You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN (kelompok 2)

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

1. 2. 3. 4.

Disusun Oleh : KELOMPOK 2 Dedi Darma Putra Edi Taufikurahman Kiki Apriliyanti Novia Yesiana AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR Jl. Batu Berlian No.11 Telp (0531) 22960 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit,

Maret 2012

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii BAB I............................................................................................................................ PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1 B. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................ 2 C. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 2 D. METODE PENULISAN............................................................................................ 2 E. SISTEMATIKA PENULISAN.................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN.... 3 B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN................................................................... 4 BAB III............................................................................................................................. PENUTUP A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 39 B. SARAN ...................................................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 1994). Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 1994). Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002). Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan. B. TUJUAN PENULISAN Untuk mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan. D. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka. BAB II

PEMBAHASAN A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakterpenuhinya kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut: 1. Pemberi perawatan langsung (care giver); perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan kebutuhan keamanan. 2. Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masalah keamanan keluarga. 3. Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga. 4. Konsultan, perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. 5. Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal. 6. Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi. 7. Penemu kasus/masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan secara dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keamanannya. 8. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan. B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram. 1. KONSEP DASAR Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keselamatan dan keamanan a. Usia Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang dilakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang. b. Tingkat kesadaran Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur. c. Emosi

Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan. d. Status mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya risiko injuri atau gangguan integritas kulit. e. Gangguan persepsi sensori Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan. f. Informasi/komunikasi Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca menimbulkan kecelakaan. g. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik h. Keadaan imunitas Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga mudah terserang penyakit. i. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit. j. Status nutrisi Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu. k. Tingkat pengetahuan Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya. 2. a. b. Macam-macam bahaya atau kecelakaan Di rumah Tersedak. Jatuh. Tertelan alat-alat rumah tangga. Tersiram air panas. Jatuh dari jendela atau tangga. Terpotong. Luka tusuk atau luka gores. Luka bakar. Tenggelam. Terkena pecahan kaca. Jatuh dari sepeda. Keracunan. Di rumah sakit Mikroorganisme. Cahaya. Kebisingan. Temperatur. Kelembapan. Cedera atau jatuh.

3. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.

Kesalahan prosedur. Peralatan medik. Radiasi. Keracunan inhalasi, injeksi. Syok elektrik. Asfiksia dan kebakaran.

Pencegahan kecelakaan di rumah sakit Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda. Menghindari kecelakaan: Mengunci roda kereta dorong saat berhenti. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau. Meja yang mudah dijangkau. Kereta dorong ada penghalangnya. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung oksigen dan termos. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu menggunakannya. Mencegah kesalahan prosedur; identitas klien harus jelas. KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA LANSIA PENYEBAB KECELAKAAN PADA LANSIA: Fleksibilitas ekstremitas yang berkurang Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun Pencahayaan yang kurang Lantai licin dan tidak rata Tangga tidak ada pengaman Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak Kehilangan kesadaran tiba-tiba (syncope) TINDAKAN PENGAMANAN PADA LANSIA: Berikan alat bantu yang sesuai Latih lansia untuk mobilisasi Usahakan ada yang menemani jika bepergian Letakkan peralatan terjangkau lansia

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8.

Gunakan tempat tidur tidak terlalu tinggi Penataan ruangan harus bebas lalu lalang Upayakan lantai bersih, tidak licin, rata, dan tidak basah Hindari lampu redup/menyilaukan PENGKAJIAN DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA

A.

DEFINISI Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas. Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh. Mengurangi Risiko Jatuh Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua(AGS et al.2001) .

Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada lansia Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu: 1. Faktor Intrinsik Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan. Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan. 2. Faktor Ekstrinsik Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah

tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

B.

PENCEGAHAN Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua : Latihan fisik Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan,memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan,latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6) Managemen obat-obatan Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara: Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat Gunakan alat bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers Hindari pemberian obat multiple (lebih dariempat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan Modifikasi lingkungan Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing akibat suhu diantara: Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu Gunakan karpet antislip di kamar mandi. Perhatikan kualitas penerangan di rumah. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas. Gunakan lantai yang tidak licin. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.

