You are on page 1of 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Praktik Kerja Lapang (PKL) merupakan suatu kegiatan pendalaman materi

perkuliahan dengan menempatkan mahasiswa secara langsung dalam suasana bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Praktik kerja lapang dilakukan untuk mengetahui dan memahami kegiatan yang dilakukan di tempat melaksanakan PKL, yang nantinya berguna bagi mahasiswa tersebut dan diharapkan mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya untuk meningkatkan kualitas perikanan di masyarakat. Penulis melaksanakan PKL dengan judul Teknik Pendederan Bandeng (Cahanos-chanos) di Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut, Karawang, Jawa Barat. Pendederan yaitu pemeliharaan benih ikan selepas dari pembenihan hingga siap dipelihara di kolam-kolam pembesaran ataupun karamba jaring apung (Taufik 2002). Tahap pendederan sangat penting karena penebaran ikan terlalu kecil dapat menyebabkan tingkat kematian tinggi pada waktu awal pembesaran ikan. Pendederan Bandeng yang dilakukan di BPBAPL yaitu dimulai dari persiapan lahan yang baik untuk pembesaran Bandeng hingga menjaga kualitas air serta pemberian pakan yang terkontrol dengan baik. Persiapan lahan untuk pendederan yang dilakukan di BPBAPL dimulai dengan penggemburan tanah dan pemberian pupuk alami ke tambak-tambak pendederan Bandeng. Persiapan lahan dimaksudkan agar pakan alami sejenis tumbuhan lumut (Bryophyta) dapat tumbuh dengan baik. Pakan alami nantinya akan dimanfaatkan untuk pakan benih Bandeng, sehingga untuk pakan buatan dapat dibatasi pemberiannya. Selain perisapan lahan, tahapan penting lainnya dalam pendederan yaitu menjaga kualitas air dan pemberian pakan yang terkontrol. Benih ikan dalam tahap pendederan membutuhkan kualitas air yang baik dan pakan yang terkontrol, sehingga pertumbuhan bobot ikan tidak terganggu dikarenakan kurangnya pakan dan buruknya kualitas air.

Ikan Bandeng merupakan salah satu jenis ikan laut yang mengandung protein tinggi yaitu 20 gram dalam kandungan zat gizi per 100 gram BDD (Rustamaji 2009). Selain untuk konsumsi ikan bandeng juga diperjualbelikan untuk umpan ikan cakalang, tuna dan jenis ikan ekonomis tinggi lainnya. Sehingga pemanfaatan ikan bandeng saat ini beragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan banyaknya manfaat dan kegunaan ikan Bandeng, sehingga BPBAPL berusaha membudidayakan jenis ikan ini dengan baik dan menyebarkan benih ikan Bandeng ke masyarakat sekitar untuk dibudidayakan kembali. Di Balai Pengembangan Air Payau dan Laut, Karawang, Jawa Barat terdapat beberapa komoditas perikanan yang dibudidayakan. Selain Bandeng, komoditas lainnya yaitu ikan Mas (Cyprinus Carpio), ikan Nila (Oreochromis niloticus), udang Windu (Penaeus monodon), udang Galah (Macrobrachium rosenbergii), udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), kepiting Soka (Scyla serrata), dan ikan Sidat (Anguilla bicolor). Dengan banyaknya komoditas yang dibudidayakan di BPBAPL, maka pelaksanaan PKL di tempat ini cukup baik dan membantu dalam mempelajari ilmu budidaya ikan air payau dan laut.

1.2

Tujuan Praktik Kerja Lapang di BPBAPL Karawang

a. Untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang luas tentang budidaya terutama budidaya ikan bandeng. b. Untuk menambah pengalaman dalam Teknik Pendederan ikan Bandeng. c. Untuk menambah wawasan dan memilih salah satu bidang untuk materi tugas akhir. d. Untuk belajar bersosialisai dengan masyarakat tentang ilmu yang didapatkan melalui praktek kerja lapang.

1.3

Tempat dan Waktu PKL Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Balai Pengembangan

Budidaya Air Payau dan Laut (BPBAPL) yang berada di Karawang. BPBAPL terletak di Jalan Raya Cipucuk Nomor 13, Desa Pusaka Jaya Utara Kecamatan Cilebar, nomor telefon/Fax (0267) 7005947, Kabupaten Karawang, Jawa Barat

(untuk peta lokasi BPBAPL disediakan pada Lampiran 1 laporan ini). Jarak BPBAPL dari kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor yaitu 132 km. Kegiatan Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan selama 30 hari dimulai dari tanggal 4 Juli 2011 sampai dengan 4 Agustus 2011. Dalam pelaksanaan PKL segala kebutuhan harus dipersiapkan baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani sehingga pelaksanaan PKL dapat berjalan dengan baik.

