You are on page 1of 15

Fitriah

Erna.s Imah Rezki

Ameliah Sri Wahyuni S Nurbaya Eva sarianti Rezki Arizal Mabrur

Stroke

merupakan cedera otak yang berkaitan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat menjadi akibat pembentukan trombus ke otak/di suatu arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain ke tubuh atau akibat perdarahan otak. (Corwin, 2001)

Thrombosis Cerebral. Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.

Emboli Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral

Haemorhagi Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak

Hipertensi

Aneurisma pembuluh darah cerebral Kelainan jantung / penyakit jantung Diabetes mellitus (DM), dll

stroke hemoragik stroke non hemoragik

Aliran

darah di setiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia imun (karena henti jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian jaringan).

Hipoksia serebral, diminimalkan dengan member oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen dan mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit dalam mebantu mempertahankan oksigenasi jaringan. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.

Secara

praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah


Penanganan suportif imun

Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat. Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat. Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia. Elevasi tekanan darah Intervensi bedah Ekspansi volume intra vaskuler Pengontrolan tekanan intracranial Obat anti edema serebri steroid Proteksi cerebral

Meningkatkan darah cerebral


1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, gangguan oklusif, hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral. Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan motorik /sensorik. Intervensi : Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya atau standar. Pantau tanda-tanda vital. Catat perubahan data penglihatan seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang atau ke dalam persepsi. Kaji fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral). Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung atau aktivitas pasien sesuai indikasi. Cegah terjadinya mengejan saat terjadinya defekasi dan pernafasan yang memaksa (batuk terus menerus). Kolaborasi dalam pemberian oksigen dan obat sesuai indikasi

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi neurologis. Tujuan : Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi Intervensi : Kaji kemampuan fungsional dan beratnya kelainan. Pertahankan kesejajaran tubuh (gunakan papan tempat tidur, matras udara atau papan baku sesuai indikasi). Balikkan dan ubah posisi tiap 2 jam. Lakukan latihan rentang gerak aktif atau pasif untuk semua ekstremitas setiap 2 jam sampai 4 jam. Berikan dorongan tangan, jari-jari dan latihan kaki. Bantu pasien dengan menggunakan alat penyokong sesuai indikasi. Berikan dorongan kepada pasien untuk melakukan aktivitas kebutuhan sehari-hari.

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada hemisfer bahasa atau wicara (kiri atau kanan) Tujuan :

pasien dapat mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan Kolaborasikan dengan praktis bicara untuk mengevaluasi pasien dan merancang rencana. Buat semua upaya untuk memahami komunikasi pasien, mendengar dengan penuh perhatian, ulangi pesan pasien kembali pada pasien untuk memastikan pengertian, abaikan ketidaktepatan penggunaan kata, jangan memperbaiki kesalahan, jangan pura-pura mengerti bila tidak mengerti, minta pasien untuk mengulang. Ajarkan pasien tehnik untuk memperbaiki wicara, instruksikan bicara lambat dan dalam kalimat pendek pada awalnya, tanyakan pertanyaan yang dapat dijawabnya ya atau tidak. Gunakan strategi untuk memperbaiki pemahaman pasien, dapatkan pengetahuan pasien sebelum bicara padanya, panggil dengan menyebutkan nama pasien, lakukan pola bicara yang konsisten, gunakan sentuhan dan perilaku untuk berkomunikasi dengan tenang

Intervensi :

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik dan gangguan proses kognitif. Tujuan : Pasien dapat menolong diri sendiri sesuai kondisinya, dan dapat mengungkapkan kebutuhannya. Intervensi : Kaji derajat ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, makan, toile training). Lakukan perawatan kulit selama 4-5 jam, gunakan loiton yang mengandung minyak, inspeksi bagian di atas tulang yang menonjol setiap hari untuk mengetahui adanya kerusakan. Berikan hygiene fisik total, sesuai indikasi, sisi rambut setiap hari, kerams setiap minggu sesuai indikasi. Lakukan oral hygiene setiap 4-8 jam, sikat gigi, bersihkan membran mukosa dengan pembilas mulut, jaga agar kuku tetap terpotong rapi dan bersih. Kaji dan pantau status nutrisi. Perbanyak masukan cairan sampai 2000 ml/hari kecuali terhadap kontra indikasi. Pastikan eliminasi yang teratur.

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, keterbatasan kognitif, kurang mengingat, tidak mengenal sumber dan informasi. Tujuan : Pasien dapat berpartisipasi dalam proses belajar Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang prognosis/kondisi serta aturan terapeutik Pasien dapat memulai gaya hidup yang diperlukan Intervensi : Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada pasien. Diskusikan rencana untuk memenuhi perawatan diri. Identifikasi faktor resiko (seperti hipertensi, merokok, aterosklerosis, dan lain-lain) dan perubahan pola hidup yang penting. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan kontrol secara menerus (Doenges, 2000)

Hasil yang diharapkan :

Mencapai peningkatan mobilisasi

Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop Berpartisipasi dalam program latihan Mencapai keseimbangan saat duduk Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk konpensasi hilangnya fungsi pada sisi yang hemiplegia

Dapat merawat diri; dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan adaptasi terhadap alat-alat Pembuangan kandung kemih dapat diatur Berpatisipasi dalam program meningkatkan kognisi Adanya peningkatan komunikasi Mempertahankan kulit yang utuh tanpa adanya kerusakan; memperlihatkan turgor kulit tetap normal dan berpartisipasi dalam aktivitas membalikkan badan dan posisi

You might also like