You are on page 1of 21

SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 01 : URAIAN UMUM



1.1. Nama Pekerjaan ini adalah : PEMBANGUNAN RUMAH NELAYAN RAMAH BENCANA di
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
1.2. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan menurut Gambar-Gambar Bestek, RKS
dan juga Semua Syarat-Syarat, Ketentuan-Ketentuan dan Cara-Cara yang
disebutkan dalam Rencana Pekerjaan ini dan Penjelasan-penjelasan tambahan,
yang dicatat atau dimuat dalam Risalah Berita Acara Pemberian Penjelasan
Pekerjaan serta Segala Petunjuk, Saran dan Perintah Lisan dan Tertulis dari
Pemimpin Proyek maupun Pengawas Lapangan selama pekerjaan berlangsung.
1.3. Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah semua pekerjaan yang tercantum dalam
Rencana Anggaran Biaya yang dibuat berdasarkan BQ (Bill of Quantity) yang dibuat
oleh Perencana.
1.4. Pekerjaan meliputi mendatangkan bahan bangunan, alat-alat, perkakas dan
pengerahan tenaga kerja. Disamping itu Pemborong juga harus melaksanakan
pekerjaan persiapan serta keperluan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan
ini, sehingga pekerjaan bisa diselenggarakan dengan cepat, tepat waktu, tepat mutu,
baik dan sempurna sesuai dengan RKS yang ada.
1.5. Pemborong berkewajiban untuk meneliti Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknik
yang ada, Gambar-gambar Rencana lengkap dengan Gambar-gambar Penjelasan
dan Dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kebenaran dan kondisi pekerjaan,
meninjau tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan, melakukan pengukuran-
pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan
untuk penyelesaian dan kelengkapan pelaksanaan kegiatan.

PASAL 02 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
2.1. Pemborong wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka
dokumen yang mengikat / berlaku adalah RKS. Bila gambar tidak cocok dengan
gambar lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku.
Begitu pula apabila dalam RKS tidak tercantumkan, sedang gambar ada, maka
gambarlah yang mengikat.
2.3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, Pemborong wajib menanyakan kepada Pengawas dan
Pemborong mengikuti keputusan.
2.4. Dalam penelitian tersebut dilakukan juga terhadap volume pekerjaan.

PASAL 03 : PEKERJAAN PERSIAPAN
3.1. Sebelum kegiatan fisik dimulai Pemborong harus :
a. Membongkar rumah eksisting bagi nelayan yang mendapat bantuan untuk
dibangun rumah ramah bencana berupa rumah panggung. Pembongkaran harus
sedemikian rupa sehingga tidak menggangu rumah tetangganya. Pembongkaran
rumah dapat menyertakan pemilik rumah dalam upaya dapat menyelamatkan
barang-barang mereka yang dapat dimanfaatkan.
b. Melaksanakan uitzet dan pengukuran dengan pesawat ukur.
c. Memasang patok-patok tetap, patok-patok bantu, bouwplank profil yang peil-
peilnya diambil dari titik acuan (bench mark) yang ditetapkan oleh Direksi.
3.2. Patok titik tiap bangunan harus ditempatkan di lokasi yang aman dari gangguan
sehingga tidak berubah posisinya.
3.3. Patok as profil bouwplank yang dipasang harus kokoh tidak goyah/ berubah.
3.4. Ketepatan dan ketelitian uitzet yang dikerjakan oleh Pemborong harus mendapat
pengesahan dari Direksi. Untuk itu sesudah pekerjaan uitzet selesai, Pemborong
harus meminta Direksi untuk melakukan pengecekan dan mengesahkannya.

PASAL 04 : DAERAH KERJA, DIREKSI KEET/ BARAK KERJA,GUDANG
4.1. Pemborong wajib mempersiapkan tempat kerja dan daerah kerja agar lahan kerja
siap digunakan.
4.2. Pemborong sebelum mulai kegiatan fisik harus membuat atau menyewa tempat
untuk barak dan Direksi Keet dengan ukuran sesuai dengan BQ dengan ketentuan :
a. Ruang kerja berukuran 3 x 4 m dengan kondisi sebagaimana Direksi Keet.
b. Gudang berukuran secukupnya dengan ketentuan :
- Konstruksi dan dinding kayu yang baik
- Lantai beton tak bertulang / Mutu Bo tebal 5 cm
- Memenuhi syarat untuk menyimpan PC dan bahan-bahan pabrikan lainnya.
c. Barak berukuran secukupnya untuk dapat menampung tenaga kerja yang
diperlukan dan cukup sehat untuk dihuni.
4.3. Pemborong harus menjamin Direksi Keet dan Kelengkapannya dipersiapkan dan
diadakan sedemikian rupa dapat berfungsi dengan baik