BAB II KEADAAN UMUM BPBAPL

2.1 Lokasi Lokasi BPBAPL merupakan tempat yang berada di sekitar laut yang berada di daerah Jawa Barat. Keadaan lokasi balai yaitu cukup jauh dari pemukiman warga sekitar sehingga kegiatan budidaya yang dilakukan balai tidak terganggu atau mengganggu masyarakat di sekitar balai. Wilayah Kabupaten Karawang termasuk desa Pusaka Jaya Utara sebagian besar dataran pantai yang luas, terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan endapan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahanbahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik, secara administrasi Kabupaten Karawang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut (Purbani 2003) : - Sebelah Utara - Sebelah Timur : Laut Jawa : Kabupaten/Dati II Subang

- Sebelah Tenggara : Kabupaten/Dati II Purwakarta - Sebelah Selatan - Sebelah Barat : Kabupaten Dati II Bogor dan Cianjur : Kabupaten/Dati II Bekasi

Jarak Desa Pusaka Jaya Utara sangat jauh dari pusat kota Karawang, dari terminal kota Karawang dapat menggunakan angkutan umum menuju kecamatan Cilebar, kemudian dari kecamatan tersebut dapat naik angkutan umum menuju desa Pusaka Jaya Utara. Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperatur udara rata-rata 270 0C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembaban nisbi 80 persen. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 3.200 mm/tahun. Kecepatan angin antara 30 35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5 7 jam. Catatan rata-rata curah hujan di desa Pusaka Jaya Utara selama tahun 2005 mencapai 2.534 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 127 mm, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2004 yang mencapai 1.677 mm dengan rata-rata curah hujan per bulannya mencapai 104 mm (Purbani 2003).

Di lokasi balai terdapat gedung kantor aula/serbaguna (Gambar 1), mess/penginapan, rumah dinas, laboratorium, hatchery dan gudang. Selain itu terdapat juga alat-alat dan perlengkapan lain seperti kendaraan untuk menunjang tugas dari balai tersebut (Lampiran 2).

Gambar 1. Gedung serbaguna BPBAPL

Lahan tambak di BPBAPL ini luasnya sekitar 28.8 ha, dan di tambak tersebut dibudidayakan ikan bandeng sekitar 6 ha, ikan nila sekitar 10 ha, udang sekitar 8 ha dan sisanya kepiting Soka dan rumpul laut serta ada juga tambak yang tidak dipakai atau kosong.

2.2 Keorganisasian Balai BPBAPL Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut (BPBAPL) di Karawang, merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di lingkungan Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. BPBAPL Karawang berdiri pada tahun 1975 dengan nama Unit Pembinaan Budidaya Air Payau (UPBAP), sebelum menjadi UPBAP Balai ini merupakan tambak Dinas Provinsi Jawa Barat yang dikelola oleh Dinas Perikanan Kabupaten Karawang. Pada masa kepemimpinan Ir. Miftah tahun 1975 sampai kepemimpinan Ir. Tien Hindasah tahun 1998, balai ini merupakan basis dari semua penyuluh di 5 Kabupaten seJawa Barat.

UPBAP di awal berdirinya sampai menjadi balai dipimpin oleh 5 kepala unit di antaranya : Ir. Miftah (1975-1980), Thayeb Mustafa (1980-1984), Ir. Hery Herawan (1984-1990) dan terakhir oleh Ir. Tien Hindasah (1990-1998). Selanjutnya pada tahun 1998 UPBAP berubah menjadi Balai Pengembangan Budidaya Air Payau (BPBAP) yang dijabat oleh Tata Tamami, A.Pi dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2002. Pada tahun 2002 BPBAP berubah menjadi BPBPLAPU sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 821.2/SK.860 G/Peg/2002 tanggal 2 Juli 2002 tentang alih tugas/alih jabatan di lingkungan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, maka BPBAP berubah menjadi Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut, Air Payau dan Udang (BPBPLAPU) dengan status Eselon III. Sebagai salah satu lembaga pengkajian, penerapan, dan pengembangan teknologi perikanan ikan laut dan air payau, maka BPBPLAPU Karawang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 45 tahun 2002 tentang tugas pokok, fungsi dan rincian tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. Balai ini semenjak berubah menjadi BPBPLAPU sampai sekarang telah tiga kali mengalami pergantian kepemimpinan yaitu Ir. Acmad Dermawan, BA dari tahun 2002 sampai tahun 2005, selanjutnya dipimpin kembali oleh Tata Tamami, A.Pi (2005-2007) dan Dede Sunendar, A.Pi (2007-sekarang). Pada awal tahun 2010 telah mengalami perubahan nomenclature yaitu dari BPBPLAPU menjadi menjadi BPBAPL ( Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut). Dibawah ini ialah struktur keorganisaian BPBAPL.

STRUKTUR ORGANISASI BPBAPL (Pergub no. 113/2009)

Gambar 2. Struktur Organisasi BPBAPL Tugas Pokok dan Fungsi BPBAPL (Pergub no 52 tahun 2010). Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang pengembangan budidaya air payau dan laut. Fungsi : Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pengembangan budidaya air payau dan laut; Penyelenggaraan pengembangan budidaya ikan air payau dan laut. Rincian Tugas BPBAPL : 1) Menyelenggarakan penyusunan program kerja Balai; 2) Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis pengembangan budidaya ikan air payau dan laut; 3) Menyelenggarakan pembinaan teknis pengembangan budidaya ikan air payau dan laut; 4) Menyelenggarakan pengujian dan pengembangan teknologi budidaya ikan air payau dan laut; 5) Menyelenggarakan desiminasi teknologi melalui pendidikan dan pelatihan serta publikasi teknis budidaya ikan air payau dan laut; 6) Menyelenggarakan pelayanan laboratorium kesehatan ikan air payau dan laut; 7) Menyelenggarakan supervisi, monitoring dan evaluasi penerapan teknologi budidaya ikan air payau dan laut;

