You are on page 1of 11

KETERSEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG

PROPOSAL Hendra Nugraha D24100019

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PETERNAKAN Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor, 16680

LEMBAR PENGESAHAN
Identitas Mahasiswa dan Pengesahan Nama lengkap Hendra Nugraha Nomor Induk Mahasiswa D24100019 Alamat di Bogor Babakan Lebak, Bogor Barat Beban Studi yang akan diambil pada 15 SKS saat ini Beban Studi yang telah diambil 122 SKS IPK sampai saat ini 2.84 Judul Penelitian Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak Dan Limbah Pertanian Untuk Mendukung Budidaya Sapi Perah Di Kabupaten Bandung Lokasi Penelitian Kabupaten Bandung dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor 6 bulan

Lama Penelitian

Proposal ini telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal . Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Mahasiswa,

Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS NIP. 19610916 198703 2 002

Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M. Sc NIP. 19670103 199303 1 001 Menyetujui, Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Hendra Nugraha NIM. D24100019

Dr. Ir. Idat G. Permana, MSc.Agr. NIP. 19670506 199103 1 001

PENDAHULUAN Kebutuhan penduduk Indonesia akan produk pangan asal hewani mengalami peningkatan 12,22 kg/kapita/th setiap tahunnya (RKPD Kab. Bandung 2012). Pemenuhan kebutuhan pangan asal hewani secara mendasar dibangun dari tiga aspek meliputi penggunaan bibit ternak yang unggul, penggunaan pakan yang berkualitas dan penerapan manajemen yang baik. Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam suatu usaha peternakan. Pakan yang berkualitas tidak hanya dilihat dari sisi kelengkapan nilai nutrient yang terkandung tetapi juga dilihat dari aspek kuantitas dan kontinuitas. Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di Indonesia dengan populasi sapi sebesar 31.937 ekor. Daerah tersebut menargetkan dapat menghasilkan susu sebanyak 108.780 liter per tahun. Pemenuhan pakan untuk ternak di Kabupaten Bandung lebih didominasi penggunaan limbah pertanian sebagai pakan mengingat daerah Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penghasil produk pertanian di Jawa Barat. Hasil panen dari beberapa komoditas pertanian akan meninggalkan limbah yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah yang dihasilkan dari pertanian ini memiliki karakteristik nutrient yang berbeda, sehingga dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan nutrient ternak. Manajemen pengolahan limbah pertanian dengan baik akan menghasilkan kualitas limbah yang baik pula. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki basis data yang memuat informasi tentang kandungan nutrient dan pola persebaran pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak sebagian besar hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan ternak tanpa melihat kecukupan nutrient yang terkandung didalam pakan. Evaluasi tentang nutrient pakan harus di lakukan untuk menunjang peforma dari ternak. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi berbagai jenis sumberdaya pakan lokal dan limbah peternakan berdasarkan kuantitas ketersediaanya sebagai daya dukung bagi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung. Menganalisis kualitas nutrient dari berbagai sumber pakan lokal dan limbah pertanian yang digunakan oleh peternak di Kabupaten Bandung.

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa barat Indonesia. Secara Geografis letak kabupaten Bandung berada pada 60,41 sampai dengan 70,19 Lintang Selatan dan diantara 1070,22 sampai dengan 1080,5 Bujur Timur dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 176.239 Km2. Jumlah penduduk kabupaten Bandung sebanyak 3.174.499 jiwa terdiri dari 1.617.513 laki-laki dan 1.556.986 perempuan (BPS Kab. Bandung 2010). Dengan morfologi wilayah pegunungan, Kabupaten Bandung beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 120 C sampai 240C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. Adapun secara administratif Kabupaten Bandung mempunyai batasbatas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan kabupaten Cianjur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Bandung Barat, bagian tengah berbatasan dengan Kota Bandung dan Kota Cimahi. Populasi ternak ruminansia pada tahun 2012 tercatat sebanyak 31.937 ekor sapi perah, 28.067 ekor sapi potong , 234.795 ekor domba, dan 24.979 ekor kambing. Sementara itu untuk ternak kecil/unggas tercatat sebanyak ayam buras 1.863.970 ekor, ayam petelur 414.930 ekor, ayam pedaging 2.443.390 ekor dan itik 389.739 ekor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung (2013). Hijauan Makanan Ternak Makanan hijauan ialah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan, termasuk ke dalamnya bangsa rumput (gramineae), kacang-kacangan (leguminoseae) dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, aur, daun waru dan sebagainya (AAK 2005). Perbedaan mutu hijauan dipengaruhi oleh faktor genetis (bawaan) dan faktor lingkungan berupa jenis dan kesuburan tanah, iklim dan perlakuan manusia. Menurut Sofyan (2003), Hijauan Makanan Ternak yang diperlukan untuk ternak ruminansia sebagian besar berupa rumput-rumputan, sehingga rumput memegang peranan yang penting dalam penyediaan pakan dan telah umum digunakan oleh peternak dalam jumlah besar. Dilihat dari cara tumbuhnya rumput dapat digolongkan menjadi dua, yaitu rumput alami atau rumput liar dan rumput budi daya atau rumput pertanian. Limbah pertanian adalah pakan yang bersumber dari limbah tanaman pangan dan produksinya sangat tergantung pada jenis dan jumlah areal penanaman atau pola tanam dari tanaman pangan di suatu wilayah (Makkar 2002). Produksi limbah pertanian dapat diestimasi berdasarkan asumsi dari perbandingan antara produk utama yang digunakan sebagai pangan dengan limbahnya. Estimasi produksi limbah pertanian dapat menunjukkan perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan angka konversi yang digunakan di dalam setiap varietasnya. Untuk mengetahui produksi

