You are on page 1of 11

GEOLOGI TEKNIK

KARAKTERISTIK GEOLOGI DAN GEOLOGI TEKNIK DAERAH JAKARTA

Di Susun Oleh : Algi Fajar Ghaniansah 270110110001 Geologi A

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam kesempatan kali ini akan di jelasn karakteristik geologi teknik dan keadaan geologi kota Jakarta. Pertama tama apa sih yang di maksud dengan geologi teknik itu? Menurut (American Geological Institute dalam Attewell & Farmer, 1976 Geologi Teknik adalah aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang menjamin pengaruh faktor-faktor geologi terhadap lokasi, desain, konstruksi, pelaksanaan pembangunan (operation) dan pemeliharaan hasil kerja keteknikan atau engineering works. Dilihat dari pengertian geologi teknik tersebut bahwa faktor penting dari geologi teknik adalah keadaan dari aspek geologi dari suatu daerah. Maka dari itu dalam kesempatan kali ini akan membahas beberapa peranan dan sebaran kegeologian dan geoteknik yang berada di kota Jakarta karena merupakan ibukota kita tercinta. Pertama kedudukan Jakarta berdasarkan letak geografisnya berada pada posisi 60 12 Lintang Selatan dan 1060 48 Bujur Timur. Diaman Jakarta ini merupakan daratan dari endapan alluvium. Dengan mengetahui komposisi dasar dari tanah yang ada di Jakarta maka kita dapat mengetahui bencana apa saja yang dapat melanda kota Jakarta hal ini di liahat dari aspek geologi dan dari aspek lainnya. Pembuatan makalah ini bertujuan memenuhi tugas mata kuliah geologi teknik, dan berbagi pengetahuan mengenai ibu kota Negara kita tentang keadaan geologi dan geologi tekniknya.

BAB II ISI
Jakarta merupakan Ibu kota Negara republic Indonesia dimana jakata menjadi sentral bagi pusat pemerintahan yang akan di sorot oleh seluruh du nia. Wilayah yang dikaji pada pekerjaan Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta meliputi 5 (lima) wilayah Administrasi, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Sedangkan Kabupaten Administrasi Pulau Seribu tidak termasuk dalam kajian ini. Tiap wilayah administrasi terdiri atas Kecamatan dan Kelurahan. Tiap kelurahan terdiri dari para Rukun Warga dan Rukun Tetangga (RW/RT). Saat Ini Provinsi DKI Jakarta terdapat 44 Kecamatan dan 267 Kelurahan.

A. Keadaan geografi
Secara geografis Jakarta termasuk kedalam dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 60 12 Lintang Selatan dan 1060 48 Bujur Timur. Luas wilayah Propinsi DKI Jakarta terdiri dari daratan seluas 662,33 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2. Selain itu terdapat + 110 pulau seluas 869,61 Ha yang tersebar di Kepulauan Seribu dan 29 buah sungai/saluran/kanal yang sebagian digunakan sebagai sumber air minum dan usaha perikanan. Di sebelah Utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang + 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 19 buah sungai/kali menurut sumber BPLHD Prov. DKI Jakarta yaitu Ciliwung, Krukut, Mookervart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Sungai Grogol, Kali Cideng, Kalibaru Timur, Cipinang, Sunter, Cakung, Buaran, Kalibaru Barat, Cengkareng Drain, Jati Kramat, Cakung Drain, Ancol, Banjir Kanal Barat, Banjir Kanal Timur. Sementara di sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat (Kapubaten Bekasi dan Depok) sebelah Barat dengan Provinsi Banten (Kabupaten Tangerang), dan di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa. Di sebelah Selatan dan Timur Jakarta terdapat rawa/situ dengan total luas mencapai 96,5 ha. Kedua wilayah ini cocok digunakan sebagai daerah resapan air, dengan iklimnya yang lebih sejuk sehingga ideal dikembangkan sebagai wilayah penduduk. Kegiatan industri lebih banyak terdapat di Jakarta Utara dan Jakarta Timur sedangkan untuk kegiatan usaha dan perkantoran banyak terdapat di Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

