama. 6. Tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan dapat digunakan cukup lama. 7. Ukurannya yang kecil, cocok digunakan untuk daerah pedesaan yang belum terjangkau jaringan aliran listrik PLN.

2.2 Prinsip Pembangkitan Tenaga Air

Pembangkitan tenaga air adalah suatu bentuk perubahan energi dari energi air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi energi listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator.

Gambar 2.1. Perubahan energi pada instalasi turbin air

Air yang mengalir melalui saluran mempunyai energi dan energi tersebut dapat diubah bentuknya (gambar 2.1), adapun perubahan bentuk energinya oleh Bernoulli dirumuskan sebagai berikut :

W=m.g.z+mp+mc22 (Nm) (2.1)


Jadi selama mengalir, energi potensial bisa berubah bentuk menjadi bentuk lainya yaitu energi potensial, energi tekanan, dan energi kecepatan. Apabila ruas kanan dan kiri dibagi dengan mg, maka persamaan diatas menjadi persamaan tinggi jatuh atau head ;

H=z+p.g+c22g = konstan (2.2)


dimana : H = tinggi jatuh air atau head total (m) Z = tinggi tempat atau head potensial (m)

p.g = tinggi tekan atau head tekan (m) c22g = tinggi kecepatan atau head kecepatan (m)
Pada tiap saat dan posisi yang ditinjau dari suatu aliran di dalam pipa akan mempunyai jumlah energi ketinggian tempat, tekanan, dan kecepatan yang sama besarnya. Persamanan bernoulli umumnya ditulis dalam bentuk persamaan :

z1+p1.g+c122g= z2+p2.g+c222g (2.3)


Aliran air akan mempunyai kecepatan dan tekanan tertentu, perubahan energi terjadi karena terjadi perubahan penampang. Karena luas penampang menjadi kecil, kecepatan aliran airnya naik, sedangkan tekanannya menjadi turun. Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada besarnya head dan debit air. Head adalah beda ketinggian antara muka air pada tempat penampungan atas dengan poros turbin air. Ada beberapa kategori head tersedia yang diklasifikasikan sebagai berikut (gambar 2.2) :

Head tinggi (lebih dari 240 m) Head sedang (30 m 240 m) Head rendah (kurang dari 30 m)

Gambar 2.2 Tingkat head sumber air

Total energi yang tersedia dari tempat penampungan atas adalah merupakan energi potensial air yaitu :

E = m.g.h (2.4)
dengan m = Massa air (kg) h = Head turbin(m) g = Percepatan gravitasi (m/s2) Daya merupakan energi tiap satuan waktu (E/t) dan mensubstitusikan Q terhadap (m/t) maka : P = .Q.h.g (2.5) Dimana :

P = daya keluaran secara teoritis (watt) = massa jenis fluida (kg/m3) Q = debit air (m3/s) h = ketinggian efektif (m) g = gaya gravitasi (m/s2) Daya yang keluar dari generator dapat diperoleh dari perkalian efisiensi turbin dan generator dengan daya yang keluar secara teoritis. Sebagaimana dapat dipahami dari rumus tersebut di atas, daya yang dihasilkan adalah hasil kali dari tinggi jatuh dan debit air. Oleh karena itu, berhasilnya pembangkitan tenaga air tergantung daripada usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang besar secara efektif dan ekonomis. Selain memanfaatkan air jatuh, hydropower dapat diperoleh dari aliran air datar. Dalam hal ini energi yang tersedia merupakan energi kinetik yaitu :

E = mv2 (2.6) v = kecepatan aliran masuk pipa (m/s)


Daya air yang tersedia dinyatakan sebagai berikut :

P = Qv2 (2.7)
atau dengan menggunakan persamaan kontinuitas Q = Av maka :

P = Av3 (2.8)
dengan : A = luas penampang pipa (m2)

2.3 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Air Skala Piko


Pembangkit listrik tenaga air skala piko pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai, air terjun atau penampungan. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik ini yang selanjutnya menggerakkan generator dan karena terjadi putaran generator maka akan menghasilkan arus listrik.yang mana arus listrik ini nantinya diharapkan bias juga menjadi penerangan ataupun yang lainya.

Gambar 2.3 Proses PLTA skala piko Pada saluran irigasi ini terdapat penyaringan sampah untuk menyaring kotoran yang mengembang di atas air, kolam pengendap untuk mengendapkan kotoran, saluran pembuangan untuk membuang kelebihan air yang mengalir melalui saluran akibat banjir melalui pintu saluran pembuangan. Akhir dari saluran ini adalah sebuah kolam penenang (forebay tank) yang berfungsi untuk mengendapkan dan menyaring kembali air agar kotoran tidak masuk dan merusak turbin. Selain itu kolam penenang ini berfungsi juga untuk menenangkan aliran air yang akan masuk ke dalam pipa pesat. Pipa pesat