1.

2. 3.

4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya : Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus. Mengambil barang dengan cara yang benar dari Lantai. Hindari olahraga berlebihan.

5.

Alas kaki Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki: Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan Pakai sepatu yang antislip 6. Alat bantu jalan Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda. Karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan. 7. 8. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

9. Memelihara kekuatan tulang Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua Berhenti merokok Hindari konsumsi alkohol Latihan fisik Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi: a. Halusinasi; b.Gangguan proses pikir; c. Kelesuan;

d. Ilusi; e. Kebosanan dan tidak bergairah; f. Perasaan terasing; g.Kurangnya konsentrasi; h.Kurangnya koordinasi dan keseimbangan. 2. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain: a. Kesadaran menurun; b.Kelemahan fisik; c. Imobilisasi; d. Penggunaan alat bantu. Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). a. Resiko Jatuh Usia klien lebih dari 65 tahun Riwayat jatuh di rumah atau RS Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives) b. Riwayat kecelakaan Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang kembali c. Keracunan Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya. d. Kebakaran Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api. e. Pengkajian Bahaya Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan. f. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah) Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur. Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah) 1. Y a. b. c. d. e. f. g. h. Y a. Y a. b. c. d. e. Y a. Y a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Y a. b. c. Risiko injuri Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam. Kemungkinan berhubungan dengan: Kurangnya informasi tentang keamanan; Kelemahan; Gangguan kesadaran; Kurangnya koordinasi otot; Epilepsi; Episode kejang; Vertigo; Gangguan persepsi. Kemungkinan data yang ditemukan: Perlukaan dan injuri. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: AIDS; Demensia; Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin; Epilepsi; Penyakit perdarahan. Tujuan yang diharapkan: Injuri tidak terjadi. Intervensi: Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat tidurnya Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnya Kunci roda tempat tidur Posisi kepala lebih ditinggikan Berikan penerangan yang cukup pada malam hari Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan persepsi pasien Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus untuk mencegah dekubitus Berikan pendidikan kesehatan tentang: Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol Pencegahan injuri di rumah Rasional: Pencegahan primer Monitor faktor risiko Mencegah terjadinya kecelakaan

d. e. f. g. h. i. j. k. 2. Y a. b. c. d. e. Y a. b. Y a. b. c. d. e. f. g. Y Y a. b. c. d. e. f. g.

Dibutuhkan pada saat emergensi Mempertahankan keamanan Mencegah aspirasi Mencegah jatuh Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori Mencegah kecelakaan Mencegah komplikasi akibat injuri Mencegah injuri Perubahan proteksi Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginya dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh. Kemungkinan berhubungan dengan: Defisit imunologi; Malnutrisi; Kemoterapi atau efek pengobatan; Penglihatan yang kurang; Kurang informasi tentang keselamatan. Kemungkinan data yang ditemukan: Riwayat kecelakaan; Lingkungan yang beresiko. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: Usia: kematangan, sangat tua; Nutrisi kurang; Gangguan darah; Pembedahan; Radiasi atau kemoterapi; Penyakit imunitas; AIDS. Tujuan yang diharapkan: Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial Intervensi: Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan Jaga pasien dari injuri dan infeksi Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari bekas suntikan Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik Berikan diet adekuat Lakukan pendidikan kesehatan tentang: Pemberian pengobatan Mempertahankan keamanan Teknik isolasi Penggunaan alat-alat proteksi Rasional: Mengurangi risiko penularan penyakit Mengatasi faktor penyebab

Y a. b.

c. d. e. f. g. 3. Y a. b. c. d. e. f. Y a. b. c. Y a. b. c. Y a. b. Y a. b. c. d. e. f. g. h.