PASAL 05 : JALAN KERJA
5.1. Jalan yang dipergunakan untuk kegiatan pelaksanaan harus disiapkan oleh
Pemborong sendiri, dengan lebar dan kondisi jalan kerja harus memenuhi syarat
untuk lalu lintas kendaraan roda 4 atau lalu lintas kerja dengan aman.
5.2. Pihak Pemborong wajib memelihara dan memperbaiki jalan masuk atau jalan desa,
gorong-gorong jembatan desa yang rusak akibat lalu lintas kegiatan pekerjaan.

PASAL 06 : PAPAN NAMA PEKERJAAN
6.1. Pemborong harus membuat papan nama pekerjaan ukuran 0.90 m x 1.80 m,
sebanyak 1 (satu) buah, dengan bentuk standar yang dipasang di tepi jalan masuk
pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
6.2. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan dimulai.

PASAL 07 : UITZET, PROFIL DAN BOUWPLANK
7.1. Uitzet :
a. Uitzet harus dilakukan dengan menggunakan pesawat ukur.
b. Duga ketinggian (peil) diambil dari titik ikat yang telah ditetapkan Proyek.
c. Profil bangunan dibuat sesuai dengan rencana bentuk konstruksi dan terpasang
kokoh.
d. Bouwplank dipasang dengan peil yang diambil dari titik ikat pada bouwplank
harus ditegaskan posisi as dan angka peilnya.
7.2. Profil dan Bouwplank :
a. Bouwplank bila diperlukan dibuat dengan konstruksi kayu dan papan jenis Kayu
Meranti
b. Tiang bouwplank untuk tinggi maksimal 2 m harus terbuat dari balok Kayu
Meranti sekurang-kurangnya dengan ukuran 5/7 cm, terpasang kokoh dan tidak
berubah selama masa konstruksi.
c. Papan bouwplank sekurang-kurangnya memiliki ukuran 2/20 cm, bahan Kayu
Meranti, diserut pada sisi yang digunakan dan dilengkapi dengan notasi as serta
angka duga tinggi peil yang ditulis dengan cat warna merah.

PASAL 08 : KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1. Pemborong wajib menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerja dan
lingkungan sekitarnya dengan melakukan langkah-langkah antisipatif.
8.2. Di Direksi Keet Pemborong harus menyediakan obat-obatan untuk memberi
pertolongan pertama/darurat bila ada pekerja yang sakit.
8.3. Penginapan untuk pekerja harus layak dan memenuhi syarat kesehatan.

PASAL 09 : MENINGGALKAN TEMPAT / DAERAH KERJA
9.1. Direksi keet selama masa pemeliharaan menjadi tanggungan Pemborong untuk
menjaganya.
9.2. Sebelum meninggalkan lokasi dimaksud, Pemborong harus mengembalikan kondisi
lahan seperti semula yaitu jalan kerja harus sudah dibenahi, bekas-bekas bongkaran
diangkut keluar lokasi kegiatan dan lain sebagainya.

PASAL 10 : GAMBAR RENCANA PELAKSANAAN DAN GAMBAR DETAIL
10.1. Pelaksanaan fisik konstruksi harus dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan
(gambar bestek) dan gambar detail serta gambar-gambar perubahan yang telah
disetujui Pemimpin Proyek.
10.2. Untuk pekerjaan yang memerlukan gambar detail, bagian gambar yang belum
tersedia gambar detailnya harus dibuat Pemborong sendiri dan dimintakan
persetujuannya kepada pengawas Direksi lapangan.
10.3. Apabila terhadap ketidaksesuaian antara gambar pelaksanaan (gambar bestek)
dengan gambar detail maka gambar detail yang lebih mengikat.
10.4. Apabila terdapat ketidaksamaan antara gambar dengan keadaan di lapangan,
Pemborong harus memberitahukannya kepada Direksi untuk penentuan lebih lanjut.
10.5. Disamping gambar konstruksi yang telah ada gambar revisi / perubahan /
penyempurnaan selama pelaksanaan yang mungkin ada, apabila sudah disetujui
oleh Pemimpin Proyek, mengikat untuk penyelesaian pekerjaan.
10.6. Pekerjaan yang dilaksanakan tidak berdasarkan gambar yang telah disetujui oleh
Pemimpin Proyek, menjadi tanggungan Pemborong sendiri. Terhadap hal ini Direksi
berhak agar pekerjaan tersebut dibongkar dan Pemborong wajib melaksanakannya.
10.7. Dalam hal Pemborong melaksanakan pekerjaan diluar ketentuan tanpa persetujuan
Pemimpin Proyek maka hasil fisik pekerjaan tidak dapat diperhitungkan dalam
prestasi pekerjaan. Hal ini menjadi tanggung jawab Pemborong sendiri.
10.8. Gambar terbangun/as built drawing :
a. Setiap selesainya pekerjaan, terutama yang berkaitan dengan pengajuan
permintaan pembayaran/termijn atas hasil fisik pekerjaan, Pemborong wajib
membuat gambar terbangun (as built drawing) yang mendapat persetujuan oleh
Direksi/Pemimpin Proyek.
b. Gambar tersebut butir a berkelanjutan sampai pekerjaan selesai 100 %
c. Sebagai kelengkapannya dibuat Berita Acara atas gambar terbangun tersebut.

