You are on page 1of 11

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA NOMOR 32/G/2009/PTUN-JKT

Oleh: Adryan Rahadianto Nugroho Andra Dwi Noryani Christina Farah Reza Praditya Tria Febriani (1006761401) (1106072261) (1106010793) (1106012016) (1106009772)

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun 2013

A. KASUS POSISI Sebelum kami menganalisis putusan dengan nomor perkara

32/G/2009/PTUN-JKT, kami akan menjelaskan mengenai duduk perkaranya. Yayasan Waqfiyah Madrasah Nahdatul Ulama yang selanjutnya disebut sebagai Penggugat dalam hal ini diwakili oleh KH. Sidiq Fauzie dan Drs. H. M. Cholil Musaddad mengajukan gugatan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang selanjutnya disebut dengan Tergugat dan PT. Buana Pacifik Internasional yang selanjutnya disebut dengan Tergugat II intervensi. Objek gugatan dalam kasus ini adalah Surat Keputusan penerbitan Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 287/Kuningan Barat atas nama Perseroan Terbatas (PT) Buana Pacifik Internasional berkedudukan di Jakarta, tertanggal 14 Desember 2007 luas 2.877 M2 Surat Ukur tanggal 28 Agustus 2007 No 00328/2007 letak tanah Jl. Kapt. Piere Tendean RT. 01/RW 02, Kelurahan Kuningan Barat, Kec. Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Setipikat milik PT Buana Pacifik Internasional tersebut ternyata merupakan pemecahan atau pemisahan dari Sertipikat Hak Guna Bangunan No. 272/Kuningan Barat luas 3.377 M2 atas nama dan milik Yayasan Waqfiyah Madrasah Nahdatul Ulama Jakarta Raya yang terletak di Jl. Kapt. Piere Tendean RT. 01/RW 02, Kelurahan Kuningan Barat, Kec. Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Pemisahan ini bukan atas permohonan Penggugat melainkan atas permohonan Aka Wilis yang memalsukan tandatangan H. Salim Muhamad dan mengaku sebagai penerima kuasa dari H. Salim Muhamad. Penggugat menganggap pemisahan Sertipikat Hak Guna Bangunan yang dilakukan oleh Tergugat tanpa seizin Penggugat telah

melanggar Undang-Undang No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Akibat dari tindakan Tergugat ini adalah Penggugat mengalami kerugian yaitu kehilangan hak atas tanah seluas 2.877 M2. Penggugat meminta hakim untuk memutus menyatakan batal atau tidak sahnya Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor : 287/Kuningan Barat atas nama Perseroan PT. Buana Pacifik Internasional, mewajibkan Tergugat mencoret Nomor : 287/Kuningan Barat atas nama PT.

Buana Pacifik Internasional dalam daftar buku tanah (warkah), serta mewajibkan tergugat untuk mengeluarkan satu surat keputusan yang berisi memasukkan tanah milik Penggugat tersebut kembali kedalam Sertipikat Hak Guna Bangunan No. 272/Kuningan Barat menjadi seluas 3.377 M2 seperti keadaan semula sebelum dilakukannya pemecahan atau pemisahan. Setelah proses pembuktian oleh Penggugat maupun Tergugat dan berdasarkan pertimbangan hukum yang ada maka hakim dalam kasus ini memutus mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya, menyatakan batal Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor

287/Kuningan Barat atas nama PT. Buana Pacifik Internasional berkedudukan di Jakarta, tertanggal 14 Desember 2007 luas 2.877 M2 Surat Ukur tanggal 28 Agustus 2007 No 00328/2007 letak tanah Jl. Kapt. Piere Tendean RT. 01/RW 02, Kelurahan Kuningan Barat, Kec. Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, mewajibkan Tergugat mencoret Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor : 287/Kuningan Barat atas nama PT Buana Pacifik Internasional dalam daftar buku tanah (warkah), serta mewajibkan tergugat untuk mengeluarkan satu surat keputusan yang berisi memasukkan tanah milik Penggugat tersebut kembali kedalam Sertipikat Hak Guna Bangunan No. 272/Kuningan Barat menjadi seluas 3.377 M2 seperti keadaan semula, dan menghukum Tergugat dan Tergugat intervensi II membayar biaya perkara. B. ANALISIS 1. Kompetensi, Subjek dan Objek Gugatan
1) Kompetensi Pengadilan

