Professional Documents
Culture Documents
adalah matriks invers dari P. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
implementasi diagonalisasi matriks pada pewarisan autosomal dan bentuk
persamaan eksplisit dalam fraksi-fraksi dari AABB, AABb, Aabb, AaBB, AaBb,
Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb pada suatu generasi ke-n.
Metode yang digunakan penulis adalah kajian literatur atau metode
penelitian kepustakaan yaitu sebagian besar tugas penulis adalah berada di
perpustakaan untuk mengumpulkan data dari berbagai macam sumber literatur
yakni buku-buku dan jurnal. Selanjutnya penulis melakukan pencarian distribusi
peluang persilangan pewarisan genotip melalui tabel persilangan. Dari tabel
tersebut penulis membentuk matriks A dan kemudian mencari nilai eigen dan
vektor eigen. Hasil dari pencarian vektor eigen maka penulis membentuk matrik
baru yakni matriks P yang kemudian kita cari inversnya. Dengan menggunakan
rumus diagonalisasi maka akan terbentuk persamaan eksplisit yang kemudian dicari
nilainya melalui limit n tak hingga.
Dari hasil perhitungan didapat bahwa pada generasi ke-n, dimana limit n
mendekati tak hingga diperoleh bahwa warisan autosomal dan pewarisan penyakit
terpendam semua turunannya akan normal atau bergenotip AABB, yakni tidak ada
lagi generasi yang menderita atau membawa penyakit.
xiii
ABSTRACT
Hariyanto, Dedi. 2014. Implementation of Matrix Diagonalyzation to Investigate
Genotype Inheritance at n generation. Advisor : Rohmatul Umami, S.Si,
M.Si.
Key Words : matrix, eigen values, eigen vector, matrix diagonalyzation, genotype
Math and biology are developed knowledge that always followed the
development of era and technology. Both ot thein are related each other, such as in
assembling of matrix diagonalization to observ human genotype for generation to-
n. The formula used is
is the
inverse matrix of P. The purpose of this study is to investigate the implementation
of the matrix diagonalization autosomal inheritance and explicit form of the
equations in fractions of AABB, AABB, AABB, AABB, AABB, AABB, AABB,
AABB, and AABB at an n-th generation.
The method used is a literature review or research methods literature that
the bulk of writers are in the library is to collect data from various literature sources
namely books and journals. Furthermore, the authors conduct a cross inheritance
genotype distribution opportunities through cross table. From the table, the authors
form a matrix A and then finding eigenvalues and eigenvectors. The results of the
search, the authors eigenvectors forming a new matrix that is the matrix P which we
then find its inverse. By using the diagonalization formula it will form an explicit
equation is then searched its value through an infinite n limit.
From the calculation results obtained that generation to-n, where the limit
n approaches infinity is obtained that autosomal inheritance and latent disease in
autosomal inheritance of all derivatives will be normal or genotype AABB, ie no
more generations suffer or carry disease.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu matematika dan biologi merupakan ilmu yang selalu berkembang
sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi yang ada. Dimana
berbagai konsep ilmu matematika menjadi alat analisis yang penting di
dalamnya. Salah satunya adalah bahasa matematika yang dapat diterapkan
dalam ilmu biologi yakni genetika.
Genetika (ilmu keturunan) tergolong dalam Ilmu Hayat yang
mempelajari turun temurunnya sifat-sifat induk atau orang tua kepada
keturunannya (Suryo, 2012). Oleh karena itu manusia ingin mengetahui segala
ihwal mengenai keturunan, manusia juga ingin mengetahui pula rahasia dirinya
sendiri. Penyelidikan pewarisan genotip merupakan aplikasi genotip, dimana
manusia selalu memiliki suatu susunan gen yakni gen dominan dan gen resesif
(sifat yang tidak muncul pada keturunan).
Dalam pewarisan genetika terdapat istilah pewarisan sifat autosomal.
Yakni sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom (kromosom di
luar kromosom seks). Dalam warisan autosomal (autosomal inheritance),
setiap individu dalam populasi yang terdiri dari kedua jenis kelamin akan
memiliki kedua jenis gen ini, dengan kemungkinan pasangan gen dinyatakan
dengan AABB, AABb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb. Pasangan-
pasangan kromosom ini dinamakan dengan genotip individu yang dapat
1
2
menentukan bagaimana sifat yang dikendalikan oleh kromosom-kromosom itu
yang dimanifestasikan dalam individu.
Salah satu contoh pewarisan autosom dalam kehidupan sehari-hari yaitu
penyakit keturunan/bawaan. Albino merupakan suatu kelainan yang terjadi
pada warna kulit dan organ tubuh lainnya. Orang albino tidak memiliki pigmen
melanin sehingga rambut dan badannya bewarna putih. Gen albino dikendalikan
oleh gen resesif a. jika orang normal memiliki genotip Aa atau AA, sedangkan
orang albino bergenotip aa (Karmana, 2008:129).
Untuk menyelidiki pewarisan genotip dapat diselesaikan dengan
menggunakan konsep matematika subbab aljabar matrik, yaitu diagonalisasi
matriks. Diagonalisasi matriks merupakan alat bantu yang akan mempermudah
manusia dalam mengetahui pewarisan genotip pada keturunan yang tak hingga
dibanding dengan menyilangkan satu persatu induk untuk mendapatkan
keturunan terbaik atau bahkan sama dengan induk sebelumnya.
Adapun rumus yang digunakan dalam penyelidikan pewarisan genotip ini
adalah
adalah matriks invers/balikan dari matriks P.
Dari uraian yang telah dijabarkan di atas, peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian tentang, Implementasi Diagonalisasi Matriks untuk
Menyelidiki Pewarisan Genotip pada Generasi ke-n.
3
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini tidak meluas, maka peneliti perlu
memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Pewarisan genotipnya yang dibahas hanya pada pewarisan autosomal
2. Menggunakan perkawinan silang dengan dua sifat beda (dihibrid) dengan
perkawinan yang terkontrol (perkawinan yang memperhatikan genotip/
perkawinan yang sudah diatur atau tak bebas).
3. Bentuk persamaan eksplisit terjadi pada fraksi-fraksi AABB, AABb, Aabb,
AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, aaBb, dan aabb genotip pada sebuah populasi
generasi ke-n dari fraksi-fraksi genotip awal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana implementasi diagonalisasi matriks untuk menyelidiki
pewarisan genotip pada generasi ke-n?
2. Bagaimana penyelesaian persamaan eksplisit (persamaan yang dihasilkan
dari tabel persilangan dihibrid) dalam fraksi-fraksi (bagian kecil dari suatu
populasi) dari AABB, AABb, AAbb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB, dan aabb
genotip pada sebuah populasi generasi ke-n?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi diagonalisasi matriks untuk menyelidiki
pewarisan genotip pada generasi ke-n.