B. keadaan fisiologi dan geomorfologi Jakarta


Daerah Lembar Jakarta dapat dibagi menjadi 4 satuan morfologi antara lain dataran pantai, yang dicirikan oleh permukaannya yang nisbi datar dengan ketinggian antara 0-15 m di atas permukaan laut; lebarnya antara 7-40 km, meliputi tanggul pematang pantai, daerah rawa dan dataran delta. Dataran ini dikenal sebagai Dataran Rendah Jakarta (Bemmelen, 1949). Provinsi DKI Jakarta yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata berkisar 8 m d.p.l., bahkan lebih kurang 40% dari wilayah Provinsi DKI Jakarta memiliki ketinggian dibawah permukaan laut. Hal ini ditambah dengan 13 sungai yang mengaliri Jakarta menyebabkan

kecenderungan untuk semakin rentannya wilayah Jakarta untuk tergenang air dan banjir pada musim hujan.Pada Gambar 1. terlihat bahwa kemiringan lereng wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah sekitar 0-3% sehingga wilayah ini memiliki kecenderungan datar, sementara daerah hulu dimana sungai-sungai yang bermuara di Provinsi DKI Jakarta memiliki ketinggian yang cukup tinggi yaitu sekitar 8-15% di wilayah Bogor dan Cibinong dan untuk daerah ciawi-puncak lebih dari 15%. Dengan tingkat perkembangan wilayah tersebut yang relatif berkembang, maka semakin rendah resapan air kedalam tanah dan menyebabkan run off semakin tinggi. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan tejadinya banjir dan tanah longsor.

Gambar 1. Peta Kemiringan Lereng Daerah JABOTABEK C. Keadan Geologi dan Geologi Teknik Jakarta
Keadaan geologi DKI Jakarta berdasarkan fisiologi van bemelen (1949) merupakan daerah ini disusun oleh endapan sungai, hasil erupsi gunungapi muda, endapan banjir, dan pantai. Secara regional, struktur geologi yang berkembang memperlihatkan adanya 3 arah dominan yaitu arah barat laut Tenggara timur laut barat daya, dan barat - timur. Dan periode tektonik yang tejadi yaitu periode tektonik miosen sampe pliosen. Secara umum, seperti dapat dilihat pada Gambar 2 karakteristik keteknikan tanah dan batuan daerah Provinsi DKI Jakarta menunjukan bahwa terdapat 4 karakteristik utama, yaitu a. Pasir lempungan dan lempung pasiran merupakan endapan aluvial sungai dan pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lanau lempungan, lanau pasiran dan lempung pasiran, semakin kearah utara mendekatai panti di permukaan beruapa lanau pasiran dengan sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang, tebal endapat antara perselang-seling lapisannya bekisar antara 3-12 m,namun ketebalan secara keseluruhan endapan ini diperkirankan mencapai 300 m. Lanau lempungan tersebar secara dominan di permukaan, abu-

abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, setempat mengandung material organik, lunakteguh, plastisitas sedang-tinggi

Gambar 2. Peta Geologi Teknik Kawasan JABOTABEK b. Satuan Pasir Lempungan merupakan endapan pematang pantai berangsur-angsur dari atas kebawah terdiri dari perselang-selangan lanau pasiran dan pasri lempungan. Tebal endadapan antara 4,5 13 m. Di permukaan didominasi oleh pasir lempungan, dengan warna coklat muda dan mudah terurai. c. Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan yang merupakan endapan limpah banjir sungai. Satuan ini tersusun beselang-selang antara lempung pasrian dan pasir lempungan. Lempung pasrian umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, coklat, dnegna plasitisitas sedang, konsistensi lunak-teguh. Pasir lempung berwarna abu-abu, angka lepas, berukuran pasir halus-kasar, merupakan endapan alus sungai dengan keteblan 1,5- 17m d. Lempung Lanauan dan Lanau Pasiran merupakan endapan kipas aluvial vulkanik (tanah tufa dan konglomerat), berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran dengan tebal palisan antara 3 13,5 m. Lempung lanauan tersebar secara cominan di permukaan, coklat kemerahan hingga coklat kehitaman, lunak-teguh, plasitisitas tinggi. Lanau pasiran, merah-kecoklatan, teguh, plasitisitas sedang-tinggi. Di beberapa tempat nilai

penetrometer saku untuk lempung antara 0,8 2,85 kg/cm2 dan lanau lempungan antara 2,3 3,15 kg/cm2, tebal lapisan (data sondir dan bor tangan) lempung antara 1,5 -6 m dan lanau lempungan antara 1,5 7,5 m. Kisaran nilai tekanan konus lempung antara 2 50 kg/m2 dan lanau lempungan antara 18 75 kg/m2. Tufa dan konglomerat melapuk menengah tinggi, putih kecoklatan, berbutir pasri halus-kasar, agak padu dan rapuh.

