You are on page 1of 9

BAB II DESAIN PRODUK

A. Brainstorming Brainstorming adalah proses pengumpulan gagasan yang dilakukan oleh sekolompok orang dalam satu tim untuk menghasilkan suatu keputusan secara musyawarah. Menurut Tjahja dan Darwi n (2012), brainstorming adalah suatu cara (teknil) yang digunakan untuk menstimuli atau merangsang munculnya gagasan-gagasan dari sekelompok orang. Sebelum melakukan brainstorming, perlu dilakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap topik atau permasalahan yang akan dibahas. Brainstorming terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap pengumpulan gagasan, tahap penyaringan gagasan, dan tahap pengambilan keputusan (Tjahja dan Darwin, 2012). Pada proses pembuatan produk baru, perusahaan DepCo Food melakukan brainstorming untuk menciptakan produk baru yang akan diproduksi dan diluncurkan ke pasar. Tahap pertama proses brainstorming menghasilkan tiga ide produk baru, yaitu keripik buah, minuman lidah buaya, dan dendeng jantung pisang. Kemudian, dari tahap pertama dipilih dua ide yang paling relevan untuk dijual, yaitu keripik buah dan minuman lidah buaya. Hasil dar tahap kedua selanjtnya dilakukan pemilihan kembali untuk memilih satu produk yang akan diproduksi secara massal, yaitu minuman lidah buayaJ-Loe.

B. Voice of Customer Setelah dilakukan brainstroming, dilakukan riset pasar terhadap ketiga ide produk baru yang ada untuk melihat kesesuaian produk yang dipilih berdasarkan permintaan konsumen (Voice of customer) dengan hasil brainstorming . Voice of Customer (VOC) adalah suatu istilah yang digunakan untuk melambangkan

proses mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan atau diharapkan oleh konsumen mengenai suatu produk. Voice of Customer adalah bagian dari teknik riset pasar (market research) yang menyajikan laporan mengenai keinginan dan kebutuhan pelanggan yang tertata dalam struktur yang hirarkis (Petrus, 2009). VOC biasanya digunakan ketika akan membuat produk baru. Penerapan VOC berfungsi untuk mendapat detail permintaan konsumen,

mendapat arah untuk pengembangan produk, menciptakan produk yang sesuai (atau melebihi) dengan harapan, kebutuhan dan permintaan pasar serta m engurangi resiko produk gagal karena tidak sesuai dengan permintaan pasar. Tujuan dilakukannya VOC adalah untuk menciptakan produk yang sesuai permintaan konsumen atau new product development request (NPDR). Riset pasar dilakukan berdasarkan customer driven dengan cara penyebaran angket (kuesioner) kepada masyarakat yang dianggap mewakili untuk mengetahui produk mana yang paling disukai dan diinginkan. Penyebaran angket dilakukan di lokasi yang berbeda, yaitu: Kampus Diploma IPB, Kawasan Bogor Kota, dan lingkungan tempat tinggal. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan asumsi bahwa masyarakat di lokasi tersebut menjadi konsumen potensial terhadap produk baru berdasarkan riset pasar yang dilakukan manajer marketing perusahaan DepCo Food. Berdasarkan hasil riset pasar, diketahui bahwa produk yang mewakili keinginan konsumen dari ketiga produk adalah keripik buah dan minuman lidah buaya (lihat digrafik 1). Namun, belum dapat ditentukan produk mana yang menjadi prioritas dikarenakan jumlah suara diantara kedua produk sama sehingga dilakukan analisis lanjutan sebelum mengambil keputusan untuk memilih satu produk utama.