4
2. Untuk mengetahui penyelesaian persamaan eksplisit (persamaan yang
dihasilkan dari tabel persilangan dihibrid) dalam fraksi-fraksi (bagian kecil
dari suatu populasi) dari AABB, AABb, AAbb, AaBB, AaBb, Aabb, aaBB,
dan aabb genotip pada sebuah populasi generasi ke-n
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat yang ingin dicapai oleh
peneliti, yaitu:
1. Manfaat Teoristis
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
implementasi matematika terutama pada subbab diagonalisasi matriks.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi peneliti
Dapat menambah wawasan peneliti untuk mengetahui tentang
implementasi diagonalisasi matriks untuk menyelidiki pewarisan
genotip pada generasi ke-n.
b. Manfaat bagi pembaca atau peneliti lain.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pedoman bagi
penelitian selanjutnya.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran tentang maksud dan arti
keseluruhan dari judul penelitian, peneliti akan mengemukakan arti dari
beberapa istilah yang ada pada judul penelitian, antara lain:
1. Implementasi adalah pelaksanaan, alat yang dipergunakan untuk
melaksanakan atau menyelesaikan pekerjaan tertentu (Yasin & Sunarto,
5
1990:110). Jadi implementasi adalah penerapan ilmu matematika terhadap
ilmu biologi untuk menyelesaikan masalah penyelidikan pewarisan genotip.
2. Diagonalisasi matriks adalah suatu matriks bujur sangkar A dikatakan dapat
didiagonalisasi (diagonazable) jika terdapat sebuah matriks P yang dapat
dibalik sedemikian rupa sehingga
merupakan balikan dari matriks P.
3. Pewarisan merupakan transmisi informasi genetika dari leluhur atau tertua
kepada keturunanya (Rifai, 2004:371). Sehingga kata lain pewarisan
merupakan penurunan sifat genotip dari individu kepada keturunan.
4. Genotip merupakan konstitusi genetika suatu makhluk hidup, untuk
membedakannya dari penampilan fisiknya (fenotipe) (Rifai, 2004:144). Jadi
genotip merupakan susunan gen yang menentukan sifat-sifat suatu individu.
Jadi yang dimaksud dengan implementasi diagonalisasi matriks untuk
menyelidiki pewarisan genotip pada generasi ke-n merupakan penerapan salah
satu cabang ilmu matematika terhadap ilmu biologi untuk menyelesaikan
permasalahan penyelidikan suatu persilangan genotip dimana peluang
persilangan tersebut diubah dalam bentuk matriks dan dicari diagonalisasinya
agar kita mengetahui pewarisan genotip yang terjadi pada generasi setelah
leluhur/induk.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aljabar Matriks
Aljabar matriks dikembangkan oleh matematika Inggris yaitu Arthur
Cayley pada tahun 1857. Cayley merupakan orang yang pertama kali
mengkaitkan matriks dengan transformasi linier. Matriks berkembang karena
peranannya dalam cabang-cabang matematika lainnya, bidang ekonomi,
industri dan transportasi. Dengan menggunakan matriks, penyelesaian sistem
persamaan linier akan lebih mudah (Subagio, 1986: 1).
1. Definisi Matriks
Definisi 2.1:
Matriks adalah susunan bilangan atau simbol yang diatur menurut baris-
baris dan kolom-kolom yang berbentuk persegi panjang dan disajikan
dalam tanda kurung atau kurung siku (Subagio, 1986: 2).
Definisi 2.2:
Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. (Anton,
2004: 51).
Setiap bilangan dalam matriks disebut elemen atau unsur matriks.
Secara umum elemen matriks dinyatakan dengan huruf kecil dan huruf
kapital untuk melambangkan matriks.
Ukuran matriks dapat diberikan oleh jumlah baris (garis
horizontal/mendatar/i) dan kolom (garis vertikal/menurun/j). Matriks tidak
mempunyai nilai, tetapi mempunyai ukuran yang disebut ordo suatu
6
7
matriks. Ordo suatu matriks ditentukan oleh banyaknya baris dan banyaknya
kolom matriks tersebut. Suatu matriks yang mempunyai m baris dan n
kolom dinyatakan dengan:
]
Elemen-elemen baris ke 1 adalah:
Elemen-elemen kolom ke 1 adalah:
Dengan demikian matriks A dapat dinyatakan dengan
,
dengan menunjukkan baris dan
menunjukkan kolom. Dua buah matriks dikatakan sama bila ordonya sama
dan mempunyai unsur yang sama di dalam setiap posisinya.
Contoh 1:
Jika [
] maka:
a) A mempunyai ...... baris dan ...... kolom
b) Elemen baris ke 3 adalah ......
c) Elemen kolom ke 2 adalah .....
d) Element baris ke 2 kolom ke 4 adalah ......
e) 6 adalah elemen baris ke ...... kolom ke ......
Penyelesaian 1:
a A mempunyai 3 baris dan 4 kolom
8
b Elemen baris ke 3 adalah
c Elemen kolom ke 2 adalah
d Elemen baris ke 2 kolom ke 4 adalah
e 6 adalah elemen baris ke 2 kolom ke 3
2. Jenis-Jenis Matriks.
Dengan memperhatikan banyaknya baris, banyaknya kolom serta
elemen-elemen dalam suatu matriks kita akan mengetahui jenis-jenis
matriks, antara lain:
1) Matriks Baris.
Suatu matriks yang hanya terdiri dari satu baris disebut matriks
baris. Matriks baris disebut juga Vektor baris.
Contoh 2:
[
] , [
]
2) Matriks Kolom.
Suatu matriks yang hanya terdiri dari satu kolom disebut matriks
kolom, yang disebut juga Vektor kolom
Contoh 3:
[
] , *
+
3) Matriks Bujur sangkar.
Suatu matriks yang banyaknya baris sama dengan banyaknya
kolom disebut matriks bujur sangkar, yang dinyatakan dengan
.
Matriks disebut matriks bujur sangkar ordo
9
Contoh 4:
Matrriks bujur sangkar ordo 2
*
+ ,
Matriks bujur sangkar ordo 3
[
]
Matriks bujur sangkar ordo n
Elemen-elemen matriks bujur sangkar:
disebut elemen diagonal utama dan
disebut elemen diagonal kedua.
Hanya matriks bujur sangkar yang mempunyai elemen diagonal utama
dan elemen diagonal kedua.
4) Matriks Diagonal.
Matriks bujur sangkar dengan semua elemen-elemen yang bukan
elemen diagonal utama adalah nol disebut matriks diagonal. Dengan
kata lain matriks [
untuk
Contoh 5:
*
+ , [
]
10
5) Matriks Skalar.
Matriks skalar adalah matriks diagonal dengan elemen diagonal
utama semua sama dengan dan
Contoh 6:
*
+ , [
]
6) Matriks Identitas.