8) Menyelenggarakan ketatausahaan balai; 9) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan; 10) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; 11) Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan; 12) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

2.3 Sarana dan Prasarana Sebuah Instansi/Perusahaan harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan atau pekerjaan di Instansi tersebut. BPBAPL juga memiliki sarana dan prasarana yang menunjang pekerjaanan kegiatan di balai tersebut, seperti yang ada pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Sarana dan Prasarana BPBAPL No 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenis Sarana dan Prasarana Tambak (3 lokasi) Kantor, Aula, Asrama, Mess Rumah Dinas Laboratorium Hatchery & Gudang Kendaraan Roda 4 (Mobil) Kendaraan Roda 3 Kendaraan Roda 2 (Sepeda Motor) 9 10 Backhoe/Exchavator Perahu motor tempel (1 GT) 1 Unit 1 Unit Jumlah 28,8 Ha 5 Unit 13 Unit 1 Unit 3 Unit 3 Unit 1 Unit 7 Unit

( Sumber : Panduan profil BPBAPL/ Lampiran 2)

Penggunaan sarana dan prasarana dilakukan oleh pihak Balai secara terkoordinir, sehingga alat-alat yang digunakan tidak cepat rusak dan bila ada alat yang rusak langsung diperbaikin dengan menggunakan anggaran yang sudah disediakan.

2.4 Bidang Usaha Di Balai BPBAPL Karawang ini merupakan Balai yang membudidayakan ikan seperti ikan Bandeng, Nila, Udang (windu dan Vaname), kepiting Soka, dan rumput laut. Balai ini selalu berusaha melayani masyarakat dengan cukup baik. Terbukti dari keseriusan dalam memberikan pengajaran dan sosialisai teknik budidaya yang benar kepada masyarakat pada tiap kabupaten yang dilaksanakan dalam satu kali dalam satu tahun. Balai ini banyak mendapatkan penghargaan dari pemerintah karena usahanya dalam mengabdi kepada masyarakat. Kegiatan pembudidayaan bandeng di BPBAPL mendapatkan bibit bandeng/Nener dengan membelinya di daerah yang melakukan pembibitan seperti daerah Surabaya dan Bali. Daerah ini merupakan penghasil bibit bandeng terbesar dan kualitasnya bagus. Pihak balai BPBAPL membeli bibit bandeng sebanyak 400.000 ekor bibit dengan dibagi 2 bagian tambak. Pengemasan yang dilakukan yaitu dikemas dengan menggunakan plastik yang telah berisi oksigen, kemudian dikirim menuju Karawang. Hasil budidaya ikan Bandeng akan dijual oleh balai BPBAPL kepada masyarakat sekitar dan luar kota yang membutuhkan. Ikan Bandeng yang dijual kepada masyarakat merupakan bandeng ukuran 2-3 cm untuk dibudidayakan kembali dan ukuran konsumsi yaitu > 20 cm, sehingga pemanenan dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat.

BAB III TEKNIK PENDEDERAN BANDENG (Chanos-chanos) DI BPBAPL

3.1 Ikan Bandeng (Chanos-chanos) Ikan bandeng merupakan ikan laut dengan daerah persebaran yang sangat luas yaitu dari pantai Afrika Timur sampai ke Kepulauan Tua mutu, sebelah timur Tahiti, dan dari Jepang Selatan sampai Australia Utara Ikan bandeng memiliki nama lain yaitu Milkfish. Ikan ini memiliki tubuh langsing dengan sirip ekornya bercabang sehingga mampu berenang dengan cepat. Warna tubuhnya putih keperak perakan (gambar 3). mulut tidak bergerigi sehingga menyukai makanan ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan.

Gambar 3. Ikan Bandeng

Klasifikasi ikan Bandeng (Saanin 1984) adalah sebagai berikut : Phylum Sub Phylum Classis Sub Classis Ordo Familia Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Pisces : Teleostei : Malacopterygii : Chanidae : Chanos : Chanos chanos

10

11

Bandeng termasuk golongan ikan herbivora, yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 - 6 bulan dengan pemeliharaan yang intensif. Dari aspek konsumsi bandeng adalah sumber protein yang sehat dan tidak mengandung kolesterol. Ikan bandeng memiliki komposisi gizi per 100 gram daging adalah energi 129 kkal, protein 20 g, lemak 4,8 g, kalsium 20 mg, fosfor 150 mg, besi 2 mg, vitamin A 150 SI, dan vitamin B1 0,05 mg. Bandeng presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk bandeng olahan yang dapat ditemukan dengan mudah di supermarket.

