You are on page 1of 21

HUMAN AGENT DALAM TRADISI FIKIH: STUDI RELASI HUKUM ISLAM DAN MORALITAS PERSPEKTIF ABOU EL FADL Oleh:

Abid Rohmanu1

Abs !a": Penelitian ini ingin menguak bagaimana kontruksi human agent dikembangkan oleh Abou El Fadl dalam rangka membangun relasi hukum Islam dan moralitas, dan apa sandaran teologis dan epistemologis Abou El Fadl dalam mengidealisasikan human agent dalam tradisi hukum Islam. Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan ini menurut penulis sangat penting karena paling tidak dua hal: pertama, karena masih relati keringnya wa!ana moralitas dalam kajian hukum Islam. "al ini dikarenakan keyakinan bahwa kedaulatan hukum se!ara mutlak ada di tangan #uhan, dan tiada pilihan bagi manusia ke!uali ketaatan se!ara har iyah terhadap teks hukum. Kedua, perlunya mengaitkan hukum Islam dengan basis teologis untuk menunjukkan pentingnya interkoneksi hukum Islam dengan keilmuan lain untuk menunjukkan pada the body of knowledge yang komprehensi dan utuh tentang Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menjadikan buku-buku Abou El Fadl sebagai re erensi primer. $engan paradigma verstehen dan interpretative understanding, dan pendekatan teks, serta teori human agent, data akan diolah, dianalisa dan dita sirkan sesuai rumusan masalah penelitian. Penelitian ini menyimpulkan: pertama, hukum Islam menurut Abou El Fadl dimediasi oleh human agency %perwakilan manusia atau khalifatullah&. $alam konteks hukum Islam human agency bersi at kolekti sebagaimana tidak ada institusi kependetaan dalam Islam. "uman agen!y dalam konteks hukum Islam lebih banyak dibawa oleh Abou El Fadl pada moral agency. Kedua, Persepsi teologis Abou El Fadl sebagai bangunan dasar pemikiran hukum Islamnya lebih dekat dengan paham teologis 'u(ta)ilah sebagaimana ke!enderungannya pada rasionalitas dan kebebasan bertindak.

Ka a Kun#i: Human Agent, Moral Agency, "ukum Islam, Fikih. PENDAHULUAN Fikih selama ini lebih banyak dipersepsi mirip dengan ma hab analyti!al jurispruden!e yang bercorak positivistik dan formal. Hukum dalam !slam merupakan serangkaian perintah dari "enguasa, yakni #uhan kepada umat !slam, dan $ketaatan% merupakan &awabannya. Akan tetapi berbeda dengan hukum sekuler, moralitas dinilai sebagai inheren dalam hukum !slam. Misi utama !slam adalah moralitas, dan itu diemban oleh antara lain oleh lapis a&aran hukumnya. 'ebagaimana sumber utama hukum !slam adalah al()ur%an dan hadis, maka moralitas hukum dalam !slam &uga diturunkan dari dua sumber utama tersebut
1 *osen +urusan 'yari%ah '#A!, "onorogo

dengan didukung perangkat metodologis seperti *iyas, istihsan, al-maslahah dan lainnya. Akan tetapi mengingat wu&ud utama sumber hukum !slam adalah teks, maka moralitas yang diyakini sebagai inheren dalam hukum !slam bersifat problematik dalam tataran aplikasinya. -arena menurunkan moralitas teks akan selalu berkaitan dengan tafsir dan interpretasi, dan ini membutuhkan human agent .agensi kemanusiaan/ yang sering kali tidak disadari oleh kebanyakan umat !slam. 0ukankah, moralitas teks sangat dipengaruhi oleh moralitas pembacanya1 *an bukankah hanya pembaca yang mempunyai kedalaman moral yang bisa memperkaya moralitas teks12 Moralitas atau ethos dalam hal ini tidak hanya sekedar perilaku orang atau kelompok keagamaan tertentu yang kasat mata yang bisa dinilai baik atau buruk, akan tetapi moralitas menyangkut pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan buruk dan apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan. -arena itulah, tindak tanduk manusia pada hakikatnya merupakan manifestasi dari keyakinan dan pandangan hidup. -arena itulah ka&ian tentang human agent dalam tradisi hukum !slam merupakan pintu masuk utama bagi studi relasi hukum !slam dan moralitas. *i sisi yang lain, di tengah merebaknya tensi kelompok moderat +ersus puritan, persoalan human agent .manusia sebagai agen3wakil/ merupakan isu utama dalam wacana hukum !slam. 4elevansi moralitas dalam hukum !slam menghendaki adanya keseimbangan %balan!e& antara ketaatan kepada #uhan dan kenyataan bahwa kehendak #uhan $mau tidak mau% direpresentasikan oleh manusia. -halifah $Ali b. Abi #alib pernah menyatakan bahwa bukankah al()ur%an tidak lain hanyalah kertas dan tinta.5 Adalah manusia yang kemudian memberikan tafsir dan interpretasi sesuai penilaian, pembacaan dan pendapat mereka yang serba terbatas dan relatif. 0erdasar hal di atas, terasa penting untuk melakukan studi tentang human agent dalam kaitannya dengan relasi hukum !slam dan moralitas. 'tudi ini tentu
2 *&ohan 6ffendi, 'erayakan ,ebebasan -eragama .+akarta: "enerbit 0uku -ompas, 2717/, 182. 3 9ihat 'hireen #. Hunter dan Huma Malik, .ed./, 'oderni)ation, $emo!ra!y and Islam .:ashington, *.;. : ;enter for 'trategic and !nternational 'tudies, 2778/, <=. Abou 6l Fadl, .peaking in /od(s 0ame: Islami! 1aw, Authority and 2omen .>?ford: >neworld "ress, 2775/, 2@.

tidak berangkat dari sudut keyakinan bahwa tentu #uhan memberikan kode moral dan hukum sekaligus, akan tetapi dari sudut manusia .yuris/ yang mencoba menangkap pesan moral dan hukum dari #uhan. #ulisan dikerangkakan pada ka&ian pemikiran tokoh, yakni -haled Medhat Abou 6l Fadl dengan alasan bahwa dia, secara berkomitmen, banyak melakukan ka&ian hukum !slam dari sudut moralitas@ dengan poin utama pada peran human agent dalam mengkonstruk moralitas hukum !slam berdasar pada prinsip, spirit dan ruh hukum !slam. -a&iannya tersebut mewu&ud dalam karya(karya monumental yang banyak berpengaruh terhadap wacana global hukum !slam, sekaligus ia bisa dinilai sebagai &uru bicara hukum !slam di dunia 0arat di tengah pencitraan hukum !slam sebagai tidak kompetibel dengan international human rights,8 dan pencitraan hukum !slam sebagai motor kekerasan(kekerasan sosial. 0erdasar hal di atas tulisan ini hendak mempertanyakan dua hal, yakni bagaimana Abou 6l Fadl menkontruksikan secara konseptual human agent dalam rangka membangun relasi hukum !slam dan moralitas, serta bagaimana sandaran teologis dan epistemologis Abou 6l Fadl dalam mengidealisasikan human agent. PEMBAHASAN Teo!i Human Agent *alam kamus kata agent dimaknai sebagai one who is authori)ed to a!t or or in the pla!e o another, as a representati+e, a espionage, a business representati+e. 6 'ementara itu dalam filsafat dan sosiologi, agensi adalah kemampuan agen .individu/ untuk bertindak di dunia .the !apa!ity o agent to a!t in a world/.7 :alaupun, -apasitas agen untuk bertindak tidak selalu berimplikasi pada persoalan moralitas, akan tetapi dalam konteks tulisan ini kemampuan bertindak agen akan diarahkan pada persoalan moralitas atau moral agen!y sesuai dengan topik penelitian. Moral agensi adalah kemampuan bertindak agen berdasar
4 0iografi -haled M. Abou 6l Fadl dalam http:33www.law.ucla.edu3faculty3all(faculty( profiles3professors3"ages3khaled(abou(el(fadl.asp? .Akses, 21 Mei 2715/. 5 9ihat 4espon !slam terhadap HAM dalam buku Mashood A. 0aderin, International "uman 3ights and Islami! 1aw .>?ford: >?ford Aniversity "ress, 2775/, 15. 6 Frederick ;. Mish .ed./ , #he 'erriam-2ebster $i!tionary .Massachusetts: Merriam( :ebster !ncorporated, 271@/, 18. 7 http:33en.wikipedia.org3wiki3AgencyBC2=philosophyC2D .Akses < 'eptember 2715/