Gambar 3. Penampang Melintang dari Selatan ke Utara

Dari potongan melintang selatan-utara Jakarta (Gambar 3) terlihat bahwa Provinsi DKI Jakarta merupakan endapan vulkanik quarter yang terdiri dari 3 formasi yaitu: Formasi Citalang, Formasi Kaliwangu, dan Formasi Parigi. Formasi Citalang memiliki kedalaman hingga kira-kira 80 m dengan bagian atasnya merupakan batu lempung. Formasi ini didominasi oleh batu pasir pada bagian bawahnya dan di beberapa tempat terdapat breksi/konglomerat terutama pada bagian Blok M dan Dukuh Atas. Sementara itu, Formasi Kaliwangu memiliki kedalaman sangat bervariasi dengan kedalaman bagian utaranya lebih dari 300 m dan di sekitar Babakan formasi Parigi mendesak keatas hingga kedalaman 80 m. Formasi ini di dominasi oleh batu lempung diselangselingi oleh batu pasir.

D. Wilayah Rawan Bencana


Bencana yang berpotensi melanda wilayah Jakarta adalah banjir, kebakaran dan gempa bumi. Bencana yang menjadi perhatian khusus bagi Jakarta adalah banjir. Banjir di Jakarta terbagi menjadi dua,

yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai-sungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi karena kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor. Terjadinya banjir di Jakarta juga disebabkan oleh sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal serta tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah. Selain itu, dibangunnya hunian pada lahan basah atau daerah resapan air serta semakin padatnya pembangunan fisik menyebabkan kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang. Hal lainnya adalah pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir yang belum berfungsi maksimal. Banjir juga terjadi akibat rob yang melanda beberapa wilayah yang berada di pantai utara DKI Jakarta diantaranya Kamal Muara, Pluit, Penjaringan, Kalibaru, Cilincing dan Marunda. Jika dilihat historis peristiwa banjir di Jakarta, pada tahun 1980 daerah genangan Jakarta adalah seluas 7,7 km2, pada tahun 1996 seluas 22,59 km2, pada tahun 2002 adalah seluas 167,88 km2, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 238,32 km2. Pada tahun 2002 daerah genangan diperkirakan mencapai sekitar 13 persen dari wilayah DKI Jakarta sedangkan pada banjir tahun 2007 sekitar 45 persen dari wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi banjir di kemudian hari, telah dipasang 34 unit early warning khususnya untuk sungai yang sering menjadi tampungan air hujan yaitu di Sungai Sunter, Sungai Cipinang, Sungai Ciliwung, Sungai Krukut, Sungai Pesanggrahan dan Sungai Angke. Bencana lain yang sering terjadi di Jakarta adalah kebakaran. Bencana ini umumnya terjadi di lokasi permukiman padat penduduk, lingkungan pasar dan perkantoran. Bahaya kebakaran diperkirakan akan semakin meningkat terutama dengan bertambahnya pemukiman yang saling berhimpitan. Di DKI Jakarta terdapat 53 kelurahan yang rawan bencana kebakaran. Secara ekonomi, kebakaran mengakibatkan kerugian materi yang tidak sedikit. Pada tahun 2011, kebakaran yang terjadi di Jakarta telah mengakibatkan kerugian sebesar Rp 219 miliar dengan total area kebakaran mencapai 444 Ha. Untuk itu, untuk masa yang akan datang diperlukan upaya yang terencana dengan baik agar kebakaran dapat dihilangkan atau paling tidak diminimalisir. Terkait dengan potensi gempa bumi, di sekitar Jakarta diperkirakan terdapat 10 sumber gempa dengan potensi terbesar di sekitar Selat Sunda, yang selama ini aktif dan berpotensi menimbulkan risiko bencana. Berdasarkan data seismik kegempaan seluruh Indonesia, di selatan Jawa bagian barat terdapat seismic gap (daerah jalur gempa dengan kejadian gempa yang sedikit dalam jangka waktu lama) yang juga menyimpan potensi gempa yang tinggi terhadap Jakarta. Kondisi Jakarta Bagian Utara yang merupakan batuan atau tanah lunak akan lebih rentan terhadap dampak gempa dibandingkan wilayah Jakarta bagian selatan. Kawasan rawan bencana di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 2.3. Berdasarkan peta kawasan rawan bencana gempa bumi Jawa bagian barat, potensi gempa bumi di wilayah DKI Jakarta termasuk kategori tingkat menengah sampai rendah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri telah menyusun peta zonasi gempa Level I Level II, yaitu sampai dengan peta kondisi kerentanan batuan/tanah dan respon gempa berdasarkan data sekunder.