Matriks identitas adalah matriks skalar dengan elemen-elemen
diagonal utama semua 1.
Contoh 7:
*
+ , [
]
7) Matriks Segitiga.
Ada dua macam matriks segitiga, yaitu matriks segitiga atas dan
matriks segitiga bawah.
Matriks segitiga atas adalah matriks bujur sangkar dengan
elemen-elemen yang terletak di bawah elemen diagonal utama semua
nol. Dengan kata lain [
untuk .
Matriks segitiga bawah adalah matriks bujur sangkar dengan
elemen-elemen yang terletak di atas elemen diagonal utama semua nol.
Dengan kata lain [
untuk .
11
Contoh 8:
Matriks segitiga atas
[
] , [
]
Matriks segitiga bawah.
[
] , [
]
8) Matriks Nol.
Matriks nol adalah suatu matriks yang semua elemennya adalah
nol.
Contoh 9:
*
+ , [
]
9) Matriks Simetris.
Matriks simetris adalah matriks bujur sangkar dengan elemen-
elemen baris ke kolom ke , sama dengan elemen-elemen baris ke
kolom ke . Dengan demikian elemen-elemen matriks simetris
memenuhi
*
+ ,
[
]
12
10) Matriks Antisimetris.
Matriks antisimetris adalah matriks bujur sangkar dengan elemen
*
+ ,
[
]
3. Perkalian Matriks.
Definisi 2.3
Jika A adalah sebuah matriks dan B adalah sebuah matriks
maka hasil kali AB adalah matriks yang entri-entrinya
didefinisikan sebagai berikut. Untuk mencari entri dalam baris dan
kolom dari AB, pilih baris dari matriks A dan kolom dari matriks B.
Kalikan entri-entri yang berpadanan dari baris dan kolom secara
bersama-sama dan kemudian jumlahkan hasil kalinya (Anton, 2011: 56).
Jadi
Jika [
], [
] dan
[
Maka dengan [
] dan
13
Dimana dan
Contoh 12:
Tentukan jika *
+ dan *
+
Penyelesaian 12:
*
+ *
+ *
+ *
+
4. Perpangkatan Matriks dan Polinomial dalam Matriks.
Perpangkatan pada matriks merupakan perkalian berulang. Sehubung
dengan persyaratan perkalian matriks maka perpangkatan hanya dapat
dikerjakan pada matriks bujursangkar. Pangkat dari didefinisikan sebagai
berikut:
Sehingga dengan buah matriks sama dengan
dengan
dan
Jika adalah suatu matriks bujur sangkar, katakanlah , dan jika
.................................. (I)
Adalah sembarang polinomial, maka kita definisikan
Dengan adalah matriks identitas . Dengan kata-kata adalah
matriks yang dihasilkan ketika disubtitusikan untuk dalam (I) dan
digantikan oleh
.
14
Contoh 13:
Jika
dan *
+
Maka:
*
+
*
+ *
+
*
+ *
+ *
+ *
+
5. Determinan dan Invers Matriks.
1. Determinan
Determinan dari suatu matriks adalah jumlah dari semua bentuk
perkalian secara diagonal dari elemen-elemen matriks dengan
mangambil satu elemen dari baris atau kolom dengan memperhatikan
urutan. Dalam penulisan determinan elemen-elemen matriks bujur
sangkar ditulis diantara dua garis tegak | |, misalnya matriks A
dinotasikan dengan ||.
Jika A adalah matriks berordo 2 x 2 yakni |
|, maka
untuk mencari determinannya dengan mengurangkan diagonal kedua
dari diagonal utama matriks tersebut yaitu
.
Jika A adalah matriks berordo 3 x 3 yakni |
|,
maka untuk mencari determinannya dengan Aturan Sarus yakni:
.
15
2. Invers Matriks
Matrik bujur sangkar, A=[a
ij
] dengan i=1, 2, ..., n dan j=1, 2, ...,
n, disebut mempunyai invers jika terdapat matrik
, sehingga
Bukti 2.1:
Jika A non singular, maka det A adalah skalar tak nol sehingga
invers sebuah matriks dapat dinyatakan dengan:
(
)
( )
Mula-mula akan dibuktikan bahwa ( )
Perkalian dari ( ) adalah:
16
[
] [
]
secara umum entri pada matrik di atas dapat ditulis, sebagai
berikut:
Jika maka seperti hasil di atas didapat
.
Jika , maka ekspresi di atas
.
Sehingga :
() [
]
Sehingga: ()
Jika , maka didapat:
()
()
Contoh 14.
Carilah invers dari matriks [
]
Penyelesaian 14.
Mula-mula hitung dan
17
[
|
| |
| |
|
|
| |
| |
|
|
| |
| |
|
]
[
]
[
]
Jadi
[
] [
]
6. Nilai Eigen dan Vektor Eigen.
Kata vektor eigen berasal dari ramuan bahasa Jerman dan Inggris.
Dalam bahasa Jerman eigen diartikan sebagai sebenarnya atau
karakteristik. Oleh karena itu nilai eigen dapat juga dinamakan nilai
sebenarnya atau nilai karakteristik. Sedangkan vektor adalah bentuk
matriks khusus yang hanya mempunyai satu baris atau satu kolom. Jadi
vektor eigen dapat diartikan sebagai vektor sebenarnya.
Definisi 2.3.
Misalkan A adalah matriks , maka vektor yang tidak nol di R
n
disebut vektor eigen (eigen vector) dari A, jika adalah kelipatan
skalar dari , yaitu untuk suatu skalar . Skalar dinamakan
nilai eigen (eigen value) dari A.
Untuk mencari nilai eigen matriks A yang berukuran maka
dapat ditulis kembali sebagai
18
......................................................................................... (2)
Supaya menjadi nilai eigen, maka harus ada pemecahan tak nol dari
persamaan (2). Suatu persamaan akan mempunyai pemecahan tak nol jika
dan hanya jika:
................................................................................... (3)
Persamaan (3) dinamakan persamaan karakteristik A, skalar yang
memenuhi persamaan tersebut merupakan nilai eigen dari A. bila diperluas
maka persamaan karakteristik tersebut adalah polinom karakteristik dari A
mempunyai derajat n dan koefisien dari adalah I. Jadi polinom
karakteristik dari matriks mempunyai bentuk:
