You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dalam mata kuliah Dietetika, pada akhir pendidikan peserta didik diharapkan mampu memberikan pelayanan gizi secara terpadu dan berkesinambungan terhadap pasien dengan berbagai penyakit. Pada kuliah Dietetika dasar dan dietetika lanjut, mahasiswa telah mempelajari penatalaksaan diet pada penyakit defisiensi gizi, infeksi, gangguan saluran pencernaan, hati, kandung empedu dan pankreas pengaturan berat badan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kelainan metabolik dan endokrin, penyakit ginjal dan saluran kemih, komplikasi kehamilan, pra dan pascabedah, pemeriksaan khusus, kanker, alergi dan luka bakar. Ilmu diet dikenal sebagai cabang penerapan ilmu gizi dimana diet itu sendiri merupakan suatu proses yang mengatur pemberian makan pada kelompok atau perorangan dalam keadaan sehat maupun sakit dengan memperhatikan syarat gizi dan social ekonomi sedangkan diet adalah bagian dari dietetika yang khusus memperhatikan penggunaan makanan untuk tujuan penyembuhan. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana makanan dan bagian-bagiannya mempengaruhi kesehatan dan daya tahan makhluk hidup. Dietetik adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan prinsip-prinsip nutrisi ke dalam perencanaan dan penyiapan makanan, dan peraturan dalam pola makan sehubungan dengan kesehatan dan penyakit. Kekurangan dari strategi diatas adalah mahasiswa tidak mengetahui kondisi pasien sebenarnya, misalnya kebiasaan makan, masalah gangguan makan (anorexia, nausea, muntah), kesukaan, perasaannya terhadap pelayanan gizi dan pengobatannya di Rumah Sakit dan lain-lain dalam kondisi yang nyata. Selain itu mahasiswa tidak dapat melihat dan mempelajari data pasien dalam dokumen rekam medik serta gejala klinis dan laboratorium pasien yang sebenarnya. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, maka pada akhir mata kuliah Dietetika, diharapkan mahasiswa secara berkelompok dapat melakukan kunjungan ke Rumah Sakit, untuk mempelajari kondisi dan pelayanan diet kepada pasien secara nyata.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan praktik kunjungan lapangan mata kuliah dietetik lanjut di RS. dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 2. Tujuan Khusus a. Memahami peranan dokter, perawat dan ahli gizi (dietisien) dalam pelayanan gizi kepada pasien di ruang rawat inap b. Memahami cara penentuan diet, mekanisme pemesanan dan distribusi makanan dari dapur kepada pasien di ruangan c. Mampu mempelajari data pasien (penyakit, biokimia dan lain-lain) dari dokumen rekam medik d. Melakukan wawancara atau anamnesa riwayat gizi dengan pasien untuk mempelajari kebiasaan makan dirumah dan di RS dalam rangka perencanaan diet e. Melakukan wawancara dengan pasien mengenai daya terima dan persepsi pasien terhadap diet, dalam rangka monitoring pelayanan diet.

BAB II GAMBARAN UMUM PASIEN

A.

Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Tinggi Badan Berat Badan Tempat Perawatan Tanggal Masuk Diagnosa Dokter : Ny.M : 56 Tahun : Perempuan : 147 cm : 40 kg : Ruang B : 19 Oktober 2013 : Gagal ginjal kronik disertai hemodialisis dan ascites

B.

Data Subjektif 1. Riwayat Penyakit a. Keluhan Pasien Sesak nafas b. Riwayat Penyakit Sekarang ( RPS) Galal ginjal kronik disertai hemodialisis dan ascites c. Riwayat Penyakit Keluarga ( RPK) 2. Riwayat Obat-obatan 1. Renitidine Indikasi : Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. 2. Furosemide Indikasi : Furosemid merupakan contoh diuretik kuat yang tergolong derivat sulfonamid. Obat ini merupakan salah satu obat standar untuk gagal jantung dengan edema, asites, edema karena penyakit gagal ginjal, dan edem paru. Furosemid

