You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Luka hampir selalu dialami manusia dalam perjalanan hidupnya, namun proses penyembuhannya terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu bentuk penyembuhan luka yang abnormal adalah keloid. Keloid merupakan variasi dari proses penyembuhan luka dimana terjadi hilangnya kontrol keseimbangan regenerasi jaringan sehingga terjadi proliferasi berlebihan yang melebihi batas luka asal. Keloid dapat terjadi dalam waktu berbulan-bulan setelah trauma awal. Penyebab dan perjalanan penyakit keloid belum diketahui secara pasti. ,! Keloid hanya ditemukan pada manusia dan terjadi pada "- "# luka, cenderung familial dan lebih banyak pada wanita, onset pada umur $-%$ tahun, cenderung pada individu dengan pigmentasi lebih gelap dan ras tertentu, serta diturunkan secara genetik walaupun tidak secara konsisten. &aerah yang sering terbentuk keloid adalah daerah-daerah tubuh yang sering mengalami tegangan kulit tinggi seperti pada dada depan, bahu, permukaan fleksor ekstremitas, daerah deltoid, leher bagian anterior serta luka yang melewati garis tegangan kulit. 'aktor resiko untuk terjadinya jaringan parut abnormal seperti keloid adalah penyembuhan luka secara sekunder (karena adanya benda asing, infeksi, luka bakar), luka yang mengalami inflamasi berkepanjangan (terutama jika waktu penyembuhan lebih lama dari % minggu), serta daerah yang sering terkena trauma berulang seperti tempat pemasangan tindik di daun telinga. %,*," +asalah yang sering dikeluhkan pasien yang datang untuk mendapat terapi adalah tentang kosmetik, walaupun beberapa pasien datang dengan keluhan sensasi pruritik (gatal) atau sensasi terbakar disekitar jaringan parut. " ,erbagai hal itulah yang mendasari penulis untuk menyusun laporan kasus berjudul Seorang -nak Perempuan . /ahun dengan Keloid 0esidif di daun telinga kiri.

B. TUJUAN /ujuan penyusunan laporan kasus ini adalah agar dokter muda mampu menegakkan diagnosis dan memahami penatalaksanaan keloid residif. C. MANFAAT Laporan kasus ini semoga dapat menambah pemahaman penyusun dan pembaca mengenai keloid, khususnya keloid residif, terutama dalam penegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYEMBUHAN LUKA Luka adalah hilang atau rusaknya jaringan tubuh yang semula normal (intak). Proses penyembuhan luka sangat mempengaruhi terjadinya jaringan parut, sehingga perlu diketahui fase-fase penyembuhan luka. . 'ase 1nflamasi 2 fase substrat 2 fase eksudasi 2 lag phase ,erlangsung mulai hari pertama luka sampai hari kelima, fase ini bertujuan menghilangkan mikroorganisme yang masuk ke dalam luka, benda asing dan jaringan mati. Semakin hebat luka yang terjadi, semakin lama fase ini berlangsung karena terlebih dulu harus ada eksudasi yang diikuti penghancuran dan resorbsi sebelum fase proliferasi dimulai. 'ase ini melibatkan % komponen, yaitu 3 a. Komponen vaskuler Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan perdarahan sehingga tubulus berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi dan retraksi ujung pembuluh darah. Sel mast pada jaringan ikat menghasilkan serotonin, histamin meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, dan sebukan sel radang disertai vasodilatasi lokal yang menyebabkan edema. b. Komponen hemostatik 4emostasis terjadi karena trombosit keluar dari pembuluh darah, saling melengket dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk ikut membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. c. Komponen seluler -ktivitas seluler yang terjadi adalah diapedesis (pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah menuju luka karena daya kemotaksis) untuk mengeluarkan en5im hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut memakan dan menghancurkan kotoran luka dan bakteri.

!. 'ase proliferasi 2 fase fibroplasia 2 fase jaringan ikat 'ase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga, juga mempunyai % komponen, yaitu 3 a. Komponen epitelisasi 6pitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. /empatnya lalu diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses ini berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. b. Komponen kontraksi luka Kontraksi luka disebut juga pertumbuhan intussuseptif, dengan tujuan utama menutup atau memperkecil permukaan luka. Proses terjadinya kontraksi luka ini berkaitan erat dengan proses fibroplastik. 'ibroblast yang merupakan sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam amino glisin dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan mempertautkan luka. Serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka dan cenderung mengkerut. Sifat ini bersamaan dengan sifat kontraktil miofibroblast menyebabkan tarikan pada tepi luka. c. 0eparasi jaringan ikat Luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan kolagen yang disertai dengan adanya peningkatan vaskularisasi karena proses angiogenesis membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. %. 'ase remodeling2fase resorbsi2fase maturasi2fase diferensiasi2penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebihan. 'ase ini dimulai akhir minggu ketiga sampai berbulan-bulan dan berakhir bila semua tanda radang sudah lenyap. 7ang terjadi pada fase ini adalah edema dan sel radang diserap, sel baru menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap, kolagen yang berlebihan diserap dan sisanya mengkerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan

jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Pada akhir fase ini kulit bekas luka mampu menahan regangan kira-kira .$# kemampuan kulit normal. 4al ini tercapai kira-kira %-8 bulan setelah penyembuhan. B. KELOID . &efinisi Keloid adalah lesi fibrotik dermis yang merupakan variasi dari proses penyembuhan luka. Keloid termasuk dalam kelainan fibroproliferatif yang disebabkan oleh hilangnya kontrol terhadap pengaturan keseimbangan antara degradasi dan biosintesis jaringan, sehingga terjadi proliferasi berlebihan yang melebihi batas luka asal. Keloid biasanya terjadi pada penyembuhan luka kulit yang dalam. !," !. 6pidemiologi Penyembuhan luka berlebihan baik pada jaringan parut hipertrofik maupun keloid hanya ditemukan pada manusia dan terjadi pada "- "# luka. Kedua jenis jaringan parut ini cenderung familial (terutama pada keloid), lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria (mungkin sekunder karena mempengaruhi kosmetik). 9sia rata-rata saat onset adalah $-%$ tahun. :rang-orang yang lebih rentan terhadap pembentukan jaringan parut keloid antara lain individu dengan pigmentasi lebih gelap, orang-orang berkulit hitam, dan orang-orang dari ras -sia. Predisposisi genetik berkaitan dengan kecenderungan untuk membentuk jaringan parut keloid. &itemukan hubungan genetik untuk pembentukan jaringan parut abnormal pada 4L--, *, 4L--,! , 4L--,; 8, 4L--,;%", 4L-&0", 4L--&<;%, dan golongan darah -. /idak ada pola konsisten sehubungan dengan cara penurunan genetik, bahkan dilaporkan bahwa kecenderungan tersebut dapat diturunkan dalam pola autosomal dominan maupun autosomal resesif. %,*,",= %. 'aktor 0isiko 'aktor risiko terpenting untuk terjadinya jaringan parut abnormal seperti keloid adalah penyembuhan luka secara sekunder, baik karena benda asing,
,!,.

"

infeksi, luka bakar, maupun penutupan luka inadekuat. Luka yang mengalami inflamasi berkepanjangan, terutama jika waktu penyembuhan lebih dari % minggu, berisiko terbentuk jaringan parut abnormal. &aerah-daerah inflamasi kronik yang sering terkena trauma berulang, seperti daerah tempat pemasangan tindik di daun telinga juga lebih besar kemungkinannya mengalami pembentukan keloid. *. Patofisiologi Penyebab keloid belum diketahui dengan pasti, demikian pula dengan perjalanan penyakitnya. >amun pada intinya trauma awal dan pembentukan gumpalan luka, keseimbangan antara degradasi dan biosintesis jaringan granulasi mempengaruhi penyembuhan luka. ?aringan parut hipertrofik adalah lesi fibrotik eritematosa meninggi yang biasanya tetap terbatas dalam batas luka asal. Seharusnya jaringan parut yang terjadi memiliki kecenderungan untuk tetap stabil atau berangsur-angsur mengalami regresi. >amun pada keloid proliferasi dalam proses penyembuhan jaringan berlebihan. Produksi protein matriks ektraseluler, kolagen, elastin, dan proteoglikan yang berlebih mungkin disebabkan oleh proses inflamatorik berkepanjangan dalam luka. Pembentukan keloid dapat terjadi dalam waktu satu tahun setelah trauma, dan keloid meluas jauh melebihi batas jaringan parut asal. &aerah yang paling sering mengalami pembentukan keloid adalah daerah-daerah tubuh yang sering mengalami tegangan kulit tinggseperti pada dada depan, bahu, permukaan fleksor ekstremitas dan leher bagian anterior serta luka yang melewati garis tegangan kulit lebih rentan terhadap pembentukan jaringan parut abnormal. ". 4istopatologi Komposisi seluler keloid berbeda dengan jaringan parut matur. Pada keloid terjadi peningkatan densitas pembuluh darah, peninggian densitas sel mesenkim, penebalan lapisan epidermis, dan peningkatan substansi dasar musinosa. -ktin, otot polos alfa, miofibroblas yang penting untuk situasi-situasi kontraktil, hanya sedikit atau bahkan tidak ada. 'ibril-fibril kolagen dalam keloid lebih irreguler, sangat tebal, dan memiliki serabut-serabut satu arah yang tersusun sangat padat.

