You are on page 1of 20

LAMPIRAN A MODUL PLANT BEL KUIS ASISTEN

PERCOBAAN PLC : PLANT BEL KUIS

A. Tujuan 1. Memanfaatkan serta memahami karakteristik PLC Omron seri CPM1A40CDT pada modul sistem traffic light. 2. Memahami cara kerja sistem bel kuis melalui modul sistem Bel kuis. 3. Mempelajari penggunaan software CX Programmer dalam pembuatan Ladder Diagram. 4. Melatih daya analisis dan kepekaan mahasiswa untuk mendapatkan solusi dari suatu masalah yang dihadapi.

B. Dasar Teori Berdasarkan standar National Electrical Manufacture Association (NEMA) ICS3-1978 Part ICS3-304, PLC adalah suatu peralatan elektronik yang bekerja secara digital, memiliki memori yang dapat diprogram menyimpan perintah-perintah untuk melakukan fungsi-fungsi khusus seperti logic, sequening, timing, counting, dan aritmatika untuk mengontrol berbagai jenis mesin atau proses melalui analog atau digital input/output modules. Timing Counting ng Sequencing

Logic

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL

Data Handlin

Control

Gambar 1 Fungsi PLC

Prinsip Dasar PLC : Perbandingan cara kerja PLC dengan sistem kontrol konvensional dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 switch S1 dan S2 adalah push-button normally open (NO), S1 akan mengalirkan arus ke L1 sedangkan S2 akan mengalirkan arus ke

L2 pada saat kedua switch tersebut ditekan, gambar 3. Pada gambar 3 komponen yang sama disambungkan ke PLC. Dari gambar 3 tersebut terlihat beberapa perbedaan yaitu switch tidak disambungkan secara langsung ke lampu tetapi melalui modul input PLC, sedangkan lampu disambungkan ke modul output PLC. Input tidak berhubungan dengan output secara langsung tetapi keduanya dihubungkan oleh prosesor berdasarkan program logic yang dimasukkan.

Gambar 2 Hardwired Sistem

Gambar 3 Sistem PLC

Prosesor pada gambar 3 diprogram untuk menghubungkan S1 dengan L1 dan S2 dengan L2. Hal ini terlaksana dengan memasukkan program atau diagram ke dalam prosesor melalui keyboard atau alat pemrograman lainnya.

Dari segi operasional, switch dan lampu yang disambungkan langsung dengan sistem PLC adalah identik, perbedaannya terletak pada cara arus listrik mengalir. Pada hardwired sistem arus listrik mengalir berasal dari suatu sumber tegangan melalui switch menuju lampu yang bersangkutan, arus listrik mengalir melalui kawat penghantar ke lampu, pada saat switch terbuka arus terputus dan lampu akan padam. Pada sistem PLC arus yang berasal dari sumber tegangan mengalir melalui S1 dan S2 menuju input module. Input module akan mengirim sinyal ke prosesor, tegangan dari switch terisolir dengan sinyal tegangan yang masuk ke prosesor, pengisolasian ini mutlak diperlukan karena prosesor bekerja dengan tegangan dan arus rendah. Prosesor menerima sinyal dari input module pada saat switch tertutup, dan akan mengirimkan sinyal yang sama ke output module atas pengarahan dari program. Program berfungsi untuk mengarahkan sinyal dari input module yang tersambung dengan S1. Semua kejadian ini berlangsung dalam orde milidetik. Pada saat S2 tertutup, kejadian yang sama berlangsung akan tetapi kali ini sinyal output prosesor dikirimkan ke output module yang tersambung dengan L2[4].

Prinsip Kerja PLC : Pada prinsipnya sebuah PLC melalui modul input bekerja menerima data-data berupa sinyal dari peralatan input luar (external input device) dari sistem yang dikontrol seperti yang diperlihatkan pada gambar 4 Peralatan input luar tersebut antara lain berupa sakelar, tombol, sensor. Data-data masukan yang masih berupa sinyal analog akan diubah oleh modul input A/D (analog to digital input module) menjadi sinyal digital. Selanjutnya oleh prosesor sentral (CPU) yang ada di dalam PLC sinyal digital itu diolah sesuai dengan program yang telah dibuat dan disimpan di dalam ingatan (memory). Seterusnya CPU akan mengambil keputusan dan memberikan perintah melalui modul output dalam bentuk sinyal digital. Kemudian oleh modul output D/A (digital to analog module) dari sistem yang dikontrol seperti antara lain berupa kontaktor, relay, solenoid, heater, alarm dimana nantinya dapat untuk mengoperasikan secara otomatis sistem proses kerja yang dikontrol tersebut.