referensi EbaikF dan EburukF. -emampuan membuat keputusan moral . moral judgment/ &uga meniscayakan pertanggung&awaban moral dari si agen. 8 "ertanggung&awaban moral dari si agen mengandaikan secara tegas adanya kebebasan untuk berfikir dan bertindak . ree will/.9 0erkaitan dengan kapasitas dan kemampuan agen untuk bertindak, Ma? weber mengidentifikasi ada tiga tipe otoritas: otoritas tradisional, otoritas kharismatik dan rasional(legal. >toritas tradisional adalah tipe agensi yang keabsahannya bersandar pada adat istiadat. >toritas kharismatik adalah otoritas agensi yang disandarkan pada kharisma atau kualitas istimewa seseorang, serta pengakuan orang lain terhadap kharisma itu, sementara otoritas legal(rasional keabsahan agensi yang ditumpukan pada legalitas atau aturan resmi, yakni kepercayaan pada prosedur.10 'elan&utnya dari sisi rasionalitas human agent, :eber mengklasifikasikan tindakan rasional men&adi tiga macam: instrumental-rational a!tion, +aluerational a!tion, traditional a!tion, dan a e!tual a!tion. Instrumental-rational a!tion adalah tindakan human agent yang mengaitkan sarana dan tu&uan, misalkan kedatangan seseorang ke kampus adalah instrumental(rational tatkala ia menilai bahwa hal tersebut merupakan cara yang rasional untuk mendapatkan peker&aan yang bagus. 4alue-rational a!tion adalah tindakan human agent yang didasarkan pada nilai dan pertimbangan moralitas. +ika seseorang bisa membayar orang lain untuk menuliskan sebuah penelitian misalnya, tapi orang tersebut tidak melakukan karena ia menilai bahwa hal tersebut tidak &u&ur . dishonest/, maka pilihan orang tersebut dibimbing oleh nilai dan moralitas, dan karenanya disebut +alue-rational.
8 http:33en.wikipedia.org3wiki3MoralBagency 9 http:33plato.stanford.edu3entries3moral(responsibility3 10 #iga tipe agensi di atas menurut :eber &uga mencerminkan tahapan perkembangan masyarakat. #ermasuk dalam hal ini perkembangan hukum mengikuti perkembangan masyarakat. Artinya, otoritas yang bersifat legal(rasional merupakan puncak perkembangan hukum masyarakat. -arenanya ia menyatakan bahwa hukum yang rasional dan formal yang didasarkan pada otoritas legal(rasional merupakan prasyarat bagi negara modern. Agensi yang didasarkan pada otoritas legal(rasional menurut :eber lebih mendukung stabilitas sosial dibanding otoritas yang lain. Hal ini karena otoritas legal( rasional didasarkan pada prosedur yang disepakati dan tata aturan yang sah, dan karenanya bertumpu pada rasionalitas dan efesiensi.

#raditional a!tion adalah tindakan yang dimotivasi oleh kebiasaan, sementara itu a e!tual a!tion dideterminasi oleh emosi seseorang dalam situasi tertentu.11 Moral agent dalam hal ini dibedakan dengan subje!t o moral worth. -alau moral agent adalah mereka yang bisa menyebabkan kebaikan atau keburukan, subje!t o moral worth .subyek nilai moral/ adalah siapapun dan apapun yang bisa terkena sasaran tindakan dari si agen. "ara filosof menegaskan bahwa hanya makhluk rasional, yakni yang bisa bernalar dan secara mandiri membuat keputusan yang mempunyai kapabilitas untuk men&adi moral agent.12 'ebuah tindakan tidak akan bernilai baik secara moral, &ika si agen tidak bernalar dengan cara(cara tertentu yang cukup kompleks. -arena itu, moral agent pada dasarnya &uga !on!eptual agent untuk menun&uk pada pentingnya nalar dan rasionalitas.15 Bio$!a%i Sin$"a Khaled M& Abou El Fadl -haled Abou 6l Fadl yang disebut(sebut sebagai an enlightened paragon o liberal Islam1@ adalah pemikir sekaligus aktivis terkemuka era modern dalam bidang hukum !slam, !migrasi, HAM dan hukum keamanan nasional dan internasional. Abou 6l Fadl dilahirkan di -uwait pada tahun 1DG5 dari kedua orang tua yang berasal dari Mesir. !a tumbuh besar di Mesir, akan tetapi kemudian ia hi&rah ke Amerika bahkan selan&utnya ia dinaturalisasikan men&adi warga negara Amerika. Abou 6l Fadl kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, Asia 12 tahun sudah hafal al()urHan. 'emasa kecil selain aktif mengikuti kelas al()urHan dan 'yariah di mas&id Al(A har dia &uga melahap habis semua koleksi buku orang tuanya yang berprofesi sebagai pengacara. *ia &uga tekun bela&ar kepada para shaykh, diantaranya Muhammad al(Iha ali .w.1DD8/. *alam pengakuannya ia sempat men&adi pengikut setia faham puritan :ahabi semasa di Mesir. 0ayang(

11 Authority and 4ationality .Ma? :eber, Ierman 1=G@ J 1D27/ dalam www.sagepub.com3 .Akses G >ktober 2715/. 12 http:33en.wikipedia.org3wiki3MoralBagency 13 +oel "arthemore dan 0lay :ithby, E:hat Makes Any Agent A Moral Agent1F dalam http:33pro&ect.sol.lu.se3fileadmin3userBupload3pro&ect3ccs3moralagency.pdf 14 ,adirsyah Hosen, E"u&ian dan -esaksianF dalam -haled M. Abou 6l Fadl, Atas 0ama #uhan5 dari Fikih 6toriter ke Fikih 6toritati , "ent. 4. cecep 9ukman Kasin .+akarta: 'erambi, 277@/.