Mengurangi risiko infeksi Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi Menghindari pendarahan Meningkatkan daya tahan tubuh Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri Risiko tinggi infeksi Definisi: kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya virus penyakit. Kemungkinan berhubungan dengan: Tidak adekuatnya pertahanan primer; Kerusakan jaringan; Terpaparnya lingkungan yang terkontaminasi penyakit; Prosedur invasif; Malnutrisi; Penyakit kronis. Kemungkinan data yang ditemukan: Kondisi kulit; Nilai laboratorium; Pemakaian alat-alat invasif. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: AIDS; Infeksi bakteri dan virus; Kondisi setelah operasi. Tujuan yang diharapkan: Pasien dapat menunjukkan penurunan infeksi. Tidak ada tanda-tanda infeksi. Intervensi: Monitor tanda vital setiap 4 jam Gunakan metode pengontrol adanya infeksi Pertahankan diet adekuat, vitamin C, dan tablet Fe Catat hasil laboratorium Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya Informasikan tentang efek pengobatan Lakukan teknik steril Lakukan pendidikan kesehatan tentang: Pencegahan dan penularan penyakit Tanda dan gejala infeksi Hidup sehat Rasional: Data dasar untuk mengetahui keadaan normal Melindungi pasien dari infeksi Meningkatkan daya tahan tubuh Mengidentifikasi adanya infeksi Mencegah komplikasi Mencegah infeksi silang

Y a. b. c. d. e. f.

g. h.

Mencegah terjadinya infeksi Memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)

1. Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA adalah : Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan cedera. Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan. Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya udara untuk proses bernafas. Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau fraktur). Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks. Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks. Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan. Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang direncanakan atau tidak dapat dihindari. 2. Perencanaan Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu: Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan agar lebih aman. Contoh rencana asuhan keperawatan: Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat) Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu: Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

1.

a. b. c. 3. a. b. c.

Intervensi Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1 d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah

e.

Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman) f. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala. Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Tanggal Pengkajian: 22 Maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis Kelamin Pendidikan Agama Status Perkawinan TB/BB Penampilan Ciri-ciri Tubuh Alamat Orang Yang Dekat Hubungan Alamat/Telepon : : : : : : : : : : : : : Ny. M Kuala Kapuas, 15 September 1939 Perempuan SD Islam Janda 151 cm/45 kg Bersih, kurang rapi, gigi ompong Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri, kifosis Jl.Batu Manyar No.21 Ny. S Anak kandung Jl.Batu Manyar No.21

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1.

Genogram

Keterangan:

: Laki-laki : Perempuan : Garis Hubungan

: Garis Keturunan : Tinggal Serumah : Meninggal

2. Riwayat Keluarga Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia, awalnya klien tinggal bertiga dengan saudarasaudara klien saja sebelum akhirnya kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak keduanya sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya klien menikah. Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di rumah. C. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini : Alamat Pekerjaan : Jarak Dari Rumah : Alat Transportasi : Pekerjaan Sebelumnya : Jarak Dari Rumah : Alat Transportasi : Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan : Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan anak-anak klien terutama anak bungsu klien. D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Tipe tempat tinggal Jenis lantai rumah : Kayu Ulin Kondisi lantai : Kering Tangga rumah : Penerangan : Cukup Tempat tidur : Aman

Alat dapur : Berserakan WC : Cukup baik, lumayan bersih, tapi agak licin Kebersihan lingkungan : Kurang bersih Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 3 orang Derajat privasi : Tetangga terdekat : Ny.K Alamat dan telepon : Jl. Batu berlian No.11 E. RIWAYAT REKREASI Hobbi/Minat : Berkebun dan Menyulam Keanggotaan Organisasi ; Organisasi Wanita Wredatama : Terakhir kali pada tahun 2011, klien pergi mengunjungi anak tertuanya di banjarmasin F. SISTEM PENDUKUNG Perawat : Ny.N Jarak dari rumah : 2 Km Rumah Sakit : RSUD Dr. Murjani Klinik : Jarak Pelayanan Kes. Dirumah : Makanan yg dihantarkan : Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah: Lain-lain : -