8. 1munohistokimia Perbedaan biokimiawi antara kandungan kolagen normal dalam jaringan parut normal, jaringan parut hipertrofik, dan keloid terdapat pada aktivitas kolagenase (prolil hidroksilase) * kali lebih besar pada keloid dibandingkan pada jaringan parut hipertrofik maupun jaringan parut normal. Sintesis kolagen pada keloid % kali lebih besar daripada sintesis kolagen pada jaringan parut hipertrofik dan !$ kali lebih besar daripada sintesisnya pada jaringan parut normal. Kolagen tipe 111, kondroitin *-sulfat, dan kandungan glikosaminoglikan dalam keloid lebih tinggi dibandingkan dalam jaringan parut hipertrofik maupun jaringan parut normal. Cross-link kolagen pada jaringan parut normal lebih besar, sedangkan keloid menunjukkan cross-link imatur yang tidak dapat menimbulkan stabilitas jaringan parut normal. Growth factor dan sitokin sangat terlibat dalam siklus penyembuhan luka. Studi-studi imunohistokimiawi mengenai keloid menunjukkan peningkatan produksi faktor nekrosis tumor (/>') alfa, interferon (1'>) beta, dan interleukin 8. Produksi 1>'-alfa, 1>'-gama, dan />'-beta menurun. 1>'-alfa, 1>'-beta, dan 1>'-gama menurunkan sintesis kolagen tipe 1, 111, dan mungkin tipe @1 oleh fibroblas. /ampaknya terdapat hubungan antara imunoglobulin dan pembentukan keloidA walaupun kadar imunoglobulin B dan imunoglobulin + dalam serum pasien dengan keloid menunjukkan normal, konsentrasi imunoglobulin B dalam jaringan parut lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan parut hipertrofik dan jaringan parut normal. Peningkatan jumlah fibroblas yang ditarik menuju daerah rusak menyebabkan jaringan mensintesis fibronektin berlebihan dan pada keloid terjadi pula peningkatan ekspresi reseptor. Populasi sel mast dalam jaringan parut keloid juga mengalami peningkatan sehingga meningkatkan produksi histamin. 4al inilah yang menyebabkan sensasi pruritik. %,*,",8

C. DIAGNOSIS . -namnesis Pada pasien dengan jaringan parut abnormal, penting untuk membedakan keloid dari jaringan parut hipertrofik. Kebanyakan pasien yang datang untuk mendapat terapi khawatir mengenai kosmetik, meskipun beberapa pasien datang dengan keluhan berupa sensasi pruritik (gatal) atau sensasi terbakar disekitar jaringan parut. Selain itu perlu pula ditanyakan pasien mengenai riwayat pembentukan jaringan parut abnormal atau riwayat keluarga dengan pembentukan jaringan parut keloid. !. Pemeriksaan 'isik Keloid pada awalnya bermanifestasi sebagai lesi eritematosa yang tidak memiliki folikel rambut dan jaringan glanduler normal lainnya. Konsistensisnya bervariasi dari lunak dan lembek sampai kenyal dan keras. Kebanyakan keloid cenderung tumbuh lambat dalam waktu beberapa bulan sampai satu tahun, melebihi daerah awal trauma tetapi jarang sampai ke jaringan subkutan. Kebanyakan keloid pada akhirnya akan berhenti bertumbuh dan tetap stabil atau bahkan sedikit mengalami involusi. %. Pemeriksaan Penunjang &iagnosis keloid biasanya dibuat berdasarkan riwayat yang konsisten dengan trauma atau iritasi pada daerah yang bersangkutan dan berdasarkan temuan klinisA namun karena pernah terjadi degenerasi maligna dari keloid, mungkin perlu untuk memperoleh biopsi jaringan untuk membuat diagnosis pasti. -da perbedaan pendapat mengenai apakah jaringan parut hipertrofik dapat dibedakan dari keloid dengan menggunakan mikroskop cahaya. ,lackburn dan Cosman menjelaskan bahwa pada keloid terdapat serabut-serabut kolagen hialin refraktil eosinofilik, terjadi penambahan substansi dasar musinosa, dan tidak dijumpai fibroblas. Pada pembentukan jaringan parut keloid temuan pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron jelas menunjukkan lapisan-lapisan kolagen yang acak tanpa adanya hubungan jelas dengan permukaan kulit. ",8,D