(penstock) ini akan mengalirkan air ke rumah pembangkit (power house) yang terdapat turbin dan generator di dalamnya. Besar volume air yang masuk ke pipa pesat diatur melalui pintu pengatur. Turbin pada proses pembangkitan listrik ini berputar karena adanya pengaruh energi potensial air yang mengalir dari pipa pesat dan mengenai sudu-sudu turbin. Berputarnya turbin kemudian akan mengakibatkan generator juga berputar sehingga generator dapat menghasilkan listrik sebagai keluarannya. Besarnya daya sebelum masuk ke turbin secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Pin turbin = .Q.h.g (2.9) Sedangkan besar daya output turbin adalah sebagai berikut : Pout turbin = x Q x h x g x turbin (2.10) Sehingga secara matematis daya real yang dihasilkan dari pembangkit adalah sebagai berikut : Preal = x Q x h x g x turbin x generator x tm (2.11) Dimana : Pin turbin = daya masukan ke turbin (kW) Pout turbin = daya keluaran dari turbin (kW) Preal = daya sebenarnya yang dihasilkan (kW) = massa jenis fluida (kg/m3) Q = debit air (m3/s) h = ketinggian efektif (m) g = gaya grafitasi (m/s2) massa aliran dapat dihitung dengan persamaan :

m=Q. dimana = laju aliran massa (kg/dtk)

Perhitungan daya persamaan diatas bisa diubah menjadi

P=.g.H.T atau P=.Y.T


Y = kerja spesifik (J/kg) Y = g . H (2.12) dari perumusan terlihat bahwa daya turbin sangat tergantung dari besar kapasitas aliran air dan tinggi jatuh air. Secara sederhana bisa dinyatakan bahwa semakin tinggi jatuh air, dengan kapasitas aliran sama, akan mempuyai energi potensial yang lebih besar dibandingkan dengan tinggi jatuh air yang lebih rendah. Logika tersebut juga berlaku sebaliknya, yaitu untuk tinggi jatuh air yang sama, energi potensial yang dimiliki akan lebih besar apabila kapasitas aliran air juga besar. Untuk menentukan luas penampang saluran aliran air masuk turbin dapat dihitung dengan persamaan kontinuitas yaitu :

Q=A .v sehingga A=Qv (2.13)


Dimana : A = luasan penampang saluran (m2) v = kecepatan aliran air (m/s) Kecepatan aliran air akan semakin besar pada penampang yang semakin kecil, pada kapasitas aliran air yang sama.

2.4 Komponen-komponen PLTA Skala Piko

Komponen PLTA skala piko sama dengan komponen pada PLTA mikohidro, yang secara umum terdiri dari :

1. BANGUNAN SIPIL 1. Bendung


Bendung adalah bangunan yang berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air di sungai sehingga air dapat mengalir ke arah intake untuk selanjutnya dialirkan ke arah saluran pembawa khususnya pada musim kemarau. Bendung dilengkapi dengan pintu air penguras yang berfungsi mengendalikan jumlah air yang masuk ke dalam intake sekaligus sebagai pintu penguras untuk menggelontor endapanendapan lumpur (sedimen) yang cepat atau lambat akan berkumpul di hulu bendung. Pada musim hujan khususnya pada kondisi banjir bendungan dilengkapi pelimpas (spill way) untuk membuang kelebihan air yan masuk pada saluran pembawa dan pintu bending harus dalam keadaan terbuka agar tekanan air yang menimpa badan bendung dapat dikurangi.

2. Intake
Intake adalah bangunan di sisi kiri atau kanan bendung yang berfungsi untuk mengalirkan air ke saluran pembawa, sesuai dengan debit yang telah direncanakan. Intake dirancang agar selalu mampu mengalirkan air sesuai dengan debit perencanaan pada kondisi debit sungai yang bagaimanapun. Pada intake dilengkapi saringan kasar untuk mencegah sampah dan kayu-kayu yang masuk ke dalam saluran pembawa.

3. Saluran Pembawa (Head Race)


Saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air dari intake ke bak penenang sehingga pada bak penenang selalu akan diperoleh supply air sesuai dengan debit

yang telah direncanakan. Perencanaan saluran penghantar berdasarkan pada kriteria :


Nilai ekonomis yang tinggi Efisiensi tinggi Aman terhadap tinjauan teknis Mudah pengerjaannya Mudah pemeliharaannya Struktur bangunan yang memadai Kehilangan tinggi tekan (head losses) yang kecil.

4. Bak Penenang (Fore Bay tank)


Bak penenang berfungsi untuk menampung air sekaligus mengendalikan kecepatan air yang masuk dari saluran pembawa sehingga tidak terjadi turbulensi pada saat air masuk ke dalam pipa pesat (penstock), untuk dapat membangkitkan daya yang optimal. Pada bak penenang dilengkapi dengan saringan (trash rack), bak pengendap dimaksudkan agar air yang masuk ke dalam turbin bebas dari benda-benda keras yang dapat merusak runner turbin, sedangkan saluran pelimpah (spill way) berfungsi untuk membuang kelebihan air terutama pada musim hujan.