bayang puritanisme tetap melekat pada dirinya hingga dia menyelesaikan -ar!helor o Art(nya dengan yudicium !um laude di Kale Aniversity pada 1D=G.18 Abou 6l Fadl adalah profesor hukum !slam di A;9A . 7ni+ersity o 8ali ornia 1os Angeles/ .!hool o 1aw. !a &uga pernah menga&ar hukum !slam di #e?as Aniversity, Kale 9aw 'chool dan "rinceton Aniversity. 'elain itu ia adalah Ameri!an lawyer, *ewan "engurus "uman 3ight 2at!h, dan ditun&uk "residen 0ush sebagai anggota komisi International 3eligious Freedom.1G *i sela(sela kesibukannya, Abou 6l Fadl menyempatkan dirinya memberikan atawa terkait isu(isu hukum !slam dan HAM.1< 'en&ata utama Abou 6l Fadl adalah buku. 0uku(bukunya 1= menun&ukkan betapa luas dan dalam tradisi intelektual !slam 1D, dan itu cukup membentuk pribadi Abou 6l Fadl ketika berhadapan dengan persoalan toleransi dan pluralisme. !a pernah mengatakan bahwa kecintaannya pada pengetahuan, pemikiran analitis dan moralitas berasal dari spirit dan &antung !slam sendiri, bukan karena pengaruh 0arat.27 #etapi harus diakui bahwa spirit tersebut tumbuh dan berkembang dalam kultur 0arat. Human Agent Dalam T!adisi Hu"um Islam Menu!u Khaled M& Abou El Fadl Kedaula an Hu"um Islam

15 #eresa :atanabe, E-attling Islami! Puritans,L *alam 1os Angeles #imes .2 +anuari 2772/. 1G !bid.. 1<Fatwa(fatwa Abou 6l Fadl secara on line bisa dilihat di http:33www.scholarofthehouse.org3oninma.html, akses 513123277<. 1= 0uku(buku Abou 6l Fadl menghiasi dinding(dinding rumahnya dan &uga mengisi ruangan kosong lantai dua rumahnya. !a menganggarkan tiap tahunnya G7 ribu dolar untuk buku. -oleksinya lebih dari @7.777 volume, terdiri dari hukum, teologi, sosiologi, filsafat, se&arah dan sastra. 9ihat, !bid. 1D -hususnya berkaitan dengan literatur !slam, Abou 6l Fadl mempunyai koleksi 17.777 volume tentang hukum !slam dan ia masih merencanakan untuk membeli buku3kitab klasik lainnya. *i antara koleksinya sebagian berumur = abad, termasuk karya(karya dari ma hab hukum !slam 'unni dan 'hi%i. 9ihad !bid. 27 9ihat #he $aily #e9an on 1ine.

'alah satu hal penting yang membedakan sistem hukum dengan yang lain adalah isu tentang pemilik kedaulatan hukum .so+ereign/.21 *alam !slam, isu tentang kedaulatan hukum .hakimiyyat Allah/, menurut Abou 6l Fadl, dimunculkan oleh kelompok -hawari& ketika mereka memberontak melawan -halifah ke(@, Ali b. Abi #alib. "ada awalnya kelompok -hawari& adalah pendukung -halifah $Ali, akan tetapi kemudian menentang $Ali ketika ia menerima arbitrasi dalam konflik politiknya dengan Mu%awiyah. 'ebagai kelompok puritan dan fanatik, -hawari& berkeyakinan bahwa hukum #uhan berpihak pada $Ali, karenanya arbitrasi ataupun usaha negosiasi apapun adalah tidak sah secara hukum, dan bahkan dinilai sebagai perlawanan terhadap aturan #uhan dan kedaulatan hukum #uhan.22 !deologi dan pandangan kelompok -hawari& terhadap hukum #uhan di atas terus bermetamorfosa di benak kelompok(kelompok puritan !slam yang membawa pada tindakan(tindakan kekerasan dan sikap intoleran atas nama agama. 0agi Abou 6l Fadl, dalam konteks hukum !slam, pemilik kedaulatan hukum adalah #uhan .la hukma illa lillah/. Akan tetapi karena hukum #uhan diwu&udkan dalam bentuk teks, maka peran serta manusia dalam memahaminya men&adi niscaya. *alam hal ini hukum #uhan dimediasi dan diagensi oleh manusia. !su ini berkaitan dengan bagaimana membuat keseimbangan .balan!e/ antara kewa&iban untuk taat kepada #uhan +ersus kenyataan bahwa keinginan #uhan direpresentasikan oleh manusia.23

P!oblem O o!i as 'Problem of Authority( dalam hu"um Islam 'tudi fiMh pada dasarnya adalah usaha mendialogkan antara teks yang turun pada kurun waktu tertentu dengan kebutuhan pembaca teks yang hidup pada kurun waktu yang berbeda. *alam teori kebahasaan, ketika teks berpisah dengan
21-enneth 6inar Himma, E9egal "ositivismF, dalam http:33www.utm.edu3research 3iep3legalpos.htm .Akses, 1G "ebruari 277D/. 22 -haled M. Abou 6l Fadl, E#he Human 4ights ;omitment in Modern !slam.F 4un o et.al., "uman 3ights and 3esponsibilities in the 2orld 3eligions .>?ford: >ne :orld, 2775/, 152. 23Abou 6l Fadl, #he Islami! 1aw o 3ebellion: #he 3ise and $e+elopment o the Juristi! $is!ourse on Insurre!tion, Insurgen!y and -rigandage .*isertasi: "rinceton Aniversity, 1DDD/, 1.

pengarangnya dan situasi sosial yang melingkupinya, maka teks tersebut berpotensi untuk tidak komunikatif dengan realitas yang mengelilingi pembaca. -arena itu interpretasi untuk menemukan relevansi historis dan sosiologis teks adalah kebutuhan. !nterpretasi berkaitan dengan ka&ian hermeneutik. Hermenutik adalah understanding o understanding terhadap teks keagamaan yang datang dari kurun waktu, tempat dan situasi yang asing bagi pembaca.24 'ementara itu, berkaitan dengan kedaulatan hukum dan peran human agent, persoalan yang sering menggelayuti hukum !slam kontemporer adalah tindakan ultra +ires .di luar misi yang mereka emban/ human agent.25 #indakan berlebihan human agent terhadap hukum !slam pada akhirnya mengarah pada otoritarianisme tafsir keagamaan. Abou 6l Fadl banyak mengulas persoalan otoritarianisme tafsir ini dari sudut hermeneutika hukum dalam bukunya, .peaking in /od(s 0ame: Islami! 1aw, Authority and 2omen. *inyatakan dalam buku ini bahwa kompleksitas hubungan antara pengarang .#uhan/, teks dan pembaca dalam studi fikih, menurut Abou 6l Fadl, melahirkan keberwenangan .otoritas/ dan otoritarianisme .ketidakberwenangan/ terhadap tafsiran teks. >toritarianisme meru&uk pada sebuah metodologi hermeneutika yang merampas dan menundukkan mekanisme pencarian makna dari sebuah teks ke dalam pembacaan yang bersifat subyektif dan selektif.26 2@ -omaruddin Hidayat, #ragedi 3aja 'idas .+akarta: "aramadina, 1DD=/, 1==.
25Abou 6l Fadl, 'elawan #entara #uhan: :ang -erwenang dan yang .ewenang-wenang dalam 2a!ana Islam .+akarta: 'erambi, 2775/, @<. 0agi Abou 6l Fadl, adalah penting untuk membedakan antara kehendak #uhan yang bersifat eternal dengan usaha manusia untuk mengartikulasikan kehendak #uhan dalam bingkai rumusan hukum. -edaulatan #uhan dalam konteks hukum !slam adalah sesuatu yang tak bisa disangkal, ini tidak berarti bahwa kode hukum J yang pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yuris ( yang didasarkan pada al()ur%an dan praktek ,abi men&adi tidak bermakna. !nilah pentingnya memahami maksud Abou 6l Fadl bahwa tradisi !slam, sebagaimana tradisi yang lain, dideterminasi oleh human agent dan dikonstruksikan dengan berbagai cara, untuk tu&uan yang bervariasi dalam konteks dan periode kese&arahan yang beraneka. #uhan adalah pemilik otoritas tertinggi sebagai pengarang teks, akan tetapi otoritas tersebut harus dinegosiasikan dan diwakili oleh manusia. "elimpahan otoritas tidak bersifat derivatif langsung dari #uhan atau teks, akan tetapi dari manusia lain. Hal tersebut disebabkan kenyataan bahwa dalam !slam tidak dikenal adanya otoritas yang bersifat kependetaan. Masing(masing mempunyai hak akses yang sama terhadap teks, akan tetapi karena faktor ketidakmampuan penelitian, sebagian mempercayakan dan melimpahkan wewenang penggalian makna teks pada yang lain. 26Abou 6l Fadl, .peaking in /od(s 0ame ;,8.