Dengan
Dan persamaan karakteristik dari matriks Q adalah
Penyelesaian dari persamaan ini adalah
Jadi nilai-nilai eigen dari matriks Q adalah 1 dan 2
19
7. Diagonalisasi Matriks.
Definisi 2.4
Suatu matriks bujursangkar A dikatakan dapat didiagonalisasikan
(diagonazable), jika terdapat suatu matriks P yang dapat dibalik
sedemikian rupa sehingga
] sehingga
diagonal
Katakan
, dimana [
] maka
20
Yakni [
] [
]
[
] (4)
Jika sekarang dimisalkan
menyatakan vektor-vektor
kolom P maka bentuk persamaan (4) kolom-kolom AP yang berurutan
adalah
.. (5)
Oleh karena P dapat dibalik, maka vektor-vektor kolomnya semuanya tak
nol. Jadi menurut persamaan (5)
dan
misalkan:
[
]
21
Adalah matriks yang vektor-vektor kolomnya
kolom-kolom
dari hasil kali AP adalah
, tetapi
Sehingga [
]
[
] [
]
............................................................................... (6)
Dimana D adalah matriks diagonal yang memiliki nilai-nilai eigen
, A terdiagonalisasi
Dari bukti ini didapat prosedur untuk mendiagonalisasikan matriks A
yang berukuran (Anton & Rorres, 2011: 397) sehingga langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah:
Langkah 1 : Tentukan vektor eigen dari yang bebas linier,
misalkan
Langkah 2 : bentuklah sebuah matriks dengan
sebagai
vektor-vektor kolomnya
Langkah 3 : matriks
untuk
Contoh 16:
Diketahui matriks M =
(
(
(
5 0 0
0 3 2
0 2 3
Carilah:
a. matriks P yang mendiagonalisasi M.
b. matriks diagonal D = P
-1
MP.
Penyelesaian 16:
Persamaan karakteristik matriks M adalah:
( [
] [
])
([
])
( 1)( 5)
2
= 0
= 1; = 5
Jadi nilai eigen adalah 1 dan 5.
Penentuan vektor eigen sebagai berikut.
( [
] [
]).
/
23
([
]).
/
Untuk = 1([
]).
/ .
Matriks yang bersesuaian:
(
(
(
0
0
0
4 0 0
0 2 2
0 2 2
(
(
(
0
0
0
1 0 0
0 0 0
0 1 1
Diperoleh: a = b; dan c = 0.
Jika b = t, maka a = t dan c = 0.
Vektor eigen yang bersesuaian dengan = 1 adalah t
(
(
(
0
1
1
.
Jadi basis ruang eigen yang bersesuaian dengan = 1 adalah
(
(
(
0
1
1
.
Untuk = 5 0
0 0 0
0 2 2
0 2 2
=
|
|
|
.
|
\
|
|
|
|
.
|
\
|
(
(
(
c
b
a
.
Matriks yang bersesuaian:
(
(
(
0
0
0
0 0 0
0 2 2
0 2 2
(
(
(
0
0
0
0 0 0
0 0 0
0 1 1
Diperoleh:
Andai , maka , dan
Jadi vektor eigen yang bersesuaian dengan = 5 adalah s
(
(
(
0
1
1
+ t
(
(
(
1
0
0
.
24
Jadi basis ruang eigen yang bersesuaian dengan = 5 adalah
(
(
(
0
1
1
dan
(
(
(
1
0
0
.
a) Dengan demikian matriks P yang mendiagonalisasi M adalah
(
(
(
1 0 0
0 1 1
0 1 1
.
b) Matriks diagonal yang terbentuk adalah:
.
Untuk menentukan D, kita harus menentukan dahulu
. Melalui
perhitungan dalam menentukan invers suatu matriks diperoleh
= [
].
Dengan demikian D = P
-1
MP
D =
(
(
(
(
(
(
1 0 0
0
2
1
2
1
0
2
1
2
1
(
(
(
5 0 0
0 3 2
0 2 3
(
(
(
1 0 0
0 1 1
0 1 1
=
(
(
(
(
(
(
1 0 0
0
2
1
2
1
0
2
1
2
1
(
(
(
5 0 0
0 5 1
0 5 1
=
(
(
(
5 0 0
0 5 0
0 0 1
dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa elemen-elemen dari matriks D
sama dengan nilai-nilai eigen dari matriks A. Sehingga dalam pembahasan
selanjutnya nilai matriks D dapat diperoleh langsung dari nilai-nilai eigen
suatu matriks.
25
Untuk mendapatkan pernyataan eksplisit untuk
, maka
pertamanya mendiagonalkan A, yakni dicari matriks P yang dapat dibalik
dan matriks diagonal D sedemikian rupa sehingga
Pangkat suatu matriks bujursangkar dapat dinyatakan sebagai:
atau
, dimana matiks A muncul sebanyak n kali dalam perkalian di ruas
kanan. Pangkat bilangan positif dari suatu bujursangkar juga dapat dihitung
langsung dengan menggunakan matriks P dan matriks D. jika persamaan
Dipangkatkan dua, maka akan diperoleh:
Proses tersebut dapat diulang untuk pangkat bilangan bulat yang lebih
tinggi, sehingga hasil umumnya adalah:
, dimana A adalah
matriks bujur sangkar ordo n yang mempunyai n buah vektor yang bebas
linier, P adalah matrik yang bersesuaian dengan vektor-vektor eigen dan
matriks D adalah matriks diagonal yang entri-entrinya bersesuaian dengan
nilai-nilai eigen matriks A.
B. Genetika
Genetika (ilmu keturunan) tergolong dalam ilmu hayat yang
mempelajari turun-temurunnya sifat-sifat induk atau orang tua kepada
keturunannya. Genetika mempunyai lingkup yang sangat luas, antara lain:
membahas tentang peranan kromosom, pewarisan sifat-sifat genetik, terjadinya
26
cacat badan dan mental yang disebabkan oleh kelainan kromosom, timbulnya
penyakit karena kesalahan metabolisme bawaan dan lain-lain.
1. Jenis-Jenis Pewarisan Genetika
a. Pewarisan Autosomal (autosomal inheritance).
Pewarisan autosomal adalah pewarisan yang tidak terpaut oleh
kromosom seks. Pada pewarisan autosomal suatu individu mewarisi satu
gen tiap pasangan gen induknya untuk membentuk pasangan gennya
sendiri. Sehingga, jika salah satu induk memiliki genotip AaBb, maka
kecenderungan bahwa keturunannya akan mewarisi gen AB, Ab, aB
atau gen ab dari induk tersebut adalah sama besarnya. Jika salah satu
induk mempunyai genotip aabb dan yang lain memiliki genotip AaBb
maka keturunan akan selalu menerima gen ab dari induk aabb dan akan
menerima gen AB, Ab, aB atau gen ab dengan kemungkinan yang sama.
Sebagai konsekuensinya, tiap keturunan mempunyai kemungkinan yang
sama untuk memiliki genotip aaBb, aabb, AABb, AaBb.
Ciri dominan yang menunjukkan pewarisan autosomal adalah
manifestasi dalam keadaan heterozigot, artinya seorang dengan kelainan
dimana kromosom tubuh mengandung satu gen abnormal yang akan
menyebabkan penyakit. Biasanya setiap penderita mempunyai salah satu
orang tua yang sakit. Tetapi kadang-kadang kelainan dapat muncul pada
satu generasi tanpa adanya satu keluarga pada generasi sebelumnya yang
terkena penyakit tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena kedua atau
salah satu orang tua adalah pembawa (carier).