a. Kompetensi Relatif Sengketa ini diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, dan menurut kompetensi relatifnya sengketa tanah ini memang berada dibawah wilayah kompetensi relatif Pengadilan Tata Usaha Jakarta sehingga pengajuan sengketa ini ke PTUN Jakarta sudah tepat.

b. Kompetensi Absolut Yang menjadi objek sengketa kasus ini adalah Surat Keputusan Pejabat TUN, sehingga sudah tepat apabila kasus ini diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.
2) Subjek KTUN

Subjek TUN yang dimaksud dalam hal ini adalah siapa sajakah pihak-pihak yang berperkara dalam proses PTUN ini. Dimana terdapat dua pihak yang bersengketa, pihak yang mengajukan gugatan TUN disebut dengan PENGGUGAT sedangkan pihak yang digugat dalam perkara ini disebut TERGUGAT. Berdasarkan perkara perdata Nomor 32/G/2009/PTUN-JKT pihak yang disebut sebagai PENGGUGAT adalah Yayasan Waqfiyah Madrasah Nahdatul Ulama yang merupakan badan hukum perdata bebentuk yayasan sebagai subjek hukum pribadi badan hukum yang telah memberikan kuasanya melalui dua kuasa hukum yang namanya tertera dalam putusan. Pihak TERGUGAT dalam hal ini adalah KEPALA KANTOR PERTAHANAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN. Yang dalam undang-undang peradilan tata usaha negara disebut sebagai pejabat TUN.
3) Objek Sengketa Tata Usaha Negara pada MA

Objek yang dipersengketakan dalam tata usaha negara yang terhadap keputusan tata usaha negara adalah keputusan tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Dalam perkara ini objek sengketa adalah Surat Keputusan penerbitan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 287/Kuningan Barat atas nama PT Buana Pacifik Internasional. Berdasarkan hal tersebut, maka memang benar bahwa perkara tersebut adalah termasuk dalam objek sengketa tata usaha negara. c. Masuknya pihak intervensi sebagai tergugat II intervensi

Berdasarkan Pasal 83 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986 menyatakan selama pemeriksaan berlangsung, setiap orang yang berkepentingan dalam sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan, baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa Hakim dapat masuk dalam sengketa Tata Usaha Negar, dan bertindak sebagai: i. Pihak yang membela haknya, atau ii. Peserta yang bergabung dengan salah satu pihak yang bersengketa. Dalam kasus ini, adanya pihak yang merasa dirugikan atas gugatan yang dilakukan oleh PENGGUGAT, sehingga PT Buana Pacifik Internasional mengajukan permohonan untuk ikut serta membela haknya. Konsekuensi logis dengan adanya asas erga omnes, artinya putusan itu tidak hanya berlaku bagi para pihak yang bersengketa juga berlaku bagi pihak-pihak lain yang terkait. Intervensi dimungkinkan dalam setiap Peradilan Tata Usaha Negara, karena putusan yang dibuat Majelis Hakim juga akan berdampak langsung dengan pihak-pihak yang tidak digugat oleh Penggugat, oleh karena itu proses intervensi ini sangat efesien dan efektif dalam suatu badan peradilan.
4) Posita dan Petitum Gugatan

Untuk mengajukan suatu tuntutan, seseorang harus menguraikan dulu alasan-alasan atau dalil sehingga ia bisa mengajukan tuntutan yang bersangkutan. Berikut beberapa alasan dan dalil dari Penggugat (Yayasan Waqfiyah Madrasah Nahdlatul Ulama) kepada pihak Tergugat (Kepala Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan & PT. Buana Pacifik Internasional) antara lain : a. Keputusan TUN yang melanggar ketentuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku Alasan Penggugat mengajukan gugatan adalah perbuatan/atau tindakan Tergugat dalam proses pemecahan/pemisahan Sertifikat Hak Guna