5. Pipa Pesat (Penstock)


Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bak penenang (forebay tank). Perencanaan pipa pesat mencakup pemilihan material, diameter penstock, tebal dan jenis sambungan (coordination point). Pemilihan material berdasarkan pertimbangan kondisi operasi, aksesibility, berat, system penyambungan dan biaya. Diameter pipa pesat dipilih dengan pertimbangan keamanan, kemudahan proses pembuatan, ketersediaan material dan tingkat rugi-rugi (friction losses) seminimal mungkin. Ketebalan penstock dipilih untuk menahan tekanan hidrolik dan surge pressure yang dapat terjadi.

6. Pintu Pengatur
Pintu pengatur berfungsi untuk mengatur volume air yang akan masuk dari kolam penenang ke pipa pesat.

7. Rumah Pembangkit (Power House)


Pada rumah pembangkit ini terdapat turbin, generator dan peralatan lainnya. Bangunan ini menyerupai rumah dan diberi atap untuk melindungi peralatan dari hujan dan gangguan-gangguan lainnya. Di bawah rumah pembangkit terdapat saluran buang (tail race) yang berfungsi untuk mengalirkan kembali air ke saluran setelah melalui turbin.

2. PERALATAN MEKANIKAL 1. Turbin Air


Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk pembangkit tenaga listrik. Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis. Energi mekanis dirubah dengan generator listrik menjadi tenaga listrik.

Pengelompokkan Turbin Berdasarkan prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis, turbin air dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi.

Tabel 2.1 menunjukkan pengelompokan turbin. High Head Turbin Impuls Pelton Turgo Medium Head Crossflow Multi-Jet Pelton Turgo Turbin Reaksi Francis Propeller Kaplan Low Head Crossflow

1. Turbin Impuls
Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik pada nozle. Air keluar nozle yang mempunyai kecepatan tinggi membentur sudu turbin. Setelah membentur sudu arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan momentum (impulse). Akibatnya roda turbin akan berputar. Turbin impuls adalah sama dengan turbin tekanan karena aliran air yang keluar dari nozle tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi kecepatan.

1. Turbin Pelton Turbin Pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang

disebut nozle. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head tinggi. Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengahtengah sudu dan pancaran air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150 meter tetapi untuk skala mikro head 30 meter sudah mencukupi. Gambar 2.4 merupakan bentuk dari turbin pelton.

Gambar 2.4 Turbin Pelton

2. Turbin Turgo

Turbin turgo dapat beroperasi pada head 30 m s/d 300 m. Seperti turbin pelton turbin turgo merupakan turbin impulse, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozle membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan. Pada Gambar 2.5 menunjukkan bentuk turbin turgo.

Gambar 2.5 Turbin Turgo

3. Turbin Crossflow
Turbin Crossflow merupakan jenis turbin yang dikembangkan oleh Anthony Michell (Australia), Donat Banki (Hongaria) dan Fritz Ossberger (Jerman). Michell memperoleh hak paten atas desainnya pada 1903. Turbin jenis ini pertama-tama diproduksi

oleh perusahaan Weymouth. Turbin ini juga sering disebut sebagai turbin Ossberger, yang memperoleh hak paten pertama pada 1922. Perusahaan Ossberger tersebut sampai sekarang masih bertahan dan merupakan produsen turbin crossflow yang terkemuka di dunia. Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/s hingga 10 m3/s dan head antara 1 m s/d 200 m. Turbin crossflow menggunakan nozle persegi panjang yang lebarnya sesuai dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu dan memberikan energinya (lebih rendah dibanding saat masuk) kemudian meninggalkan turbin. Runner turbin dibuat dari beberapa sudu yang dipasang pada sepasang piringan paralel. Gambar 2.6 merupakan bentuk turbin crossflow.

Gambar 2.6 Turbin crossflow

Pemakaian jenis Turbin Cross-Flow lebih menguntungkan dibanding dengan pengunaan kincir air maupun jenis turbin mikro hidro lainnya. Penggunaan turbin ini untuk daya yang sama dapat menghemat biaya pembuatan penggerak mula sampai 50 % dari penggunaan kincir air dengan bahan yang sama. Penghematan ini dapat dicapai karena ukuran Turbin Cross-Flow lebih kecil dan lebih kompak dibanding kincir air. Diameter kincir air yakni roda jalan atau runnernya biasanya 2 meter ke atas, tetapi diameter Turbin Cross-Flow dapat dibuat hanya 20 cm saja sehingga bahanbahan yang dibutuhkan jauh lebih sedikit, itulah sebabnya bisa lebih murah. Dari kesederhanaannya jika dibandingkan dengan jenis turbin lain, maka Turbin Cross-Flow yang paling sederhana. Sudu-sudu Turbin Pelton misalnya, bentuknya sangat pelik sehigga pembuatannya harus dituang. Demikian juga runner Turbin Francis, Kaplan dan Propeller pembuatannya harus melalui proses pengecoran/tuang. Tetapi runner Turbin Cross Flow dapat dibuat dari material baja sedang (mild steel) seperti ST.37, dibentuk dingin kemudian dirakit dengan konstruksi las. Demikian juga komponen-komponen lainnya dari turbin ini semuanya dapat dibuat di bengkel-bengkel umum dengan peralatan pokok mesin las listrik, mesin bor, mesin gerinda meja, bubut dan peralatan kerja bangku, itu sudah cukup. Dari kesederhanaannya itulah maka Turbin Cross-Flow dapat dikelompokan sebagai teknologi tepat guna yang pengembangannya di masyarakat pedesaan memiliki prospek

cerah karena pengaruh keunggulannya sesuai dengan kemampuan dan harapan masyarakat.

