You are on page 1of 36

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH pH DAN TEMPERATUR TERHADAP AKTIVITAS ENZIM AMILASE

NAMA NIM KELOMPOK

: : :

DIANNISA B.MUHAMMADIA H31112288 IV (EMPAT) KAMIS/ 3 APRIL 2014

HARI/TGL. PERC. : ASISTEN

: SAKINAH NUR FADILAH

LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Dalam menjalani kehidupannya, manusia bekerja membutuhkan energi.

Namun terkadang proses pembentukan energi ini lambat dalam bekerja, maka dari itu dibutuhkan biokatalisator untuk mempercepat pembentukan energi. Suatu reaksi kimia dapat terjadi dalam tubuh sangat lambat, namun bila dalam reaksi tersebut ditambahkan enzim maka reaksi tersebut akan berjalan dengan cepat. Enzim dapat bekerja secara optimal apabila dalam keadaan atau kondisi asam ataupun basa. Dan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap enzim amilase, maka kami melakukan praktikum pengaruh pH terhadap aktifitas enzim. Dimana pH digunakan untuk mengetahui apakah larutan tersebut dalam keadaan asam atau basa. Dan apakah dalam keadaan asam atau dalam keadaan basa enzim tersebut dapat bekerja secara optimal ataukah sebaliknya. Enzim mempunyai spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis reaktan yang dikatalisiskan. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan bekerja pada substrat tertentu. Kemudian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa pembentukan produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer pada keadaan biasa (fisiologis) tekanan, suhu, dan pH normal. Hanya sedikit katalisator nonbiologi yang dilengkapi sifat-sifat demikian Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan percobaan pengaruh pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase.

1.1 1.1.1

Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

mengenai pengaruh pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase.

1.2.2

Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini antara lain :

1. Menentukan pH optimum untuk aktivitas enzim amilase, di mana enzim ini mengkatalisis pati menjadi glukosa. 2. Menentukan temperatur otimum untuk aktivitas enzim amilase, di mana enzim ini mengkatalisis pati menjadi glukosa.

1.3 1.3.1

Prinsip Percobaan Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase Menentukan aktivitas enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati

menjadi glukosa pada berbagai pH tertentu dengan penambahan iodida sebagai indikator yang memberi warna biru dan akan berubah menjadi bening.

1.3.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase Menentukan aktivitas enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati menjadi glukosa pada berbagai temperatur kemudian diuji dengan iodida pada interval waktu tertentu hingga warna biru yang terbentuk berubah menjadi bening.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enzim Enzim adalah suatu kelompok protein yang menjalankan dan mengatur perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Zat ini dihasilkan oleh organorgan hewan dan tanaman, yang secara katalitik menjalankan berbagai reaksi, seperti pemecahan hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi, transfer radikal dan kadangkadang pemutusan rantai karbon. Kebanyakan enzim yang terdapat di dalam alat-alat atau organ organisme hidup berupa larutan koloidal dalam cairan tubuh, seperti air ludah, darah, cairan lambung dan cairan pancreas. Enzim terdapat di bagian dalam sel. Hal ini terikat erat dengan protoplasma. Enzim juga ada di dalam mitokondria dan ribosom (Sumardjo, 2008). Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi biokimia. Enzim biasanya terdapat dalam sel dengan konsentrasi yang sangat rendah, dimana mereka dapat meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah posisi kesetimbangan, artinya, baik laju reaksi maju maupun laju reaksi kebalikannya ditingkatkan dengan kelipatan yang sama. Kelipatan ini biasanya sekita 103 sampai 1012 (Kuchel, 2006). Enzim dapat diperoleh dari mikroorganisme, tanaman dan hewan. Sel mikroba merupakan sumber enzim yang umum untuk digunakan dalam bidang industri. Enzim dari mikroba lebih banyak digunakan dibandingkan enzim dari tanaman atau hewan karena mikroorganisme dapat berkembang biak dengan cepat, pertumbuhan relatif mudah diatur, enzim yang dihasilkan tinggi sehingga ekonomis bila digunakan untuk industri, enzim yang dihasilkan lebih stabil (Yusak, 2004).