3.2 Penyebaran Ikan Bandeng Budidaya Ikan Bandeng di daerah pulau Jawa kebanyakan dilakukan pada daerah pantai atau dekat dengan laut, seperti di daerah Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Sukabumi. Bandeng merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang mempunyai nilai ekonomis dan permintaan pasar yang tinggi, baik untuk konsumsi maupun umpan hidup dalam penangkapan ikan tuna di laut. Indonesia mempunyai potensi

produksi bandeng yang cukup besar karena didukung oleh tersedianya benih bandeng (nener) dimana 1,5 milyar nener dihasilkan setiap tahun. Ikan ini biasanya terdapat di daerah Tropika dan Sub Tropika. Budidaya bandeng konsumsi sudah lama dilakukan oleh petambak di Indonesia, namun akhir-akhir ini banyak petambak yang memilih membudidayakan bandeng untuk tujuan umpan hidup dalam penangkapan ikan tuna, karena dianggap lebih

menguntungkan secara ekonomi dan masa tanamnya lebih pendek dibandingkan bandeng konsumsi, meskipun demikian budidaya bandeng konsumsi masih tetap dilakukan para petambak, karena budidaya bandeng umpan membutuhkan modal yang lebih besar dan pasarnya pun relatif terbatas. Budidaya ikan bandeng tidak hanya berkembang di air payau, namun saat ini juga berkembang di air tawar maupun laut dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA). Teknologi budidaya ikan bandeng telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, mulai dari pemeliharaan tradisional yang hanya mengandalkan pasok benih dari alam pada saat pasang sampai ke teknologi intensif yang membutuhkan penyediaan benih,

12

pengelolaan air, dan pakan secara terencana. Berdasarkan hasil penelitian, produksi bandeng dapat ditingkatkan lebih dari lima ratus persen bila teknik budidayanya diperbaiki dan dikembangkan secara intensif. Budidaya bandeng di Indonesia tidak dimanfaatkan secara maksimal, masih banyak lahan tambak yang hanya dibiarkan tanpa dimanfaatkan. Selain itu penyebaran benih ikan bandeng masih tidak merata di daerah yang membudidayakannya, karena jauhnya jarak membuat larva ikan bandeng saat ditebarkan ke dalam tambak tidak hidup seluruhnya. Kematian benih dikarenakan stres saat di perjalanan atau kondisi keadaan suhu serta lingkungan di karawang tidak sesuai dengan daerah asalnya. Balai-balai perikanan di Indonesai saat ini sudah menjual benih-benih yang dibudidayakan untuk dijual ke masyarakat yang membutuhkan, sehingga masyarakat mendapatkan benih ikan bandeng dengan mudah. Benih ikan bandeng saat ini sangat mudah untuk didapatkan, sehingga dengan sendirinya membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang ingin belajar budidaya. Pihak balai juga tidak jarang untuk mengadakan peyuluhan bagi mereka yang masih baru belajar. Penyuluhan yang dilakukan biasanya masalah teknis, seperti teknik dan konstruksi pembuatan tambak yang lebih efisien untuk ikan bandeng sendiri, selain itu juga maslaha hama dan penyakit ikan, dan ekonomi dalam usaha budidaya perikanan.

3.3 Kegiatan Pendederan Bandeng Kegiatan yang dilakukan selama berada di BPBAPL karawang yaitu membudidayakan ikan bandeng di tambak air payau. Dalam membudidayakan ikan bandeng ini sangat perlu memperhatikan langkah-langkah agar ikan bandeng dapat dipanen dengan bobot maksimal dengan waktu pemanenan yang tepat dan cepat. Tahap-tahap tersebut disajikan dengan singkat pada tabel 2 dan gambargambar penjelasannya dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

13

Tabel 2. Kegiatan Pendederan Bandeng No Jensi Kegiatan 1 Persiapan lahan b. c. Keterangan a. Perbaikan pematang tambak dan saluran tambak pengeringan 2- 4 minggu pemupukan organik 1 ton / ha dan anorganik (TSP) 100kg/ ha Tujuan a. Agar tambak dapat digunakan dengan optimal b. Merangsang tanah sehingga pakan alami (lumut) dapat tumbuh c. Mempercepat pertumbuhan lumut (pakan alami) 2 Pengisian air a. Diisi dengan ketinggian kurang lebih 40 cm b. didiamkan 3-4 hari a. Merupakan ketinggian air yang optimal untuk pendederan Bandeng b. Agar konsentrasi air dalam keadaan normal 3 Penebaran Benih a. pagi atau sore hari b. jumlah relatif sesuai kemampuan petani c. ukuran 3-5 gr d. 1 ha / 5000 ekor a. Sebab kondisi perairan tidak terlalu berubah pada pagi atau sore hari b. Sebab kemampuan ekonomi berbeda-beda c. Merupakan ukuran yang optimal untuk pendederan Bandeng d. Merupakan jumlah yang optimal sehingga pertumbuhan juga maksimal.

14

No Jenis Kegiatan 4 Masa Produksi

Keterangan a. pakan : pelet dan klekap b. kualitas air : salinitas = 15-39 ppt suhu = 29-30 0C ph = 7,5-8,5 kecerahan = 20-30cm Do > 3 ppm

Tujuan a. Untuk mempercepat pertumbuhan ikan b. Dengan menjaga kualitas air maka pertumbuhan Bandeng dapat dikontrol dengan baik.

Pemanenan

a. Umur : 4-6 bulan b. SR : 80 % 80 % x 5000 = 4000 ekor

a. Merupakan ukuran konsumsi yang optimal b. Hasil panen yang baik yaitu tidak kurang dari 80 % dari jumlah benih bandeng yang ditebar.