bekerja dengan menghambat reabsorpsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa Henle asendens bagian epitel tebal. Pada pemberian intravena, obat ini meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. 3. Alpazolam Indikasi : anti ansietas dan anti panik yang digunakan untuk mengurangi rangsangan abnormal pada otak, menghambat neurotransmitter asam gamaaminobutirat (GABA) dalam otak sehingga menyebabkan efek penenang 4. Asam folat Indikasi : Asam folat diperlukan untuk memperbaiki anemia pada CKD yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat. 5. Amlodipine Indikasi : antihipertensi 6. Candesartan Indikasi : mencegah progresivitas mikroalbuminuria dan meningkatkan hasil akhir terhadap ginjal. 7. Alinamin Indikasi : mencegah kekurangan vitamin B1 dan B2 8. Sucralfat Indiksasi : anti ulkus peptikum C. Data Obyektif Tanggal masuk 19/10/13 Antropometri BB TB Pemeriksaan klinis/fisik Suhu : 36,20C Nadi : 70x/mnt TD : 170/80 mmHg Pemeriksaan laboratorium GDS 148 mg/dl UR 227 mg/dl CR 8,21 mg/dl ribu/dl Hb 9,1 g/dl 30/10/13 40 kg 147 cm Suhu : 36,7 0C Nadi : 72 x/mnt GDS 135 mg/dl UR 211 mg/dl

Pernapasan : 19x/mnt Leukosit 9,62

TD : 180/90 mmHg Pernapasan : 21 x/mnt D. Diagnosa Medik

CR 10,1 mg/dl

Diagnosa medik pasien yang kami peroleh dari buku rekam medik yaitu Cronic renal failure on hemodialisis dan ascites. E. Pengobatan 1. Renitidine Indikasi : Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. 2. Furosemide Indikasi : Furosemid merupakan contoh diuretik kuat yang tergolong derivat sulfonamid. Obat ini merupakan salah satu obat standar untuk gagal jantung dengan edema, asites, edema karena penyakit gagal ginjal, dan edem paru. Furosemid bekerja dengan menghambat reabsorpsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa Henle asendens bagian epitel tebal. Pada pemberian intravena, obat ini meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. 3. Alpazolam Indikasi : anti ansietas dan anti panik yang digunakan untuk mengurangi rangsangan abnormal pada otak, menghambat neurotransmitter asam gamaaminobutirat (GABA) dalam otak sehingga menyebabkan efek penenang 4. Asam folat Indikasi : Asam folat diperlukan untuk memperbaiki anemia pada CKD yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat. 5. Amlodipine Indikasi : antihipertensi 6. Candesartan

Indikasi : mencegah progresivitas mikroalbuminuria dan meningkatkan hasil akhir terhadap ginjal. 7. Alinamin Indikasi : mencegah kekurangan vitamin B1 dan B2 8. Sucralfat Indiksasi : anti ulkus peptikum

BAB III PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI A. Pengkajian Data 1. Antropometri BBA TB BBI = 40 kg = 147 cm = TB - 100 = 147 - 100 = 47 kg IMT = = = 18,51 kg/m2 (kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan) BBR = = x 100% x 100 %

= 85,11% (Kurus) 2. Biokimia Hasil pemeriksaan laboratorium sementara pada tanggal 19 dan 28 Oktober 2013 : 19 Oktober 2013 Pemeriksaan GDS Ureum Kreatinin 28 Oktober 2013 Pemeriksaan GDS Ureum Kreatinin 3. Klinis Hasil pemeriksaan laboratorium klinis/fisik pada tanggal 19 Oktober 2013 : Pemeriksaan Tekanan Darah Suhu Nadi Pernapasan 36 370 C 60 100x/menit 20-30x/menit 22x/menit Normal 36,50C 101 x/menit Normal Tinggi Nilai Normal 120/80 mmHg Hasil Pemeriksaan 170/90 mmHg Ket Tinggi Nilai normal < 145 mg/dl 10-50 mg/dl < 1,5 mg/dl Hasil Pemeriksaan 135 mg/dl 211 mg/dl 10,1 mg/dl Keterangan Normal Tinggi Tinggi Nilai normal < 145 mg/dl 10-50 mg/dl < 1,5 mg/dl Hasil Pemeriksaan 148 mg/dl 227 mg/dl 8,21 mg/dl Keterangan Tinggi Tinggi Tinggi