Gambar 4. Peta Kawasan Rawan Bencana Alam (Sumber: RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030) Di samping bencana banjir, kebakaran dan gempa, di Jakarta juga terdapat potensi bencana yang cukup serius, yaitu penurunan permukaan tanah (landsubsidence). Secara umum laju penurunan tanah yang terdeteksi adalah sekitar 1 sampai 15 centimeter per tahun, bervariasi secara spasial maupun temporal. Beberapa faktor penyebab terjadinya penurunan tanah yaitu pengambilan air tanah yang berlebihan, penurunan karena beban bangunan (settlement), penurunan karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan-lapisan tanah, serta penurunan karena gaya-gaya tektonik. Beberapa daerah yang mengalami subsidence cukup besar yaitu Cengkareng Barat, Pantai Indah Kapuk, sampai dengan Dadap. Nilai subsidencepaling besar terdapat di daerah Muara Baru. Sementara untuk wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan nilai subsidence relatif kecil.

E. Potensi Pengembangan Wilayah


Jakarta merupakan wilayah yang sangat strategis baik dalam lingkup nasional, regional, maupun internasional. Oleh karena itulah, dalam pengembangan wilayah memperhatikan lingkungan strategis sekitarnya. Dalam pengembangan wilayah, rencana struktur ruang DKI Jakarta merupakan perwujudan dan penjabaran dari struktur ruang kawasan perkotaan Jabodetabekpunjur.

Sejalan dengan hal tersebut, maka perencanaan struktur ruang telah memperhatikan berbagai aspek lingkungan strategis yang diduga akan mempengaruhi perkembangan kota Jakarta secara keseluruhan. Rencana struktur ruang yang dikembangkan di DKI Jakarta meliputi empat struktur ruang, yaitu sistem pusat kegiatan, sistem dan jaringan transportasi, sistem prasarana sumber daya air, dan sistem dan jaringan utilitas perkotaan. Sistem pusat kegiatan terdiri dari sistem pusat kegiatan primer dan sekunder. Sistem dan jaringan trasnportasi terdiri dari sistem dan jaringan transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Selanjutnya sistem prasarana sumber daya air terdiri dari sistem konservasi sumber daya air, sistem pendayagunaan sumber daya air, dan sistem pengendalian daya rusak air.Sedangkan sistem dan jaringan utilitas perkotaan terdiri atas sistem dan jaringan air bersih, sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah, sistem prasarana dan sarana pengelolaan sampah

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN
Secara geografis Jakarta termasuk kedalam dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 60 12 Lintang Selatan dan 1060 48 Bujur Timur. Luas wilayah Propinsi DKI Jakarta terdiri dari daratan seluas 662,33 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2. Selain itu terdapat + 110 pulau seluas 869,61 Ha yang tersebar di Kepulauan Seribu dan 29 buah sungai/saluran/kanal yang sebagian digunakan sebagai sumber air minum dan usaha perikanan. Jakarta merupakan daerah ini disusun oleh endapan sungai, hasil erupsi gunungapi muda, endapan banjir, dan pantai. Secara regional, struktur geologi yang berkembang memperlihatkan adanya 3 arah dominan yaitu arah barat laut Tenggara timur laut barat daya, dan barat - timur. Dan periode tektonik yang tejadi yaitu periode tektonik miosen sampe pliosen. Kebencanaan yang berpotensi melanda kota Jakarta adalah banjir, gempa bumi yang memiliki skala redah sampe menegah menutut peta bencana gempa bumi di Jawa Barat, banjir, dan yang paling di sorot saan ini adanya penurunan permukaan tanah (landsubsidence).

Daftar Pustaka
http://inswa.or.id/wp-content/uploads/2012/11/BAB-3-Profil-DKI-Jakarta1.pdf http://syawal88.wordpress.com/2011/10/05/geologi-regional-jawa-barat/ http://media.unpad.ac.id/thesis/270110/2008/140710080104_2_1192.pdf http://www.scribd.com/doc/105520223/Laporan-Geologi-Teknik#download http://esdm.go.id/siaran-pers/55-siaran-pers/3939-workshop-geologi-teknik--aspek-geologi-teknikdalam-pembangunan-di-dki-jakarta.html http://www.ppejawa.com/12_dki_jakarta.html http://kelompokenamgeologiunpad.blogspot.com/2011/10/pengenalan-geologi-teknik.html

You might also like