( Sumber : Pedoman pendederan Bandeng di BPBAPL )

3.3.1 Persiapan Lahan Dalam usaha budidaya kesiapan lahan sangatlah penting, bila persiapan lahan baik dan benar, maka dari pendederan hingga pembesaran akan optimal juga. Untuk kondisi tambak tersendiri didesain sedemikian rupa agar pertumbuhan ikan bandeng dapat maksimal karena ikan bandeng membutuhkan tambak yang luas, selain itu juga agar mudah dalam pemanenan ikan bandeng (Keadaan lahan tambak bandeng disajikan pada lampiran 3 laporan ini). Denah tambak ikan Bandeng di BPBAPL disajikan pada gambar 4. Kondisi tambak dan seluruh perlengkapan tambak sudah diatur tempatnya, sehingga tidak menyulitkan dari masa penebaran benih hingga pemanenan Bandeng.

15

Gambar 4. Denah tambak ikan bandeng BPBAPL.

Dapat dilihat pada gambar 4, bahwa tambak bandeng sendiri terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian saluran dinamakan lelenan (bahasa daerah Karawang) yang dalamnya mencapai 1 meter. Sedangkan bagian dalam yang luas dinamakan lalabak (bahasa daerah Karawang) yang dalam nya hanya 50 cm. Ini dimaksudkan agar saat ikan bandeng dengan umur 1-2 bulan berada di tengah tambak, karena terdapat pakan alami, setelah itu untuk bandeng dengan ukuran lebih besar berada di saluran yang lebih dalam. Untuk lahan yang baik perlu di persiapkan : - Obat untuk membunuh hama penyakit yang ada di lahan, yaitu seperti obat merek Bentan yang kemasannya dapat dilihat pada gambar 5. - Pupuk untuk menumbuhkan pakan alami (klekap).

16

Gambar 5. Obat pembasmi hama Untuk pemberian obat dilakukan saat lahan sudah kering dan retak-retak, tanah tambak retak-retak dimaksudkan agar sisa unsur hara dan hama keluar dari tanah yang nantinya digantikan oleh pakan alami (klekap) yang baik untuk pakan ikan bandeng. Kemudian ditebar dengan obat pembasmi hama, penggunaan obat pembasmi hama digunakan karena biasanya di tambak-tambak yang dekat dengan laut tersebar hama yang dapat merusak kulit ikan bandeng, hama tersebut seperti siput-siput kecil (Gambar 6). Jika siput ini tidak dibasmi sejak awal maka akan sangat susah untuk dihilangkan, karena jumlah siput tersebut akan bertambah jumlahnya dan pastinya akan merusak kulit ikan bandeng dan bisa membuat ikan bandeng tersebut terkena penyakit kulit hingga mati.

Gambar 6. Hama siput

17

Lahan bandeng di BPBAPL dengan ukuran 40m x 20m dan kedalaman 50 cm, obat yang dibutuhkan kira-kira 8 liter. Lahan yang sudah dikeringkan diberi obat anti hama, kemudian setelah lahan diberi obat, lahan harus dibiarkan selama 15 hari, dimaksudkan agar hama dan penyakit yang ada dilahan benar-benar mati. Setelah 15 hari, kemudian diberi pupuk di lahan tersebut, ini dilakukan selama 2 hari. Pemberian pupuk dimaksudkan untuk menumbuhkan tumbuhan sejenis ganggang atau lumut untuk pakan alami benih ikan bandeng. Teknik dalam pemberian pupuk dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa dengan menebarkan pupuk secara langsung atau mengumpulkannya pada satu tempat. Pupuk yang digunakan juga bisa pupuk buatan yang diolah dari serasah padi (gambar 7) dan ditambahkan zat penyubur atau dengan pupuk buatan seperti pupuk yang mengandung unsur N, P dan K.

Gambar 7. Lahan dengan serasah padi

3.3.2 Pengisian Air Lahan yang sudah disiapkan dengan dipupuk dan diberi obat anti hama didiamkan selama 2-4 minggu, kemudian lahan dapat diisi dengan air. Karena budidaya ikan bandeng di BPBAPL merupakan budidaya air payau, maka untuk tambak bandeng persediaan air laut harus cukup dan juga dengan air tawar harus ada. Pengisian air laut ke tambak sebelumya harus didiamkan terlebih dahulu di bak/tambak penampungan atau tandon penampungan (gambar 8), dimaksudkan agar air laut yang berasal dari laut langsung dapat diendapkan terlebih dahulu dari

18

kotoran-kotoran atau zat-zat yang berbahaya. Pengendapan ini dilakukan selama kurang lebih 1-2 hari. Di BPBAPL Karawang sendiri tambak penampungan air laut ukurannya 10 m x 5 m x 1 m. Air laut didiamkan selama 1-2 hari di tambak penampungan, kemudian air laut di masukan ke tambak ikan bandeng. Ketinggian maksimal ialah 50 cm, ini dimaksudkan agar tumbuhan ganggang atau pakan alami dapat tumbuh dengan cepat dan baik karena membutuhkan sinar matahari. Selain itu ikan bandeng juga membutuhkan sinar matahari untuk mempercepat pertumbuhannya. Untuk masa percobaan di BPBAPL perbandingan air laut dengan air tawar ialah 80 % : 20 %. Kemudian tambak dibiarkan selama 3-4 hari, setelah itu untuk mengetahui kecocokan tambak untuk ikan tambak dilakukan percobaan dengan memasukan ikan bandeng 3-5 ekor, bila selama 1-2 hari ikan tidak mati, maka tambak cocok dengan ikan bandeng. Untuk pakan alaminya sendiri akan tumbuh 1-2 minggu kemudian.