Jarak 3,5 km

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat Yang Lainnya : mengaji setiap shalat magrib berakhir H. STATUS KESEHATAN Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu : Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki klien. Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang lalu : Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis. Keluhan Utama : lutut terasa ngilu 1. Provocative/Paliative : penumpukan Kristal asam urat 2. Quality/Quantity : ngilu-ngilu : di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang 4. Severity Scale : 6 (dari skala 0-10) : sangat terasa saat malam hari. Sifatnya hilang-timbul dan terkadang terasa sakit berkisar antara 10-15 menit Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam (termasuk klien) dengan asam

urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa sebenarnya asam urat itu sendiri dan obatobat apa yang diminum klien selama ini. Obat-obatan: Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel sudah tidak ada) Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) Obat-obatan : Makanan : Faktor Lingkungan : Penyakit Yang Diderita Arthritis Gout (Asam Urat) I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks KATZ : A Oksigenisasi : Baik, tanpa alat bantu Cairan & Elektrolit : Klien minum 4-6 gelas/hari, klien suka minum kopi Baik, klien terkadang makan nasi lunak. Sayur-sayuran terutama kangkung, dan ikan BAB kadang lancar kadang tidak, BAK dalam sehari 3-5 kali Terbatas, klien sering merasa lelah terutama menahan rasa cenat-cenut di lututnya. Klien jarang melakukan aktivitas yang berlebihan dan berat. Tidur siang kadang-kadang, tidur malam dari pukul 21.00 WIB dan terbangun pukul 03.00 WIB Personal Hygiene : Dapat dilakukan secara mandiri Sudah tidak memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual lagi Klien tidak pernah rekreasi selain mengunjungi anak tertuanya di Banjarmasin tahun 2011 lalu PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL Konsep Diri : Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah lansia Emosi : Labil, klien mudah tersinggung Baik, klien mudah membaur dengan masyarakat sekitarnya Mekanisme pertahanan diri : Baik Status mental Tingkat kesadaran : Composmentis Afasia : Demensia : Tidak Orientasi : Normal Bicara : Normal Bahasa yang digunakan : Dayak Kemampuan membaca : Bisa Kemampuan interaksi : Sesuai Vertigo : Tidak : 6 (Kerusakan Intelektual Sedang) : 6 (Gangguan Intelektual Sedang) : Skor 4 : 6 (Sedang)

: : : : : : J. :

e (SPMSQ)

K. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum Tingkat kesadaran Tanda-tanda vital

: Baik : Composmentis : TD: 130/70 mmHg RR: 20x/m TB: 152 cm

N: 68x/m T: 36,3oC BB: 48 Kg

L. PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1: BREATHING) 1. Bentuk Dada : Simetris 2. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada 3. Pola Nafas a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur 4. Bunyi Nafas b. Normal : Vesikuler di semua lapang paru c. Abnormal : d. Resonen lokal : 5. Pergerakan dada : 6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : 7. Alat Bantu Pernafasan : CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING) Nadi Frekuensi : 68x/m dan reguler 2. Bunyi jantung : Normal : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira-kira satu jari medial dari garis midclavicula 4. Pembesaran jantung : Tidak 5. Nyeri dada : Tidak 6. Edema : Tidak 7. Clubbing finger : Tidak 1. PERSARAFAN (B3: BRAIN) Tingkat Kesadaran: Composmentis 1. GCS Total GCS: 14 2. Refleks : Normal 3. Koordinasi gerak : Ya 4. Kejang : Tidak 5. Lain-lain : 1. a. PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI) Mata (Penglihatan) Bentuk : Normal

b. c. d. e. f. g. 2. a. b. 3. a. b. c. d. e. 4. 5.