PASAL 11 : PEIL/DUGA KETINGGIAN
11.1. Peil/duga ketinggian pokok menggunakan elevasi lokasi setempat dimana bangunan
akan dibangun dan disetujui oleh Direksi.
11.2. Atas dasar duga ketinggian pokok tersebut Pemborong harus mengadakan
pengukuran dan uitzet untuk penentuan bentuk dan tinggi bangunan yang akan
dikerjakan.
11.3. Untuk memperlancar pelaksanaan, Pemborong dapat membuat patok bantu dari
beton dengan duga ketinggian diambil dari peil pokok/titik ikat yang ditetapkan.
Patok bantu dibuat dari beton bertulang campuran 1 : 3 : 5 berukuran 20 x 20 x 50
dengan diberi paku pada bidang atasnya.
11.4. Patok beton diatas dibuat secukupnya dan ditempatkan sedemikian agar aman
selama berlangsungnya pekerjaan dan sampai selesainya pekerjaan.

PASAL 12 : UKURAN
12.1. Ukuran-ukuran pokok struktur yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar-gambar
pelaksanaan. Ukuran-ukuran yang belum tercantum atau kurang jelas dapat
ditanyakan pada Direksi.
12.2. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)
dengan gambar rencana, maka RKS yang lebih mengikat.
12.3. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara skala gambar dengan angka ukuran yang
tercantum maka ukuran yang mengikat dengan aturan :
a. Ukuran tertulis.
b. Ukuran skala gambar.
12.4. Apabila ukuran dalam gambar pelaksanaan tidak sesuai dengan keadaan di
lapangan, Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi untuk penentuan
ukuran selanjutnya.

PASAL 13 : IJIN KERJA
13.1. Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan, Pemborong memperoleh Surat Ijin memulai
pekerjaan fisik/Surat Penunjukan (Gunning) dari Pemimpin Proyek.
13.2. Pemborong wajib memberitahukan/laporan kepada Pemerintah/penguasa setempat
tentang rencana kegiatan pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 14 : RENCANA KERJA
14.1. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender terhitung dari tanggal
penunjukan/penetapan pemenang pelelangan, Pemborong harus sudah
menyerahkan program/rencana kerja terperinci untuk pelaksanaan pekerjaan.
14.2. Rencana Kerja berupa Time Schedule detail yang dilengkapi dengan
- Rencana pengerahan dan penggunaan tenaga
- Volume kegiatan bagian-bagian pekerjaan
- Rencana penggunaan bahan bangunan
- Gambar tahapan kegiatan pekerjaan dan lain-lain
14.3. Rencana kerja diatas dibuat oleh Pemborong dan dimintakan persetujuan Pemimpin
Proyek.
14.4. Apabila diperlukan, Pemborong wajib mengadakan penyempurnaan atas rencana
kerja tersebut atau sehubungan dengan adanya keterlambatan, perubahan-
perubahan pelaksanaan, dengan persetujuan Direksi, Pemborong dapat menyusun
kembali rencana kerjanya.