2.2 Tatanama Enzim Senyawa yang dikatalisis oleh enzim disebut substrat enzim. Jadi, substrat enzim adalah suatu zat atau senyawa yang dipengaruhi oleh enzim. Selain itu, substrat suatu senyawa enzim dapat berupa senyawa organic atau senyawa anorganik. Struktur kimia substrat dapat sederhana, tetapi juga dapat kompleks. Tiaptiap enzim mempunyai substrat tertentu (Sumardjo, 2008). Pada mulanya enzim diberi nama dengan akhiran in. Enzim dan substrat amilum yang terdapat dalam ludah disebut ptialin; enzim dan substrat lemak yang terdapat di dalam cairan pancreas disebut steapsin; enzim dan substrat amilum yang terdapat di dalam cairan pancreas disebut amylopsin, serta enzim dan substrat protein yang terdapat di dalam lambung disebut pepsin. Penamaan tak sistematik seperti ptyalin, steapsin, amylopsin dan pepsin tidak menggambarkan sifat dan jenis reaksi kimia yang terjadi. Meskipun demikian, nama-nama tersebut masih digunakan hingga kini (Sumardjo, 2008). Mesikupun semua enzim mempunyai nama yang kompleks berdasarkan sistem penggolongan yang didasarkan pada jenis reaksi yang dikatalisisnya, banyak enzim yang dikenal dengan nama umumnya. Nama-nama ini biasanya diturunkan dari nama reaktan spesifik yang utama, dengan tambahan akhiran ase (Kuchel, 2006). 2.3. Cara Kerja Enzim Enzim merupakan suatu protein yang bermolekul besar. Substrat adalah senyawa yang dipengaruhi oleh enzim yang bermolekul relatif lebih kecil. Perbedaan molekul yang sangat mencolok ini memberikan kesan bahwa hanya sebagian molekul enzim yang langsung berkontak atau terlibat dalam pembentukan komplek

enzim substrat. Bagian penting ini disebut sisi aktif, tempat aktif atau lokasi aktif yang diduga sebagai tempat substrat menempel pada enzim dan terjadinya reaksi kimia (Sumardjo, 2008).

Lokasi aktif enzim dan substrat Prinsip kerja enzim berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, enzim (E) bergabung dengan substrat (S) membentuk kompleks enzim substrat (E-S). Tahap kedua, kompleks enzim-substrat terurai menjadi produk (zat hasil) dan enzim bebas (Sumardjo, 2008). E E + + S S ES E + A + B + C

Pada reaksi diatas, hasil peruraian (A + B + C dan seterusnya) atau produk tidak terikat oleh enzim sehingga enzim dapat memengaruhi substrat yang lain. Dua model yang disusulkan pada kegiatan enzim dalam memengaruhi substrat sehingga diperoleh zat hasil, yaitu model kunci dan gembok yang ternyata lebih banyak disetujui, serta model cocok imbasan (Sumardjo, 2008). Pada model kunci dan gembok, substrat atau bagian substrat harus

memenuhi bentuk yang sangat tepat dengan sisi aktif enzim. Substrat ditarik oleh sisi aktif enzim yang cocok untuk substrat tertentu sehingga terbentuk kompleks enzim substrat (Sumardjo, 2008).

2.4 Enzim Amilase Amilase (sinonim dari diastase) adalah suatu enzim pencernaanyang dalam keadaan normal bekerja ekstrasel untuk memecah kanji menjadi kelompok-kelompok karbohidrat yang lebih kecil dan akhirnya menjadi monosakarida. Sumber organ utama amilase adalah kelenjar liur dan pankreas. Amilase saliva dalam keadaan normal masuk ke mulut oleh sekresi melalui duktus salivarius (Sacher, 2002). Seleksi eksokrin pankreas meliputi enzim-enzim pencernaan seperti amilase, lipase, tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, deoksiribonuklease, dan ribonuklease. Sekresi ini meninggalkan pankreas melalui duktus pankreatikus (kolesistokinin) dan masuk ke duodenum di ampula vateri melalui sfingter Oddi (Sacher, 2002). 2.5 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Tiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja dengan baik. Semakin jauh dari suhu optimum, kerja enzim semakin tidak baik. Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi enzim masih baik disebut daerah suhu optimum. Suhu optimum untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh pada daerah tersebut adalah 360C- 400C (Sumardjo, 2008).

Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim

Sehubungan dengan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, semakin meningkat suhu, aktivitas enzim akan semakin meningkat. Pada pemanasan tinggi, enzim yang merupakan suatu protein akan mengalami denaturasi sehingga aktivitas kerjanya menjadi nol (Sumardjo, 2008). Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim. Pada temperatur rendah, reaksi enzimatis berlangsung lambat, kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi, hingga suhu optimum tercapai dan reaksi enzimatis mencapai maksimum. Kenaikan temperatur melewati temperatur optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi dan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis (Noviyanti, 2012). Uji pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum enzim dalam mendegradasi substrat. Setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada temperatur tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya temperatur hingga temperatur optimum tercapai. Kenaikan temperatur di atas temperature optimum akan menyebabkan aktivitas enzim menurun (Noviyanti, 2012). 2.6 Pengaruh PH Terhadap Aktivitas Enzim Enzim menjadi nonaktif jika diperlakukan pada asam dan basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Diluar pH optimal, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat. Misalnya, enzim pencerna dilambung memiliki pH optimal 2 sehingga hanya dapat bekerja pada kondisi sangat asam. Sebaliknya, enzim pencerna protein yang dihasilkan pankreas memiliki pH optimal 8,5. Kebanyakan enzim intrasel memiliki pH optimal sekitar 7,0 (netral) (Sudjadi, 2007).

Pengaruh pH terhadap kerja enzim dapat terdeteksi karena enzim terdiri atas protein. Jumlah muatan positif dan negative yang terkandung di dalam molekul protein serta bentuk permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH (Sudjadi, 2007).

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1

Alat Percobaan Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak tabung

reaksi, gelas ukur 25 mL; 100 mL, gelas kimia, tabung ukur, inkubator, hotplate, pipet tetes, pipet skala, stopwatch, labu semprot, sikat tabung, dan plat tetes. 3.2 Bahan Percobaan Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain larutan pati 1%, saliva encer (enzim amilase), buffer fosfat pH 8,0; 7,0; 6,8; 6,2; 6,0; 5,8 NaCl 0,1 M, asam asetat 0,1 M, iodin 0,01 M, akuades, es batu, tissue roll, kertas label, dan sabun cair. 3.3 3.3.1 Prosedur Percobaan Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase Disiapkan 7 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 5 mL larutan buffer pH 8,0; 7,0; 6,8; 6,2; 6,0; 5,8 dan saliva encer. Kemudian ke dalam larutan buffer ditambahkan 2,5 mL larutan pati 1%, 1 mL NaCl 0,1 M dan ditambahkan larutan iodin sebanyak 3 tetes. Tabung yang berisi larutan buffer pH 8,0 diasamkan dengan menambahkan 3 tetes CH3COOH 0,1 M. Keenam tabung ini dimasukkan dalam oven dengan suhu 38 C selama 5 menit. Setelah 5 menit, tabung reaksi berisi larutan buffer ditambahkan dengan saliva encer sebanyak 2 tets, dikocok. Tabung kembali dimasukkan dalam inkubator dengan interval waktu 5 menit, lalu dikeluarkan kembali untuk pengambilan data. Hentikan ketika larutan telah berubah warna menjadi bening seluruhnya. Perubahan warna yang terjadi dicatat dan ditentukan pH optimum berdasarkan data yang diperoleh.

3.3.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase Disiapkan 8 buah tabung reaksi, ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2,5 mL larutan pati (amilum) 1% dan 2 tabung reaksi lainnya diisi dengan saliva encer. Tabung pertama dimasukkan dalam air es (0 oC). Tabung kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 oC). Tabung ketiga dan satu tabung yang berisi saliva dimasukkan dalam oven (38 oC). Tabung keempat dan tabung lain yang berisi saliva dimasukkan ke dalam air mendidih (100 oC). Setelah 5 menit 3 tabung reaksi yang berisi larutan pati pada temperatur (0 oC), (25 oC), (38 oC) ditambahkan 5 tetes saliva encer yang telah dimasukkan ke dalam oven (38 oC) dan tabung reaksi yang berisi larutan pati pada temperatur air mendidih (100 oC) ditambahkan 5 tetes saliva encer yang telah dimasukkan ke dalam air mendidih (100 oC). Dalam interval 5 menit, diambil contoh masing-masing larutan dan diteteskan sebanyak 5 tetes pada plat tetes dan kemudian ditambahkan 2 tetes iodin 0,01 M. Diamati perubahan warna yang terjadi setiap interval waktu 5 menit. Perubahan warna yang terjadi dicatat dan ditentukan temperatur optimum berdasarkan data yang diperoleh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase Percobaan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase dilakukan untuk menguji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase. Faktor keasaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim. Suatu enzim akan mempunyai aktivitas paling besar pada pH optimumnya. Berdasarkan percobaan, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Percobaan Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase Waktu (menit) 0 5 10 15 20 25 pH 8,0 ++ + pH 7,0 ++ + Warna pH 6,8 +++++ ++++ +++ ++ + pH 6,2 ++++ +++ ++ + + pH 6,0 +++ ++ + pH 5,8 ++ + -