D. TERAPI /idak ada satu modalitas terapeutik yang secara eksperimental dapat dikatakan paling efektif untuk menangani keloid. 4al terpenting untuk dipertimbangkan dalam penatalaksanaan jaringan parut keloid adalah pencegahan. Pada pasien dengan riwayat pembentukan jaringan parut keloid, semua operasi yang tidak benar-benar perlu harus dihindari, terutama pada daerah-daerah predileksi keloid. Pada keadaan dimana operasi tidak dapat dihindari, usahakan semaksimal mungkin untuk meminimalisasi tegangan pada kulit dan infeksi sekunder. . Pembalut oklusif Lembaran gel silikon dan pembalut oklusif silikon telah menunjukkan berbagai derajat keberhasilan dalam penatalaksanaan keloid. Lembaran silikon dapat digunakan sampai !* jam2hari sampai tahun, namun perlu diperhatikan untuk menghindari dermatitis kontak dan kerusakan kulit. Silikon tak kasat mata dapat memasuki kulit sehingga efek anti keloid silikon tampaknya sekunder terhadap oklusi maupun hidrasi. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa gel silikon meningkatkan suhu jaringan parut, sehingga mungkin meningkatkan aktivitas kolagenase. Cara kerjanya mungkin juga berupa peningkatan tekanan, hidrasi stratum korneum, dan penekanan langsung pada luka. !. Kompresi /elah lama diketahui bahwa pembalut kompresi mekanis merupakan terapi efektif untuk jaringan parut keloid, terutama pada daun telinga. Peralatan kompresi biasanya khusus dibuat untuk pasien dan paling efektif jika digunakan !* jam2hari. Peralatan penekan meliputi bahan yang dibuat dari kain bobbinet, spandeks &acron, pembalut suportif /ubigrip yang telah dibentuk, atau plester adhesif 5inc oksida. Pasien harus memakai bahan penekan segera setelah reepitelisasi terjadi dan terus menggunakannya sampai jaringan parut jelas mengalami maturasi. /ingkat tekanan yang disarankan adalah !" mm 4g, tetapi pernah didapatkan hasil yang baik walau dengan tekanan serendah "- " mm 4g. +ekanisme kerjanya tidak diketahui, diduga dengan mengurangi tekanan udara dalam luka melalui oklusi pembuluh darah kecil, terjadi penurunan

metabolisme jaringan, proliferasi jaringan, dan sintesis kolagen. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa dengan peralatan kompresi seperti kancing pada daun telinga, tidak terjadi rekurensi selama . bulan sampai * tahun. %. Kortikosteroid 9ntuk waktu yang lama terapi farmakologis telah menjadi terapi utama keloid, baik sebagai terapi tunggal maupun dalam kombinasi dengan terapi lain. 1njesi steroid intralesi bekerja dengan mengurangi sintesis kolagen, mengurangi substansi dasar musinosa, dan menghambat inhibitor kolagenase yang mencegah degradasi kolagen sehingga sangat mengurangi penebalan dermis. 4al ini tercapai dengan injeksi *$ mg2mL triamsinolon asetonid (Kenalog) kedalam daerah eksisi jaringan parut baru dengan jarum berukuran !" sampai != dengan interval *-8 minggu sampai jaringan parut mendatar dan rasa tidak nyaman teratasi. Sejumlah studi yang mempelajari efek injeksi kortikosteroid saja menunjukkan angka respon " tahun sebesar "$- $$# dan angka rekurensi D-"$#. ?ika eksisi bedah dikombinasi dengan injeksi steroid, angka respon meningkat menjadi ."- $$#. Program terapi tipikal berupa operasi yang dikombinasi dengan steroid meliputi injeksi Kenalog kedalam tepi luka setelah eksisi dan mengulang injeksi tersebut kedalam jaringan parut pada interval 8 minggu selama total 8 bulan. 6fek samping injeksi kortikosteroid mencakup atrofi kulit atau jaringan subkutan, hipopigmentasi, teleangiektasi, nekrosis ulserasi, deposit steroid yang terlihat jelas dalam bentuk bercak-bercak putih pada jaringan parut, dan efek sistemik yang mengakibatkan cushingoid habitus. Kebanyakan efek samping ini dapat dihindari dengan membatasi injeksi dengan dosis steroid terendah pada lapisan dermis. *. 6ksisi bedah 6ksisi bedah sederhana harus melibatkan sesedikit mungkin jaringan lunak untuk meminimalisasi traumaA selain itu, rencanakan juga penutupan dengan tegangan kulit minimal sepanjang garis tegangan kulit yang berada dalam keadaan relaksasi. &alam usaha mengurangi tegangan luka, baik graft full-thickness maupun split-thickness pernah digunakan, tetapi hanya menunjukkan keberhasilan

