Oleh: Harris Simanjuntak Pemanfaatan ruang tanah, mengacu pada fungsi ruang tanah yang ditetapkan dalam rencana tata ruang tanah, dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah. Dalam rangka pengembangan penatagunaan tanah, diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan tanah. (UU No.26 Tahun 2! tentang Penataan "uang# Kasubdit Pemeliharaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah pada Direktorat Penatagunaan Tanah BPN R.I. Pembangunan berkelanjutan, pada hakekatnya, adalah upaya menari keseimbangan antara faktor daya dukung tanah dan faktor sosio!ekonomi masyarakat yang menggunakan tanah. Dengan demikian, dalam konteks pengelolaan tanah, pembangunan berkelanjutan merupakan upaya penyeimbangan faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, sehingga penggunaan dan pemanfaatan tanah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat seara ekonomi, namun tetap menerminkan prinsip rasa keadilan seara sosial, dan berkelanjutan seara lingkungan hidup. Pemaduserasian faktor!faktor tersebut akan selalu menjadi tantangan dalam pengambil keputusan! keputusan terkait dengan tanah. Tanah adalah sumber utama kesejahteraan dan kehidupan masyarakat dan karenanya tanah haruslah digunakan dan dimanfaatkan dengan optimal. Per"ujudan penggunaan dan pemanfaatan tanah yang optimal tersebut dilakukan melalui penyusunan renana tata ruang yang semestinya mengintegrasikan prinsip!prinsip pembangunan berkelanjutan, sebagaimana diamanatkan dalam ## No.$% Tahun $&&' tentang Penataan Ruang. Renana tata ruang merupakan renana letak dari berbagai maam penggunaan dan pemanfaatan tanah yang direnanakan dalam rangka memenuhi berbagai ragam keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) masyarakat. Dalam kenyataannya, untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat, banyak sekali jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah yang harus diakomodir di atas tanah. Tidaklah mungkin semua jenis itu bisa diakomodir dalam renana tata ruang. Karena itu, renana penggunaan dan pemanfaatan tanah yang diletakkan dalam renana tata ruang hanya menerminkan renana penggunaan dan pemanfaatan yang benar!benar menjadi prioritas. Karena tanah bersifat terbatas (finite), penggunaan dan pemanfaatan tanah tersebut haruslah efisien, tertib dan teratur. #ntuk itu, para pengguna tanah, dalam menggunakan dan memanfaatkan tanahnya, harus mengau pada persyaratan (land use codes) yang disyaratkan dalam renana tata ruang, untuk memastikan penggunaan dan pemanfaatan tanahnya *estari, +ptimal, ,erasi, dan ,eimbang (*+,,) di ka"asan pedesaan- dan, .man, Tertib, *anar, .sri, dan ,ehat (.T*.,) di ka"asan perkotaan. Dalam tataran operasional, tanah digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia yang menguasai tanah untuk mensejahterakan hidupnya. Penggunaan oleh manusia tersebut sifatnya mendasar dan berlangsung terus menerus hingga memunulkan suatu hubungan hukum antara manusia pengguna dengan tanah yang digunakan. Terganggunya hubungan manusia pengguna dengan tanahnya akan berimplikasi pada kesejahteraan pengguna tanah, karena itu perlu ada jaminan kepastian hukum. /angguan hubungan ini dapat dilihat dalam dua perspektif. Pertama, gangguan hubungan dapat berupa sulitnya akses masyarakat kepada sumber daya tanah- kedua, besarnya ongkos yang harus dikeluarkan untuk menggunakan sumber daya tanah dimaksud. Kesulitan ini diakibatkan oleh persediaan tanah yang memang terbatas dan adanya berbagai maam hambatan institusional (kelembagaan) yang terkait dengan tanah, sehingga kepemilikan dan penguasaan tanah tersebut bisa saja didominasi oleh sekelompok masyarakat dengan kepentingan tertentu, yang bermuara pada ketidakseimbangan0ketimpangan penguasaan, penggunaaan dan pemanfaatan tanah. .gar masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan tanah dengan optimal, tertib dan teratur, harus ada keserasian diantara kelembagaan yang terkait dengan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sehingga memungkinkan digunakan dan dimanfaatkan seara efisien, tanpa mengabaikan keadilan sosial, dan tidak merusak fungsinya. Keserasian inilah yang melandasi perlunya penatagunaan tanah. Penatagunaan tanah merupakan pola pengelolaan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang ber"ujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat seara adil. Pelaksanaan konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan di atas harus mengau kepada kebijakan penatagunaan tanah yang telah digariskan dalam PP No.1% Tahun $&&2 tentang Penatagunaan Tanah. ,eara