Programmer

Power supply Peralatan Input luar

CPU

Memori

Modul I/O

Peralatan Output

Gambar 4 Bagian-bagian PLC [1] [5]

Operasional PLC Omron CPM1A : Unit PLC CPM1A dapat bekerja dalam tiga mode. Ketiga mode tersebut di antaranya adalah sebagai berikut. [9]

1. Mode Program Program atau diagram tangga tidak dapat bekerja dalam mode program ini. Mode ini digunakan untuk melakukan beberapa operasi dalam persiapan eksekusi program: a. Mengubah nilai-nilai inisial/operasi sebagaimana terdapat di dalam setup PC. b. Menulis, menyalin atau memeriksa program. c. Memeriksa pengkabelan dengan cara memaksa bit-bit I/O ke kondisi set atau reset.

2. Mode Monitor Program atau diagram tangga berjalan dalam mode monitor ini dan beberapa operasi dapat dilakukan melalui sebuah piranti pemrograman. Secara umum, mode monitor digunakan untuk melakukan lacak kesalahan (debug atau troubleshoting), operasi pengujian dan melakukan penyesuaian (adjustment): a. Pengendalian online (langsung). b. Mengawasi memori I/O selama PLC beroperasi.

c. Memaksa set atau reset bit-bit I/O, mengubah nilai-nilai dan mengubah nilai saat ini selama PLC beroperasi.

3. Mode RUN. Program atau diagram tangga dijalankan dengan kecepatan normal pada mode run ini. Operasi-operasi seperti pengeditan online, memaksa set atau reset bit-bit I/O dan mengubah nilai-nilai tidak dapat dilakukan dalam mode ini, tetapi status dari bit I/O dapat diawasi.

Implementasi Ladder PLC dengan Persamaan Transisi State : Pada dasarnya, diagram keadaan juga dapat ditransformasikan ke dalam program ladder PLC dengan menggunakan Persamaan Boolean yang

menggambarkan relasi logika diagram keadaan tersebut. Transformasi dengan menggunakan teknik ini akan menghasilkan program ladder yang relatif kecil dan kompak. Tampak pada gambar bahwa sistem akan menuju State A jika terjadi tiga hal berikut: (1) terjadi transisi inisial awal:FS, (2) terjadi transisi pada dirinya sendiri (State A-nya sendiri) dan (3) terjadi transisi dari State B karena dipicu oleh masukan B. Sementara itu, sistem akan meninggalkan State A jika (4) terjadi transisi menuju state lain (dalam hal ini State B) karena terjadi masukan A. Secara formal, hal ini dapat dituliskan dalam logika Boolean: (1) (2) (3) (4) (1)

StateA = (FS + StateA + StateB.B).StateA.A

Penjelasan yang sama berlaku untuk State B. Sistem akan menuju State B jika terjadi (1) transisi pada dirinya sendiri dan (2) terjadi transisi dari State A karena dipicu masukan A, sedangkan sistem akan meninggalkan State B jika (3) pada sistem terjadi masukan B, atau secara formal ditulis:

(1)

(2)

(3) (2)

StateB = (StateB+ StateA.A).StateB.B

Gambar 5 Detail diagram keadaan Pada metode ini, setiap transisi state ditulis Persamaan Booleannya terlebih dahulu, setelah itu baru dituliskan persamaan-persamaan state-nya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kasus yang sama seperti pada kasus perancangan sebelumnya. Namun dalam hal ini, dideklarasikan variabel (relai internal) untuk setiap transisi yang terjadi pada setiap state seperti terlihat pada Gambar 17 di bawah ini:

Gambar 6 Diagram state yang sama dengan Gambar 9

Berdasarkan Gambar 17 di atas, dituliskan persamaan-persamaan transisinya terlebih dahulu: T1 =FS T2 = S IB.B T3 = STA.A T4 = STC.C.B T5 = STA.(C+B) (1) (2) (3) (4) (5)

sedangkan persamaan-persamaan state-nya adalah: STA = (STA + T1 + T2 + T4).T3.T5 STB = (STB + T3).T2 STC = (STC + T5).T4 Sekarang, perhatikan secara seksama Gambar 17. Jika suatu saat sistem berada pada posisi State STA, lalu pada saat yang bersamaan terjadi transisi T3 dan T5 secara serempak, ke mana sistem tersebut harus beralih, ke State STB ataukah STC? Jika prioritas yang diberikan pada T3 lebih tinggi dibandingkan dengan T5 maka persamaan STC di atas harus dimodifikasi seperti di bawah ini: STC = (STC + T5.T3).T4 dan berdasarkan tabel, persamaan output-nya adalah: P = STA +STC Q = STB+ STC (9) (10) (8) (6) (7)

Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut maka diagram ladder-nya terlihat seperti Gambar 18 berikut:

Gambar 7 Diagram ladder PLC berdasarkan solusi persamaan transisi state

C. Tujuan percobaan : 1. Memahami cara kerja plant bel kuis menggunakan PLC 2. Memahami cara merancang diagram ladder bel kuis menggunakan CXProgrammer

D. Alat dan Bahan : 1. PLC Omron Sysmac CPM1A 2. PC + Software CX-Programmer 3. Modul I/O PLC 4. Modul Bel kuis 5. Kabel downloader RS232 6. Power Supply

E. PetunjukPelaksanaan : 1. Plant bel kuis Berikut tampilan hardware plant bel kuis :

Gambar 8 Hardware Plant Bel Kuis

Gambar 8 merupakan hardware dari plant bel kuis, dimana menggunakan input P1, P2, P3 dan RESET dari modul I/O dan lampu indikator L1 , L2, L3, dan BUZZER dari plant bel kuis.

Diagram Blok Rangkaian Input/Output PLC Masing-masing bagian dalam sistem bel kuis terhubung dengan terminal inpuoutput pada PLC guna pengontrolan sistem. Untuk masukan P1, P2, P3 dan RESET menggunakan modul I/O, sedangkan output yang digunakan adalah

lampu 1 sampai dengan lampu 3 dan juga buzzer.

Gambar 9 Diagram Blok Rangkaian Input Output PLC

Berikut penjelasan tiap blok berdasarkan gambar 9 : P1 P1 berfungsi sebagai tombol push button pemain 1.

P2 P2 berfungsi sebagai tombol push button pemain 2. P3 P3 berfungsi sebagai tombol push button pemain 3. RESET Reset berfungsi untuk mengembalikan sistem kepada kondisi awal. BUZZER Buzzer berfungsi sebagai indikator suara saat salah satu dari pemain telah menekan push button. Lampu 3 Lampu 3 berfungsi sebagai lampu indikator pemain 3 saat menekan tombol push button, dengan warna lampu indikator hijau pada plant. Lampu 2 Lampu 2 berfungsi sebagai lampu indikator pemain 2 saat menekan tombol push button, dengan warna lampu indikator merah pada plant Lampu 1 Lampu 1 berfungsi sebagai lampu indikator pemain 1 saat menekan tombol push button, dengan warna lampu indikator biru pada plant 2. Plant terhubung ke plant input-output secara serial. Sedangkan PLC CPM1A terkoneksi dengan plant input-output, PC, dan power supply. Seperti pada gambar berikut. Modul bel kuis Modul input output Ke PLC

Gambar 10 Basic interkoneksi modul bel kuis

3. Kemudian catu daya pada power supply di On kan 4. Membuat ladder diagram dengan metode FSM dan trial error

Untuk
State S0 S1 S2 S3 L3 0 1 0 0

membuat ladder diagram maka terlebih dahulu kita harus


L2 0 0 1 0 L1 0 0 0 1 Buzzer 0 1 1 1

mendefinisikan

input/output

yang

akan digunakan seperti pada gambar 9. Kemudian membuat kemungkinan kondisi berikut. (state) yang ada seperti

Tabel 1 Kemungkinan State

Dengan logika peralihan state sebagai berikut.

Gambar 11 State Diagram

Saat pertama kali dihidupkan maka sistem akan langsung menuju State S0, yang merepresentasikan kondisi awal ketika sistem mati atau saat hidup pertama kali atau bisa dikatakan sebagai home position , dari posisi

inilah sistem akan ditentukan akan berpindah menuju state mana S1 , S2, atau S3 sesuai dengan inputannya. Dari state S0 akan berpindah ke state S1 apabila mendapat inputan P3 yaitu ketika pemain 3 menekan push button. State S1 merupakan kondisi dimana L3 dan buzzer akan ON. State 1 akan berpindah ke state S0 kembali apabila mendapat inputan RESET . Dari state S0 juga bisa berpindah menuju ke state S2 apabila mendapat inputan P2 yaitu ketika pemain 2 menekan push button. State S2 merupakan kondisi dimana L2 dan buzzer akan ON. State 2 akan berpindah ke state S0 kembali apabila mendapat inputan RESET . Dari state S0 juga bisa berpindah menuju ke state S3 apabila mendapat inputan P1 yaitu ketika pemain 1 menekan push button. State S3 merupakan kondisi dimana L1 dan buzzer akan ON. State 3 akan berpindah ke state S0 kembali apabila mendapat inputan RESET .