parsial. 9sahakan untuk membuang semua sumber inflamasi pasca operasi, seperti folikel rambut yang terjebak, benda asing, hematom, atau daerah-daerah infeksius. -ngka rekurensi dengan terapi bedah saja berkisar dari *"- $$#. /erapi eksisi paling efektif saat dikombinasi dengan radiasi eksternal, injeksi steroid, dan2atau terapi tekanan. ". 0adiasi 0adiasi ionisasi pernah dianggap sebagai metode yang menjanjikan untuk terapi jaringan parut keloid, tetapi adanya kemungkinan transformasi maligna telah mengesampingkan modalitas ini. ?ika digunakan sendiri, respon positif obyektif dari peserta studi berkisar antara 8-D*#. 0adiasi paling efektif jika digunakan pada waktu segera sesudah operasi. 8. ,edah beku Krioterapi menggunakan nitrogen cair untuk menyebabkan kerusakan sel dan mempengaruhi mikrovaskularisasi, sehingga menimbulkan stasis, trombosis, dan transudasi cairan, yang berakhir sebagai anoksia sel. Studi-studi yang mempelajari mengenai krioterapi menggunakan protokol berupa -% siklus pembekuan selama $-%$ detik, dan diulang tiap !$-%$ hari. 6fek samping yang paling umum terjadi dari terapi ini adalah nyeri dan depigmentasi. -ngka tidak terjadinya rekurensi disertai semakin mendatarnya jaringan parut berkisar dari " =*#. Krioterapi yang digunakan dalam kombinasi dengan steroid intralesi bahkan memiliki angka respon lebih tinggi, dilaporkan keberhasilan obyektif terjadi pada .*# pasien. =. /erapi laser Keuntungan terapi laser adalah bahwa laser merupakan eksisi hemostatik yang tepat sasaran dengan trauma jaringan minimal, sehingga mencegah terjadinya reaksi inflamatorik berlebihan. ?enis-jenis terapi laser yang ada yaitu flash lamp pulse-dyed laser, laser karbon dioksida, laser argon, dan laser >d37-B. Laser karbon dioksida dan laser argon bekerja dengan mekanisme yang serupa (yaitu dengan menginduksi penyusutan kolagen melalui pemanasan dari laser). Pulse-dyed laser menginduksi trombosis mikrovaskuler, sedangkan laser >d37-B tampaknya menghambat metabolisme dan produksi kolagen secara

selektif. Laser karbon dioksida (panjang gelombang $.8$$ nm) jika digunakan sebagai modalitas tunggal memiliki angka rekurensi %D-D!#A jika dikombinasi dengan steroid intralesi, angka rekurensinya adalah !"-=*#. Laser >d37-B (panjang gelombang $8* nm) menunjukkan angka rekurensi "%- $$#. .. /erapi interferon +odalitas terapeutik terbaru saat ini adalah injeksi 1>'-alfa, 1>'-beta, dan 1>'-gama intralesi. Sejumlah besar studi telah menunjukkan bahwa interferoninterferon tersebut menurunkan sintesis kolagen tipe 1, 111, dan mungkin @1 oleh fibroblasA mengurangi produksi substansi dasar musinosaA dan meningkatkan aktivitas kolagenase. +ekanisme-mekanisme ini bekerja dengan mengurangi kadar m0>- yang berada dalam keadaan stabil. Studi-studi yang mempelajari efek injeksi 1>'-alfa !b dan 1>'-gama intralesi menunjukkan bahwa kedua interferon tersebut efektif jika diinjeksikan segera setelah operasi ke dalam daerah eksisi. 1>'-alfa !b tampaknya menormalisasi terjadinya peningkatan sintesis kolagen dan produksi glikosaminoglikan oleh fibroblas keloid, sehingga menyebabkan berkurangnya ukuran keloid sekitar "$#. 1njeksi 1>'-gama tiap minggu mengurangi ukuran dan peninggian keloid, tetapi pengurangan terbesar yang dicapai dengan terapi ini adalah pengurangan "$# pada minggu .. ",8,=,D Karena tingginya angka rekurensi jaringan parut keloid, diperlukan masa follow-up setidaknya tahun untuk memungkinkan terapi rekurensi dimulai secepat mungkin dan untuk menilai keberhasilan jangka panjang. Kehilangan pasien selama perawatan follow-up untuk nantinya kembali dengan rekurensi tidak jarang terjadi.