Bangunan No : 287 sehingga menyisakan sisa tanah milik PENGGUGAT (Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 272/Kuningan Barat) tinggal 500 M2 tanpa seizin Penggugat. Menurut hukum telah melanggar Pasal 30 ayat 1, 3, dan 4 Jo. 49 ayat 1 huruf e PP No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dapat dikatakan Penggugat berhak dan patut dipertimbangkan dalam mengajukan gugatannya atas hal yang bersangkutan. b. Tindakan TERGUGAT mengakibatkan kerugian bagi Pihak

PENGGUGAT

Akibat dari tindakan TERGUGAT sehingga PENGGUGAT mengalami kerugian yaitu berupa kehilangan hak atas tanah seluas 2877 M2.

c.

Tergugat telah melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik TERGUGAT telah melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagaimana diatur di dalam Pasal 53 ayat 2 huruf terutama terhadap asas Profesionalitas yang seharusnya TERGUGAT meneliti terlebih dahulu permohonon-permohonan yang masuk, karena pada saat permohonan pemecahan/pemisahan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 272 tersebut diajukan, TERGUGAT sudah mengetahui bahwa sertifikat tersebut sedang dalam perkara di pengadilan dan dalam keadaan di blokir.

Petitum Terdapat beberapa hal yang menjadi tuntutan Penggugat di dalam perkara gugatan dalam sengketa TUN tersebut antara lain : a. Memohon pengabulan atas gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya. b. Menyatakan batal atau tidak sah Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor : 287/Kuningan Barat atas nama PT. Buana Pacifik Internasional

c. Mewajibkan TERGUGAT mencoret sertifikat Hak Guna Bangunan No. 287/Kuningan Barat atas nama PT. Buana Pacifik Internasional dalam daftar buku tanah TERGUGAT (Warkah). d. Mewajibkan TERGUGAT untuk mengeluarkan satu surat keputusan yang berisi memasukkan tanah milik PENGGUGAT tersebut kembali ke dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 272/Kuningan Barat menjadi seluas 3.377 M seperti keadaan semula sebelum dilakukan

Pemecahan/pemisahan. e. Menghukum TERGUGAT membayar biaya perkara. Sehingga setidaknya dari hal diatas (berdasar baik dari posita maupun petitum), selain tergugat berhak mengajukan gugatan atas sengketa perkara diatas, dapat juga sebagai pertimbangan bagi Majelis Hakim.
5) Tenggang Waktu dan Pembuktian

Pasal 100 UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menerangkan bahwa ada yang termasuk alat bukti, yaitu; surat atau tulisan, keterangan ahli, keterangan saksi, pengakuan para pihak, dan pengetahuan hakim. Pasal 101 UU No. 5 Tahun 1986 menjelaskan ada tiga bentuk alat bukti surat yaitu akta otentik, akta dibawah tangan dan surat lainnya yang bukan akta. Selain itu, keterangan saksi juga diatur dalam Pasal 86-Pasal 94 UU No. 5 Tahun 1986, sedangkan keterangan ahli diatur dalam Pasal 102-103, untuk pengakuan para pihak tidak dapat ditarik kembali (Pasal 105), terakhir mengenai pengetahuan hakim merupakan hal yang diketahui dan diyakini hakim (Pasal 106). Hakim dalam PTUN bersifat aktif, Hakim dapat mencari alat bukti seluas-luasnya dari Pejabatan TUN, hal ini diatur dalam Pasal 85. Pembuktian sebagai cara unuk menemukan kebenaran materiil dari setiap perkara TUN yang diselesaikan oleh Pengadilan. Beberapa alat bukti yang terdapat dalam Putusan PTUN No. 32/G/2009/PTUN-JKT;

Penggugat (Yayasan Waqfiyah Madrasah Nahdlatul Ulama)