27
Penyakit yang terpendam dalam autosomal terjadi kelainan pada
individu yang homozigot untuk gen yang mengalami kelainan. Jika
perempuan yang menderita menikah dengan laki-laki normal, maka
anaknya perempuan normal karena individu yang heterozigot benar-
benar sehat dan semua anak laki-laki penderita. Jika suatu sifat resesif
adalah sangat jarang seperti kebanyakan kondisi abnormal, maka
peluang dua individu yang heterozigot bagi sifat ini adalah lebih besar
jika mereka memiliki hubungan keluarga daripada jika mereka tidak
memiliki hubungan keluarga. Mengingat bahwa orang tua yang
mempunyai keluarga bisa mewarisi gen yang sama dari nenek
moyangnya.
b. Pewarisan Gonosomal (gonosomal inheritance).
Pewarisan gonosomal adalah pewarisan yang dipengaruhi oleh
kromosom seks.
1. Pewarisan Gen Resesif Terpaut Kromosom X
Saat perkawin, ibu menyumbangkan satu kromosom X untuk
anaknya, sementara ayah menyumbangkan satu kromosom X untuk
anak perempuannya dan satu kromosom Y untuk anak laki-lakinya.
Misalkan kromosom X abnormal dapat dinyatakan dengan
dan
kromosom X normal dengan X. Terdapat 3 kondisi pada wanita yang
dapat dinyatakan dengan kondisi kromosomnya, yaitu
a) Wanita normal, kromosom
b) Wanita karier, kromosom
c) Wanita penderita, kromosom
,
28
dan 2 kondisi pada pria, yaitu:
a) Pria normal, kromosom
b) Pria penderita, kromosom
Berdasarkan jumlah kondisi pada wanita dan pria, banyaknya
jenis perkawinan yang mungkin adalah 2x3 = 6 kondisi. Perkawinan
wanita normal dengan pria normal akan melahirkan anak yang tidak
memiliki peluang untuk terinfeksi. Sementara perkawinan antara
wanita penderita dengan pria penderita akan melahirkan anak dengan
peluang 100% untuk terinfeksi.
2. Pewarisan Gen Dominan Terpaut Kromosom X
Kromosom abnormal dapat dinyatakan dengan
dan
kromosom normal dengan . Karena gen bersifat dominan, tidak
terdapat karier. Terdapat 3 kondisi pada wanita yang dapat
dinyatakan dengan kondisi kromosomya, yaitu:
a) Wanita normal, kromosom
b) Wanita penderita heterozigot, kromosom
c) Wanita penderita homozigot, kromosom
dan 2 kondisi pada pria, yaitu:
a) Pria normal, kromosom
b) Pria penderita, kromosom
Berdasarkan jumlah kondisi pada wanita dan pria, banyaknya
jenis perkawinan yang mungkin adalah 2x3 = 6 kondisi. Perkawinan
wanita normal dengan pria normal akan melahirkan anak yang tidak
29
memiliki peluang untuk terinfeksi. Sementara perkawinan antara
wanita penderita homozigot dengan pria penderita akan melahirkan
anak dengan peluang 100% untuk terinfeksi.
2. Kromosom
Bagian terkecil dari tubuh makhluk hidup dinamakan sel. Pada
suatu jenis makhluk hidup sel-sel itu tidak selalu sama bentuknya, misalnya
sel otot berbeda dengan sel syaraf maupun sel darah. Di dalam sel dari
kebanyakan makhluk terdapat kromosom. Kromosom merupakan benda-
benda halus berbentuk batang panjang/pendek dan lurus/bengkok yang
berguna membawa bahan keturunan.
Salah satu bagian kromosom adalah sentromer, yaitu bagian yang
membagi kromosom menjadi dua lengan. Pada makhluk tingkat tinggi, sel
somatis (sel tubuh kecuali sel kelamin) mengandung satu stel kromosom
yang diterima dari kedua induk/orang tua. Kromosom-kromosom yang
berasal dari induk betina berbentuk serupa dengan yang berasal dari induk
jantan. Maka sepasang kromosom itu disebut kromosom homolog. Oleh
karena itu jumlah kromosom dalam sel tubuh dinamakan diploid (2n). sel
kelamin (gamet) hanya mengandung separuh dari jumlah kromosom yang
terdapat di dalam sel somatis, karena itu jumlah kromosom dalam gamet
dinamakan haploid (n). satu stel kromosom haploid dari suatu spesies
dinamakan genom. Jumlah kromosom yang dimiliki berbagai macam
makhluk hidup tidak sama, tetapi jumlah kromosom yang dimiliki tiap
makhluk hidup pada umumnya tidak berubah selama hidupnya. Kromosom
30
dibedakan atas autosom (kromosom tubuh) dan kromosom kelamin
(kromosom seks) (Suryo, 2012: 41-42).
3. Genetika Mendel
Teori mengenai sifat turun temurun pertama kali dikerjakan oleh rahib
Austria yang bernama Gregor Mendel. Dalam salah satu percobaannya,
Mendel menggunakan biji ercis (Pisum sativum). Mendel menggunakan biji
ercis karena tanaman ini hidupnya tidak lama, memiliki bunga sempurna
dan tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang mencolok
(Suryo, 2012: 7). Mendel menyilangkan varietas biji ercis berbatang tinggi
dengan varietas biji ercis berbatang kerdil, maka semua keturunan pertama
seragam berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat
kerdil. Sifat demikian disebut sifat dominan. Sifat yang dikalahkan disebut
sifat resesif.
4. Peristiwa Keacakan
a. Perkawinan Satu Sifat Beda (Monohibrid)
Monohibrid adalah perkawinan antara dua individu yang
mempunyai satu sifat beda (Aa). Beberapa kesimpulan penting yang
dapat diambil dari perkawinan dua individu dengan satu sifat beda antara
lain:
a) Semua individu F
1
adalah seragam
b) Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka individu F
1
memiliki
fenotip seperti induknya yang dominan.
31
c) Pada waktu individu F
1
yang heterozigotik itu membentuk gamet-
gamet terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya memiliki
salah satu alel saja.
d) Jika dominasi tampak sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid (Tt
x Tt) menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan
fenotip 3:1 (yaitu
, tetapi memperlihatkan
perbandingan genotip 1:2:1 (yaitu
(Suryo,
2012: 10).
Pada marmot, rambut marmot (seperti juga pada manusia, tikus,
dll) ada yang hitam dan ada yang putih (albino). Marmot yang normal
adalah yang berambut hitam, disebabkan ia memiliki gen dominan A
yang menentukan pembentukan pigmen melanin. Alelnya a dalam
keadaan homozigotik menyebabkan melanin tidak terbentuk, sehingga
marmot berambut putih. Perkawinan antara marmot jantan hitam dengan
marmot betina albino menghasilkan keturunan F
1
yang semuanya hitam.