Hasil pemeriksaan laboratorium klinis/fisik pada tanggal 29 Oktober 2013: Pemeriksaan Tekanan Darah Suhu Nadi 36 370 C 60 35,80C 68x/menit Rendah Normal Nilai Normal 120/80 mmHg Hasil Pemeriksaan 180/90 mmHg Ket Tinggi

100x/menit Pernapasan 4. Dietary Pasien seringkali tidak mengahabiskan makanan yang diberikan dari Rumah sakit dengan alasan roti, dan biscuit. Hasil recall 24 jam : Waktu Menu Nasi Putih Pagi Bahan Nasi Putih Daging Ayam Sop Ayam Wortel Kentang B (g) 20 50 25 25 E (kal) 26 142. 4 6.5 23.2 109. 40 30 25 25 25 25 2.5 30 75 6 39 71.2 95.2 6.5 8.7 21.6 15 28.7 3.5 0.7 6.7 0.1 0.2 0.5 0 3.2 0.5 1.2 0.1 4.7 0 0.1 0.1 2.5 0 0.2 20.8 8.6 0 22.8 1.2 2 0 0.3 6.2 P (g) 0.5 13. 4 0.2 0.5 9.4 0.1 0 0 1.2 5.4 36.5 15 1.3 243. 6 0 18.3 2.3 15 0.8 0 49.2 0.8 L (g) 0 KH (g) 5.7 Na (mg) 0 karena penurunan nafsu makan akibat hemodialisis. Pasien seringkali memakan makanan yang dibawa oleh keluarganya seperti nasi bungkus, 20-30x/menit 22x/menit Normal

Snack

Roti Tawar

Roti Tawar

Nasi Putih Pentol Ayam

Nasi Putih Daging Ayam Tepung Tapioka Wortel Buncis Minyak Kelapa Sawit Telur Ayam Bagian Putih Melon

Siang

Oseng Sayur

Putih Telur Buah

Snack

Biskuit Nasi Putih Pepes Ikan

Biskuit Nasi Putih Ikan Patin Buncis Wortel Minyak Kelapa Sawit

20 30 50 25 25 2.5 20 10 0 50 25 25 25 2.5

99.7 39 49 8.7 6.5 21.6 99.7

1.2 0.7 9.1 0.5 0.2 0 1.2

5.1 0.1 1.2 0.1 0.1 2.5 5.1

11.9 8.6 0 2 1.2 0 11.9

16.4 0 24 0.8 15 0 16.4

Malam Oseng Sayur

Snack

Biskuit

Biskuit

Nasi Putih Daging Ayam Pagi Nasi Putih Tempe Kacang Panjang Wortel Minyak Kelapa Sawit Jumlah

130 142. 4 49.8 8.7 6.5 21.6 1277

2.4 13. 4 4.8 0.5 0.2 0 64. 2

0.2 9.4 1.9 0.1 0.1 2.5 46. 8

28.6 0 4.3 2 1.2 0 145. 9

0 36.5 1.5 0.8 15 0 509. 2

Audit gizi :

Skrining Gizi Petunjuk pengisian : berilah tanda Resiko Ringan Berat badan turun 2,5-5 kg dalam 6 bulan terakhir RBW = 80-120 % IMT = 20-25 kg/m2 Mual/muntah ringan, diare Nafsu makan turun Gangguan mengunyah/menelan Hipertensi Atherosklerosis, peningkatan profil lemak darah Menjalani operasi ringan Anemia Ulkus Menjalani operasi berat Diabetis tidak terkontrol Gangguan saluran cerna, Menjalani operasi saluran cerna Malnutrisi Pasien di ICU, luka bakar pada kotak yang tersedia. Resiko Tinggi Berat badan turun >7,5 kg dalam 6 bulan terakhir RBW = 70 - 80% atau 120 - 130% IMT = 17 18 atau 30 -35 kg/m2 Mual/muntah berkepanjangan, diare Tidak ada nafsu makan Decubitus ringan dan atau luka terbuka lainnya Gagal ginjal Stadium awal penyakit kanker dan / kemoterapi Mendapat makanan parenteral dan/ MLP Decubitus berat atau luka terbuka yang tak kunjung sembuh Menderita penyakit pangkreas berat Kanker stadium lanjut dengan kekeksia RBW = < 70 % atau > 130 % IMT = < 17 kg/m2 atau > 35 kg/m2 Malabsorbsi