limbah pertanian di suatu wilayah dapat diperkirakan berdasarkan luas areal panen dari tanaman pangan tersebut (Jayasuria 2002). Menurut Djajanegara (1999), beberapa kendala pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan adalah pada umumnya memiliki kualitas rendah dengan kandungan serat yang tinggi dan kecernaan yang rendah, akibatnya bila digunakan sebagai pakan basal dibutuhkan penambahan bahan pakan yang memiliki kualitas yang baik (konsentrat) di dalam pengolahannya untuk memenuhi dan meningkatkan produktivitas ternak. Kendala lainnya adalah produksi limbah pertanian bersifat musiman yaitu melimpah saat panen dan jumlah limbah pertanian yang dapat dikumpulkan oleh peternak terbatas karena tidak memiliki fasilitas untuk penyimpanan. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) adalah metode pengolahan dan analisis sebagai penentu prioritas pengembangan berdasarkan ketersediaan lahan hijauan makanan ternak dan tenaga kerja (Dirjen Peternakan 1998). Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia adalah nilai dapat dikutip melalui nilai KPPTR efektifnya. Nilai KPPTR efektif bervariasi untuk setiap kecamatan tergantung pada daya dukungnya yang tersedia, misalnya daya dukung lahan garapan yang terdiri dari sawah, tegalan, kebun, perkebunan, padang rumput, rawa dan kepala keluarga. Penentuan nilai KPPTR efektif sebagai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di suatu wilayah tertentu adalah KPPTR (SL) atau KPPTR (KK) yang mempunyai nilai lebih kecil. Hasil analisa dengan menggunakan perhitungan KPPTR dapat menunjukan nilai KPPTR efektif bernilai positif atau negatif. Nilai total KPPTR efektifnya bernilai positif berarti kapasitas tampung ternak masih dapat ditingkatkan lagi (Fariani 2008)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai bulan Desember 2013. Data primer akan diperoleh dari kuisioner yang disebar di beberapa Kecamatan yang mewakili Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecamatan terpilih melalui metode purposive sampling dengan berdasarkan jumlah kepemilikan ternak. Kecamatan yang terpilih akan representatif mewakili seluruh kecamatan di Kabupaten Bandung sehingga data kecamatan-kecamatan dapat dikonversi untuk menggambarkan kecamatan lainnya. Penentuan kecamatan berdasarkan data sekunder dan informasi instansi terkait. Analisis kandungan nutrien bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB. Metode Pengumpulan Data Data yang akan diperoleh dari penelitian ini termasuk data potensi sumberdaya pakan dan ternak diperoleh secara primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung ke petani, masyarakat, dan peternak yang ada dilokasi terpilih dengan menggunakan kuisioner. Jumlah kuisioner yang akan disebar sebanyak 30 buah dari 30 peternak di masing-masing kecamatan terpilih di Kabupaten bandung. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Peternakan Setempat, Dinas Tanaman Pangan dan Badan Pusat Statistik (BPS). Jenis-jenis data yang akan dikumpulkan antara lain : a. Informasi mengenai karakteristik daerah yang ada hubungannya dengan topik, yaitu antara lain: jumlah kepala keluarga, tipe iklim, luasan penggunaan lahan untuk peternakan, populasi ternak, jumlah produksi legume makanan ternak, jumlah limbah pertanian dan perkebunan dan lain-lain yang berpotensi untuk digunakan sebagai pakan. b. Informasi mengenai karakteristik responden mengenai data yang ingin digali. c. Manajemen peternakan, yaitu antara lain: jumlah dan jenis pakan yang diberikan oleh peternak, mekanisme penyediaan dan pemberian pakan. d. Analisis kualitas nutrisi bahan pakan ternak berupa kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan total digestible nutrient (TDN). e. Data konversi bahan pakan berpotensial perbagiannya yang terdapat pada satu batang utuh tanaman pakan termasuk limbah tanaman pangan. f. Produktivitas ternak, digunakan untuk mengestimasi potensi daya tampung ternak. Data ini berupa: kecepatan pertambahan populasi ternak, data rataan berapa kali kawin yang dibutuhkan ternak sapi untuk menghasilkan 1 anak (service per conception), umur ternak betina pertama kali dikawinkan, dan rataan jarak kebuntingan serta mortalitas. Identifikasi Potensi dan Kuantitas Pakan Lokal Pengumpulan Sampel Pakan (Chinh dan Viet Ly 2001) Data kualitas dan kuantitas produksi sumberdaya pakan lokal diperoleh melalui survei pada tiap kecamatan dengan 2 kali ulangan pada setiap komoditi dari 5 bahan pakan yang paling banyak digunakan. Produksi limbah tanaman pangan didapat dengan menggunakan cuplikan (ubinan) dengan ukuran 5 x 5 meter (25 m2) dengan dua ulangan (Chinh dan Viet Ly 2001). Setiap komoditi tanaman pangan dan