BAB III LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PENDERITA >ama 9mur -lamat -gama Suku ,angsa +asuk 0S& ,angsal 3 -n. >abilla 3 . tahun 3 Buntur, &emak 3 1slam 3 ?awa 3 " 'ebruari !$$. 3 Kenanga

II. DAFTAR MASALAH >o . +asalah -ktif Keloid 0esidif /anggal " 'ebruari !$$. >o +asalah Pasif /anggal

III.DATA DASAR A. Anamnesis -uto dan alloanamnesis pada tanggal 8 'ebruari !$$. Pukul =.$$ ;1, di bangsal Kenanga (,edah) 0S& Sunan Kalijaga &emak . Keluhan 9tama 3 ,enjolan di telinga kiri. !. 0iwayat Penyakit Sekarang 3 Saat umur E ! tahun, kedua telinga penderita ditindik oleh keluarga untuk dipasang anting. Luka di telinga kanan sembuh dengan baik, namun luka pada telinga kiri penderita tumbuh benjolan yang lebih besar dari luas luka. :leh ibu penderita diperiksakan di 0S& Sunan Kalijaga &emak, pernah dioperasi sebanyak * kali (tahun !$$!, !$$* dan !$$8) dan disarankan untuk kontrol teratur, namun tidak pernah kontrol hingga benjolan membesar kembali. E ! hari yang lalu penderita kembali berobat ke dokter ,edah karena benjolan membesar lagi, nyeri (-), gatal (E)A oleh dokter disarankan untuk dioperasi lagi.

%. 0iwayat Penyakit &ahulu 0iwayat gangguan pembekuan darah disangkal *. 0iwayat Penyakit Keluarga 1bu penderita juga sakit seperti ini di telinga kanan setelah ditindik saat umur 8 tahun. Pernah dioperasi dan tidak pernah kambuh lagi. ". 0iwayat Sosial 6konomi -yah dan ibu telah bercerai. Penderita dirawat oleh nenek dari ibu. 1bu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di +alaysia, menanggung dua orang anak yang belum mandiri. ,iaya pengobatan ditanggung sendiri. Kesan 3 Sosial ekonomi cukup B. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8 'ebruari !$$. Pukul =.$$ ;1, di bangsal Kenanga (,edah) 0S& Sunan Kalijaga &emak S a !s Genera"is Keadaan 9mum 3 baik, kesadaran compos mentis #. Tan$a %i a" /ekanan darah 0espiratory rate >adi Suhu &. Ke'a"a Kepala +ata /elinga 4idung +ulut /enggorok Leher 3 +esosefal, turgor dahi cukup, jejas (-) 3 conjungtiva palpebra anemis (-2-), sklera ikterik (-2-) 3 discharge (-2-), tampak tumor di lobulus auris sinistra 3 discharge (-2-) 3 bibir kering (-),bibir sianosis (-), 3 / - , faring hiperemis (-) 3 deviasi trakea (-), pembesaran nnll (-2-) 3 $2=$ mm4g 3 !$ F2mnt 3 =8 F2menit, isi dan tegangan cukup 3 %8,. $ C

(. T)*ra+ /horaF ?antung 3 bentuk dada normal, jejas (-) 31 Pa Pe -u Paru 31 Pa Pe -u ,. A-$*men 1 -u Pe Pa 3 &atar, venektasi (-), gambaran usus (-), jejas (-) 3 ,ising usus (E) > 3 /impani, pekak sisi (E) >, pekak alih (-) 3 Supel, >yeri /ekan (-), &efans +uskular (-) 3 1ctus cordis tidak tampak 3 1ctus cordis teraba di sela iga @ di medial Linea +idclavicula Sinistra 3 Konfigurasi jantung dalam batas normal 3 ,unyi jantung 1-11 reguler, bising (-), gallop (-) 3 Simetris statis dinamis 3 Stem fremitus kanan G kiri 3 Sonor seluruh lapangan paru 3 Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

.. Geni a"ia / tidak diperiksa 0. Eks remi as S!'eri*r -kral &ingin 6dema Sianosis Capillary 0efill Berak C. S a !s L*ka"is Lobulus auris sinistra 1nspeksi 3 tampak benjolan bentuk berlobus-lobus, tidak beraturan, batas tegas, ukuran %F*F* cm%, warna kemerahan, pada tengah benjolan tampak luka mengering -2-2-2H!II2H!II E2E In1eri*r -2-2-2H!II2H!II E2E

"