Resiko Sedang Berat badan turun 5-7,5 kg dalam 6 bulan terakhir

perdarahan saluran cerna Istirahat di tempat tidur Dehidrasi ringan Albumin 3,2 3,4 mg/dl Total limphosit 1200 1500 sel/m3 Depresi ringan Demam ringan Depresi sedang Lainnya Menderita penyakit jantung kongetiv Stroke Albumin 2,8 3,1 mg/dl Total limphosit 900-1200 sel/m3 Trauma multiple Albumin < 2,8 mg/dl Total limposit <900 sel/m3 Depresi berat Lainnya Mengalami sepsis

Keterangan : Pasien dikatakan ber-Resiko Tinggi Bila terdapat 1 atau lebih faktor Resiko Tinggi atau 3 atau lebih faktor resiko Sedang atau 6 atau lebih faktor Resiko Ringan. AHLI GIZI HARUS MELAKUKAN PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LENGKAP PERLU DILAKUKAN EVALUASI KEMBALI DALAM 3-5 HARI Pasien Sedang dikatakan ber-Resiko Bila terdapat 2 atau lebih faktor Resiko Sedang atau 4 6 faktor Resiko Ringan. AHLI GIZI HARUS MENEMUI PASIEN PALING LAMBAT DALAM 3 HARI, LAKUKAN PENILAIAN STATUS GIZI YANG DIPERLUKAN EVALUASI KEMBALI 3 5 HARI Pasien Ringan Resiko Pasien : Beresiko Tinggi B. Diagnosa Gizi 1. Domain Intake Kelebihan Intake Protein (NI-52.2) disebabkan oleh disfungsi ginjal dibuktikan dengan audit zat gizi protein . dikatakan ber-Resiko Bila terdapat < 4 faktor Resiko Ringan, cek kembali dalam 7 10 hari

Kelebihan Intake Lemak (NI-51.2) disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan makanan dan nutrisi dibuktikan dengan audit zat gizi lemak . Kelebihan Intake Mineral (NI-55.2) disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang manajemen status penyakit yang membutuhkan pembatasan konsumsi mineral Na dibuktikan dengan audit zat gizi Na .

2. Domain Klinis Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Zat Gizi Protein(NC-2.2) disebabkan oleh gangguan fungsi organ ginjal dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium ureum 211 mg/dl (tinggi) dan kreatinin 10,1 mg/dl (tinggi). Berat Badan Kurang (NC-3.1) disebabkan oleh nafsu makan yang menurun akibat hemodialisa dibuktikan dengan BBR 85,11% (Kurus). 3. Domain Perilaku Kurangnya Pengetahuan Berhubungan Dengan Makanan/Zat Gizi (NB-1.1) disebabkan oleh keyakinan/perhatian yang salah mengenai makanan, zat gizi dan masalah-masalah lain yang berhubungan dengan makanan/zat gizi dibuktikan dengan pasien seringkali tidak memakan makanan dari RS tetapi memakan makanan yang dibawa keluarganya dari luar. C. Intervensi Gizi 1. Terapi Diet Dari rumah sakit masih belum ditentukan jenis diet yang spesifik untuk penyakit pasien. Pada hari pertama tanggal 19 Oktober 2013 diberikan nasi lunak rp 35 + putih telur, tanggal 29 Oktober 2013 diberikan nasi biasa rp 35, tanggal 30 Oktober 2013 diberikan nasi biasa hd 60. Disarankan untuk memberikan pasien diet Rendah Protein I karena jumlah kebutuhan protein yang didapatkan dari hasil perhitungan kebutuhan pasien mendekati jumlah protein Diet Rendah Purin I dan diberikan juga diet RG I karena pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah 170/90 mmHg. 2. Tujuan Diet Jangka panjang :

Mencapai status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal Mengubah pola makan pasien menjadi lebih baik Jangka Pendek : Menurunkan kadar ureum pasien Menurunkan kadar kreatinin pasien Menurunkan tekanan darah pasien Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.