Visus Pupil Gerak bola mata Medan penglihatan Buta warna Tekanan Intra Okuler Hidung (Penciuman) Bentuk Gangguan Penciuman Telinga (Pendengaran) Aurikel Membran tympani Otorrhae Gangguan Pendengaran Tinitus Perasa Peraba

: : : : : :

Isokor Normal Menyempit Tidak Tidak

: Normal : Tidak : : : : : Normal Keruh Tidak Ya Ya : Normal : Normal

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER) Masalah kandung kemih : Sering Produksi urine : 250ml/hari Frekuensi : 2-6x/hari Warna : Kuning Jernih Bau : Amoniak PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL) 1. Mulut dan Tenggorokan a. Mulut : Selaput lendir mulut lembab b. Lidah : Hiperemik c. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau d. Tenggorokan : Sakit Menelan e. Abdomen : Kenyal f. Pembesaran Hepar : Tidak g. Pembesaran Lien : Tidak h. Asites : Tidak 2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus BAB : 2X/hari, Tidak ada masalah Obat pencahar : Tidak Lavemen : Tidak OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE) Otot dan Tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas Kemampuan kekuatan otot: Tidak ada fraktur Tidak ada dislokasi Tidak ada haematom 1.

2.

Integumen Warna kulit Akral Turgor Tulang belakang

: Hiperpigmentasi : Hangat : Tidak Elastik : Kiposis

M. REPRODUKSI Perempuan: Payudara Kelamin

: Bentuk simetris, Tidak ada benjolan : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

N. ENDOKRIN Klien tidak memiliki kelainan endokrin O. PENGETAHUAN Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia sakit. Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara spesifik. ANALISA DATA NO KELUHAN DS: Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya cenatcenut kalau jalan DO: - klien tampak memijat kedua kakinya - klien tampak hati-hati saat merubah posisi dari duduk jadi berdiri - klien kifosis 1. P : penumpukan Kristal asam urat Q : ngilu, cenat-cenut R ; di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang S : 6 (dari 0-10) T : di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang 2 ETIOLOGI PROBLEM

Penumpukan Kristal asam urat

Nyeri akut

Penurunan sensori,

Resiko injuri

DS: Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya cenatcenut kalau jalan DS: mata saya kadang terasa kabur kadang tidak DO: Fokus penglihatan mulai berkurang Lapang pandang menyempit Aktivitas terbatas karena sakit pada ekstrimitas dan punggung, gerak agak pelan dan hati-hati Lingkungan kurang aman. WC agak licin. Di halaman belakang terdapat beberapa pecahan kaca, duri salak (di halaman belakang rumah klien tumbuh 2 pohon salak), dan tanah agak licin karena ditumbuhi lumut

lingkungan kurang kondusif, fleksibelitas ekstremitas menurun

RENCANA KEPERAWATAN Dx. No. Tujuan Kep. 1. 1 Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria hasil: 2. 1. Klien tidak mengungkapkan perasaan nyeri 2. Gerak tidak terbatas 3. Aktivitas bisa sedikit meningkat 3. 4. Skala nyeri 0 (dari 010) 5. Menunjukkan ekspresi rileks

Intervensi Kaji karakteristik nyeri 1.

Rasional Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri.

Bantu klien dalam 2. Nyeri mungkin mengidentifikasi faktor dipengaruhi oleh kecemasan pencetus atau peradangan pada sendi 3. Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri 4. Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri Pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik Pemakaian alkohol, kafein, dan oba-obatan diuretik akan menambah peningkatan kadar asam urat

4.

Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung 5.

5.

Anjurkan klien untuk dalam serum. tidak meminum minuman seperti alkohol, kafein atau mengonsumsi obat-obatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih

2.

Setelah dilakukan 1. tindakan perawatan selama 2x24 jam diharapkan cidera tidak terjadi dengan kriteria 2. hasil: 1. Mengidentifikasi bahaya apa saja yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera terutama bahaya 3. lingkungan 2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu 3. Melaporkan 4. penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

Kaji adanya faktor1. Mengidentifikasi adanya faktor resiko injuri pada faktor-faktor resiko yang klien. mungkin akan timbul Lakukan modifikasi 2. Mengurangi risiko injuri lingkungan agar lebih akibat lingkungan yang aman sesuai hasil tidak aman pengkajian terhadap resiko injuri Monitor klien secara 3. Mencegah kecelakaan berkala terutama 2 hari akibat faktor-faktor resiko pertama kunjungan rumah yang mungkin terjadi dan dialami oleh klien Ajarkan klien dan 4. Mencegah komplikasi keluarga tentang upaya akibat injuri dan pencegahan cidera mempertahankan keamanan

No. 1. 1. 1

Dx. Kep. 1.