Palpasi 3 permukaan rata, kenyal, sensibilitas (-), nyeri tekan (-) D. Pemeriksaan 'en!n2an3 Pemeriksaan darah rutin (" 'ebruari !$$.) 4b Leukosit 3 $,% gr2dl 3 $ %$$2mm% $2 $2 $2"!2*"2 % L6& 4t C/ ,/ 3 jam 3 !" mm ! jam 3 "$ mm 3 % # 3 % menit !$ detik 3 ! menit $ detik /rombosit 3 !.8 $$$2mm%

&ifferential count 3 b2 e2st2 sg2 l2 m

I%. RESUME K9 Status lokalis 3 Sadar, baik, 3 1nspeksi 3 tampak benjolan pada bentuk tengah berlobus-lobus, benjolan tampak tidak luka Status generalis 3 &alam batas normal beraturan, batas tegas, ukuran %F*F* cm%, warna kemerahan, mengering Palpasi 3 permukaan rata, kenyal, sensibilitas (-), nyeri tekan (-) Pemeriksaan darah rutin, kesan 3 -nemia ringan, namun masih layak operasi %. DIAGNOSIS Keloid 0esidif Lobulus -uris Sinistra

%I. INITIAL PLANS Keloid 0esidif 1p &F. 1p 0F 1p +F 1p 6F 3 Subyektif :byektif 3 6ksisi keloid 3 K9, /anda vital 3+enjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa penderita mengalami keloid residif +enjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa pengobatan yang akan diberikan pada penderita berupa pembedahan untuk menghilangkan jaringan keloid namun selanjutnya harus kontrol untuk disuntik pada tepi lukanya agar tidak kembali membesar +enjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa penyakit ini dapat berulang sehingga perlu disiplin untuk kontrol teratur 3 3 Pemeriksaan histopatologi

BAB I% PEMBAHASAN

I.

DASAR DIAGNOSIS Seorang anak perempuan umur . tahun datang dengan benjolan di telinga sejak umur E ! tahun, timbul dari bekas luka akibat ditindik untuk dipasang anting. Luka di telinga kanan sembuh dengan baik, namun luka pada telinga kiri penderita tumbuh benjolan yang lebih besar dari luas luka. Sudah berobat di 0S& Sunan Kalijaga &emak, dioperasi sebanyak * kali (tahun !$$!, !$$* dan !$$8) dan disarankan untuk kontrol teratur, namun tidak pernah kontrol hingga benjolan membesar kembali. ,enjolan tidak nyeri, namun terasa gatal. 1bu penderita juga pernah sakit seperti ini di telinga kanan setelah ditindik, pernah dioperasi namun tidak pernah kambuh lagi. Pada kasus ini penderita memiliki profil yang sesuai pada predisposisi penderita keloid yaitu wanita, berkulit gelap (ras asia), memiliki ibu yang juga menderita keloid. +enderita luka yang mengalami inflamasi berkepanjangan, akibat trauma bekas pemasangan anting dan berulang akibat benda asing berupa anting tersebut. &ari pemeriksaan fisik di lobulus telinga kiri didapatkan adanya benjolan berlobus-lobus, tidak beraturan, batas tegas, ukuran %F*F* cm%, warna kemerahan, pada tengah benjolan tampak luka mengering permukaan rata, kenyal, tidak nyeri tekan, sensibilitas menghilang. 4al ini sesuai dengan gambaran keloid berupa lesi yang kenyal, namun bersifat residif karena kebanyakan keloid cenderung tumbuh lambat, melebihi daerah awal trauma dan berhenti bertumbuh dan tetap stabil atau bahkan sedikit mengalami involusi. Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan kesan anemia (4b $,% gr2dl), namun masih layak operasi karena syarat 4b minimal untuk operasi $ gr2dl.

II.

PENATALAKSANAAN /erapi eksisi bedah dipilih agar dapat membuang semua sumber inflamasi pasca operasi sebelumnya , seperti folikel rambut yang terjebak, benda asing, atau daerah-daerah infeksius. Kortikosteroid (triamsinolon asetonid) intralesi diberikan *$ mg2mL kedalam daerah eksisi jaringan parut baru dengan interval *-8 minggu sampai jaringan parut mendatar dan rasa tidak nyaman teratasi (selama E 8 bulan).

III.

PROGNOSIS Prognosis penderita ini secara ad vitam bonam karena tidak mengancam jiwa, Juo ad fungsionam dubia ad malam karena telah residif sebanyak empat kali, dan secara ad cosmeticam dubia ad malam karena luka bekas operasi yang ditimbulkan akan makin luas.