'ikap otoriter dan negosiasi yang tidak berimbang antara human agent, Author, dan te?t memunculkan apa yang disebut oleh Abou 6l Fadl dengan authoritarian hermeneuti!s. Hermeneutika otoritarian disebut &uga dengan interpreti+e despotism, yakni klaim penyamaan intensi Author dan human agent, pada saat bersamaan &ustru memar&inalkan intensi author dan otonomi teks.27 "uman agent yang bersikap otoriter dalam penentuan makna teks biasanya adalah pemangku otoritas .being in authority/, dan bukan pemegang otoritas yang sebenarnya .being an authority/. !ni ter&adi karena era kontemporer ditandai dengan pelembagaan dan pengadministrasian agama seiring dengan menguatnya posisi negara dalam dunia !slam. 9ebih &auh, negara &uga mengooptasi sistem keulamaan dan mengubah mereka men&adi pegawai yang dibayar.28 !ni berbanding terbalik dengan tradisi hukum !slam klasik yang berkembang &auh dari pusat(pusat kekuasaan.

Idealisasi Human agent Abou 6l Fadl mengidealisasikan human agent yang bersifat otoritatif. Agensi .perwakilan/ yang otoritatif dalam konteks hukum !slam adalah mereka yang mempunyai pengetahuan, kebi&aksanaan dan pemahaman yang cukup dalam aspek fikih. >toritas ahli hukum tidak didasarkan pada kekuasaan ekstra(rasional. >toritas ahli hukum lebih didasarkan pada keahliannya dalam bidang hukum !slam dan yang berkaitan, serta konsistensinya pada sebuah metodologi yang sistematis.29 "emegang otoritas yang otoritatif atau pelimpahan wewenang dalam konteks hukum !slam, menurut Abou 6l Fadl, dipersyaratkan mempertimbangkan beberapa hal :30-e&u&uran .honesty/, kesungguhan .dilegen!e/, kemenyeluruhan

27 Abid 4ohmanu, 3einterpretasi Jihad: 3elasi Fikih dan Akhlak ."onorogo: '#A!, "> "ress, 2712/, 1@=. 28 Abou 6l Fadl, 8ita dan Fakta #oleransi Islam, ter&. Heru "rasetia .+akarta: Arasy Mi an, 2775/, 25. 299ihat Abou 6l Fadl, .peaking in /od(s 0ame ;, 21. 30!bid., 8@ J 8G. "enafsir teks yang melanggar salah satu atau beberapa prinsip di atas akan ter&atuh pada tafsiran yang authoritarian.

.!omprehensi+eness/, rasionalitas .reasonableness/, pengendalian diri .sel restraint/. "rinsip(prinsip di atas menurut Abou 6l Fadl bisa di&adikan sebagai media untuk mengevaluasi apakah human agent telah melampaui batas wewenangnya atau tidak. Abou 6l Fadl dalam hal ini sangat menekankan proses bagaimana human agent menemukan hukum(hukum #uhan yang EtersiratF maupun EtersurukF dengan penggabungan antara rasionalitas dan moralitas. "uman agent .sebagai wakil khusus/ dengan memperhatikan prinsip(prinsip di atas dalam penelitian hukumnya, akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat . human agent dalam pengertian wakil umum/. Antuk men&adi otoritatif, dari sudut hermeneutik pembacaan dan pemahaman teks3wahyu, menurut Abou 6l Fadl, menuntut adanya kontruksi relasi yang berimbang dan proporsional antara pengarang teks . author/, teks dan pembaca .reader/. Makna teks harus merupakan hasil interaksi antara pengarang teks, bahasa dan pembaca. Harus ada proses negosiasi .negotiating pro!ess/ antara ketiga elemen tersebut dan tidak ada salah satu elemen yang mendominasi. Artinya, penentuan makna dilakukan secara demokratis.51 "roblem teks suci sebagai teks yang terbuka adalah bahwa teks tersebut bisa ditafsiri sesuai dengan kebutuhan dan ideologi sang penafsir yang berbeda dengan perspektif sang pengarang.52 *i sinilah pentingnya dalam konteks al()ur%an mengetahui dan konsisten dengan ma*asid al-shariah dan ideal(moral al()ur%an.
1. Sanda!an Teolo$is Human agent

*alam literatur keislaman dinyatakan bahwa teologi adalah ilmu yang membahas tentang a&aran(a&aran dasar agama yang biasanya dikaitkan dengan upaya mempertahankan akidah dan keimanan. #auhid &uga dipahami sebagai Ekeesaan
310ahasa bagi manusia ibarat game. !a mempunyai karakter sebagai berikut: bahasa harus bersifat publik, aturan(aturannya disepakati oleh semua yang terkait, mempunyai target dan tu&uan, adanya daya tarik karena adanya kepuasaan ketika komunikasi bersifat enjoy dan EnyambungF. 9ihat, -omaruddin Hidayat, 'emahami -ahasa Agama .+akarta: "aramadina, 1DDG/, 8<. 52Fuad 0aali N Ali :ardi, Ibn ,haldun and Islami! #hought-.tyles5 A .o!ial Perspe!ti+e .Massachusetts: I.-. Hall and ;o. 0oston, 1D=1/, G.