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 9 4 39 39

Keripik buah minuman lidah buaya dendeng jantung pisang tidak memilih

Grafik 1. Hasil survey voice of customer

C. Keputusan Produk Berdasarkan hasil riset pasar, diketahui ada dua produk yang mewakili permintaan konsumen (NPDR), yaitu keripik buah dan minuman lidah buaya sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut. Analisis untuk memilih produk utama dilakukan dengan cara analisis swot, trial and error, brainstorming, analisis biaya, dan konsultasi dengan praktisi dan dosen. Berdasarkan hasil analisis SWOT (lihat di tabel 1), produk keripik buah tidak bisa diproduksi dikarenakan peralatan yang tersedia tidak sesuai dengan skala produksi yang diharapakan sedangkan minuman lidah buaya memiliki proses produksi yang mudah dengan peralatan yang sederhana (lihat di tabel 2). Vacuum fryer yang tersedia di lab SJMP berkapasitas 40 Liter sedangkan minyak yang digunakan dalam pembuatan keripik buah hanya 5 liter sehingga vacuum fryer tidak dapat digunakan. Untuk mengatasi hal tersebut, digunakan deep fat fryer sebagai pengganti dari vacuum fryer. Keripik yang dihasilkan dengan deep fat fryer memiliki tektur yang lembek dan berminyak sehingga produk tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak dapat dijual (hasil trial and error). Sedangkan kendala yang dihadapi selama proses produksi adalah proses penyamaran rasa pahit, tetapi dapat diatasi dengan penambahan gula (hasil trial and error). Berdasarkan hasil analisis biaya, keripik buah mempunyai biaya pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan minuman lidah buaya. Kompetitor untuk produk keripik lebih banyak dibandingkan dengan minuman lidah buaya karena rata-rata produsen menjual produk keripik sedangkan minuman lidah buaya memiliki kpmpetitor yang lebih sedikit sehingg akan memberikan profit yang lebih menjanjikan. Setelah mengenali kelebihan dan kekurangan serta kendala dari kedua produk, PT. DepCo Food melakukan konsultasi dengan dosen atau prkatisi. Hasilnya konsultasi menganjurkan untuk memilih produk minuman lidah buaya. Sebelum mengambil keputusan, para staff PT. DepCo Food melakuakn brainstorming kembali dan dari hasil brainstorming diperoleh keputusan untuk menggunakan minuman lidah buaya sebagai produk terpilih. Tabel 1. Analisis SWOT keripik buah"Mix Fruit" STRENGTH Disukai segala usia WEAKNESS Bahan baku mahal

OPPORTUNITIES Bahan baku mudah didapat. Belum ada produk keripik sejenis (keripik buah dalam satu kemasan) THREAT Harga jual produk agak mahal Kompetitor keripik tinggi

Rasanya gurih dan manis Umur simpan lama STRENGTH OPPORTUNITIES Mempromosikan produk Variasi produk dengan berbagai rasa STRENGTH THREAT Pendidikan konsumen (promosi). Menjual produk dengan harga yang murah

Peralatan mahal

WEAKNESSOPPORTUNITIES Produksi dengan cara cloning Pendidikan t tentang kualitas Desain kemasan yang menarik WEAKNESS-THREAT Variasi buah yang digunakan.

Tabel 2. Analisis SWOT minuman lidah buaya "J-Loe" STRENGTH Proses produksi mudah Bagian kulitnya dapat dibuat teh Khasiat untuk kesehatan OPPORTUNITIES STRENGTH OPPORTUNITIES Bahan baku murah. Mempromosikan Mudah produk pangan dibudidayakan. fungsional. Menjual produk dengan harga yang murah. Dijual dalam skala besar THREAT STRENGTH THREAT Supplier susah di Menjalin kerjasama dapat dengan petani pembudidaya Banyak produsen produk sejenis Menjual produk dengan harga murah.

WEAKNESS Getah dan lendir Rasanya oahit

WEAKNESSOPPORTUNITIES Perebusan untuk menghilangkan getah dan lendir Penambahan gula dan sirup untuk menyamarkan rasa pahit WEAKNESS-THREAT Inovasi penyajian dalam bentuk jelly.