3. Prinsip/Syarat Diet a. Prinsip Diet Energi cukup Protein rendah Lemak cukup Karbohidrat cukup Na dibatasi 200-400 mg/hari Kalium dibatasi Cairan dibatasi Vitamin cukup b. Syarat Diet Energi diberikan cukup sebesar 1100,528 kal untuk mencegah katabolisme jaringan tubuh. Dibutihkan asupan makanan yang optimal dari bahan makanan non-protein mencegah gangguan protein sebagai sumber energi. Protein diberikan rendah sebesar 24 gram agar tidak memperberat kerja ginjal. Dan pembangun jaringan-jaringan baru serta pengganti sel-sel yang rusak. Lemak diberikan cukup sebesar vitamin larut lemak. Karbohidrat diberikan cukup sebesar sebagai sumber tenaga. gram terutama lemak tidak jenuh ganda, untuk mencegah pemakai protein menjadi sumber energi serat untuk pelarut

Natrium diberikan rendah sebesar 200-400 mg/hari untuk membantu menurunkan kadar tekanan darah. Pembatasan natrium dapat membantu mengatasi rasa haus, dengan demikian dapat mencegah kelebihan asupan cairan.

Kalium dibatasi (40-70 mEq) untuk Cairan dibatasi untuk mencegah kelebihan cairan dalam tubuh. Konsumsi cairan baik yang berasal dari makanan maupun minuman di berikan sesuai dengan air seni yang dikeluarkan ditambah 500 cc.

Vitamin cukup untuk menunjang metabolisme dalam tubuh. BMR Korti Koreksi umur Penambahan Aktivitas SDA Total Energi + 1155,548 kal - 1045,508 kal = 10 % x 1000,48 kkal = 0,9 x 40 x 24 jam = 10 % x 40 x 8 jam = 7,5% x 832 kkal = 30 % x 769,6 kkal = 864 kkal = = 32 kkal 62,4 kkal = 832 kkal = 769,6 kkal = 230,88 kkal + = 1000,48 kkal = + = 1100,528 kkal 100,048 kkal

4. Perhitungan Kebutuhan

+ 25,2 gram

-22,8 gram

+ 32,09 gram

- 29,04 gram

+ 191,46 gram

- 173,23 gram

5. Rencana Konsultasi Gizi a. Topik b. Sasaran c. Metode d. Alat Peraga e. Waktu f. Materi : Diet untuk Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis dan disertai asites. : Ny. M dan keluarga : Ceramah dan Tanya jawab : Leaflet dan food model : 30 menit : - Gizi seimbang untuk penderita gagal ginjal yang sedang hemodialisis dan asites. - Pentingnya kepatuhan terhadap diet - Bahaya GGK 6. Monitoring dan Evaluasi
a. b. c. d. e. f. g. Apakah asupan pasien sesuai atau tidak dengan kebutuhan Apakah status gizi pasien membaik atau tidak Apakah pola makan pasien sudah atau belum seimbang Apakah kadar ureum pasien sudah atau belum mengalami penurunan Apakah kadar kreatinin sudah atau belum mengalami penurunan Apakah asites pasien kembali lagi atau tidak Apakah pasien bisa atau tidak menerima anjuran diet dan menu yang diberikan

7. Implementasi Gizi a. Kajian Diet yang diberikan Rumah Sakit - Jenis Diet : Nasi biasa hemodialisis protein 60 gram - Bentuk Makanan : Makanan biasa - Cara Pemberian : Oral - Nilai Gizi Energi Protein Lemak : 1500 kkal : 60 gram : 36,5 gram

Karbohidrat : 235 gram b. Rekomendasi Diet Diet Rendah Protein I dan RG I E P L KH = 1100,528 kkal = 24 gram = 30,57 = 182,35