Jika anak-anaknya dikawinkan sesamanya didapatkan keturunan F
2
yang
memperlihatkan perbandingan fenotip 3 hitam : 1 putih. Perbandingan
genotipnya adalah 1 AA: 2 Aa : 1 aa (Suryo, 2012: 10)
P : (albino) (hitam)
F
1
: (hitam)
32
F
2
Tabel 2.1.
Perkawinan antara marmut hitam dan albino
Genotip
(hitam)
(hitam)
(hitam)
(albino)
b. Perkawinan Dua Sifat Beda (Dihibrid)
Dihibrid adalah perkawinan dua individu yang memiliki dua sifat
beda (AaBb). Pada hasil percobaan Mendel dengan tanaman ercis. Pada
bijinya terdapat 2 sifat beda, yaitu soal bentuk biji dan warna biji. Kedua
sifat beda ini ditentukan oleh gen-gen yang berbeda yaitu sebagai
berikut:
B = gen untuk biji bulat
b = gen untuk biji keriput
K = gen untuk biji kuning
k = gen untuk biji hijau (Suryo, 2012: 26)
Jadi bentuk bulat dan warna kuning adalah dominan. Jika tanaman
ercis berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK) disilangkan dengan
tanaman ercis berbiji keriput-hijau (bbkk), maka semua tanaman F
1
berbiji
bulat-kuning. Apabila tanaman-tanaman F
1
ini dibiarkan menyerbuk sendiri,
maka tanaman ini akan membentuk 4 macam gamet baik jantan maupun
betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk, bK dan bk. Akibatnya
dalam F
2
diharapkan akan didapat kombinasi, yang terdiri atas 4
33
macam fenotip, yaitu tanaman berbiji bulat-kuning
bagian), berbiji
bulat-hijau
dari
persilangan dihibrid bergenotip AAbb,
dari anak mereka adalah normal (AABB) dan
0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
AABb 0
1 0
0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Aabb 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
AaBB 0 0 0
0 1
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
AaBb 0 0 0 0
1 0 0
0 1
0 0
0 0 0 0 0 0 0
41
Aabb 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
aaBB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1
0 0
aaBb 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
0
aabb 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0
1
42
B. Implementasi Diagonalisasi Matriks pada Pewarisan Genotip
Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang bagaimana cara kromosom
dari orang tua yang diteruskan pada keturunannya. Matriks yang akan dibentuk
menunjukkan genotip yang mungkin pada keturunan dengan mengacu pada
genotip induknya, sehingga akan diperoleh distribusi genotip dari satu populasi
sampai generasi-generasi selanjutnya.
Untuk lebih memperjelas implementasi diagonalisasi matriks untuk
menyelidiki keturunan sampai generasi ke-n, maka digunakan langkah-langkah
penyelesaian berdasarkan teori Howard Anton sebagai berikut:
1. Bentuklah persamaan linier dari tabel yang menjelaskan tentang peluang
dari masing-masing genotip, sehingga didapat persamaan dalam notasi
matriks dan bentuklah matriks A.
2. Carilah nilai-nilai eigen dari matriks A. Sehingga diperoleh pula vektor-
vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai-nilai eigen tersebut.
3. Bentuklah matriks P dari vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan
nilai eigen tersebut.
4. Subtitusikan matriks A dengan matriks D yang sudah terlebih dahulu
didiagonalisasikan oleh matriks P kemudian bentuklah sebuah persamaan
eksplisit.
5. Carilah limit dari masing-masing persamaan untuk n menuju tak hingga.
Berdasarkan langkah-langkah di atas maka pewarisan autosomal dan
penyakit yang terpendam dapat ditampilkan sebagai berikut:
43
1. Pewarisan Autosomal
Kemungkinan-kemungkinan dari genotip yang memiliki individu dari hasil
persilangan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Peluang Genotip Persilangan Individu Normal Heterozigot
dengan Individu Carier
Genotip
dari
keturunan
Genotip dari kedua orang tua
AABB-
AABB
AABB-
AABb
AABB-
AAbb
AABB-
AaBB
AABB-
AaBb
AABB-
Aabb
AABB-
aaBB
AABB-
aaBb
AABB-
aabb
1
0 0 0 0
0
1 0 0
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0
0 1
0
0 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
44
Langkah 1: Bentuklah persamaan linier dari tabel peluang masing-masing
genotip sehingga diperoleh persamaan dalam bentuk matriks dan
buatlah matriks A.
Untuk menghitung probabilitas gen yang dimiliki satu individu maka dapat
dibuat:
untuk
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AABB pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AABb pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AAbb pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AaBB pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AaBb pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip Aabb pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip aaBB pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip aaBb pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip aabb pada generasi ke-n
Sehingga
serta
menyatakan distribusi
permulaan dari genotip-genotip itu. Selain itu juga terdapat:
untuk
Dari tabel tersebut dapat ditentukan distribusi genotip setiap generasi dari
distribusi genotip generasi terdahulu dengan menggunakan persamaan. Dimana
persamaan itu menyatakan bahwa semua turunan yang dihasilkan yakni
. Sedangkan koefisien-
koefisien dari ketiga persamaan itu berasal dari probabilitas genotip yang
mungkin dimiliki oleh individu tersebut dari hasil perkawinan, persamaan itu
adalah:
(3.1)
Pada persamaan (3.1) dari kesembilan persamaan di atas menunjukkan bahwa
seluruh keturunan pada genotip AABB akan mempunyai genotip AABB dalam
program pengembangbiakan ini, setengah dari keturunan dengan genotip AABb,
AaBB dan AaBb akan mempunyai genotip AABB dalam program
pengembangbiakan ini, dan nol dari turunan dengan genotip Aabb, Aabb, aabb,
aaBB dan aaBb akan mempunyai genotip AABB.
Kemudian dapat ditulis persamaannya dalam notasi matriks berikut:
(3.2)
Dimana
46
dan
[
Langkah 2: Carilah nilai eigen dari matriks A dan mencari vektor eigen dari
masing-masing nilai eigen.
Dengan menggunakan matriks A di atas, maka dapat dicari nilai eigen dan
vektor eigen yaitu:
[
| |
47
[
) (
Atau dengan menggunakan software maple (terlampir halaman 93) maka
didapat nilai eigen sebagai berikut:
Selanjutnya mencari vektor eigen dari masing-masing nilai eigen.
Untuk
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut
48
[
49
Sehingga persamaan yang bersesuaian adalah:
.
Maka
dan
50
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian dengan
adalah:
Untuk
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut
51
[
52
Sistem persamaan yang bersesuaian adalah:
.