BAB % KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN /elah dilaporkan Seorang anak perempuan umur . tahun datang dengan benjolan di telinga sejak umur E ! tahun, timbul dari bekas luka akibat ditindik untuk dipasang anting. Luka di telinga kanan sembuh dengan baik, namun luka pada telinga kiri penderita tumbuh benjolan yang lebih besar dari luas luka. Sudah berobat di 0S& Sunan Kalijaga &emak, dioperasi sebanyak * kali (tahun !$$!, !$$* dan !$$8), tidak pernah kontrol teratur. ,enjolan tidak nyeri, namun terasa gatal. 0iwayat keloid pada keluarga yaitu ibu penderita. Pada pemeriksaan fisik di lobulus telinga kiri didapatkan adanya benjolan berlobus-lobus, tidak beraturan, batas tegas, ukuran %F*F* cm%, warna kemerahan, pada tengah benjolan tampak luka mengering permukaan rata, kenyal, tidak nyeri tekan, sensibilitas menghilang. /erapi eksisi bedah agar dapat membuang semua sumber inflamasi pasca operasi sebelumnya. Prognosis penderita ini Juo ad vitam bonam, Juo ad fungsionam dubia ad malam dan Juo ad cosmeticam dubia ad malam.

B. SARAN #. R!ma) Saki $an Pe !3as Me$is Perlu dilakukan penanganan medis yang bijak untuk mengelola penderita keloid agar penyembuhan yang terjadi baik dan rekurensi berkurang sehingga tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya baik bagi 0umah Sakit, maupun bagi keluarga penderita. :leh karena itu diperlukan edukasi singkat namun tepat sasaran sehingga keluarga bersedia menyetujui rencana pengelolaan yang akan dilakukan dan konsisten dalam melakukan kontrol.

!$

&.

Ke"!ar3a $an Mas4araka &iharapkan dapat lebih mengerti bahwa keloid adalah kelainan kulit wajar

dan tidak menular meskipun penyembuhan sempurna sulit diharapkan, sehingga dapat membesarkan hati penderita keloid agar dapat beraktivitas seperti orang lain dan mendukung penatalaksanaan yang akan dilakukan guna memperoleh penyembuhan yang baik.

PERJALANAN PENYAKIT
/anggal =-!-$. (Pasca eksisi) Subyektif :byektif Keadaan 9mum 3 tidur /anda @ital 3 - >adi 3 =* F2 mnt reguler, isi dan tegangan cukup. - Pernafasan 3 8 F2 mnt - Suhu 3 afebris Program 3 Pengawasan keadaan umum dan tanda vital Pasca eksisi - -ff 1nf 0L keloid - -mpicilin tab %F residif hari 1 "$$ mg - -sam /raneFamat tab % F !"$ mg ,oleh pulang P'3 perdarahan rembes dari kassa (-) -ssesment /erapi Pasca eksisi - 1nf 0L !$tts2mnt keloid residif - -mpicilin tab %F hari 1 "$$ mg - -sam /raneFamat tab % F !"$ mg

.-!-$.

Keadaan 9mum 3 sadar, aktif /anda @ital 3 - >adi 3 =. F2 mnt reguler, isi dan tegangan cukup. - Pernafasan 3 !$ F2 mnt - Suhu 3 afebris P'3 luka menutup, perdarahan (-)

!!

&-'/-0 P9S/-K. +orison +?. +anajemen Luka. ?akarta 3 6BC, !$$%A -!= !. Sjamsuhidajat 0, ?ong ;&. ,uku -jar 1lmu ,edah. 6d revisi. ?akarta 3 6BC, DD=A = -=", *!*-*!8 %. Siregar, 0S. -tlas ,erwarna Saripati kulit. ?akarta 3 6BC, !$$%A !=$-!= *. &juanda -, &juanda S, 4am5ah +, -isah S, ed. 1lmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6d %. ?akarta 3 'akultas Kedokteran 9niversitas 1ndonesia, DDDA ! ! ". Sub ,agian ,edah Plastik. Keloid. Semarang 3 'akultas Kedokteran 9niversitas &iponegoro 8. &ermnet >ew Kealand. Keloid and hypertrophic scar. http://www.dermnetnz.org/dermal-infiltrative/keloids.html =. ;ikipedia. Keloid httx://en.wikipedia.org/wiki/keloid encyclopedia.htm .. ;ikipedia. Scar httx://en.wikipedia.org/wiki/scarencyclopedia.htm D. +edicine>et. Keloid. http://www.medicinenet.com/ "eloid Causes! #iagnosis! $nformation! Prevention! %ymptoms! and &reatment at 'edicine(et)com.htm ikipedia! the free ikipedia! the free

!%

You might also like