perkebunan yang dilakukan pengubinan limbahnya dikumpulkan dan diperoleh bobot segar dan bobot keringnya, dengan cara ditimbang dalam keadaan segarnya untuk mengetahui bobot segar dan dikeringkan dalam oven suhu 60 oC. Lalu ditimbang untuk mengetahui bobot kering. Perbedaan bobot kering dan bobot segar sampel sebagai persentase bobot air. Sampel kering udara digiling untuk analisa kimia untuk mengetahui kualitas nutrien aktual limbah tanaman sebagai sumber pakan. Untuk mengetahui potensi limbah tanaman pertanian dari satu komoditi bahan akan ditimbang bobot satu batang utuh kemudian tiap bagian di pisahkan tiap bagian potensial dan dicari berat segar, kering dan kualitasnya nutriennya. Data kuantitas dan kualitas perbagian tanaman akan dikonversi kedalam persen (%) bagian utuhnya. Data ini juga akan dikonversi ke jumlah produksi dan luas lahan tanamnya. Bagian yang difokuskan adalah hasil sampingannya yang tidak dikonsumsi manusia dan dapat digunakan untuk pakan ternak termasuk hasil sampingan prosesingnya seperti onggok. Produksi Hasil Sampingan Masing-Masing Komoditi Produksi hasil sampingan masing-masing dari 5 komoditi pakan yang konvensional dihitung berdasarkan produksi segar, produksi kering, produksi bahan kering (BK), produksi protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan produksi total digestible nutrient (TDN). Berdasarkan data luas areal panen (Ha), dilakukan perhitungan produksi masing-masing limbah komoditi meliputi total produksi segar, produksi bahan kering, produksi TDN, dan produksi protein kasar. Produksi potensial hasil samping pertanian dihitung berdasarkan produksi BK, PK, LK dan TDN dikalikan data luas areal panen (ha) di suatu wilayah pada tahun tertentu dengan perhitungan sebagai berikut: Produksi Total BK (ton) = luas areal panen (ha) x rata-rata produktivitas BK (ton/ha) Produksi PK (ton) = produksi total BK (ton) x kandungan PK (%) Produksi LK (ton) = produksi total LK (ton) x kandungan LK (%) Produksi TDN (ton) = produksi total BK (ton) x kandungan TDN (%) Evaluasi Kualitas Nutrien Bahan Pakan (AOAC 2005) Kualitas sampel masing-masing 5 komoditi bahan pakan konvensional berpotensi besar yang berasal dari limbah pertanian, limbah perkebunan, limbah industri pertanian, hijauan pakan ternak diperoleh dengan menganalisis kandungan BK, PK, SK, LK, dan BETN dengan metode analisis proksimat. Sampel yang diperoleh dari hasil survei di keringkan oven 60 C dan dilakukan analisa kimia untuk mengetahui kandungan nutriennya berdasarkan prosedur analisa proksimat (AOAC, 2005). Data TDN diperoleh dengan perhitungan menggunakan persamaan TDNa = 0.9918 PK + 1.272 LK + 0.0318 SK+ 0.8904 BETN (Owens et al 2010) Analisis Daya Tampung Ternak Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKKP) Hasil Sampingan Tanaman Pangan (Syamsu, 2006) Untuk menentukan potensi produksi hasil sampingan tanaman di masingmasing kecamatan di Kabupaten Bandung digunakanlah rumus Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKKP) limbah tanaman