Dari tabel dan state diagram diatas kemudian kita dapat membuat persamaan transisi dan persamaan state nya : T0 = FS T1 = S0. P3 T2 = T4 = T6 = (S3+S2+S1).RESET T3 = S0.P2 T5 = S0.P1 (2) (3) (4) (5) (6) (1)

Sedangkan persamaan-persamaan state-nya adalah: S0 = (S0 +T2 +T4 +T6 +FS) . . S1 = (S1 + T1). S2 = (S2 + T3). S3 = (S3 + T5). (7) (8) (9) (10)

Persamaan output-nya adalah: L3 = S1 . . L2 = S2 . . L1 = S3 . . BUZZER = S1 +S2 +S3 (11) (12) (13) (14)

Berdasarkan uraian algoritma sistem bel kuis yang telah dijelaskan sebelumnya, kita dapat membuat tabel alokasi alamat masukan dan keluaran pada ladder diagram yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Alamat masukan dan keluaran sistem bel kuis

Masukan P1 P2 P3 RESET Keluaran BUZZER L3 L2 L1 Internal relay T1 T2 T3 T4 T5 T6 S0 S1 S2

Alamat 00.00 00.01 00.02 00.03 Alamat 10.00 10.01 10.02 10.03 Alamat 200.00 200.01 200.02 200.03 200.04 200.05 200.06 200.07 200.08

S3 T0

200.09 200.10

Selanjutnya kita dapat membuat ladder diagram sistem bel kuis menggunakan software CX PROGRAMMER dengan metode state diagram dari input, output, persamaan state dan transisi nya:

Gambar 12 Ladder Diagram Aplikasi Bel kuis secara keseluruhan

Apabila menggunakan metode konvensional secara trial error didapat ladder diagram bel kuis sebagai berikut: Dengan alamat masukan dan keluaran pada ladder diagram yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 Alamat masukan dan keluaran sistem bel kuis metode trial error

Masukan P1 P2 P3 RESET Keluaran BUZZER L3 L2 L1 Internal relay STATUS STATUS_RESET

Alamat 00.00 00.01 00.02 00.03 Alamat 10.00 10.01 10.02 10.03 Alamat 200.00 200.01

Ladder diagram sistem bel kuis metode trial error :

Gambar 13 Ladder Diagram Aplikasi Bel kuis secara keseluruhan metode trial error

5. Sambungkan kabel RS232 ke PLC dan pastikan driver nya sudah terinstal , sehingga pada device manager terlihat tampilan seperti berikut :

6.

Download ladder diagram ke PLC dengan langkah sebagai berikut a. Pastikan PLC yang digunakan harus sesuai dengan konfigurasinya PLC yang digunakan pada modul ini adalah CPM1A-40CDR. Berikut tampilan untuk melakukan perubahan konfigurasi, melalui menu

PLC CHANGE MODEL .

Gambar 13 konfigurasi PLC

b. Pilih menu PLC WORK ONLINE c. Pilih menu PLC TRANSFER TO PLC

7. Amati perubahan Input / Output pada setiap perubahan state


Tabel 4 Kondisi input output pada state 0

Input P1 Kondisi 0 P2 0 Output L1 Kondisi 0 L2 0 Input P1 Kondisi 0 P2 0 Output L1 Kondisi 0 L2 0 Input P1 Kondisi 0 P2 1 P3 0 Reset 0 L3 1 Buzzer 0 P3 1 Reset 0 L3 1 Buzzer 0 P3 1 Reset X

Tabel 5 Kondisi input output pada state 1

Tabel 6 Kondisi input output pada state 2

Output L1 Kondisi 0 L2 1 Input P1 Kondisi 1 P2 0 Output L1 Kondisi 1 L2 0 L3 0 Buzzer 0 P3 0 Reset 0 L3 0 Buzzer 0

Tabel 7 Kondisi input output pada state 3

You might also like