PASAL 15 : GAMBAR DAN GRAFIK KEMAJUAN PELAKSANAAN
15.1. Pemborong harus membuat :
- Gambar-gambar detail yang menunjukkan bagian-bagian kegiatan yang sedang
dilaksanakan/ telah diselesaikan.
- Grafik-grafik kemajuan pekerjaan.
- Grafik-grafik tenaga kerja, pemakaian bahan bangunan.
- Data lapangan misalnya : curah hujan, angin, pasang surut dan lain-lain.
15.2. Gambar kegiatan dan grafik-grafik diatas harus diplot setiap hari.
15.3. Semua data dan gambar di atas harus sudah ditempel di Direksi Keet selambat-
lambatnya 14 hari kalender terhitung dari penunjukkan pekerjaan.

PASAL 16 : PERSONALIA DAN TENAGA KERJA
16.1. Pemborong selaku pelaksana pekerjaan ini wajib menugaskan personalia yang
cakap dan berpengalaman sesuai bidang tugasnya untuk menyelesaikan tugas-
tugas di lapangan.
16.2. Tenaga kerja dari proyek yang diperbantukan pada pelaksanaan pekerjaan ini,
misalnya Operator, Mekanik, Driver (Pengemudi) menjadi tanggungan Pemborong.
16.3. Tenaga kerja yang dikerahkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini diusahakan
menggunakan tenaga kerja setempat. Dalam hal tenaga kerja setempat kurang/tidak
mencukupi tenaga, dapat mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah.
16.4. Apabila Pemborong mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah, maka pada
pekerjaan selesai, Pemborong diwajibkan mengembalikan tenaga kerja tersebut ke
tempat asalnya (demobilisasi).

PASAL 17 : JAM KERJA
17.1. Pemborong menentukan sendiri jam kerja bagi petugas dan pekerja yang dikerahkan
untuk melaksanakan pekerjaan ini, dengan tetap memperhitungkan waktu
penyelesaian pekerjaan dan dengan mengingat peraturan perburuhan yang berlaku
di tiap daerah yang bersangkutan.
17.2. Dalam hal ini Pemborong perlu mengetahui/mempelajari data pasang surut air laut
dikaitkan dengan program kerjanya.
17.3. Dalam rangka mempercepat penyelesaian pekerjaan agar dapat mencapai target
pelaksanaan fisik/tepat pada waktunya ataupun karena sifat/syarat pelaksanaan
pekerjaan tidak boleh terputus maka Pemborong dapat melaksanakan pekerjaan
diluar jam kerja/lembur bila perlu sampai malam hari.
17.4. Dalam hal Pemborong akan bekerja diluar jam kerja/lembur maka Pemborong harus
memberitahukan kepada Pengawas/Direksi pekerjaan secara tertulis sekurang-
kurangnya 24 jam sebelumnya.

PASAL 18 : BAHAN / MATERIAL BANGUNAN UNTUK PELAKSANAAN PEKERJAAN
18.1. Pekerjaan mendatangkan bahan-bahan ke lokasi pekerjaan :
a. Pemborong berkewajiban mengadakan/mendatangkan bahan-bahan guna
pelaksanaan pekerjaan dan menyerahkan contoh bahan kepada Direksi untuk
diperiksa. Segala biaya dan tanggung jawab pengadaan bahan-bahan ini
menjadi beban Pemborong sepenuhnya.
b. Bahan-bahan yang datang dan setelah diperiksa Direksi dapat diterima/disetujui,
maka bahan tersebut masuk di gudang/Job Site dibawah pengawasan Direksi
pekerjaan. Bahan-bahan tersebut tidak boleh ditarik keluar guna pekerjaan
Pemborong di tempat pekerjaan yang lain.
c. Untuk menjamin kelancaran pekerjaan, khususnya untuk Portland Cement (PC)
Pemborong supaya memberikan jaminan secara tertulis bahwa telah
siap/mempunyai order pembelian PC yang cukup untuk menunjang kelancaran
pekerjaan.
d. Bahan-bahan yang didatangkan di lokasi pekerjaan tetapi tidak memenuhi
persyaratan dan ditolak oleh Direksi, harus dibawa keluar lokasi pekerjaan
dengan batas waktu paling lama 48 (empat puluh delapan ) jam atau dua hari
terhitung dari keputusan penolakan oleh Direksi. Biaya pengeluaran bahan
tersebut menjadi beban Pemborong.
e. Bila Pemborong dengan sengaja memberikan bahan-bahan yang ditolak / afkir
tersebut di lokasi pekerjaan maka Pemborong akan dikenakan denda kelalaian.
f. Perubahan segala jenis bahan bangunan baik jenis bahan, ukuran maupun
kualitas harus mendapat persetujuan Pengawas/Direksi.
18.2. Pemeriksaan bahan bangunan dan kualitas pekerjaan :
a. Pemeriksaan bahan oleh Direksi didasarkan syarat-syarat bahan seperti tersebut
dalam pasal 24 Bab II RKS ini.
b. Apabila dipandang perlu, Direksi / Pemimpin Proyek berhak meminta kepada
Pemborong untuk memeriksakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan
ke laboratorium yang ditunjuk dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.
c. Direksi/Petugas Proyek berhak mengadakan pemeriksaan ulang terhadap
bahan-bahan yang sudah diterima. Dan bila dari hasil pemeriksaan ulang
ternyata memang tidak memenuhi syarat, maka barang tersebut dinyatakan afkir
dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
18.3. Penggunaan bahan - bahan yang belum diperiksa :
a. Apabila Pemborong menggunakan/memasang bahan-bahan yang belum
diperiksa oleh Direksi, maka apabila Direksi meragukan kualitas bahan tersebut,
Direksi berhak memerintahkan untuk melaksanakan pemeriksaan laboratorium
mengenai kualitas pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Biaya
pemeriksaan ini menjadi tanggungan Pemborong.
b. Apabila dari hasil pemeriksaan diketahui kualitas pekerjaan tidak sesuai dengan
spesifikasi teknik yang telah ditetapkan, Pemborong harus membongkar
pekerjaan tersebut dan mengganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan
spesifikasi. Biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Pemborong.