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA A. Gagal Ginjal Kronik 1. Definisi Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Sukandar, 2006). Gagal ginjal kronik (GGK) Adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 mL/menit (Suhardjono dkk, 2001). 2. Etiologi Penyebab gagal ginjal tidak selalu sama diberbagai negara dan juga polanya berubah sesuai dengan kondisi tiap negara.Glomerulonefrtis merupakan etiologi yang utama diseluruh dunia , tetapi di Indonesia dan beberapa negara berkembang tidak selalu

glomerulonefritis

menjadi

penyebab

terbesar.(Tambayong,2000) Adapun sebab sebab gagal ginjal kronik yang sering ditemukan dapat dibagi menjadi 8 golongan yaitu, sebagai berikut: (Soenarso,2004) a. Penyakit glomerulus primer : penyakit glomerulus akut termasuk gromerulone frintis progresif cepat, penyebab terbanyak adalah gromerulone frintis kronik. b. Penyakit tubulus primer :hiperkalamia primer, hipokalemia kronik, keracunan logam berat seperti tembaga. c. Penyakit vaskuler : iskomia ginjal akibat kongenital atau sfenosis arteri ginjal, hipertensi d. Infeksi : pielone fritis kronik atrofi, tuberculosis

e. Obstruksi : batu ginjal, vibrosis, retroperitoneal, pembesaran prostat, striktur, uretra dan tumor f. Penyakit autoimun : lupus eritematosus, sistemik, poliarperitis nodosa, seklerodem g. Penyakit ginjal metabolik : diabetes melitus, amelordosis, nefropatik, analgesik, gout Gagal ginjal kronik merupakan kelanjutan dari beberapa jenis penyakit seperti: a. Glomerulosnefritis b. Infeksi kronis misalnya tuber-kolusis c. Kelainan bawaan seperti kista ginjal d. Obstruksi ginjal seperti batu ginjal e. Obat obatan yang merusak ginjal misalnya pemberian terapi aminoglikosida dalam jangka panjang f. Penyakit endokrin misalnya dibetismelitus g. Penyakit jaringan pengikat misalnya pada lupus h. Penyakit vaskuler seperti hipertensi 3. Patofisiologis Secara ringkas patofisiologis gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan cairan penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit .Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25 % normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefronnefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak .Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsobrpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi.Arif mutaqin dkk, 2011) 4. Diagnosa Diagnosa gagal ginjal kronik ditegakan dengan pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan radiology (Tambayong,2000) a. Anamnese adanya keluhan nyata mengenai pembekakan tubuh yang lama, nafsu makan berkurang, aktifitas fisik berkurang, mual dan muntah. b. Pemeriksaan fisik menunjukan keadaan umum lemah, pucat, lesu, edema.

c. Pemeriksaan laboratorium pada GGT (Gaggal Ginjal Terminal) menunjukan anemia normositik, kelainan elektrolit dan biokimia serta kelainan faal ginjal. d. Pemeriksaan radiology menunjukan ginjal mengecil B. Hemodialisis Ginjal mempunyai fungsi utama sebagai penyaring darah kotor, yaitu darah yang telah tercampur dengan sisa metabolisme tubuh. Sisa hasil metabolisme antara lain ureum, asam urat, dan lain-lain. Hasil saringan kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk air seni, sedangkan darah yang telah bersih dikembalikan ke pembuluh darah besar untuk beredar kembali ke seluruh tubuh. Dalam sehari ginjal harus menyaring sekitar 170 liter darah (Nephrology Channel, 2001). Jika terjadi kerusakan ginjal, sampah metabolisme dan air tidak dapat lagi dikeluarkan. Dalam kadar tertentu, sampah tersebut dapat meracuni tubuh, kemudian menimbulkan kerusakan jaringan bahkan kematian. Untuk mengatasi keadaan ini dibutuhkan hemodialisis, yaitu proses penyaringan darah dengan menggunakan mesin. Pada proses hemodialisis, darah dari pembuluhnya disalurkan melalui selang kecil ke mesin yang disebut dializer. Setelah itu, darah yang telah bersih dikembalikan ke tubuh. Di dalam dializer, darah akan melewati membran yang berfungsi sebagai saringan. Sampah hasil penyaringan akan dimasukkan ke dalam cairan yang disebut larutan dialisat. Selanjutnya, dialisat yang telah tercampur dengan sampah hasil penyaringan akan dipompa keluar, kemudian diganti dengan larutan dialisat yang baru. Berdasarkan parameter laboratorium, inisiasi terapi dialisis apabila laju filtrasi glomerulus antara 5 dan 8 ml/menit/1,73 m2 (Spiegel, 2005). Walaupun hemodialisis berfungsi mirip dengan cara kerja ginjal, tindakan ini hanya mampu menggantikan sekitar 10% kapasitas ginjal normal. Selain itu, hemodialisis bukannya tanpa efek samping. Beberapa efek samping hemodialisis antara lain tekanan darah rendah, anemia, kram otot, detak jantung tak teratur, mual, muntah, sakit kepala, infeksi, pembekuan darah (trombus), dan udara dalam pembuluh darah (emboli) (Nephrology Channel, 2001).