D. Deskripsi Produk

Minuman lidah buaya J-Loe adalah minuman jelly dengan isi lidah buaya yang disajikan dingin. Nama J-Loe dianggap mewakili produk yang artinya Jelly Aloe Vera (J-Loe). Sebelumnya, nama dagang J-Loe adalah minuman lidah buaya, namun dilakuakn pergantian menjadi minuman mengandung lidah buaya. Hal ini dikarenakan komposisi lidah buaya dalam produk J-Loe 50 % sehingga tidak dapat dikatakan sebagai minuman lidah buaya. Adapun karakteristik J-Loe berdasarkan NPDR adalah sebagai berikut: Tabel 3. Spesifikasi Produk J-Loe Produk Minuman Lidah Jenis Spesifikasi Buaya The Buloe Berat Bersih Volume 220 ml Rasa Leci Varians Bahan Tambahan Jelly/Selasih Alami Harga Rp 3.000 Umur simpan 7 hari Kemasan Primer: cup plastik PP 1. Pelepah Lidah Buaya 2. Air Komposisi 3. Sirup Leci 4. Jelly 5. Selasih Setelah menetapkan spesifikasi produk J-Loe, ditetapkan juga bauran pasar produk J-Loe berdasarkan hasil riset pasar yaitu, 4P dan STP. Adapun penjelasan mengenai bauran pasar produk J-Loe adalah sebagai berikut: Tabel 4. Bauran pasar produk J-Loe (STP dan 4P) Bauran pasar Deskripsi Segmentation Demografis Usia (semua umur) Targeting Remaja dan dewasa Positioning Segar Minumannya, asli lidah buayanya Minuman mengandung lidah buaya "JProduct Loe" Promotion Personal Selling Price Rp3.000 Placement Di lingkungan kampus Diploma IPB

Segmentasi pasar dari produk J-Loe adalah berdasarkan usia atau segmentasi demografis. Targeting pasar produk J-Loe adalah remaja dan dewasa. Kandungan gizi dalam lidah buaya sangat baik bagi kesehatan kulit sehingga sangat cocok untuk para remaja dan dewasa. Positioning J-Loe adalah Segar Minumannya, asli lidah buayanya yang artinya minuman ini dapat menyegarkan jika dikonsumsi. Promosi produk J-Loe dilakukan dengan cara personal selling, yaitu langsung menemui konsumen yang dituju. Harga jual produk J-loe adalah Rp 3000. Harga tersebut berorientasi pada laba berdasarkan cost ratio 0,6. Placement produk J-Loe dilakukan di lingkungan kampus Diploma IPB karena memiliki pasar yang potensial.

DAFTARS PUSTAKA
Petrus. 2009. Voice of Oktober 2013] Customer. http://asimplethought.wordpress.com [23

Tjahja, M dan Darwin, K. 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor: IPB Press.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Spesifikasi Bahan Produk J-Loe Bahan Baku Jenis Spesifikasi 1. Penampakan : Tebal Berduri lunak dan pucat 2. Warna : Hijau Tua 3. Berat : 600 gram 4. Varians : Barbandensis dari Amerika Sesuai SNI 05-2547-1991 1. Warna : tidak berwarna 2. Bau : tidak berbau 3. E. Coli : 0 Sesuai SNI 01-3140-2001 1. Warna kristal : putih 2. Bentuk : kristal 3. Ukuran kristal : 0,5 mm 1. Warna : bening 2. Bentuk : cair 3. Ukuran : 300 ml

Pelepah daun lidah buaya

Air Masak yang bersih

Gula

Sirup Leci

Lampiran 2. Spesifikasi Bahan Keripik Pisang Pisang Kepok 1. Penampakan : matang 2. Warna Garam : masih hijau kekuningan

Sesuai SNI 01-3556-2000 1. Kadar air : Maks 7%(b/b) 2. Jumlah Cl : Min 94,7%(b/b) 3. Iodium : Min 30 mg/kg

Minyak Goreng Sawit Sesuai SNI 19-2901-1992 1. Warna : Kuning jingga hingga kemerahan 2. Kadar kotoran : 0,05% 3. Kadar air :0,45%

Lampiran 3. Kemasan Produk J-Loe

Gambar 1. Kemasan J-Loe Lampiran 4. Kemasan Produk Keripik Pisang

Gambar 2. Kemasan Keripik Pisang

You might also like