IKPP = Produksi Limbah Tanaman Pangan Kecamatan (ton/tahun) Rata-rata Produksi Limbah Tanaman Kabupaten (ton/tahun) Wilayah kabupaten dengan IKKP 1,0 merupakan wilayah yang memiliki keunggulan produksi dengan kategori produksi tinggi pada jenis tanaman dibandingkan wilayah lainnya. Wilayah kabupaten dengan IKKP 0,5 - <1,0 adalah produksi sedang dan wilayah kabupaten dengan IKKP <0,5 adalah kategori produksi rendah. Daya Dukung Limbah Tanaman Daya dukung limbah tanaman adalah kemampuan suatu wilayah menghasilkan pakan berupa limbah tanpa pengolahan, dan dapat menyediakan pakan untuk menampung sejumlah populasi ternak. Dalam menghitung daya dukung limbah tanaman digunakan asumsi kebutuhan pakan ternak ruminansia. Asumsi yang digunakan yaitu satu satuan ternak (1 ST) ternak ruminansia rata-rata membutuhkan bahan kering (BK) sebesar 6,25 kg/h (NRC 1984), kebutuhan PK sebesar 0,66 kg/h, dan kebutuhan TDN sebesar 4,3 kg/h (Ditjenak dan Fapet UGM 1982). Indeks Daya Dukung Pakan (IDDP) Limbah Tanaman (Syamsu 2006) Indeks Daya Dukung Pakan (IDDP) adalah nisbah jumlah pakan limbah tanaman tersedia (ST) dengan jumlah populasi ternak ruminansia (ST) yang ada disuatu wilayah. Dapat dicari dengan rumus : IDDP = PMSL TK TK = k x poprill Keterangan : PMSL = potensi maksimum berdasarkan sumberdaya lahan (Ha) TK = total ternak yang dapat ditampung berdasarkan kebutuhan pakan (ST) k = konstanta kebutuhan bahan kering tercerna oleh satuan ternak yaitu 1,14 Berdasarkan nilai rata-rata IDDP dan standar deviasi (SD) maka wilayah dapat dikelompokkan berdasarkan tiga kategori indeks yaitu katagori daya dukung rendah, sedang, dan tinggi. Dasar penentuan katagori adalah sebagai berikut : a) Daya dukung rendah adalah kurang dari nilai rata-rat IDDP minus standar deviasi ( < rata-rata - SD) b) Daya dukung sedang adalah kisaran nilai (rata-rata SD) sampai dengan (rata-rata + SD ) c) Daya dukung tinggi adalah lebih tinggi dari nilai rata-rat IDDP + standar deviasi ( > rata-rata + SD) Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) (Nell dan Rollinson 1974) Metode KPPTR digunakan untuk menunjukkan kemampuan atau kapasitas suatu wilayah dalam menyediakan makanan ternak. Pendekatan ini bisa berdasarkan sumberdaya lahan dan bisa juga berdasarkan sumberdaya keluarga dengan rumus sebagai berikut:. KPPTR (L) = KTTR Populasi Riil KPPTR (KK) = d x Jumlah Kepala Keluarga (KK) Populasi Rill ST/KK Nilai Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) disuatu kabupaten dihitung sebagai selisih antara daya dukung pakan limbah komoditi