Gambar 8. Pipa penyedot air laut dan tambak penampungan air laut.

19

3.3.3 Penebaran Benih Bandeng Di balai BPBAPL Karawang ini tambak bandeng terdiri dari 2 blok, dengan diadakan 2 penelitian untuk ikan bandeng dimana benih ikan bandeng (nener) di datangkan dari 2 tempat, yaitu dari Bali dan Surabaya dengan umur bandeng pada tanggal ini yaitu satu bulan. Kepadatan penebaran harus diperhatikan, jangan sampai terlalu padat karena akan menyebabkan kematian dan juga jangan terlalu sedikit. Penebaran benih ke kolam pendederan harus memperhatikan kondisi air yang stabil dan baik, seperti yang terlihat pada gambar 9. Kondisi tambak harus dicoba dengan menebar 5-10 ekor benih ikan bandeng, untuk mengetes kondisi atau keadaan air, jika ikan tidak mati selama 1-2 hari maka air sudah cocok untuk benih bandeng. Penebaran benih Bandeng sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Ukuran benih ikan bandeng sendiri sebaiknya 3-5 gram dan disarankan bagi petani untuk menebar Bandeng dengan kepadatan 5000 ekor / ha.

Gambar 9. Penebaran benih ikan bandeng.

20

3.3.4

Masa Produksi Kegiatan produksi untuk budidaya Bandeng memperhatikan dua aspek

penting, yaitu tentang pakan ikan bandeng dan kualitas air. Pakan ikan Bandeng dan kualitas air dijelaskan dibawah ini. a. Pakan Bandeng Pakan Bandeng yang diberikan di BPBAPL terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu pakan alami yang merupakan bagian penting dan pakan tambahan yaitu pakan buatan. Pemanfaatan pakan alami diharapkan dapat mengurai biaya pakan yang cukup besar. Pemanfaatan lumut sebagai pakan tambahan untuk benih Bandeng sudah cukup lama dilakukan dan hasilnya memusakan. Pakan alami ini (gambar 10) bisa bertahan hingga ikan bandeng cukup umur hingga 3-4 bulan atau siap panen. Karena bila kondisi perairan nya baik makan pakan alami tersebut dapat tumbuh dengan baik.

Gambar 10. Lumut (bryophyta)

Pakan alami tersebut merupakan sejenis tumbuhan lumut atau ganggang. Jenis lumut ini sangat digemari ikan bandeng, apalagi bandeng umur 1-2 bulan sangat gemar dengan pakan ini. Pemberian pakan alami lumut (klekap) untuk ikan bandeng yang dalam tahap pendederan tidak diberi pakan buatan terlalu sering selama 2-3 bulan. Karena sifat alami ikan tersebut harus juga dijaga yaitu bersifat herbivor yaitu memakan tumbuhan dari alam. Untuk pakan buatan yang diberikan biasanya pakan sejenis pelet, dan ukuran pelet disesuaikan dengan umur ikan. Pemberian pakan buatan ini

21

dilakukan saat Bandeng sudah berumur lebih dari 1 (satu) bulan. Pemberian pakan buatan diberikan sebanyak 2 (dua) kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari. Selain pelet, obat sejenis vitamin untuk ikan juga diberikan, dan biasanya

dicampur secara bersamaan dengan pelet.

b. kualitas air Keadaan tambak haruslah selalu diamati untuk mengetahui kedaan ikan bandeng ataupun pertumbuhan ikan bandeng. Kondisi air baik itu suhu, kecerahan, Salinitas dan Ph harus selalu dikontrol. kecerahan air dan sebagainya sangat mempengaruhi perkembangan tubuh ikan bandeng. Kisaran dari kualitas air yang sangat mempengaruhi perkembangan ikan bandeng dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 3. Kualitas Air No Keterangan Kualitas Air 1 2 3 4 5 Suhu air DO (oksigen terlarut) Ph Salinitas Kecerahan Air 26,5 31 0 C 3,0 8,5 ppm 6,5 8,5 20 - 31 ppm 20 40 cm Kondisi pada Umumnya * Kondisi di BPBAPL 27,3 0 C 4 ppm 8,4 29 30 cm

(Sumber : Panduan pendederan dan pembesaran Bandeng BPBAPL )

Perbandingan dengan kualitas air yang baik bagi ikan bandeng dengan data sampel yang diambil di tambak bandeng BPBAPL terdapat perbedaan. Seperti oksigen terlarut, di sampel yang dari BPBAPL hasilnya sangat rendah dibandingkan dengan yang seharusnya. Ini dikarenakan sampel air diambil dipagi hari, sehingga oksigen terlarut masih sangat sedikit. Namun bila dilihat disiang hari oksigen terlarut di tambak bandeng BPBAPL yaitu 3,5-8,0 ppm dan itu baik buat pertumbuhan normal ikan bandeng.