ringkas, kebijakan ini meliputi3 penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan Renana Tata Ruang 4ilayah Kabupaten0Kota- penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai renana tata ruang "ilayah tidak dapat diperluas, dikembangkan, atau ditingkatkan- pelayanan administrasi pertanahan dilaksanakan apabila pemegang hak memenuhi syarat!syarat menggunakan tanah sesuai renana tata ruang, tidak saling mengganggu, tidak saling bertentangan, memelihara tanah, tidak merobah bentang alam, memberikan nilai tambah penggunaan tanah dan lingkungan- pemanfaatan tanah dapat ditingkatkan apabila tidak mengubah penggunaan tanahnya dengan memperhatikan hak atas tanah serta kepentingan masyarakat sekitar- terhadap tanah dalam ka"asan lindung yang belum ada hak atas tanahnya dapat diberikan hak atas tanah, keuali pada ka"asan hutan- tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di "ilayah perairan pantai, pasang surut, ra"a, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh negara- penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap pulau!pulau keil harus memperhatikan kepentingan umum, tidak menutup akses umum ke pantai0laut- apabila pemilik tanah tidak mentaati syarat!syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah, dikenakan sanksi- penetapan renana tata ruang "ilayah tidak mempengaruhi status hubungan hukum atas tanah. Kebijakan di atas, selanjutnya, harus menjadi koridor dalam penyelenggaraan kegiatan penatagunaan tanah. Penyelenggaraan penatagunaan tanah, sesuai PP No.1% Tahun $&&2, terdiri atas tiga jenis kegiatan pokok, yaitu3 pelaksanaan in5entarisasi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah- penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi ka"asan- penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dengan renana tata ruang "ilayah. Output penyelenggaraan kegiatan di atas adalah data dan informasi yang disajikan dalam bentuk peta (spasial) dengan skala lebih besar dari pada skala peta renana tata ruang "ilayah yang bersangkutan, sedangkan outcome!nya adalah kesesuaian dan keserasian penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dengan renana tata ruang yang disepakati. *ebih jauh, substansi kegiatan pokok kedua, yaitu3 penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi ka"asan di atas, pada dasarnya, adalah data dan informasi yang dikemas dalam bentuk neraa perimbangan (Balance). Neraa perimbangan ini berisi data dan informasi, baik tekstual maupun spasial, dari perubahan, kesesuaian, dan ketersediaan tanah pada renana tata ruang "ilayah. Dengan demikian, pengelolaan data dan informasi penatagunaan tanah merupakan bagian dari perenanaan dan pemodelan suatu renana tata ruang. Karena itu, infrastruktur data spasial dan teknologi informasi penatagunaan tanah memegang peranan penting dan strategis dalam penataan ruang. Pembuatan keputusan dalam penataan ruang memerlukan akses kepada data dan informasi yang akurat dan rele5an, yang dikemas dalam suatu bentuk yang interaktif dan tersedia pada saat diperlukan. Dalam menyusun renana tata ruang, keputusan yang baik tentunya harus didasarkan pada informasi penatagunaan tanah yang baik. ,elanjutnya, informasi penatagunaan tanah yang baik harus pula didasarkan pada data yang baik. Kebutuhan (demand) atas informasi tekstual dan spasial penatagunaan tanah untuk pengambilan keputusan dalam penataan ruang menakup dua hal. Pertama, informasi penatagunaan tanah merupakan input dalam proses pembuatan keputusan (informed decisions). Kedua, informasi tekstual dan spasial juga diperlukan dalam rangka analisis dampak keputusan. Karena setiap keputusan mempunyai dampak, baik jangka pendek maupun jangka panjang, maka konsekuensi dari keputusan tersebut harus bisa diprediksi dan dikendalikan. Prediksi dan pengendalian ini dapat dilakukan melalui pemantauan dan e5aluasi hasil dari keputusan yang dibuat tersebut (decisions outcome). Dengan demikian, akuntabilitas keterpaduan antara komunitas, dampak, dan efek dari keputusan dapat dipertanggungja"abkan. Dalam rangka mendukung pengambilan dan analisis dampak keputusan dalam perenanaan dan penyelenggaraan penataan ruang, Direktorat Penatagunaan Tanah pada Tahun .nggaran $&&' telah melakukan pengumpulan dan analisa data penatagunaan tanah yang dikemas dalam bentuk .tlas Neraa Penatagunaan Tanah Nasional. .tlas ini berisi data dan informasi tekstual dan spasial tentang perubahan, kesesuaian, dan ketersediaan tanah pada renana tata ruang. ,ebagai ontoh, berikut ini disajikan tabel dan gambar yang berisi informasi tekstual