Mengacu pada Pasal 100 UU No. 5 Tahun 1986 dan penjelasan dalam Putusan PTUN No. 32/G/2009/PTUN-JKT, alat bukti Penggugat terdapat 14 alat bukti. Dimana 13 alat bukti surat itu termasuk jenis alat bukti surat, misalnya Sertifikat HGB No. 272/Kuningan Barat a/ Yayasan Waqfiyah Madrasah Nahdalatul Ulama Jakarta Raya, Sertipikat HGB No. 287/Kuningan Barat tanggal 26 September 2007 a/ PT. Buana Pacifik Internasional, Akta Perubahan AD Yayasan Waqfiyah Madrasah Nahdalatul Ulama No. 11 tanggal 10 Oktober 2005 dan ada beberapa alat bukti surat lainnya baik asli maupun fotocopy. Alat bukti surat yang termasuk dalam bentuk akta akan memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat dibandingkan dengan akta di bawah tangan Selain itu, 1 alat bukti lainnya yang diajukan Penggugat adalah alat bukti saksi bernama Salim bin Muhamad Abdat untuk lebih memperkuat dalil dan alat bukti sebelumnya. Salim bin Muhamad Abdat dianggap perlu dihadirkan dipersidangan sebab ia merupakan orang yang menerima kuasa dari Yayasan yaitu Abdurrahman Wahid untuk menjual tanah dan mengetahui sejarah dari tanah yang disengketakan ini. Pasal 87 ayat (3) UU No. 5 Tahun 1986 mengharuskan seorang saksi untuk disumpah menurut agama dan kepercayaan sebelum didengarkan kesaksiannya. Dalam hal ini Salim bin Muhamad Abdat telah disumpah menurut agama yang dianutnya yaitu Islam sebelum memberikan kesaksian Selain itu, saksi juga tidak boleh memenuhi ketentuan dalam Pasal 88 mengenai kesaksian yang tidak boleh didengar kesaksiannya. Oleh karena itu, hakim dapat menjadikan kesaksian Salim bin Muhamad Abdat sebagai pertimbangan dalam memutuskan perkara ini. Tergugat (Kepala Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jak-Sel)

Tergugat juga akan memperkuat bantahannya terhadap gugatan dari Penggugat dengan mengajukan 5 alat bukti dipersidangan yang keseluruhannya termasuk dalam alat bukti surat. Alat bukti yang diajukan Tergugat, misalnya

Sertipikat HGB No. 287/Kuningan Barat tanggal 26 September 2007 a/ PT. Buana Pacifik Internasional, Surat permohonan Aka Willis selaku kuasa Salim Muhamad, surat pernyataan Salim Muhamad, dan beberapa alat bukti surat lainnya yang disebutkan lebih rinci dalam Putusan PTUN No. 32/G/2009/PTUNJKT. Alat bukti surat yang diajukan sebagian besar berbentuk akta otentik. Tergugat juga menghadirkan seorang saksi bernama Siti Aminah yang menjadi pihak yang mengetahui ada proses jual beli antara Yayasan Waqfiyah Madrasah Nahdalatull Ulama dengan PT. Buana Pacifik Internasional. Siti aminah dalam memberikan kesaksiannya sudah disumpah terlebih dahulu menurut agama yang dianutnya, sehingga kesaksian Siti Aminah bisa dijadikan pertimbangan hukum oleh Hakim. Selain itu Siti Aminah juga tidak memeliki hubungan darah dengan para pihak (Pasal 88 UU Nomor 5 Tahun 1986) Tergugat Intervensi (PT. Buana Pacifik Internasional)

Tergugat Intervensi mengajukan 7 buah alat bukti yang seluruhnya termasuk dalam alat bukti surat. Alat bukti surat yang diajukan misalnya Tanda terima Bilyet Giro No. BD 613680 dan Bilyet Giro No. BD 613700 sebagai bukti pembayaran, serta ada beberapa alat bukti surat lainnya. Dalam Pengadilan Tata Usaha Negara mengenai tenggang waktu harus sangat diperhatikan, sebab tenggang waktu menjadi salah satu pertimbangan apakah gugatan yang diajukan ke PTUN dapat diterima atau ditolak. Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabatan Tata Usaha Negara1. Mengacu pada Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 dan dikaitkan dengan Putusan PTUN No. 32/G/2009/PTUN-JKT, menerangkan bahwa gugatan yang diajukan Penggugat tidak memenuhi syarat tenggang waktu yang diajukan. Dimana dalam Putusan PTUN No. 32/G/2009/PTUN-JKT, dijelaskan bahwa Tergugat menerbitkan SK penerbitan Sertipikat Hak Guna Bangunan No.
1