22

Untuk kondisi air selain dari penjelasan tabel maka perkembangan pertumbuhan ikan bandeng dapat terganggu dan tidak tumbuh maksimal. Pengecekan kondisi air, terutama pengecekan salinitas dan suhu air (gambar 11) harus sering dilakukan, minimal satu kali dalam seminggu. Ini dilakukan untuk mencegah timbulnya hal yang tidak diinginkan, seperti keracunan air laut, hama dan penyakit serta menurunkan produksi pertumbuhan ikan bandeng bahkan terjadinya kematian massal ikan bandeng.

Gambar 11. Pengecekan salinitas pada air tambak Kegiatan pengukuran kualitas air payau di tambak ikan bandeng BPBAPL dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti Salinometer untuk mengukur salinitas air laut (gambar 12). Kegiatan ini minimal dilakukan satu kali dalam seminggu, ini dilakukan agar kualitas air untuk budidaya selalu dalam keadaan baik dan cocok untuk pendederan. Sehingga ikan bandeng jauh dari penyakit ataupun hal-hal lain yang dapat menyebabkan kematian ikan bandeng. Selain salinitas air, faktor-faktor alam yang mempengaruhi biota air juga diamati, seperti suhu, oksigen (Disolve Oxygen) dan zat-zat yang mungkin masuk ke perairan. Sehingga faktor-faktor tersebut tidak mengganggu pertumbuhan ikan Bandeng.

23

Gamba 12. Alat-alat pengujian kualitas air Pada kegiatan PKL yang dilakukan di BPBAPL terjadi kematian massal akibat dari kualitas buruk air laut yang digunakan. Hal ini termasuk racun bagi ikan bandeng. Bila salah dalam mengalirkan air laut ke dalam tambak, maka ikan bandeng akan merespon dengan mabuk, melayang-layang di permukaan hingga mati (gambar 13). Namun yang terjadi di balai, kematian ikan bandeng terjadi karena racun dan salinitas yang tinggi. Tidak kurang dari 120 ekor ikan bandeng dengan umur 2-3 bulan mati dalam 1 hari. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumya, namun karena kesalahan dalam mengontrol air laut, maka ikan bandeng pun banyak yang mati. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini benih ikan-ikan bandeng yang mati di BPBAPL.

Gambar 13. Benih-benih ikan bandeng yang mati

24

3.3.5 Pengendalian hama dan Penyakit. Hama dan penyakit ikan adalah masalah yang sering di hadapi oleh pembudidaya ikan. Bila hama dan penyakit ikan diwaspadai dengan baik maka pertumbuhan ikan dapat maksimal dan tepat waktu. Dalam kegiatan PKL selama di BPBAPL banyak pengaruh hama dan penyakit yang menyebabkan benih ikan bandeng yang berada di tambak pendederan mati. Selain kualitas air yang buruk hama dan penyakit juga berperan dalam kematian secara signifikan. Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah (Tarwiyah 2001) : 1. Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi. 2. Vibriosis, disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan. 3. Penyakit oleh Protozoa, gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir. 4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir. Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya, maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan ton dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada pakan buatan. NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organik, protein dan

25

lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi. Selain penyakit, hama juga dapat mengganggu pertumbuhan ikan bandeng, bahkan menyebabkan kematian. Seperti hama yang ada di sekitar tambak BPBAPL yaitu : a. Hama siput air : menyebabkan kerusakan pada kulit ikan bandeng, dan dapat merobek kulit. b. Hewan-hewan lain seperti ular air dan burung pemakan ikan. Hewan-hewan tersebut merupakan hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kematian ikan bandeng. Sehingga harus diperhatikan dengan baik agar hasil pertumbuhan ikan bandeng dapat maksimal.

3.3.6 Pemanenan Ikan Bandeng Di BPBAPL pemanenan ikan bandeng dilakukan sesuai kebutuhan, sebab balai ini termasuk balai yang membantu masyarakatnya untuk tumbuh sendiri dengan membudidayakan ikan bandeng. Sehingga bandeng dapat dipanen dengan ukuran yang bervarisai. Ukuran yang dijual biasanya sekitar 3-5 cm atau umur 2 bulan seperti yang terlihat pada gambar 14, ukuran ini biasanya disebut dengan Ramon (bahasa daerah Karawang) di daerah tersebut. Ukuran ini merupakan ukuran yang dicari masyarakat yang nantinya akan dibudidayakan kembali.

Gambar 14. Benih bandeng ukuran 2-5 cm

26

Pemanenan di balai BPBAPL juga ada ukuran konsumsi atau umur 7-8 bulan dengan ukuran 20-30 cm atau 8-10 ekor untuk 1 kg ikan bandeng. Langkahlangkah dalam memanen ikan bandeng yang berada di kolam pendederan (2-5 cm) yang dilakukan di BPBAPL Karawang ialah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan peralatan untuk memanen benih ikan bandeng (gambar dapat dilihat pada Lampiran laporan) 2. Menyedot air keluar dari tambak dengan menggunakan mesin atau genset (gambar 15), namun air yang dikeluarkan tidaklah seluruhnya, namun hanya sedikit dan hanya agar ikan bandeng mudah untuk digiring dan dikumpulkan.