Pada gagal ginjal kronik, hemodialisis biasanya dilakukan 3 kali seminggu. Satu sesi hemodialisis memakan waktu sekitar 3 sampai 5 jam. Selama ginjal tidak berfungsi, selama itu pula hemodialisis harus dilakukan, kecuali ginjal yang rusak diganti ginjal yang baru dari donor. Tetapi, proses pencangkokan ginjal sangat rumit dan membutuhkan biaya besar (Nephrology Channel, 2001). C. Ascites Ascites adalah akumulasi dari cairan (biasanya cairan serous yang adalah cairan kuning pucat dan bening) dalam rongga perut (peritoneal). Rongga perut berlokasi dibawah rongga dada, dipisahkan darinya oleh diaphragm. Cairan ascitic dapat mempunyai banyak sumber-sumber seperti penyakit hati, kanker-kanker, gagal jantung congestif, atau gagal ginjal (Suparyanto, 2013). Yang paling umum dari ascites adalah penyakit hati yang telah lanjut atau cirrhosis. Kira-kira 80% dari kasus-kasus ascites diperkirakan disebabkan oleh cirrhosis. Meskipun mekanisme yang tepat dari perkembangan tidak dimengerti sepenuhnya, kebanyakan teori-teori menyarankan portal hypertension (tekanan yang meningkat adalam aliran darah hati) sebagai penyumbang utama. Asas dasarnya adalah serupa pada pembentukan dari edema ditempat lain di tubuh yang disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan antara sirkulasi dalam (sistim tekanan tinggi) dan luar, dalam kasus ini, rongga perut (ruang tekanan rendah). Kenaikan dalam tekanan darah portal dan pengurangan dalam albumin (protein yang diangkut dalam darah) mungkin bertangung jawab dalam pembentukan gradien tekanan dan berakibat pada ascites perut. Faktor-faktor lain yang mugkin berkontribusi pada ascites adalah penahanan garam dan air. Volume darah yang bersirkulasi mungkin dirasakan rendah oleh sensor-sensor dalam ginjal-ginjal karena pembentukan dari ascites mungkin menghabiskan beberapa volume dari darah. Ini memberi sinyal pada ginjal-ginjal untuk menyerap kembali lebih banyak garam dan air untuk mengkompensasi volume yang hilang.