10

#uhanF, sebagai argumentasi tandingan atas konsep trinitas dalam agama -risten. "emahaman seperti ini menurut banyak pemikir kontemporer bersifat parsial. 0erdasar riset Abd Ala, batasan klasik tentang teologi di atas, digugat oleh pemikir kontemporer, termasuk oleh Fa lur 4ahman. "engertian teologi menurutnya adalah usaha intelektual yang mampu memberikan gambaran yang koheren dan tepat tentang pandangan dunia al()ur%an sehingga pikiran dan hati seseorang yang beriman dapat men&adikannya sebagai world+iew bagi sikap mental dan spiritualnya. 'elain itu teologi !slam kontemporer &uga diarahkan pada bagaimana menyelidiki dan menafsirkan a&aran keagamaan secara rasional dan obyektif dan tidak ter&ebak pada batas mempertahankannya di tengah dinamika kehidupan sosial budaya.33 "ada era kontemporer ini dikenal dengan apa yang disebut Eteologi fungsionalF. #eologi dalam pengertian ini tidak dimaknai secara sempit, akan tetapi bagaimana melakukan interpretasi terhadap realitas berdasar perspektif ketuhanan. #eologi dimaknai sebagai kekuatan iman yang bertautan dengan visi sosial yang bersifat emansipatorik. Format teologi fungsional berangkat dari kebutuhan kini, realitas kini, dan tantangan(tantangan masa kini, bukan dulu atau nanti.34 'enada dengan hal di atas, Abou 6l Fadl menilai penting penentuan corak teologis human agent sehingga bisa menghasilkan kontruksi hukum !slam yang fungsional bagi kehidupan, atau dalam bahasa hukum !slam tah*i* li masalih alibad. 0agi Abou 6l Fadl hukum !slam seharusnya men&adi instrumen memanusiakan manusia .liberatif/,35 dan bukan untuk melayani #uhan. Hukum
33Abd A%la, $ari 0eomodernisme ke Islam 1iberal : Jejak Fa)lur 3ahman dalam 2a!ana Islam di Indonesia .+akarta: "aramadina, 2775/, 17. 349ihat, Abdullah Had iM, E#eologi Fungsional: 'ebuah -a&ian dari *imensi Makna dan Fungsi bagi "engembangan MasyarakatF, dalam M. Amin 'yukur, at al., #eologi Islam #erapan: 7paya Antisipati terhadap "edonisme ,ehidupan 'odern .'olo: #iga 'erangkai, t.t./, 5<. 35 Antuk dapat men&adi instrumen pembebas, idealnya, menurut Abou 6l Fadl, human agent mempunyai persepsi dan visualisasi #uhan sebagai Kang !ndah . beauty/, Kang Maha 0aik, dan Kang Maha "enuh -asih . goodness/. !nilah makna bahwa human agent secara apriori wa&ib mengetahui &alan dan karakter #uhan sehingga hukum !slam yang dikontruksikan oleh human agent akan bersifat humanis. 0erbanding terbalik dengan hal ini adalah ba!kground teologis human agent dari kelompok puritan kontemporer yang bersifat tertutup dan intoleran .the theology o intoleran!e/ dan lebih menon&olkan kemahaperkasaan #uhan.

11

!slam &uga &auh dari penggunaannya untuk menindas kelompok yang lemah oleh re im(re im yang bersifat otoriter. -emaslahatan umat !slam &uga tidak diukur dari banyaknya perintah dan larangan yang bersifat fiMhiyah, atau formalisasi terhadap ma hab hukum tertentu.

2. O) imalisasi Pe!an Nala! dalam Penilain Bai" dan Bu!u"

'elain membangun persepsi ketuhanan yang lebih mendekatkan pada moralitas, Abou 6l Fadl menilai penting sistem teologi yang bersifat rasional. !ni sebagaimana karakter teologi yang lebih mementingkan prinsip(prinsip universal dan lebih banyak bersandar pada nalar, dan bukan otoritas tradisional sebagaimana keilmuan hukum !slam.36 #radisi hukum klasik menurut Abou 6l Fadl telah meletakan wacana tentang keindahan dan ke&elekan, kebaikan dan ke&ahatan . husn dan *ubh/. :acana yang berkembang adalah berkisar pada apakah keindahan dan ke&elekan merupakan realitas yang obyektif, atau sebaliknya bersifat subyektif. Mu%ta ilah, misalnya, berpendapat bahwa kebaikan, keindahan, ke&ahatan dan ke&elekan mempunyai esensi moral yang bersifat obyektif dan bisa diketahui dengan nalar .al-husn wa al-*ubh <a*liyan/.37 'ebagai konsekuensi dari paham ini, kesadaran dan kebebasan manusia merupakan u&ung tombak keberagamaan. 'uatu tindakan akan bernilai moral apabila didasarkan pada kesadaran individu, dan dalam situasi bebas. *alam wacana etika, ini dikenal dengan istilah otonomi moral. 'ementara
36 Menurut Abou 6l Fadl, human agent mempunyai otonomi untuk menilai dan menentukan segala tindakannya. #uhan dalam hal ini hanya mengintervensi manusia dalam bentuk pemberian nalar, hati nurani dan kesadaran dan bukan intervensi yang menafikan otonomi manusia. #eologi yang menyatakan bahwa #uhan telah mencatat dan menentukan segalanya, dan manusia ibaratkan EwayangF sa&a, akan kontra produktif bagi tu&uan asasi hukum !slam itu sendiri. 0agi Abou 6l Fadl, #uhan bukan pencipta keburukan, bahkan bukan pula kebaikan, akan tetapi manusia yang telah diberi potensi oleh #uhan dalam bentuk akal dan kesadaran. Menurut Abou 6l Fadl, banyak kebaikan yang merupakan produk dari keputusan, kesadaran, dan kehendak sebagai manusia.*ialog "roduser Frontline, Helen :itney dengan Abou 6l Fadl dalam tema, EHow did Kou 6?perience 11 'eptemberF, dalam http:33www.pbs.org3wgbh3pages3frontline3shows3faith3interviews 3elfadl.html .Akses, 1@ Agustus 277D/. 37Abou 6l Fadl, 'elawan #entara #uhan, 187.

12

tindakan bagi mereka yang menganut paham subyektivisme moral .sebagaimana kelompok Ash%ariyah/ pada dasarnya tidak pernah bernilai moral, karena moralitas mengandaikan adanya kesadaran individu, rasionalitas dan bukan karena faktor lain3luar. !nilah yang disebut dengan heteronomi moral,38 yakni orang mematuhi perintah atau hukum bukan karena nilai dan maknanya, akan tetapi lebih karena tuntutan ideologi, atau takut dosa, atau karena literal teks.