Gambar 15. Pengurasan air payau

3. Mempersiapkan jaring-jaring di sudut tempat keluarnya air yang disedot (gambar 16). Ini dilakukan untuk menahan dan mengumpulkan ikan-ikan bandeng agar mudah ditangkap dan dikemas.

Gambar 16. Mempersiapkan jaring

27

4. Pengumpulan dan penyeleksian ikan bandeng (gambar 17), pada langkah ini benih-benih ikan bandeng harus diseleksi dengan benar dengan ukuran yang sudah ditentukan.

Gambar 17. Pengumpulan dan seleksi ikan bandeng

5. Pengemasan benih ikan ke dalam kantong-kantong plastik (gambar18). Harus dilakukan dengan benar, jangan sampai jumlah benih yang akan dikemas terlalu padat dan oksigen juga harus diberikan.

Gambar 18. Pengemasan benih ikan bandeng

28

3.4 Sosialisasi Penyuluhan kepada Masyarakat Kegiatan lainnya yang dilakukan di BPBAPL karawang yaitu mengikuti penyuluhan sosialisai budidaya yang diadakan oleh balai (gambar 19). Penyuluhan tersebut meliputi budidaya yang baik dan yang benar untuk komoditas ikan Bandeng, Udang (windu, vaname, galah), ikan Nila (nila salin, nila merah dll), rumput laut, kepiting soka, dan tentang hama penyakit ikan. Dengan pengajaran ini yang diberikan oleh pihak balai ke pada masyarakat dapat menambah wawasan dan tukar pendapat serta teknologi bagi peserta seluruhnya.

Gambar 19. Penyuluhan kepada masyarakat

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan Biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan yaitu biaya untuk membeli pakan yang akan diberikan. Biaya tersebut dapat lebih dari setengah dari total keseluruhan biaya yang akan digunakan dalam budidaya. Penggunaan pakan alami lumut (bryophyta) untuk pendederan ikan bandeng di BPBAPL sangat positif dan juga dapat megurangi biaya operasional pakan yang cukup besar. Dilihat dari hasilnya, jumlah benih ikan bandeng yang dipanen cukup banyak dan ukurannya maksimal untuk ukuran benih. Pemberian pakan secara alami lebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan buatan, karena pakan alami kandungan nutrisinya lebih lengkap dibandingkan dengan pakan buatan dan juga terjamin keamanannya dari tambahan bahan kimia seperti yang ada pada pakan buatan. Dari hasil Praktik Kerja Lapang yang dilaksanakan didapatkan bahwa, pendederan yang baik dengan menggunakan pakan alami lumut harus mempersiapan lahan tambak dengan maksimal, baik itu untuk menumbuhkan pakan alami hingga merawat kondisi air hingga pakan alami tumbuh dengan baik. Menjauhkan ikan bandeng dari hama yang dapat mengancam pertumbuhan ikan bandeng harus dilakukan dengan baik, kemudian penebaran benih ikan bandeng (nener) dilakukan dengan hati-hati dan terlebih dahulu menyesuaikan dengan keadaan tambak. Pengecekan kualitas air dan pengontrolan air laut yang akan dimasukan harus selalu diperhatikan dengan baik. Setelah ikan bandeng cukup umur dan bobot yang optimal, maka pemanenan dapat dilakukan. Dengan perlakuan yang baik, maka hasil yang didapatkan juga baik dan maksimal.

29

30

4.2 Saran Pemanfaatan lumut sebagai pakan alami untuk benih ikan bandeng, harus memperhatikan aspek-aspek awal dalam mempersiapkan lahan tambak. Penggunaan pupuk alami (seperti dari serasah padi) dan pupuk buatan yang mengandung unsur N,P, dan K untuk menumbuhkan lumut harus sesuai dengan luas tambak dan jumlah benih bandeng yang akan ditebar. Selain itu faktor-faktor Fisika, Kimia dan Biologi harus diperhatikan dalam pendederan ikan Bandeng, sehingga hasil yang didapatkan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Budidaya Air Payau, Jepara. 1984. Pedoman Budidaya Tambak. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Jepara. Effendie ichsan.1997. biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Bogor. Agustiyani, D. 2004. Proses Terjadinya Penyuburan (Eutrofikasi) dan Dampaknyadi Perairan. Di dalam Maryanto, I., dan R. Ubaidilah, [Editors].Manajemen Bioregional Jabodetabek Profil & Strategi Pengelolaan Sungai & Aliran Air. LIPI. Cibinong Bogor. pp. 97107. Purbani, Dini. 2003. Perubahan Penggunaan Lahan Persawahan Menjadi Lahan Terbangun di Kabupaten Karawang. Fakultas Geografi UGM, Jogjakarta. Rustamaji, 2009. Aktivitas Enzim Katepsin dan Kolagenase dari Daging Ikan Bandeng (Chanos-chanos) Selama Periode Kemunduran Mutu Ikan. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jilid I-II. Edisi II. Bina Cipta. Bogor. Soeseno,S. 1987. Budidaya ikan dan udang dalam tambak. PT Gramedia. Jakarta Tarwiyah. 2001. Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Ikan. Jakarta. Taufik Ahmad, Erna Ratnawati, dan M. Jamil R. Yakob. 2002, Budi Daya Bandeng Secara Intensif. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

31

You might also like