2. Turbin Reaksi
Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai turbin reaksi. Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup dalam air dan berada dalam rumah turbin.

1. Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat. Gambar 2.7 menunjukkan sketsa dari turbin francais.

Gambar 2.7 Sketsa turbin francis

2. Turbin Kaplan & Propeller


Turbin kaplan dan propeller merupakan turbin reaksi aliran aksial. Turbin ini tersusun dari propeller seperti pada perahu. Propeller tersebut biasanya mempunyai tiga hingga enam sudu. Gambar 2.8 merupakan bentuk dari turbin Kaplan.

Gambar 2.8 Turbin Kaplan

Pemilihan Turbin Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relative spesifik. Pada beberapa daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan jenis turbin pada daerah operasi yang overlaping ini memerlukan perhitungan yang lebih mendalam. Pada dasarnya daerah kerja operasi turbin menurut Keller dikelompokkan menjadi :

Low head power plant Medium head power plant High head power plant

Tabel 2.2 merupakan daerah operasi turbin.

Jenis Turbin

Variasi Head (m) 2<H<20 10<H<350 50<H<1000 1<H<200 50<H<250

Kaplan dan Propeller Francis Pelton Crossflow Turgo

Kriteria Pemilihan Jenis Turbin

Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk suatu desain yang sangat spesifik. Pada tahap awal, pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-parameter khusus yang mempengaruhi sistem operasi turbin, yaitu :

Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang akan dimanfaatkan untuk operasi turbin merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin, sebagai contoh : turbin pelton efektif untuk operasi pada head tinggi, sementara turbin propeller sangat efektif beroperasi pada head rendah.

Faktor daya (power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang tersedia. Kecepatan (putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke generator. Sebagai contoh untuk sistem transmisi direct couple antara generator dengan turbin pada head rendah, sebuah turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran yang diinginkan, sementara turbin pelton dan crossflow berputar sangat lambat (low speed) yang akan menyebabkan sistem tidak beroperasi. Ketiga faktor di atas seringkali diekspresikan sebagai "kecepatan spesifik, Ns", yang didefinisikan dengan formula :

Ns=N . 6H5/4 (rpm) (2.14)

Dimana : Ns = kecepatan spesifik

N = kecepatan putaran turbin (rpm) P = maksimum turbin output (kW) H = head efektif (m)

Output turbin dihitung dengan formula : P=9.81 x x Q x H x turbin (2.15) Dimana : P = daya turbin (kW) Q = debit air (m3/s) H = efektif head (m) turbin = efisiensi turbin = 0.8 - 0.85 untuk turbin pelton
= 0.8 - 0.9 untuk turbin francis

= 0.7 - 0.8 untuk turbin crossflow = 0.8 - 0.9 untuk turbin propeller/Kaplan Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran (range) tertentu berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa turbin air ditunjukkan pada Tabel dibawah ini:

Tabel 2.3 Kecepatan spesifik beberapa turbin


Turbin Pelton 12 Ns 25

Turbin Francis

60 Ns 300

Turbin Crossflow

40 Ns 200

Turbin Propeller

250 Ns 1000

Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar turbin dapat diestimasi (diperkirakan). Pada Gambar 2.9 menunjukkan diagram aplikasai berbagai jenis turbin.

Gambar 2.9 Diagram aplikasi berbagai jenis turbin (head vs debit)

Effisiensi Turbin Air Effisiensi turbin air dapat dibedakan menjadi dua macam :

1. Hydraulic Effisiensi 2. Mechanical Effisiensi

Hydraulic Effisiensi Hydraulic Effisiensi adalah perbandingan antara head sesungguhnya dengan head teoritis. Head sesungguhnya ternyata lebih kecil daripada head teoritis. Hal ini disebabkan karena adanya losses dalam aliran air selama melewati turbin, misalnya : karena bergesekan selama melewati saluran, karena adanya variasi penampang aliran dan sebagainya. Dalam bentuk rumus umum dapat dinyatakan :

h=HhH (2.16)
dimana : h = hydraulic effisiensi Hh = hydraulic head (actual head)

H = head teoritis

Mechanical Effisiensi Mechanical Effisiensi adalah perbandingan antara daya effective output dengan daya hydraulic yang dihasilkan secara teoritis. Daya effective output lebih kecil daripada daya hydraulic output karena adanya kerugian akibat gesekan antara sudu dengan air di sekelilingnya, akibat adanya gesekan antara poros dan bantalan turbin.