Man Agent Dalam Kon e"s Pen$emban$an Relasi Hu"um Islam Dan Mo!ali as Human agent dalam *a#ana Relasi Hu"um Islam dan Mo!ali as "uman agent sebagai pembaca teks mempunyai posisi yang penting dalam wacana hukum !slam dan moralitas. Moralitas hukum !slam menurut Abou 6l Fadl ditentukan oleh pembacaan human agent terhadap teks. 0isa dipahami bila kemudian Abou 6l Fadl banyak berbicara tentang prasyarat yang harus dipenuhi oleh human agent, seperti ke&u&uran .honesty/, kesungguhan .diligen!e/, kemenyeluruhan .!omprehensi+eness/, rasionalitas .reasonableness/, dan pengendalian diri .sel -restraint/. Agensi dalam pengertian kapasitas agen untuk bertindak lebih banyak dibawa oleh Abou 6l Fadl pada persolan moralitas, atau moral agen!y. 'oral agen!y dalam hal ini adalah kemampuan agen untuk membuat penilaian dan keputusan hukum berdasar refensi EbaikF dan EburukF, dan penilaian ini tidak semata(mata didasarkan pada normativitas wahyu atau literal teks hukum, akan tetapi lebih didasarkan pada rasionalitas human agent dalam mendeduksikan hukum, atau dalam bahasanya al-husn wa al-*ubh <a*liyan. 0egitu gandrungnya Abou 6l Fadl terhadap rasionalitas ini, bahkan ia berpendapat bahwa rasio manusia bisa memperkaya moralitas teks. 4asionalitas yang dibangun oleh Abou 6l Fadl dalam hal ini adalah bagaimana menelorkan produk(produk hukum yang fokus pada nilai(nilai subtantif dan tu&uan hukum .ma*asid al-shari(ah/. "uman agent dalam membaca teks tidak hanya sekedar pembacaan yang bersifat simbolik atau pembacaan
38'yahrin Harahap, Islam: ,onsep dan Implementasi Pemberdayaan .Kogyakarta: #iara :acana, 1DDD/, 11.

13

harfiyah sa&a, akan tetapi pembacaan yang hendak melakukan penggalian makna dari sebuah tindakan. Antuk menggali makna tindakan manusia bagi Abou 6l Fadl penting untuk melibatkan pengalaman sosio(histroris manusia. #anpa pelibatan pengalaman sosio(historis manusia, human agent akan ter&ebak pada pembacaan yang bersifat simbolik yang pada akhirnya mengarah pada otoritarianisme tafsir hukum !slam. "uman agent dalam hal ini berpotensi untuk memaksakan makna apapun dari teks. -arena itulah dari sudut hermeneutik penting untuk melakukan negosiasi makna antara author, reader dan te9t, serta prasyarat rasionalitas reader atau human agent dalam negosiasi tersebut. 'tandar rasionalitas tersebut kemudian dikembalikan oleh Abou 6l Fadl pada regulasi yang sudah la im dalam hukum !slam. Pe! ama, rasionalitas hukum !slam menurut Abou 6l Fadl dikembalikan pada komunitas interpretasi. Kedua, sebagai kelan&utan pertama, bahwa hasil pemikiran hukum !slam harus dikomunikasikan kepada pihak lain tentu dengan seperangkat kaidah yang telah disepakati bersama.5D Meru&uk pada tipe otoritas human agent sebagaimana dinyatakan oleh Ma? :eber, maka Abou 6l Fadl menginginkan human agent yang mempunyai otoritas legal(rasional, bukan yang kharismatik atau otoritas tradisional. >toritas legal( rasional dalam hal ini adalah keabsahan agensi yang lebih didasarkan pada aturan resmi, yakni rasionalitas yang prosedural. "rosedur dalam konteks ini lebih didasarkan pada kha anah keilmuan usul al- i*h dan didukung oleh keilmuan lain yang relevan untuk membantu validitas metodologis pencarian hukum !slam Eyang tersiratF atau bahkan EtersurukF. 'elan&utnya, berdasar kategori tindakan human agent Ma? :eber, tindakan rasional human agent yang dicanangkan Abou 6l Fadl adalah +alue-rational a!tion. Artinya bahwa pemikiran hukum human agent dituntun oleh nilai dan pertimbangan moralitas, bukan tindakan yang bersifat tradional yang hanya dituntun oleh kebiasaan, bukan pula tindakan yang bersifat instrumental dan a e!tual .emosi/. 4alue-rational a!tion ditun&ukkan oleh Abou 6l Fadl tentang pentingnya men&adikan Ekeindahan !slamF sebagai prinsip umum untuk
39 !bid., D7.

14

mengevaluasi tindakan hukum. -eindahan dalam !slam ini menurutnya ditun&ukkan oleh perintah ihsan, perintah untuk berbuat kebi&akan dan keindahan sebagai buah dari keimanan dan keislaman. 9ebih lan&ut, keindahan dan kebaikan ini dalam bahasa hukum !slam adalah ma*asid al-shari(ah yang intinya li tah*i* masalih} al-<ibad dalam berbagai aspek kehidupan. Akhirnya bisa dinyatakan bahwa agen dalam kontruksi hukum !slam mempunyai peran yang signifikan, peran tersebut adalah peran negosiatif antara agen dan struktur memin&am istilah Anthoni Iiddens. 'truktur dalam hal ini adalah author, te9t dan tentu adalah pengalaman sosio(histroris dari agen. Agen tidak kemudian dikooptasi oleh struktur atau sebaliknya mengkooptasi struktur. !nilah makna negosiasi yang berimbang antara reader, author dan te9t. Hukum !slam dalam hal ini tidak hanya bersifat normatif, akan tetapi &uga sosiologis untuk menun&uk pada peran agen dalam melakukan interpretasi kultural dan sosiologis sebagai formulasi praktis dari syariah. Sanda!an Teolo$is dan E)is emolo$is Penala!an Hu"um Islam Abou El Fadl 0erdasar paparan sebelumnya, terlihat bagaimana Abou 6l Fadl memandang pentingnya teologi rasional dalam ranah fikih, akan tetapi ini tidak serta merta men&adikannya Mu%ta ilah. 0erbeda dengan Mu%ta ilah yang lebih banyak mempergunakan nalar dalam menilai kebaikan, menurut Abou 6l Fadl, nilai(nilai akhlak tentang kebaikan .goodness/ dan keindahan .beauty/ merupakan interaksi yang bersifat dinamis antara teks .wahyu/, refleksi manusia terhadap alam dan ciptaan, dan persepsi manusia terhadap pengalaman sosio(historis. ;itra yang menon&ol dari Muta ilah adalah rasionalitasnya, dan Abou 6l Fadl mempunyai kecendrungan yang sama. Akan tetapi berbeda dengan Muta ilah, rasionalitas Abou 6l Fadl didukung sepenuhnya oleh tradisi. 9apangan analisa Abou 6l Fadl berada dalam bingkai tradisi hermenutik dalam fikih. !a menempatkan dirinya dalam tradisiO memanfaatkannya, mengevaluasi dan melakukan kritik terhadap metode dan hermenutika fikih.