Ambil
, misalkan
Maka
dan
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian dengan
adalah
Untuk
53
[
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
54
Maka sistem persamaan yang bersesuaian adalah:
Ambil
maka
55
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian adalah
Untuk
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut
[
56
Sistem persamaan yang bersesuaian adalah:
,
57
,
Ambil
, misalkan
Maka
dan
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian dengan
adalah
Untuk
58
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan:
[
Maka sistem persamaan yang sesuai adalah:
,
59
Ambil
dimana
Maka
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian adalah:
Untuk
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
60
Maka sistem persamaan yang bersesuaian adalah:
Ambil
61
maka
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian adalah
Untuk
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
62
63
Maka sistem persamaan yang bersesuaian adalah:
Ambil
dengan
maka
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian adalah
Untuk
64
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
65
Maka sistem persamaan yang bersesuaian adalah:
Ambil
dengan
maka
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian adalah
Untuk
66
[
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
67
Maka sistem persamaan yang bersesuaian adalah:
Ambil
dengan
maka
68
Sehingga vektor eigen yang bersesuaian adalah
Langkah 3: membentuk matriks P dari vektor-vektor eigen yang sesuai
dengan nilai-nilai eigen
Akhirnya diperoleh:
[
Dan
[
]
[
Langkah selanjutnya adalah mencari invers dari matriks P dengan cara
mereduksi matriks P menjadi matriks identitas.
69
[
70
71
72
73
74
Dalam perhitungan manual didapatkan invers matriks P adalah
[
Perhitungan invers manual ini diperkuat dengan perhitungan menggunakan
maple (terlampir halaman 94) yakni:
Langkah 4: mensubtitusikan matriks A dengan matriks D yang terlebih
dahulu didiagonalisasikan oleh matriks P dan kemudian
bentuklah sebuah persamaan eksplisitnya.
Pada persamaan (3.2) jika A dipangkatkan 2, maka persamaan tersebut menjadi:
75
Proses tersebut dapat diulang untuk pangkat bilangan bulat yang lebih tinggi,
sehingga hasil umumnya adalah:
(3.3)
Sebagai konsekuensinya, jika kita dapat mencari sebuah pernyataan eksplisit
untuk
,
maka mula-mula dengan cara mendiagonalisasikan matriks A. Yakni, kita cari
matriks P yang dapat dibalikkan dan matriks diagonal D sedemikian rupa
sehingga:
Dengan diagonalisasi seperti itu, maka diperoleh:
untuk (3.4)
Dimana
Berdasarkan persamaan
, sehingga diperoleh:
76
[
77
[
( (
( (
( (
( (
( (
( (
( (
( (
((
( (
((
((
((
((
( (
((
( (
((
((
( (
((
78
Oleh karena
Sehingga
((
( (
((
((
((
((
((
( (
((
((
((
( (
((
(3.5)
Persamaan di atas merupakan persamaan eksplisit untuk
,((
((
((
{}
,((
((
((
( (
( (
( (
,((
((
((
( (
{}
{}
{}
{}
Sehingga diperoleh:
,
80
.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk n mendekati tak hingga, pewarisan
pada generasi ke-n semuanya bergenotip AABB atau dengan kata lain Normal.
2. Penyakit-penyakit Resesif Autosomal
Suatu sifat keturunan yang ditentukan oleh sebuah gen resesif pada
autosomal baru akan tampak bila suatu individu menerima gen itu dari
kedua orang tuanya. Biasanya kedua orang tua nampak normal, walaupun
sebenarnya pembawa gen resesif dimana masing-masing heterozigot
(AaBb). Dengan kata lain penyakit genetik ini dipengaruhi oleh penurunan
autosomal di mana sebuah gen AB mendominasi sebuah gen abnormal ab.
Misalkan dilaksanakan program untuk mengidentifikasi pembawa
penyakit tersebut, dan semua pembawa penyakit yang diidentifikasi tersebut
menyepakati untuk tidak menghasilkan turunan diantara sesama mereka.
Dengan cara ini, semua anak masa depan akan mempunyai orang tua normal
(AABB-AABB), (AABB-AABb), (AABB-AaBB) dan seorang orang tua
penderita penyakit (AABB-AaBb). Sebagai konsekuensinya, maka tidak
ada anak masa depan akan menderita penyakit tersebut. Walaupun di dalam
generasi masa depan masih terdapat pembawa penyakit berdasarkan
pelaksanaan program perkawinan terkontrol maka dapat ditentukan fraksi
pembawa penyakit (carier) pada generasi-generasi akan datang.
] untuk
81
Oleh karena tiap turunan mempunyai sedikit-dikitnya satu orang tua normal,
maka ditinjau dari program perjodohan terkontrol sebagai sebuah program
perjodohan yang berlangsung terus menerus dengan genotip AABB. Jadi
peralihan distributip ke generasi berikutnya ditentukan oleh persamaan:
untuk
Dengan
],
]
Dan A adalah matriks yang elemen-elemennya merupakan genotip yang
dimiliki turunan tersebut.
Tabel 4.4
Peluang Genotip Persilangan Dihibrid antara Laki-laki Normal dan
Perempuan Carier
Genotip
dari
keturunan
Genotip dari kedua orang tua
AABB-AABB AABB-AABb AABB-AaBB AABB-AaBb
AABB 1
AABb 0
AaBB 0 0
AaBb 0 0 0
Dengan keterangan:
AABB, AABb dan AaBB : Individu Normal
AaBb : Individu pembawa (Carier) penyakit tetapi
tidak menderita penyakit
82
Langkah 1: Bentuklah persamaan linier dari tabel peluang masing-masing
genotip dan bentuklah matriks A.
Untuk menghitung probabilitas gen yang dimiliki satu individu maka dapat
dibuat:
untuk
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AABB pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AABb pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AaBB pada generasi ke-n
fraksi dari probabilitas individu dengan genotip AaBb pada generasi ke-n
Persamaan linier yang dapat dibentuk sebagai berikut:
Sehingga diperoleh matriks A sebagai berikut:
[
83
Langkah 2: Carlah nilai eigen dan vektor eigen dari matriks A
Untuk mencari nilai eigen maka yang dilakukan sebagai berikut:.
[
]
[
Atau melalui program maple (terlampir halaman 95) maka diperoleh nilai eigen
sebagai berikut:
, dan
Setelah memperoleh nilai eigen, langkah selanjutnya adalah mencari vektor
eigen untuk masing-masing nilai eigen:
Untuk
] [
]
84
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
[
]
Maka sistem persamaan yang sesuai adalah:
Ambil
untuk setiap
Maka
Sehingga vektor eigen yang sesuai adalah
]
Untuk
85
[
] [
]
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
Maka sistem persamaan yang sesuai adalah:
Ambil
dan
untuk setiap
Maka
Sehingga vektor eigen yang sesuai adalah
]
Untuk
86
[
] [
]
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
Maka sistem persamaan yang sesuai adalah:
Ambil
dan
untuk setiap
Maka
Sehingga vektor eigen yang sesuai adalah
]
Untuk
87
[
] [
]
Dengan menggunakan metode OBE dapat dinyatakan sebagai berikut:
[
[
]
Maka sistem persamaan yang sesuai adalah:
.