Mechanical Effisiensi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : m=NefNh (2.17)

dimana : m = mechanical effisiensi Nef = daya effective turbin (HP) Nh = daya hydraulic (HP)

2. Transmisi Mekanik
Transmisi mekanik terdiri : pulley turbin, flat belt, plummer block, flexible couplings dan pulley generator. Pulley dikuncikan pada poros dengan keyway (spi). Pulley berefungsi untuk menaikkan putaran (speed reducer) sehingga putaran generator sesuai dengan putaran daerah kerjanya. Belt berfungsi untuk mentransmisikan daya poros turbin ke poros generator. Belt harus cukup tegang sesuai dengan jenis dan ukurannya. Belt dikencangkan oleh baut penarik pada chasis generator. Belt yang kendor akan menyebabkan slip, sementara belt yang terlalu kencang akan cepat merusakkan bearing turbin atau bearing plummer block.

3. PERALATAN ELEKTRIKAL
Peralatan Elektrikal meliputi Generator Sinkrun dan Jaringan Distribusi.

1. Generator Sinkrun
Generator sinkrun merupakan mesin listrik arus bolak-balik yang berfungsi untuk merubah energi mekanik dalam membentuk putaran menjadi energi listrik arus bolak-balik. Generator sinkron mempunyai dua bagian pokok, yaitu bagian stator atau bagian dari generator sinkron yang tidak bergerak dan bagian rotor atau bagian generator sinkron yang berputar atau bergerak. Pada generator sinkron yang berukuran besar, bagian stator dipergunakan sebagai tempat belitan medan magnet.

Prinsip dasar Generator Sinkrun Generator sinkron bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Generator sinkron mempunyai belitan jangkar yang merupakan elemen

diam pada stator dan belitan eksitesi itu dimagnetisasikan oleh arus searah yang dipasok oleh sumber arus searah dari luar atau dari generator itu sendiri dengan jalan mengambil sebagian arus yang keluar dari stator lalu diserahkan sebagai penguat. Jika stator generator sinkron diputar pada suatu kecepatan tertentu yang disebut dengan putaran sinkron, belitan medan magnet pada rotor tersebut dialiri arus searah, sehingga menghasilkan fluksi yang turut berputar dan memotong belitan jangkar yang terdapat pada bagian stator. Akibat adanya perubahan fluksi persatuan waktu yang dirasakan oleh belitan jangkar, maka pada belitan jangkar akan terjadi tegangan induksi.

Konstruksi Generator Sinkrun Pada dasarnya konstruksi dari generator sinkron adalah sama dengan konstruksi motor sinkron, dan secara umum biasa disebut mesin sinkron. Ada dua struktur kumparan pada mesin sinkron yang merupakan dasar kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC (membangkitkan medan magnet, biasa disebut sistem eksitasi) dan sebuah kumparan (biasa disebut jangkar) tempat dibangkitnya GGL arus bolak balik arus bola-balik. Hampir semua mesin sinkron mempunyai belitan GGL berupa stator yang diam dan struktur medan magnit berputar sebagai rotor. Kumparan DC pada struktur medan yang berputar dihubungkan pada sumber DC luar melaui slipring dan sikat arang. Suatu generator sinkron secara umum terdiri dari :

1. Stator adalah bagian dari mesin yang diam dan berbentuk silinder 2. Rotor adalah bagian dari mesin yang berputar juga berbentuk silinder 3. Celah udara adalah ruangan antara stator dan rotor

1. Stator
Secara umum stator terdiri dari kerangka stator, inti stator dan slot.

a. Rangka Stator
Rangka stator berfungsi sebagai tempat melekatnya stamping jangkar dan kumparan jangkar. Pada rangka stator terdapat lubang pendingin dimana udara dan gas pendingin disirkulasikan. Rangka stator biasanya dibuat dari besi campuran baja atau plat baja giling yang dibentuk sedemikian rupa sehingga diperoleh rangka yang sesuai dengan kebutuhan.

b. Inti Stator
Inti stator melekat pada rangka stator dimana inti ini terbuat dari laminasi-laminasi besi khusus atau campuran baja. Hal ini diperbuat untuk memperkecil rugi arus Eddy. Tiap laminasi diberi isolasi dan diantaranya dibentuk celah sebagai tempat aliran udara.

c. Slot

Slot adalah tempat konduktor berada yang letaknya pada bagian dalam sepanjang keliling stator. Bentuk slot ada 3 yaitu Slot Terbuka, Slot Setengah Terbuka, Slot Tertutup.

2. Rotor
Sebagai tempat belitan penguat yang membentuk kemagnetan listrik kutub Utara-Selatan pada inti rotor. Ada 2 macam bentuk rotor, yaitu :

a. Rotor kutub menonjol (Salient Pole Rotor)


Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak. Kumparan dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi laminasi untuk mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy, kumparan-kumparan medannya terdiri dari bilah tembaga persegi. Kutub menonjol ditandai dengan rotor berdiameter besar dan panjang sumbunya pendek. Gambar 2.10 menunjukkan bentuk rotor kutub menonjol.

Gambar 2.10 Rotor kutub menonjol

b. Rotor kutub tak menonjol (Rotor Silinder)


Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang mempunyai sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan juga kumparan medan yang terletak pada rotor maka jumlah kutub pun sedikit yang dapat dibuat. Rotor ini biasanya berdiameter kecil dan sumbunya sangat panjang. Konstruksi ini memberikan keseimbangan mekanis yang lebih baik karena rugi-rugi anginnya lebih kecil dibandingkan rotor kutub menonjol (salient pole rotor). Gambar 2.11 merupakan bentuk rotor kutub silinder.