15

Menurut Ieorge F. Hourani, ada dua pendekatan dasar terkait dengan pengetahuan tentang nilai etis tindakan manusia yang dikembangkan oleh teolog muslim, yakni: rationalisti! obje!ti+ism dan theisti! subje!ti+ism.40 Akan tetapi pilahan secara dikotomis ini menurut Felicitas >pwis terkesan ideal dan tidak bisa memotret realitas yang berkembang dalam wacana fikih. 3ationalisti! obje!ti+ism beranggapan bahwa EbaikF dan EburukF bisa diketahui lewat nalar manusia, walaupun tanpa bantuan wahyu. :ahyu dalam hal ini sebatas men( suport dan menkonfirmasi nilai baik dan buruk yang diketahui oleh nalar. 'ebuah tindakan dinilai baik dan buruk dalam relasinya dengan mas}lah}ah dan ma sadah yang ditimbulkannya. 'ementara itu, theisti! subje!ti+ism berkeyakinan bahwa sesuatu dikatakan EbaikF karena #uhan memerintahkannya, dan dikatakan EburukF karena #uhan melarangnya. Menurut >pwis, al(+assas yang dinilai sebagai Muta ili tidak memahami maslahah dalam penyingkapan hukum, walaupun ia berkeyakinan bahwa intelek manusia mampu mengetahui baik dan buruk. Hal yang sama &uga dilakukan oleh Muta ili al(0asri. 'ebaliknya, yuris kalangan Ashari, al(+uwayni, al(Iha ali dan Fakhr al(*in al(4a i adalah proponen penggunaan maslahah dengan mekanisme *iyas dalam menyelesaikan kasus baru. Apa yang dinyatakan >pwis di atas menegaskan bahwa dalam konteks fikih pilahan secara dikotomik antara rationalisti! obje!ti+ism dan theisti! subje!ti+ism bersifat problematik. 3ationalisti! obje!ti+ism atau yang disebut Mad&id Fakhry dengan theologi!al rationalism tidak selalu identik dengan Muta ilah. 'ementara itu, berdasar paparan sebelumnya &uga dapat dinyatakan bahwa epistemologi fikih Abou 6l Fadl bercorak nonpositivistik J pengetahuan bersifat subyektif yang bertumpu pada makna, terikat nilai, tidak bersifat linier, dan kebenaran harus diverifikasi lewat pemahaman dan tafsir. 6pistemologi nonpositivistik Abou 6l Fadl ini dinilai selaras dengan karakter fikih sebagai bagian dari keilmuan humaniora. ;orak epistemologi Abou 6l Fadl ini dipertegas dengan metode dan kerangka teoritik yang dikembangkan dalam membaca tradisi
40 Ieorge F. Hourani, Islami! 3ationalism: the Ethi! o <Abd al-Jabbar .>?ford: ;larendon "ress, 1D<1/, 5. Felicitas >pwis, 'aslaha and the Purpose o 1aw: Islami! $is!ourse on 1egal 8hange rom the =th>?@th to Ath>?=th 8entury .9eiden: -oninkli&ke 0rill, 2717/, 2D(57.

16

fikih, yaitu hermeneutika. 'ementara itu, aliran hermeneutika yang dipilih adalah hermeneutika filosofis gadamerian. Makna dalam perspektif aliran hermeneutika ini merupakan hasil peleburan dan fusi hori on pembaca dan teks. "engarang dan konteks historis dari teks dipertimbangkan dalam proses interpretatif bersama, dengan melibatkan prasangka(prasangka penafsir, seperti tradisi, kepentingan praktis, bahasa dan budaya.41 Abou 6l Fadl mengutip Iadamer bahwa interpretasi secara historis tidak mandiri, akan tetapi bersandar pada prasangka historis, dan selalu berubah dan berkembang.42 "ilihan terhadap aliran hermeneutika ini semakin menguatkan corak nonpositivistik epistemologi fikih Abou 6l Fadl.43 Hal ini karena hermeneutika filosofis lebih mengacu pada pemahaman subyektif pembaca teks dalam rangka melakukan produksi ulang makna teks sesuai dengan situasi historis pembaca teks. :alaupun orientasi hermeneutika Abou 6l Fadl adalah gadamerian, Abou 6l Fadl dinilai telah mengembangkan tradisi hermeneutika ini sesuai dengan tantangan akademik yang mengitarinya, yakni problem otoritas yang EmenghantuiF wacana fikih kontemporer. Akan tetapi sedikit berbeda dengan Iadamer, hermeneutika Abou 6l Fadl yang sering disebut dengan hermeneutika negosiatif, mencoba menempatkan sudut pengarang, teks dan pembaca secara berimbang. Hermeneutika Iadamer dalam hal ini dinilai lebih menempatkan penafsir3pembaca teks secara dominan dibanding dengan pengarang dan teks. 'elain itu, Abou 6l Fadl &uga merumuskan syarat(syarat penafsiran yang ini tidak ditemukan dalam tradisi hermeneutika Iadamer.

41 !bid. 42 Abou 6l Fadl, .peaking in /od(s 0ame ;,125. 43 Metode hermeneutika yang dipakai Abou 6l Fadl di atas meneguhkan epistemologi nonpostivistik Abou 6l Fadl. 0agi kelompok nonpositivistik .ideografis/ pengetahuan dan kebenaran bersifat subyektif .terikat pada makna/, terikat nilai, siklus dan penekanan pada pemahaman .tafsir/. 'ementara itu, kelompok positivistik berpandangan bahwa realitas sosial, pengetahuan dan kebenaran haruslah bersifat obyektif, bebas nilai, deterministik dan harus bisa diverfikasi secara empiris.

17

0erdasar orientasi teologis dan epistemologis Abou 6l Fadl, pemikiran hukum !slam Abou 6l Fadl, memin&am kategori Abdullah 'aeed, dapat dikelompokkan pada kelompok progresif i&tihadis. -elompok ini berkeyakinan bahwa sumber hukum !slam adalah al()ur%an, hadis, dan fresh i&tihad dengan melibatkan keilmuan kontemporer. !ni sebagaimana per&umpaannya dengan tradisi intelektual 0arat yang men&adikannya kritis terhadap tradisi !slam.

PENUTUP 0erdasar paparan(paparan pada bab(bab sebelumnya, dengan mengacu pada fokus masalah, data penelitian, dan kerangka teoritik, maka penulis dapat simpulkan beberapa hal:
1. Hukum !slam menurut Abou 6l Fadl dimediasi oleh human agen!y .perwakilan

manusia atau khali atullah/. *alam konteks hukum !slam human agen!y bersifat kolektif sebagaimana tidak ada institusi kependetaan dalam !slam. 'etiap muslim adalahpada dasarnya adalah human agent #uhan. 'ementara itu kontruksi human agent yang dikembangkan dalam rangka membangun relasi hukum !slam dan moralitas menurut Abou 6l Fadl adalah sebagai berikut:
a. "uman agen!y dalam konteks hukum !slam lebih banyak dibawa oleh

Abou 6l Fadl pada moral agen!y,yakni kemampuan bertindak3memutuskan hukum berdasar referensi3penilaian baik dan buruk secara rasional dengan mempertimbangan pengalaman sosio(historis manusia.
b. >toritas human agent dalam konsepsi Abou 6l Fadl lebih didasarkan pada

otoritas legal(rasional dengan kategori tindakan human agent yang didasarkan pada +alue-rational a!tion. !ni sebagaimana pendapatnya bahwa rasionalitas hukum !slam harus dikembalikan pada $komunitas interpretasi% yang mempunyai seperangkat aturan penalaran hukum .usul al- i*h/ dan harus diu&ipublikkan. 'ementara itu tindakan human agent yang didasarkan pada +alue-rational a!tion bermakna bahwa tindakan dan penalaran hukum