Keterangan : +++++ ++++ +++ = Sangat berwarna = Berwarna = Cukup berwarna ++ + = Agak berwarna = Kurang berwarna = Bening

Percobaan kali ini enzim yang digunakan adalah enzim amilase. Pengambilan

sampel enzim dilakukan sesaat sebelum percobaan berlangsung agak tingkat kesegaran enzim masih terjaga. Tabung reaksi yang diisi dengan beragam larutan buffer dengan pH berbeda dilakukan dengan tujuan agar dari beragam pH tersebut, dapat diketahui pH mana yang bekerja optimum. Penambahan larutan pati 1% bertujuan agar menjadi substrat untuk enzim amilase. Penambahan larutan NaCl bertujuan agar memberikan suasana yang sama pada enzim amilase sehingga dapat bekerja seperti di dalam mulut. Penambahan larutan iodin bertujuan agar dapat memberikan warna pada larutan. Pemanasan dalam inkubator bertujuan agar suhu tetap konsisten dan diharapkan enzim bekerja hanya berdasarkan pH saja. Penambahan asam asetat pada pH 8 bertujuan agar dapat memberikan suasana asam dimana diketahui bahwa enzim tidak dapat bekerja pada suasana basa. Ketika diamati pada interval waktu setiap 5 menit, pada tabel 1 larutan dengan pH 8 dan 7 mengalami perubahan warna yang paling cepat. Untuk larutan dengan pH 6,0 dan 5,8 bekerja secara normal, perubahan warna teratur. Untuk larutan dengan pH 6,8 dan 6,2 bekerja sangat lambat, ditandai dengan warna yang perlahan-lahan berubah. Perubahan warna ini sudah sesuai dengan teori penambahan iodin yaitu ketika dilakukan pemanasan ikatan semunya akan lepas dan membuat larutan berwarna bening. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa enzim amilase bekerja optimum pada sampel pH 6,0 dan 5,8, dilihat dari keteraturan perubahan warnanya. Menurut teori, pH optimum untuk pati adalah berkisar antara 5,4 sampai 7,4, jadi hasil yang diperoleh sudah hampir sesuai dengan teori yang ada. Adapun sedikit perbedaan hasil yang diperoleh dari percobaan ini dikarenakan beberapa faktor, seperti kualitas saliva yang buruk, suhu inkubator yang sedikit berubah-ubah ataupun bahan yang digunakan tidak berfungsi dengan baik.

4.2

Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase Selain keasaman atau pH, temperatur juga merupakan salah satu faktor yang

sangat mempengaruhi aktivitas enzim. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 2. Data Hasil Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase Warna Waktu Tabung I (menit) (0 C) 5 10 15 20 25 30 35 (25 C) ++ + (38 C) ++ + Tabung II Tabung III Tabung IV (100 C)

+++++ +++++ +++ ++++ +++ ++++ ++

Keterangan : +++++ = biru tua ++++ +++ ++ = agak biru tua = biru muda = agak biru muda

+ -

= agak bening = bening Percobaan ini ditinjau dengan 4 suhu yang berbeda, yaitu suhu 0 C, 25 C,

38 C dan 100 C. Hal ini dilakukan agar dapat ditinjau berdasarkan suhu yang berbeda. Penambahan larutan pati di sini agar dapat menjadi substrat bagi enzim. Penambahan larutan iodin berfungsi sebagai pemberi warna pada larutan. Sampel yang mengalami perubahan warna biasa adalah pada suhu 38C. Adapun hal ini sesuai dengan teori bahwa suhu optimum bagi enzim untuk dapat bekerja dengan baik adalah pada suhu sekitar 38 C. Enzim yang bekerja pada suhu lebih rendah atau tinggi dapat menyebabkan tidak efektifnya enzim bekerja bahkan dapat rusak, misalnya pada suhu 100 C. Enzim di sini seharusnya sudah tidak dapat bekerja dengan baik. Ternyata setelah dilakukan percobaan memang tidak bekerja dengan baik, hal ini dapat dilihat dari susahnya larutan berubah warna menjadi bening. 4.3 Reaksi Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu :
CH2O H O H OH O H OH H H O H CH2O O H OH H H O OH n H + nI2