Republik Indonesia, Peradilan Tata Usaha Negara No. 5 Tahun 1986, Pasal 55

287/Kuningan Barat atas nama PT Buana Pacifik Internasional tertanggal 26 September 2007 Tergugat yang selanjutnya Penggugat mengajukan keberatan atas dikeluarkannya SK tersebut dengan memasukkan gugat ke PTUN pada tanggal 23 Februari 2009 dibawah Register perkara No. 32/G/2009/PTUN.JKT yang selanjutnya diperbaiki dalam sidang Pemeriksaan Persiapan pada tanggal 24 Maret 2009. Secara formal, gugatan ini mengandung cacat formil dengan sudah lewatnya batas tenggang waktu 90 hari yang ditentukan UU, sehingga seharusnya perkara ini tidak dapat diperiksa oleh Pengadilan Tata Usaha Negara. Hal lain yang berkaitan dengan tenggang waktu diatur dalam Pasal 59 ayat (3) UU No. 5 Tahun 1986 mengenai penetuan hari, jam dan tempat persidangann oleh Hakim dalam jangka waktu 30 hari setelah gugatan dicatatkan. Dikaitkan dengan Putusan PTUN No. 32/G/2009/PTUN-JKT yang didaftarkan tanggal 23 Februari 2009 dan selanjutnya Hakim menentukan hari sidang pada tanggal 4 Maret 2009, maka dalam hal ini Hakim tidak melewati batas tenggang waktu yang diamanatkan oleh Undang-undang kurang dari 30 hari.
6) Amar Putusan

Menurut kelompok kami, gugatan yang dilayangkan oleh PENGGUGAT sudah melewati janka waktu 90 hari sesuai dengan Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 sehingga gugatan tersebut daluarsa. Mengingat adanya unsur daluarsa dalam gugatan, seharusnya perkara tersebut tidak diterima sejak adanya Dismisal prosedure. Dengan diterimanya gugatan penggugat, kelompok kami merasa keputusan hakim kurang tepat karena berdasarkan berdasarkan SEMA no. 2 tahun 1991 bahwa penggunaan pasal 62 UU No. 5 Tahun 1986 tentang gugatan tidak diterima hakim harus benar-benar menilai, menimbang dan memperhatikan halhal yang terdapat pada hal pokok perkara gugatan dan dalusarsanya gugatan

sehingga seharusnya gugatan ini tidak dapat diterima sejak proses Dismisal prosedure. Dengan tidak diterimanya gugatan penggugat lewat Dismisal prosedure seharusnya perkara ini tidak dapat dipersidangkan di Pengadilan Tata Usaha, sehingga SK tersebut tetap dinyatakan sah dan PENGGUGAT tidak dapat menuntut pembatalan SK Penerbitan Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGU) Nomor 287/Kuningan Barat atas nama PT. Buana Pacifik Internasional. C. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perkara dengan nomor 32/G/2009/PTUN-JKT seharusnya tidak dapat dipersidangkan di Peradilan Tata Usaha Negara karena sudah melewati tenggang waktu yang telah diatur dalam undang-undang meskipun jika dilihat dari subjek,objek dan kompetensi pengadilan gugatan tersebut termasuk dalam sengketa PTUN. DAFTAR PUSTAKA Erliyana, Anna dan Soemaryono. Tuntunan Praktik Beracara di Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta : PT Primamedia Pustaka. 1999. Indroharto, Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 2000 Peraturan Perudang-undangan : Undang-Undang No. 51 tahun 2009 Undang-Undang No. 5 tahun 1986

You might also like