18

!slam harus dituntun oleh nilai dan moralitas, bukan ditentukan oleh kebiasaan, emosi keagamaan dan yang semisal.
2. 'andaran teologis dan epistemologis Abou 6l Fadl dalam mengidealisasikan

human agent dalam tradisi hukum !slam:


a. "ersepsi teologis Abou 6l Fadl sebagai bangunan dasar pemikiran hukum

!slamnya lebih dekat dengan paham teologis Mu%ta ilah sebagaimana kecenderungannya pada rasionalitas dan kebebasan bertindak. Akan tetapi secara informal, Abou 6l Fadl menolak untuk diafiliasikan dengan paham mu%ta ili. Menurutnya kebenaran dan keindahan adalah interaksi yang bersifat dinamis antara wahyu3revelasi, nalar, persepsi terhadap alam dan ciptaan serta realitas kontekstual.
b. 6pistemologi yang dikembangkan oleh Abou 6l Fadl masuk pada

kelompok progresif(i&tihadis, yakni bahwa sumber hukum !slam adalah al( )ur%an, al('unnah, dan fresh i&tihad dengan didukung oleh pengetahuan modern. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikan dan sosio( budaya yang mengitari Abou 6l Fadl, yakni masyarakat Amerika. -arena itu apa yang dilakukan secara epistemologis adalah adjusting traditional islami! norm to Ameri!an !onte9t. 2allah a(lam ;

DAFTAR RU+UKAN A%la, Abd. $ari 0eomodernisme ke Islam 1iberal : Jejak Fa)lur 3ahman dalam 2a!ana Islam di Indonesia. +akarta: "aramadina, 2775. Authority and 4ationality .Ma? :eber, Ierman 1=G@ J 1D27/ dalam www.sagepub.com3 .Akses G >ktober 2715/. 0aali, Fuad N Ali :ardi, Ibn ,haldun and Islami! #hought-.tyles5 A .o!ial Perspe!ti+e. Massachusetts: I.-. Hall and ;o. 0oston, 1D=1. 0aderin, Mashood A. International "uman 3ights and Islami! 1aw. >?ford: >?ford Aniversity "ress, 2775.

19

0iografi -haled M. Abou 6l Fadl dalam http:33www.law.ucla.edu3faculty3all( faculty(profiles3professors3"ages3khaled(abou(el(fadl.asp? .Akses, 21 Mei 2715/. *ialog "roduser Frontline, Helen :itney dengan Abou 6l Fadl dalam tema, EHow did Kou 6?perience 11 'eptemberF, dalam http:33www.pbs.org3wgbh3pages3frontline3shows3faith3interviews 3elfadl.html .Akses, 1@ Agustus 277D/. 6. 'umaryono, "ermeneutik5 .ebuah 'etode Filsa at .Kogyakarta: -anisius, 1DD5/, 2D. 6ffendi, *&ohan. 'erayakan ,ebebasan -eragama. +akarta: "enerbit 0uku -ompas, 2717. 6l Fadl, -haled M. Abou. E#he Human 4ights ;omitment in Modern !slam.F 4un o et.al., "uman 3ights and 3esponsibilities in the 2orld 3eligions. >?ford: >ne :orld, 2775. BBBBBBBB. 8ita dan Fakta #oleransi Islam, ter&. Heru "rasetia. +akarta: Arasy Mi an, 2775/. BBBBBBBB. 'elawan #entara #uhan: :ang -erwenang dan yang .ewenangwenang dalam 2a!ana Islam. +akarta: 'erambi, 2775. BBBBBBBB. .peaking in /od(s 0ame: Islami! 1aw, Authority, and 2omen. >?fordO >neworld, 2715. BBBBBBBB. #he Islami! 1aw o 3ebellion: #he 3ise and $e+elopment o the Juristi! $is!ourse on Insurre!tion, Insurgen!y and -rigandage. *isertasi: "rinceton Aniversity, 1DDD. Fatwa(fatwa Abou 6l Fadl secara on line bisa dilihat http:33www.scholarofthehouse.org3oninma.html, akses 513123277<. di

Had iM, Abdullah. E#eologi Fungsional: 'ebuah -a&ian dari *imensi Makna dan Fungsi bagi "engembangan MasyarakatF, dalam M. Amin 'yukur, at al., #eologi Islam #erapan: 7paya Antisipati terhadap "edonisme ,ehidupan 'odern. 'olo: #iga 'erangkai, t.t.. Harahap, 'yahrin. 'etodologi .tudi #okoh Pemikiran Islam. +akarta: "renada, 2711. Hidayat, -omaruddin. 'emahami -ahasa Agama. +akarta: "aramadina, 1DDG. Himma, -enneth 6inar. E9egal "ositivismF, dalam http:33www.utm.edu3research 3iep3legalpos.htm .Akses, 1G "ebruari 277D/. Hosen, ,adirsyah. E"u&ian dan -esaksianF dalam -haled M. Abou 6l Fadl, Atas 0ama #uhan5 dari Fikih 6toriter ke Fikih 6toritati , "ent. 4. cecep 9ukman Kasin .+akarta: 'erambi, 277@/. Hourani, Ieorge F. Islami! 3ationalism: the Ethi! o <Abd al-Jabbar. >?ford: ;larendon "ress, 1D<1.

20

http:33en.wikipedia.org3wiki3AgencyBC2=philosophyC2D .Akses < 2715/ http:33en.wikipedia.org3wiki3MoralBagency http:33en.wikipedia.org3wiki3MoralBagency http:33plato.stanford.edu3entries3moral(responsibility3

'eptember

Hunter, 'hireen #. dan Huma Malik, .ed./, 'oderni)ation, $emo!ra!y and Islam .:ashington, *.;. : ;enter for 'trategic and !nternational 'tudies, 2778/, <=. Abou 6l Fadl, .peaking in /od(s 0ame: Islami! 1aw, Authority and 2omen .>?ford: >neworld "ress, 2775/, 2@. Mad&id, ,urcholish. et al., Islam 7ni+ersal .Kogyakarta: "ustaka "ela&ar, 277</, 511. Mish, Frederick ;. .ed./ , #he 'erriam-2ebster $i!tionary. Massachusetts: Merriam(:ebster !ncorporated, 271@. >pwis, Felicitas. 'aslaha and the Purpose o 1aw: Islami! $is!ourse on 1egal 8hange rom the =>?@thth to Ath>?=th 8entury. 9eiden: -oninkli&ke 0rill, 2717. "arthemore, +oel dan 0lay :ithby, E:hat Makes Any Agent A Moral Agent1F dalam http:33pro&ect.sol.lu.se3fileadmin3userBupload3pro&ect3ccs3moralagency.pd f 4aymond :acks, Philosophy o 1aw: A 4ery .hort Introdu!tion .>?ford: >?ford Aniversity "ress, 277G/, @7 J @1. 4ohmanu, Abid. 3einterpretasi Jihad: 3elasi Fikih dan Akhlak. "onorogo: '#A!, "> "ress, 2712. 'aeed, Abdullah. Islami! #hought: An Introdu!tion. ,ew Kork: 4outledge, 277G. 'hah(-a emi, 4e a. E-ook 3e+iew terhadap $;onference of the 0ooks: #he 'earch for 0euty in !slam%F, dalam Journal o Islami! .tudies, 18, 2 .Mei 277@/, 221. 'oekanto, 'oer&ono. Pokok-Pokok .osiologi "ukum. +akarta: 4a&aIrafindo "ersada, 1DDD. :atanabe, #eresa. E0attling !slamic "uritans,L *alam 1os Angeles #imes .2 +anuari 2772/.

21

You might also like