CH2O H O H OH O H OH H H
I

CH2O H O H OH H H O OH n H amilase

O I biru

CH2O H OH H bening OH O H OH H OH H + nI2

Reaksi diatas menunjukkan adanya perubahan warna yang terjadi saat penambahan amilum dengan iodin yang akan membentuk kompleks yang berwarna biru keunguan dengan adanya bantuan enzim amilase. Amilum akan terhidrolisis menjadi disakarida yang kemudian akan terhidrolisis membentuk 2 molekul glukosa secara enzimatis. Perubahan warna menjadi bening disebabkan lepasnya ikatan semu antara O dan I.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai pH optimum di mana peruraian pati paling cepat oleh enzim amilase ialah pada pH 6,0. 2. Temperatur optimum di mana peruraian pati paling cepat oleh enzim amilase ialah pada suhu 38 oC. 5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Praktikum Saran untuk percobaan agar sampel enzim yang digunakan dapat disediakan. 5.2.1 Saran untuk Laboratorium Saran untuk laboratorim sekiranya menambah jumlah alat agar lebih mengefisienkan kinerja percobaan. 5.2.2 Saran untuk Asisten Saran untuk asisten agar bisa mendampingi praktikannya dalam pelaksanaan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Kuchel, P., dan Ralston, G.B., 2006, Biokimia, Erlangga, Jakarta. Noviyanti, T., Ardiningsih, P., dan Rahmalia, W., 2012, Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Daun Sansakng (Pycnarrhena cauliflora Diels), Jurnal Sains Kimia (online), 1 (1), 45-48, (http://download.portalgaruda.org diakses pada tanggal 3 April 2012 pukul 19.30 WITA). Sacher, R.A., dan McPherson, R.A., 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit buku Kedokteran, Jakarta. Sudjadi, B., dan Laila, S., 2007, Biologi Sains dalam Kehidupan, Yudhistira, Jakarta. Sumardjo, D., 2008, Buku Panduan Kimia Mahasiswa Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Yusak, Y., 2004, Pengaruh Suhu dan pH Buffer Asetat Terhadap Hidrolisa CMC oleh Enzim Selulase dari Ekstrak Aspergillus Niger dalam Media Campuran Onggok dan Dedak, Jurnal Sains Kimia (online), 8 (2), 35-37, (http://repository.usu.ac.id diakses pada tanggal 3 April 2012 pukul 19.00 WITA).

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 3 April 2014 Asisten Praktikan

SAKINAH NUR FADILAH

DIANNISA B.M.

Lampiran 1. Bagan Kerja 1. Penentuan Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase Larutan Buffer pH 8,0; 7,0; 6,8; 6,2; 6,0; 5,8 diisi dalam tabung reaksi sebanyak 5mL saliva diencerkan dan dimasukkan dalam tabung lainnya ditambahkan larutan pati 1% sebanyak 2,5 mL dan 1 mL NaCl 0,1 M tabung berisi buffer pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan menambahkan 10 tetes CH3COOH 0,1 M kedelapan tabung dimasukkan dalam inkubator dengan suhu 38 C selama 5 menit keluarkan dari dalam inkubator ketujuh tabung ditambahkan dengan saliva encer sebanyak 0,5 mL, dikocok, dan ditambahkan iodin sebanyak 10 tetes dimasukkan kembali dalam inkubator dan setiap 5 menit keluarkan untuk pengambilan data Data

2.

Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase Bahan sebanyak 4 buah diisi dengan 2,5 mL larutan pati 1% dan 2 buah diisi dengan saliva encer tabung pertama dimasukkan dalam air es (0 C) tabung kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 C) tabung ketiga dimasukkan dalam inhibitor (38 C) tabung keempat dimasukkan dalam air mendidih (100 C) tabung saliva pertama dimasukkan dalam inhibitor (38 C) tabung saliva kedua dimasukkan dalam air mendidih (100 C) setelah 5 menit, tabung dengan suhu 0 C, 25 C, dan 38 C ditambahkan saliva dari suhu 38 C sedangkan tabung dengan suhu 100 C ditambahkan saliva dari suhu 100 C kembalikan pada suhu masing-masing dan setiap interval 5 menit teteskan sebanyak 5 tetes pada plat tetes dan ditambahkan 2 tetes iodin dicatat perubahan warna setiap interval Data

Lampiran 2. Foto Hasil Percobaan 1. Penentuan Pengaruh pH terhadap Kerja Enzim

2. Penentuan Pengaruh Temperatur terhadap Kerja Enzim

Suhu 0 oC

Suhu Kamar

Suhu 36 oC

Suhu 100 oC

You might also like