Ambil
untuk setiap
Maka
Sehingga vektor eigen yang sesuai adalah
]
88
Langkah 3: Bentuklah matriks diagonal dari nilai eigen dan matrik P dari
vektor eigen yang sesuai dengan nilai eigen.
Dari nilai-nilai eigen di atas maka matrik diagonal yang dibentuk sebagai
berikut:
[
]
[
Dari vektor eigen di atas maka matrik baru yang dibentuk sebagai berikut:
[
]
Langkah selanjutnya adalah mencari invers matriks P dengan mereduksi
matriks P menjadi matriks identitas:
[
]
[
]
[
]
[
]
89
Dari perhitungan manual didapat invers P adalah [
]
Perhitungan invers secara manual ini diperkuat dengan hasil perhitungan
melalui software maple (terlampir halaman 96) yang mana hasil invers P
adalah:
[
]
Langkah 4: Subtitusikan matriks A dengan matriks D yang terlebih
dahulu didiagonalisasikan oleh matriks P kemudian
bentuklah persamaan eksplisitnya.
Mengingat bahwa
maka:
[
] [
]
[
[
] [
]
[
[
] [
]
90
[
]
[
]
[
]
[
( (
( (
( (
((
((
((
((
]
[
((
((
((
((
((
((
((
Oleh karena
Maka:
((
((
((
((
((
((
((
(3.6)
91
Langkah 5: Carilah limit dari masing-masing persamaan dengan n
menuju tak hingga.
Untuk n menuju tak hingga, maka limit dari persamaan (3.6) adalah:
((
((
((
,((
((
,((
((
,(
-
Sehingga diperoleh:
.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk n mendekati tak hingga,
pewarisan pada generasi ke-n semuanya bergenotip AABB atau normal.
92
92
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah dipaparkan,
peneliti menyimpulkan :
1. Genotip yang dihasilkan pada keturunan generasi ke-n atas persilangan
terkontrol dihibrid adalah semuanya akan memiliki genotip AABB
(Normal).
Sedangkan untuk keturunan yang bergenotip AABb, AAbb, AaBB, AaBb,
Aabb, aaBB, aaBb dan aabb pada pewarisan genotip generasi ke-n adalah
nol/tidak ada.
2. Persamaan eksplisit yang dihasilkan dari tabel persilangan dihibrid adalah :
93
Untuk menyelesaikan persamaan awal di atas dapat menggunakan langkah
sebagai berikut: bentuklah matriks A, carilah nilai-nilai eigen dari matriks
A. Sehingga diperoleh pula vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan
nilai-nilai eigen tersebut. Bentuklah matriks P dari vektor-vektor eigen yang
bersesuaian dengan nilai eigen tersebut. Subtitusikan matriks A dengan
matriks D yang sudah terlebih dahulu didiagonalisasikan oleh matriks P
kemudian bentuklah sebuah persamaan eksplisit. Carilah limit dari masing-
masing persamaan untuk n menuju tak hingga. Adapun hasil yang diperoleh
dari ersamaan eksplisit di atas adalah semua keturunan di generasi ke-n
adalah NORMAL.
B. Saran
Setelah peneliti menyimpulkan sebagaimana tersebut di atas, saran yang
dapat disampaikan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Pembahasan tentang genetika ini selain menggunakan matriks dalam
penyelesaiannya, dapat juga menggunakan metode lain untuk perkawinan
trihibrid atau polyhibrid.
2. Penelitian ini dapat diteruskan melalui metode lain selain matriks.
94
94
DAFTAR PUSTAKA
A Rifai, Mien. 2004. Kamus Biologi. Jakarta: Balai Pustaka.
Anton, H. 2011. Dasar-Dasar Aljabar Linier Jilid 1. Jakarta: Binapura Aksara.
Anton, H dan Rorres, C. 2011. Aljabar Linier Elementer Versi Aplikasi Edisi
Kedelapan/ Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Anton, H dan Rorres, C. 2011. Penerapan Aljabar Linier. Terjemahan: Pantur
Silaban. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Zaenal. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi, Teori dan
Aplikasi. Surabaya: Lentera Cendika
Jeinne, M. 2013. Pewarisan Autosomal dengan Model Diagonalizable Matrix.
Istech vol 5: 92-99. Agustus 2013
Karmana, Oman. 2008. Biologi untuk Kelas XII Semester 1 Sekolah Menengah
Atas. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Rini, Priani. 2012. Metode Pengumpulan Data.
http://prianirini.blogspot.com/2012/11/metode-pengumpulan-data.html [2
Desember 2013]
Sidik, Nur. 2013. Analisis Data. http://sidicq.wordpress.com/2013/11/04/analisis-
data/ [2 Deesmber 2013]
Subagio A, Suharti. 1986. Buku Materi Pokok Matriks PMAT 2234/2SKS/Modul 1-
3. Jakarta: Karunika Jakarta Universitas Terbuka.
Suryo. 2012. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
W Kimball, John. 2005. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Yasin, Sulkan dan Hapsoyo, Sunarto. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya:
Mekar Surabaya
95
LAMPIRAN 1
Perhitungan Polinomial, Nilai Eigen, Vektor Eigen dan Invers Matriks Baru yang
Dibentuk oleh Tabel Peluang Persilangan Individu Normal Heterozigot dan Carier
dengan Softwere Maple.
>
Setelah matriks terbentuk, maka klik kanan pada matrik dan pilih aljabar linier dan
setelah itu pilih characteristic polynomial, eigenvalues, eigenvektor.
96
untuk mencari inves kita menggunakan maple ketik matriks yang akan dicari
inversnya, kemudian klik kanan pilih standart operations kemudian pilih invers dan
hasilnya adalah sebagai berikut:
>
97
LAMPIRAN 2
Perhitungan Polinomial, Nilai Eigen, Vektor Eigen dan Invers Matriks Baru yang
Dibentuk oleh Tabel Peluang Persilangan Dua Sifat Beda antara Laki-Laki
Penderita dan Perempuan Normal dengan Softwere Maple
>
Setelah matriks terbentuk, maka klik kanan pada matrik dan pilih aljabar linier dan
setelah itu pilih characteristic polynomial, eigenvalues, eigenvektor
Untuk mencari invers matriks ordo 5 x 5, maka klik
98
Maka invers yang di dapat:
99
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dedi Hariyanto
NIM : 105.532
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul : Implementasi Diagonalisasi Matrik untuk Menyelidiki
Pewarisan Genotip pada Generasi ke-n.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Jombang, 5 Maret 2014
Yang Membuat Pernyataan
Dedi Hariyanto