Gambar 2.11 Rotor kutub silinder

Prinsip Kerja Generator Sinkrun Prinsip kerja generator sinkron berdasarkan induksi elektromagnetik. Setelah rotor diputar oleh penggerak mula (prime mover), dengan demikian kutub-kutub yang ada pada rotor akan berputar. Jika kumparan kutub diberi arus searah maka pada permukaan kutub akan timbul medan magnet (garis-

garis gaya fluks) yang berputar, kecepatannya sama dengan putaran kutub. Generator sinkron berdasarkan induksi elektromagnetik. Setelah rotor diputar oleh penggerak mula (prime mover), dengan demikian kutub-kutub yang ada pada rotor akan berputar. Jika kumparan kutub diberi arus searah maka pada permukaan kutub akan timbul medan magnet (garis-garis gaya fluks) yang berputar, kecepatannya sama dengan putaran kutub. Garis-garis gaya fluks yang berputar tersebut akan memotong kumparan jangkar distator, sehingga menimbulkan EMF atau GGL atau tegangan induksi, yang besarnya :

E=-Nddt (2.18)

Kecepatan Putaran Generator Sinkrun Kecepatan putaran suatu generator sinkron tergantung kepada penggerak mulanya, Seperti pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA), penggerak mulanya berupa turbin. Jadi apabila putaran turbinnya tinggi, maka putaran pada generator juga akan tinggi. Dan jika sebaliknya, jika putaran turbin rendah maka putaran pada generator juga akan rendah. Putaran pada generator selalu dijaga konstan agar frekuensi dan tegangan yang dihasilkan generator sinkron tetap konstan. Untuk menentukan besarnya frekuensi yang dihasilkan oleh generator dapat dicari berdasarkan besarnya jumlah putaran dan banyaknya jumlah pasang kutub pada generator sinkron, sehingga diperoleh hubungan :

F=P.n120 (2.19)
Dimana :

F = frekuensi listrik (Hz) P = jumlah kutub pada rotor n = kecepatan putaran rotor (rpm) Umumnya frekuensi listrik yang dihasilkan suatu generator sinkron di Indonesia 50 Hz. Ini berarti untuk generator sinkron yang mempuyai satu pasang kutub diperlukan sebanyak 25 putaran setiap detik atau sama dengan 60 x 25 = 1500 putaran per menit. Untuk menjaga frekuensi yang dihasilkan generator sinkron sebesar 50 Hz dan untuk generator sinkron yang mempunyai jumlah kutub pada rotornya lebih dari satu pasang maka jumlah putarannya ini disesuaikan dengan persamaan di atas. Kecepatan putaran juga sangat berpengaruh terhadap tegangan yang dihasilkan generator sinkron. Jika putarannya turun, maka tegangan generator sinkron juga akan turun dan apabila putarannya bertambah maka akan mengakibatkan bertambahnya tegangan yang dihasilkan oleh generator. Jadi jika putaran generator sinkron bertambah maka akan mengakibatkan bertambahnya kemampuan pembangkitan daya dari generator sinkron. Tetapi biasanya dalam pengoperasiannya jumlah putaran generator sinkron dijaga konstan dan yang diatur biasanya adalah arus penguat medannya.

Daya yang dihasilkan Generator Sinkrun Generator untuk pembangkit listrik tenaga air skala piko menggunakan generator sinkron 1 phasa. Generator ini memiliki kecepatan

rata-rata antara 70 1500 rpm. Daya yang dihasilkan oleh generator 1 phasa dihitung dengan persamaan : P=V.I.cos (2.20)

Dimana : P = daya yang dihasilkan generator (watt) V = tegangan terminal generator (volt) I = arus (ampere) cos = faktor daya

2. Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi terdiri dari kawat penghantar, tiang, isolator dan transformator. Jaringan tersebut dapat menggunakan kawat penghantar berbahan aluminium atau bahan campuran lain. Pada jaringan distribusi tegangan rendah biasanya digunakan kawat penghantar berisolasi. Tiang pada saluran distribusi dapat berupa tiang baja, beton atau kayu. Isolator digunakan untuk memisahkan bagian-bagian yang aktif atau bertegangan jika penghantar yang digunakan merupakan konduktor tanpa isolasi.

a. Penghantar

Jaringan distribusi dapat menggunakan kawat penghantar jenis ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced), tembaga atau bahan campuran antara aluminium dan tembaga. Ukuran kawat penghantar dipilih berdasarkan faktor ekonomi, arus beban dan jatuh tegangan yang dapat ditimbulkan serta faktor keamanan pendistribusian daya listrik. Rugi-rugi daya dalam saluran satu phasa dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini : Ploss=I2 x L x ((RP/km)+(RN/km)) (2.21) Dimana : Ploss = Daya rugi dalam saluran (watt) I = Arus beban (ampere) L = Panjang penghantar (km) RP/km = Tahanan kabel phasa per km (/km) RN/km = Tahanan kabel netral per km (/km) Efisiensi saluran dihitung dengan persamaan di bawah ini :