Beberapa penyebab-penyebab lain dari ascites berhubungan dengan gradien tekanan yang meningkat adalah gagal jantung kongestif dan gagal ginjal yang telah lanjut yang disebabkan oleh penahanan cairan keseluruhan dalam tubuh. Pada kasus-kasus yang jarang, tekanan yang meningkat dalam sistim portal dapat disebabkan oleh rintangan internal atau eksternal dari pembuluh portal, berakibat pada portal hypertension tanpa cirrhosis. Contoh-contoh dari ini dapat adalah massa (atau tumor) yang menekan pada pembuluh-pembuluh portal dari rongga perut bagian dalam atau pembentukan bekuan (gumpalan) darah dalam pembuluh portal yang menghalangi aliran normal dan menongkatkan tekanan dalam pembuluh (contoh, Budd-Chiari syndrome). Ada juga pembentukan ascites sebagai akibat dari kanker-kanker, yang disebut malignant ascites. Tipe-tipe ascites ini secara khas adalah manifestasi-manifestasi dari kanker-kanker yang telah lanjut dari organ-organ dalam rongga perut, seperti, kanker usus besar, kanker pankreas, kanker lambung, kanker payudara, lymphoma, kanker paru-paru, atau kanker indung telur. Pancreatic ascites dapat terlihat pada orang-orang dengan pancreatitis atau peradangan pankreas kronis. Penyebab yang paling umum dari pankreatitis kronis adalah penyalahgunaan alkohol yang berkepanjangan. Pancreatic ascites dapat juga disebabkan oleh pankreatitis akut serta trauma pada pankcreas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Monitoring dan Evaluasi Asupan Zat Gizi 1. Asupan Makan Pasien tidak memeatuhi anjuran diet yang diberikan rumah sakit, pasien hanya memakan2-3 sendok makan nasi dan lauk serta sayur yang disajikan. Untuk buah pasien selalu memakan habis yang diberikan rumah sakit. Karena makanan yang dimakan dari rumah sakit tidak dihabiskan pasien sering memakan makanan yang dibawa oleh keluarganya dari luar seperti nasi bungkus, roti tawar, dan biskuit. 2. Evaluasi Perkembangan Diet Diet yang diberikan dari rumah sakit yaitu nasi biasa rendah protein 35 gram untuk pasien sebelum hemodialisis dan nasi biasa protein 60 gram untuk pasien setelah hemodialisis. Disarankan pasien menjalani diet Rendah Purin I dengan protein sebanyak 24 gram karena dari perhitungan kebutuhan pasien didapatkan kebutuhan protein mendekati jumlah protein diet rendah protein I dan RG I karena pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah 180/90 mmHg. B. Monitoring dan Evaluasi Data Rekam Medik 1. Monitoring Antropometri a. Status Gizi Status gizi pasien normal yang dihitung menurut berat badan dan tingggi badan pasien yang diperoleh dari hasil menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan digital. b. Asupan Zat Gizi pasien Asupan zat gizi pasien seimbang karena diet yang diberikan dari rumah sakit yang sudah diperhitungkan sesuai kebutuhan dan setiap diberikan selalu habis dimakan. 2. Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan klinis pasien yang didapatkan yaitu suhu 35.80C, dan tekanan darah pasien rendah yaitu sebesar 110/80 mmHg. 3. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik pasien mengeluh pusing dan, rasa nyeri di bagian telapak kaki.

4. Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan labolatorium Dari hasil laboratorium yang tercatat dalam buku status pasien di Ruang A, perubahan nilai laboratorium dari awal pasien dirawat inap sampai dengan pengambilan kasus menunjukan hasil gula darah sewaktu (GDS) tidak mengalami perubahan 339 mg/dl. BAB VI RINGKASAN PELAYANAN GIZI

BAB VII PENUTUP 1. Kesimpulan Pasien menderita penyakit diabetes melitus dengan komplikasi hipertensi, vertigo, dan bronchitis. Nafsu makan pasien sangat baik dan semua makanan yang diberi dari rumah sakit dihabiskan semua. Hasil laboratorium dari awal sampai terakhir pemeriksaan menunjukkan kadar GDS mengalami peningkatan. 2. Saran Perlu adanya monitoring ahli gizi ruangan terhadap diet yang diberikan kepada pasien, demi terciptanya derajat kesehatan pasien yang optimal. Sebaiknya ahli gizi ruangan menyertakan konseling mengenai penyakit yang diderita pasien sehingga dapat menambah pengetahuan pasien yang dirawat, dan menumbuhkan rasa kesadaran pasien dalam melaksanakan dan mematuhi diet yang diberikan pihak rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA Almatisier, Sunita. 2005.Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan DM Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta. Sundoyo, Ari W, dkk. 2006.Penyakit Ginjal Diabetik, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, Hal. 545-547. Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Gramedia Pustaka Umum, pp 1-26 Waspadji, S., (1996), Komplikasi Kronik DM: Pengenalan dan Penanganannya. di

dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ketiga.Jakarta.

You might also like