ICC memiliki yurisdiksi untuk mengadili kejahatan berat internasional seperti genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang. Yurisdiksi ICC bersifat komplementer dan tidak menggantikan pengadilan nasional. ICC hanya dapat mengadili jika pengadilan nasional tidak mau atau tidak mampu mengadili kasus tersebut.
ICC memiliki yurisdiksi untuk mengadili kejahatan berat internasional seperti genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang. Yurisdiksi ICC bersifat komplementer dan tidak menggantikan pengadilan nasional. ICC hanya dapat mengadili jika pengadilan nasional tidak mau atau tidak mampu mengadili kasus tersebut.
ICC memiliki yurisdiksi untuk mengadili kejahatan berat internasional seperti genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang. Yurisdiksi ICC bersifat komplementer dan tidak menggantikan pengadilan nasional. ICC hanya dapat mengadili jika pengadilan nasional tidak mau atau tidak mampu mengadili kasus tersebut.
the capacity under international law to prescribe law or to enforce a rule of law Art. 1 Statuta Roma 1998 menyebutkan bahwa shall be permanent institution and shall have the power to exercise ist jurisdiction over persons for the most serious crimes of international concern,.and shall be complementary to national criminal jurisdiction. Jurisdiksi ICC memperkuat dan melengkapi serta tidak menggantikan tugas dan fungsi penyidikan, penuntutan, dan peradilan nasional. Diberlakukannya prinsip ini tidak berarti bahwa ICC merupakan perpanjangan jurisdiksi pengadilan internasional melainkan merupakan pengadilan pelengkap manakala pengadilan nasional tidak berfungsi. Admissibility Principle Implementasi jurisdiksi ICC harus memenuhi admissibility principle yang memiliki dua kriteria, yakni ketidakinginan (unwillingness) secara sungguh-sungguh untuk melaksanakan yurisdiksi nasional dan ketidakmampuan (inability) untuk melaksanakan pengadilan nasional secara benar. Prinsip ini menegaskan bahwa yurisdiksi ICC hanya dapat menggantikan yurisdiksi pengadilan nasional sepanjang pengadilan nasional telah menunjukkan ketidakmampuan atau ketidak inginan untuk menuntut dan mengadili kejahatan serius yang terjadi di negaranya. Kriteria untuk membuktikan ketidakinginan yang sungguh- sungguh dari pengadilan nasional untuk mengadili pelanggar berat hak asasi manusia diatur dalam Pasal 17 (2) dan (3): bahwa proses peradilan telah dilaksanakan dengan maksud untuk melindungi seseorang dari pertanggungjawaban pidana atas kejahatan yang telah dilakukannya; bahwa proses peradilan telah ditunda-tunda tanpa ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga bertentangan dengan maksud dan tujuan diajukannya seseorang ke muka sidang pengadilan; dan bahwa proses peradilan tidak dilaksanakan secara bebas dan independen. Kriteria untuk menentukan adanya keditakmampuan pengadilan nasional adalah bahwa, telah terjadi suatu keadaan yang kolaps atau kacau terhadap sarana dan prasarana pengadilan nasional sehingga pengadilan tidak mampu menghadirkan tertuduh atau mengajukan bukti-bukti yang cukup dan kesaksian atau tidak dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Pengadilan Nasional sebagai The Forum of First Resort Pengadilan Nasional merupakan the primary forum untuk mengadili para pelanggar berat ham. Pengadilan dimana kejahatan dilakukan sangat praktis mengingat: (a) keterkaitan dg masyarakat setempat , sehingga memiliki effek deterrent; (b) memudahkan mencari bukti-bukti, saksi-saksi dan para pelaku; tidak mahal dan lebih mudh dilaksanakan. Kendala terhadap pengadilan nasional biasanya berkaitan dengan (a) disfungsionalisasi pengadilan; (b) pelanggaran ham biasanya berkaitan dengan kebijakan negara
Jurisdiksi ICC Jurisdiksi teritorial Jurisdiksi Ratione Temporis (See art. 11) Jurisdiksi Ratione Materieae - Genocide - Crimes against humanity - War crimes - The Crime of agression