Implementasi Mengkaji karakteristik nyeri (22/3/2012) Hasil: nyeri dirasakan dominan dilutut, selain itu nyeri juga dirasakan pada punggung sampai kedaerah pinggang dengan skala nyeri6 (dari 0-10) 2. Membantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus (22/3/2012) Hasil: nyeri karena terjadinya penumpukankristal asam urat pada sendi 3. Mengajarkan relaksasi: anjurkan klien untukmenggunakan air hangat untuk mandi(22/3/2012)

Evaluasi S: kaki saya masih terasa ngilu O: klien menunjukkan bagian kakinya yang sakit, tepatnya dilutut. Klien kifosis Tampak hati-hati dan pelan saat berjalan Ekspresi wajah sedikit meringis Saat merubah posisi dari duduk jadi berdiri, tampak hati-hati

2. 2.

Hasil: klien memahami anjuran yang diberikan dan akan mulai melakukan apa yang dianjurkan 4. Meningkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung (22/3/2012) Hasil: klien masih belum sepenuhnya memahami HE yang diberikan. Klien hanya tahu kalau dirinya mengalami asam urat begitu saja. 5. Menganjurkan klien untuk tidak meminum minuman seperti alkohol, kafein atau mengonsumsi obat-obatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih (22/3/12) Hasil: Karena klien suka kopi, klien mengatakan kalau klien akan mencoba mengurangi minum kopi secara bertahap setelah mendengar anjuran yang diberikan dan akan minum air putih lebih sering dibandingkan dengan kopi. 1. Mengkaji adanya faktor-faktor resiko injuri pada klien (22/3/2012) 2. a. Hasil: faktor resiko yang ditemukan yaitu: adanya nyeri pada ekstremitas yang akan-

A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan Intervensi Kaji karakteristik nyeri Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung Anjurkan klien untuk tidak meminum minuman seperti alcohol, kafein atau obat-obatan diuretik, tapi perbanyak minum air putih S: -

O: Fokus penglihatan mulai

mengurangi fleksibelitas dalam bergerak, klien berkurang rentan terjatuh b. c. Penurunan sensori penglihatan Lapang pandang menyempit Aktivitas terbatas karena sakit

Lingkungan yang kurang kondusif/ tidak pada ekstrimitas dan punggung, adekuat gerak agak pelan dan hati-hati Lingkungan sudah dibersihkan dari faktor-faktor resiko WC masih berpotensi

3.

Melakukan modifikasi lingkungan agar lebihaman sesuai hasil pengkajian (22/3/2012)

4.

Hasil: bersama keluarga klien membersihkan-

lingkungan rumah klien, termasuk halaman menimbulkan injuri bagi klien belakang yang beresiko tinggi menyebabkan karena lantainya yang agak licin injuri atau trauma dengan membuang pecahanpecahan kaca, duri ataupun lumut yang bisa A: Masalah teratasi sebagian menyebabkan klien jatuh

P: Lanjutkan Intervensi 5. Memonitor klien secara berkala terutama 2 hari pertama kunjungan rumah (22/3/2012) 6. Hasil: masih terdapat faktor resiko injuri di sekitar klien 7. Kaji adanya faktor-faktor resiko injuri pada klien Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman sesuai hasil

Mengajarkan klien dan keluarga tentang pengkajian terhadap resiko injuri upaya pencegahan cidera (22/3/2012) Monitor klien secara berkala

Hasil: klien dan keluarga memahami apa yang terutama 2 hari pertama kunjungan diajarkan seperti mengatur pencahayaan di rumah rumah (karena klien mengalami penurunan sensori), menjaga lingkungan agar tetap bersih Ajarkan klien dan keluarga dan tidak menimbulkan resiko cidera dan tentang upaya pencegahan cidera komplikasi cidera bagi klien

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram. B. SARAN Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahan-jatuhpada-lansia/ http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-pemenuhankebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/

You might also like