=PoutPin x 100% (2.22)


Dimana : = efisiensi saluran Pout = Daya penerima (watt) Pin = Daya pengirim (watt)

Tegangan jatuh pada saluran satu phasa dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini : Vd = 2 x I x L x (R/km cos + X/km sin ) (2.23) Dimana : Vd = Tegangan jatuh satu phasa (volt) I = Arus beban satu phasa (ampere) L= Panjang penghantar (km) R/km = Tahanan penghantar per km (/km) X/km = Reaktans penghantar per km (/km) Sedangkan besar tegangan ujung penerima dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini : Vpenerima = Vsumber Vd (2.24)

Dimana :
Vpenerima = tegangan pada ujung penerima (volt) Vsumber = tegangan pada sumber (volt) Vd = tegangan jatuh (volt)

Untuk menghitung persen jatuh tegangan pada saluran dapat digunakan persamaan berikut ini :

%Vd=Vrnl-VrflVrfl x 100% (2.25)

b. Tiang
Jenis tiang yang digunakan pada jaringan distribusi antara lain adalah :

Tiang baja Tiang beton Tiang kayu

Diantara ketiga jenis tiang tersebut yang paling sering digunakan adalah tiang beton karena tidak memerlukan biaya pemeliharaan, sedangkan tiang kayu dan baja membutuhkan biaya pemeliharaan yang besar seperti pengecatan ulang.

5. Head Losses
Perubahan tekanan dalam aliran fluida terjadi karena adanya perubahan ketinggian, perubahan kecepatan akibat perubahan penampang dan gesekan fluida. Pada aliran tanpa gesekan perubahan tekanan dapat dianalisa dengan persamaan Bernoulli yang memperhitungkan perubahan tekanan ke dalam perubahan ketinggian dan perubahan kecepatan. Sehingga perhatian utama dalam menganalisa kondisi aliran nyata adalah pengaruh dari gesekan. Gesekan akan menimbulkan penurunan tekanan atau kehilangan

tekanan dibandingkan dengan aliran tanpa gesekan. Berdasarkan lokasi timbulnya kehilangan, secara umum kehilangan tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat digolongkan menjadi 2 yaitu: kerugian mayor dan kerugian minor. Kerugian mayor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan aliran fluida pada system aliran penampang tetap atau konstan. Kerugian mayor ini terjadi pada sebagian besar penampang sistem aliran makanya dipergunakan istilah mayor. Sedangkan kerugian minor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan yang terjadi pada katup-katup, sambungan T, sambungan L dan pada penampang yang tidak konstan. Kerugian minor meliputi sebagian kecil penampang sistem aliran, sehingga dipergunakan istilah minor. Kerugian ini untuk selanjutnya akan disebutkan sebagai head loss. Istilah Head Loss muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika abad ke sembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Namun perlu diingat bahwa arti fisik dari head loss adalah kehilangan energi mekanik persatuan massa fluida. Sehingga satuan head loss adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Untuk menentukan faktor gesekan ( f ) dapat diperoleh dari diagram moody dengan terlebih dahulu mengetahui bilangan Reynold ( Re) dimana:

Re=Vd (2.26)
Dengan : Re = Reynold number

= Viskositas kinematik, dimana harganya 1.02 x 10-6 m2/s untuk tekanan 1


atm pada suhu 200C V = kecepatan aliran masuk pipa (m/s)

d = Diameter pipa (m)

Berdasarkan percobaan aliran di dalam pipa, Reynolds menetapkan bahwa untuk angka Reynolds di bawah 2000, gangguan aliran dapat diredam oleh kekentalan zat cair maka disebut aliran laminar. Aliran akan menjadi turbulen apabila angka Reynolds lebih besar dari 4000. Apabila angka Reynolds berada di antara kedua nilai tersebut (2000 < Re < 4000) disebut aliran transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai di atas (Re = 2000 dan Re = 4000) disebut dengan batas kritis bawah dan atas.

1. Head Loses Mayor


Dengan mempergunakan persamaan keseimbangan energi dan asumsi aliran berkembang penuh (fully developed) sehingga koefisien energi kinetik 1 = 2 dan penampang konstan maka :

p1-p2=gz2-z1+hl (2.27)
di mana :

hl : head loss mayor (m/s2)

Jika pipa horisontal, maka z2 = z1 , maka :

p1-p2 = h1 atau P/ = h1 (2.28)


Jadi head loss mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran fluida berkembang penuh melalui pipa penampang konstan.