tentang perubahan, kesesuaian, dan ketersediaan tanah pada renana tata ruang dalam sekala nasional. Informasi trends perubahan penggunaan tanah nasional Pola perubahan penggunaan tanah di Indonesia dapat dibagi dalam dua kelompok utama sebagai berikut3 Penyusutan hutan menjadi perkebunan, tanah pertanian dan penggunaan tanah lainnya, terutama terjadi di luar Pulau 6a"a (,umatera, Kalimantan, ,ula"esi dan Papua). Berdasarkan data tahun $&&$ ! $&&%, perubahan penggunaan tanah, luas hutan menyusut 1%,$7 juta ha atau rata!rata 2,&' juta hektar0tahun, sementara luas perkebunan menyusut 8,29 juta ha atau rata!rata 7%8 ribu hektar0tahun. Penyusutan tanah pertanian : khususnya sa"ah : menjadi budidaya non!pertanian seluas 8,71 juta hektar atau ;92 ribu hektar0tahun, terutama pada "ilayah padat penduduk di sekitar perkotaan di Pulau 6a"a. 4alaupun total luas sa"ah meningkat, pertambahan luas sa"ah terjadi di luar Pulau 6a"a yang produkti5itasnya tidak sebaik tanah sa"ah di Pulau 6a"a. Gambar 1. Trend Perubahan Penggunaan Tanah Informasi kesesuaian penggunaan tanah terhadap rencana tata ruang wilayah Kesesuaian kondisi penggunaan tanah saat ini terhadap arahan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu Sesuai dan Tidak Sesuai. Hasil analisa menunukkan bahwa tingkat kesesuaian penggunaan tanah terhadap !T!" Pro#insi didominasi oleh kategori Sesuai seluas 1$%,&& uta hektar atau &',$1( dari luas wilayah )ndonesia, terluas di Pulau Kalimantan *$&,&+ uta hektar,. Sementara itu kategori Tidak Sesuai seluas -.,%$ uta hektar *$1,$%(,, terluas di pulau Sumatera *1/,'/ uta hektar,. 0itinau dari proporsi terhadap luas wilayah, persentase kategori Sesuai yang tertinggi adalah di Pulau Papua *mencapai '&,//(, dan untuk yang Tidak Sesuai berada di Pulau 1awa yakni +',$-(. Tingkat kesesuaian selengkapnya disaikan pada Tabel 1. TINGKT K!S!S"IN #H!KT$% & S!S"I % TI'K S!S"I ( Sumatera 2..2%1.% $1 &1,'1 1/.'/&. 2/% 87 ,1; 6a"a dan Bali &.'$/.+2 & -1,&- &.+%%.' /1 +' ,$- Kalimantan $&.&++.. %2 &',&' 1&./1%. +&1 $1 ,$2 ,ula"esi 1$.-&&.. -/ /%,%/ -./.$.' 1' 2. ,.$ 3usa Tenggara 4 5aluku '.$1/.%+ & -2,/+ &./-$.1 .+ +/ ,2& Papua $&.%.$.$ 11 7%,'' -.$'&.& '. 1$ ,2$ Total ()*+,,*+ ,-) ,./)( 0.+12(+ )*( )* /.* Sumber6 0irektorat Penatagunaan Tanah 7P38!.). *2%%/, Tabel 1. Kesesuaian Penggunaan Tanah Terhadap !encana Tata !uang "ilayah Pro#insi Informasi ketersediaan tanah nasional Ketersediaan Tanah adalah gambaran umum mengenai tanah!tanah yang masih tersedia untuk kegiatan pembangunan dengan memperhatikan kenyataan penguasaan dan penggunaan tanah serta arahan fungsi ka"asan (RTR4). Berdasarkan uraian tersebut, ketersediaan tanah dapat dikelompokkan menjadi3 a) dapat digunakan untuk kegiatan budidaya sesuai fungsi ka"asan- b) telah ada penguasaan tanah, namun penggunaan tanahnya saat ini tidak sesuai dengan fungsi ka"asan- ) telah ada penguasaan tanah dan penggunaan tanahnya telah sesuai dengan fungsi ka"asan, dan d) terbatas untuk kegiatan!kegiatan yang berfungsi lindung. <asil analisa ketersediaan tanah disajikan pada /ambar $. /ambar $. Ketersediaan Tanah Nasional 0ata dan informasi ini diharapkan dapat berkontribusi nyata pada pemahaman yang lebih baik terhadap dampak sosial dan lingkungan dari setiap kebiakan dan aksi pembangunan yang memerlukan tanah. Ke depan, dengan makin maunya teknologi sur#ey, komunikasi, dan informasi, para pengambil keputusan terkait dengan tanah diharapkan dapat memiliki lebih banyak ragam informasi tekstual dan spasial penatagunaan tanah yang diperlukan dalam rangka mengelola tanah secara efisien, adil, dan berkelanutan.
1akarta, - 5aret 2%%'.
$!S"3! : Kita tahu bahwa di )ndonesia ini pertumbuhan penduduknya sangat tidak terkontrol, padahal kita tahu daya tampung tanah itu sangat terbatas umlahnya. Penduduk )ndonesia tentu membutuhkan lahan untuk tempat tinggal, akibatnya banyak sawah8sawah di ubah menadi pembangunan, bahkan daerah8daerah kawasan lindung pun akhirnya di ubah uga menadi pemukiman. Sekarang dampak dari tidak terkontrolnya pertumbuhan penduduk ini dapat kita lihat, di kota8 kota besar banyak ditemukan areal pemukimam kumuh, banyak kerusuhan akibat perebutan tanah. Padahal kita tahu elas ada peratutan undang8undang yang sudah di buat mengenai tanah. Kita sebagai manusia pun tidak memikirkan dampak8dampak negatif dari perubahan penggunaan tanah dan hanya mengutamakan kepentingan pribadinya. 0i artikel ini dapat kita ketahui adanya penyusutan dari hutan menadi perkebunan, padahal kita tahu hutan penting untuk mengurangi bencana yang banyak teradi kini.