tanaman dengan jumlah ternak yang ada. Perhitungan nilai KPPTR adalah sebagai berikut : KTTR (ST) = ( k . Le . 15 ton BK/ha/tahun ) + j Li 2,3 ton BK KPPTR (EK) = KPPTR (KK), jika KPPTR (KK) < KPPTR (L) KPPTR (EL) = KPPTR (L), jika KPPTR (L) < KPPTR (KK) Keterangan : k = Koefisien ketersediaan lahan penghasil rumput Le = Lahan penghasil rumput (Ha) J = Koefisien produksi HMT Li = Lahan penghasil Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP) (Ha) 15 ton/ha/thn = Rata-rata produksi padang rumput 2,3 = Setiap ST per tahun memerlukan 2,3 ton BK KTTR = Kapasitas tampung ternak ruminansia KPPTR (L) = KPPTR berdasarkan ketersediaan hijauan dan lahan d = Setiap KK mampu memelihara 3 ST KPPTR (KK) = KPPTR berdasarkan tenaga kerja (keluarga) Angka perhitungan KTTR tersebut, merupakan KTTR total suatu kabupaten. Secara aktual, peternak telah memelihara ternak yang juga memanfaatkan hijauan yang ada. Oleh sebab itu perlu dihitung, hijauan yang telah dimanfaatkan dengan menghitung populasi ternak yang ada, berdasarkan angka konversi (Ditjen Peternakan, 1984) sebagai berikut: 1. Struktur populasi sapi terdiri atas: 56 persen sapi dewasa; 25 persen sapi muda dan 19 persen sapi anak. 2. Sapi/kerbau dewasa = 1 ST/ekor (umur > 2 tahun) Sapi/kerbau muda = 0.5 ST/ekor (umur 1 2 tahun) Sapi/atau kerbau anak = 0.25 ST/ekor (umur < 1 tahun) Dengan menghitung jumlah populasi ternak suatu kecamatan pada tahun yang bersangkutan, maka dapat dihitung jumlah hijauan (ton BK/tahun) yang telah termanfaatkan, sebagai berikut: KTRU = 2,3 JST Dimana: KTRU = KTR termanfaatkan (ton BK/tahun) JST = Jumlah populasi ternak yang ada (ST) Dengan mengkoreksi KTTR dengan KTRU, maka diperoleh kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia (KPPTR) setiap tahun setiap kecamatan, sebagai berikut: KPPTR (ST) = KTTR KTRU Perhitungan KPPTR, dilakukan untuk setiap kecamatan. Hasil perhitungan KTTR tersebut sebagai basis ekologis pengembangan peternakan.

TINJAUAN PUSTAKA Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2005. Hijauan Makanan Ternak : Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta (ID). Penerbit Kanisius Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 2005. Official Methods of Analysis. Washington DC (US). Association of Official Analytical Chemists Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (BPS Kab Bandung). 2010. Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2010. Bandung (ID). BPS Kab Bandung Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung. 2013. Profil Peternakan dan Perikanan. Bandung (ID). Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung
Direktorat Jendral Peternakan. 1998. Usaha Peternakan, Perencanaan, Analisa dan Pengolahan. Jakarta (ID). Direktorat Jendral Peternakan.

Djajanegara A. 1999. Local livestock feed resources. Di dalam: Livestock Industries of Indonesia Prior to the Asian Financial Crisis; 1999 Dec; Phra Athit Road. Bangkok (TH): FAO Regional Office for Asia and the Pacific. hlm 29-39. Fariani A. 2008. Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja Di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Palembang (ID). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Owens FN, Sapienza DA, Hassen AT. 2010. Effect of nutrient composition of feeds on digestibility of organic matter by cattle. J Anim Sci. 88:E151-E169. doi: 10.2527/jas.2009-2559 Makkar HPS. 2002. Applications of the in vitro gas method in the evaluation of feed resources, and enhancement of nutritional value of tannin-rich tree/browse and agro-industrial by-product. Di dalam: Development and Field Evaluation of Animal Feed Supplementation Packages; 2002 june; Vienna. Austria (AT): IAEA. hlm 23-40. Nell AJ dan Rollinson DHL. 1974. the requirement and availability of livestock feed in Indonesia. Jakarta (ID). UNDP/FAO Project INS/72/009 Supporting Livestock Planning Working Paper Sofyan I. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Kebun Rumput Gajah untuk Penyediaan Pakan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong PD. Gembala Kabupaten Garut Jawa Barat. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor Syamsu JA. 2006. Analisis potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian


No. Kegiatan Bulan Bulan Bulan Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Bulan November 1 2 3 4 Bulan Desember 1 2 3 4

1 Studi pustaka Persiapan 2 penelitian 3 Survei lapang Analisis 4 laboratorium 5 Analisis data Penulisan 7 laporan Konsultasi ke 8 Pembimbing

You might also like