Untuk aliran laminer , berkembang penuh, pada pipa horisontal, penurunan tekanan dapat dihitung secara analitis, diperoleh :

p=128LQD4 = 128LV(D24)D4 = 32LDVD (2.29)


dimana : = kekentalan atau viskositas fluida sehingga dengan memasukkan konsep angka Reynold maka head loss menjadi : hlmayor = 32LDVD = LDV22 64VD = 64ReLDV22 (2.30) Untuk aliran turbulen, penurunan tekanan tidak dapat dihitung secara analitis karena pengaruh turbulensi yang menimbulkan perubahan keacakan sifat fluida. Perubahan sifat fluida yang acak tersebut belum dapat didekati dengan fungsi matematis yang ada saat ini. Perhitungan head loss didasarkan pada hasil percobaan dan analisa dimensi. Penurunan tekanan untuk aliran turbulen adalah fungsi dari angka Reynold, Re, perbandingan panjang dan diameter pipa, L/D serta kekasaran relatif pipa, e/D. Head loss mayor dihitung dari persamaan Darcy-Weisbach : hlmayor = fLDV22g (2.31) dimana : hlmayor = kerugian head karena gesekan (m) f = Koefisien gesekan L = Panjang pipa (m) D = Diameter pipa (m)

V = kecepatan aliran masuk pipa (m/s) g = Percepatan grafitasi (m/s2) Dengan menggunakan hasil percobaan dari L.F. Moody yang memperkenalkan Diagram Moody, yaitu diagram koefisien gesek fungsi angka Reynold dan kekasaran relative pipa. Diagram Moody ditampilkan pada Gambar 2.12 berikut.

Gambar. 2.12. Diagram Moody

Nilai kekasaran relatif pipa merupakan fungsi diameter pipa dan bahan pipa dapat ditentukan secara empiris dari grafik pada tabel 2.4 dibawah ini. Pipe Material
Equivalent Roughness, Hazen Williams Coefficient, C

(ft)
Brass, copper, aluminium PVC, plastic

3.3 x 10-6 5 x 10-6

140 150

Cast Iron New Old Galvanized iron Asphalted iron Wrought iron Commercial and welded steel Riveted steel Concrete Wood stave 8.0 x 10-4 5.0 x 10-4 4.0 x 10-4 1.5 x 10-4 1.5 x 10-4 130 100 120 120

60.0 x 10-4 40.0 x 10-4 20.0 x 10-4

110 130 120

Tabel 2.4. Nilai kekasaran dinding untuk berbagai pipa komersil Diagram Moody telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran fluida di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy Weisbach. Untuk dapat menentukan besarnya nilai f dari diagram Moody harus diketahui besarnya bilangan Reynolds dan perbandingan antara kekasaran dinding pipa dengan diameter pipa tersebut (D ). Nilai kekasaran dinding pipa diberikan pada Tabel 2. 1. Untuk aliran laminar dimana bilangan Reynold kurang

dari 2000, faktor gesekan dihubungkan dengan bilangan Reynold, dinyatakan dengan rumus:
f=64Re (2.32)

Untuk aliran turbulen dimana bilangan Reynold lebih besar dari 4000, maka hubungan antara bilangan Reynold, faktor gesekan dan kekasaran relative menjadi lebih kompleks. Faktor gesekan untuk aliran turbulen dalam pipa didapatkan dari hasil eksperimen, antara lain:

1. Untuk daerah complete roughness, rough pipes yaitu :


1f= -2,0log3.7 d (2.33)

2. Untuk pipa halus, hubungan antara bilangan Reynold dan factor gesekan dirumuskan
sebagai:

a. Blasius : f=0,3164Re0,25 (2.34)


untuk Re = 4000 <Re<105

b. Von Karman : 1f=2logRe f2,51


= 2log(Re f)-0,8 (2.35) Untuk Re sampai dengan 3. 106

3. Untuk pipa kasar yaitu:


Von Karman : 1f=2logd + 1,74 (2.36) dimana harga f tidak tergantung pada bilangan Reynold.

4. Untuk pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah transisi yaitu:
Corelbrook White : 1f=-2log(d3.7+ 2.51Ref) (2.37)

2. Head Loses Minor


Besarnya kerugian akibat adanya kelengkapan pipa dapat diperoleh dengan persamaan (Ram S. Gupta,1989) : hl minor = nKV22g (2.38) Dimana : hl minor = kerugian head akibat kelengkapan pipa spanjang jalur pipa isap n = jumlah kelengkapan pipa K = koefisien kerugian akibat kelengkapan pipa

Besarnya nilai koefisien kerugian minor untuk beberapa kelengkapan pipa dapat dilihat pada Tabel berikut. Item Entrance loss from tank to pipe Flush connection Projecting connection Exit loss from pipe to tank Sudden contraction ( R Sock) 21 1 0.05 0.08 0.5 1.0 1.0 Loss Coefficient, K

d1/d2 = 2 d1/d2 = 4 d1/d2 = 10 Sudden enlargement d1/d2 = 2 d1/d2 = 4 d1/d2 = 10 Fittings 900 bend screwed 900 bend flanged Tee Gate valve (open) Check valve (open) Stop Kran (Glove valve open) Butterfly valve (open) Socket

0.135 0.37 0.45 0.48

0.54 0.82 0.90

0.5-0.9 0.2-0.3 1.5-1.8 0.19 3.00 7.80 0.30 0.04

Tabel 2. 5 Nilai koefisien kerugian untuk beberapa kelengkapan pipa

Head losses total didapat dari : hl total = hl mayor + hl minor (2.39)

Head efektif (head actual) turbin didapat dari pengurangan Head Statis turbin terhadap Head losses total, HT = H - Hltotal (2.40)

Edi Suryanto 02.2008.1.07844 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

You might also like