PASAL 19 : PEMERIKSAAN PEKERJAAN
19.1. Pemborong wajib minta kepada Direksi/Petugas Proyek untuk memeriksa pekerjaan
yang telah selesai dikerjakan sebelum melaksanakan pelaksanaan selanjutnya.
19.2. Bila Direksi pekerjaan/Petugas Proyek menganggap perlu untuk memeriksa
pekerjaan, atau bila Pemborong memintanya secara tertulis untuk penyerahan
seluruh pekerjaan, sebagian pekerjaan atau guna permintaan pembayaran, maka
Pemborong, Wakil Pemborong atau Pelaksana harus hadir di tempat pekerjaan
selama waktu pemeriksaan.
19.3. Hasil pemeriksaan ditulis pada laporan hasil pekerjaan yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak yang memeriksa.

PASAL 20 : LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN
20.1. Pemborong wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk :
a. Mencatat semua instruksi / catatan Direksi yang diberikan oleh Direksi/Pengawas
kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut Buku Direksi.
b. Buku untuk mencatat tamu/ Owner /wakil owner yang datang ke lokasi pekerjaan
selama masa pelaksanaan yang selanjutnya disebut Buku Tamu.
c. Kedua buku tersebut harus ditandatangani bersama-sama oleh Pemborong dan
Pengawas Lapangan. Pada serah terima pekerjaan selesai/penyerahan pertama
kalinya. Buku-buku tersebut harus diserahkan kepada Direksi.
20.2. Pemborong harus membuat Laporan Harian. Laporan Harian dibuat/diisi setiap hari
untuk mencatat hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja bekerja pada hari itu serta tenaga personalia
dari Pemborong sendiri.
b. Catatan bahan meliputi : bahan yang datang, bahan yang ditolak dan bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan perkerjaan, baik jenis maupun jumlahnya.
c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut dan
besarnya kuantitas pekerjaan yang diselesaikannya.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Jumlah alat baik yang dioperasikan dan lamanya operasi alat yang
bersangkutan.
f. Keadaan cuaca (hujan, banjir, ramalan pasang surut dan lain-lain).
g. Hambatan/kendala yang ada
20.3. Pencatatan Buku Harian dilakukan oleh Pemborong dan diperiksa/diketahui
kebenarannya oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi.
20.4. Disamping membuat Laporan Harian, Pemborong wajib membuat laporan mingguan
dan laporan bulanan dalam rangkap 4 (empat) yaitu untuk :
- 1 (satu) berkas untuk Pemimpin Proyek
- 1 (satu) berkas untuk Pimpinan Sub. Proyek yang bersangkutan.
- 1 (satu) berkas untuk arsip Pemborong.
- 1 (satu) berkas untuk Pengawas Lapangan.
Laporan dimaksud didasarkan pada Buku Harian Pelaksana. Laporan Mingguan dan
Laporan Bulanan harus ditandatangani oleh Pemborong dan Direksi. Laporan
Bulanan yang dilampiri Laporan Mingguan diserahkan selambat-lambatnya pada
tanggal 5 bulan berikutnya.
20.5. Kemajuan dan kegiatan pelaksanaan pekerjaan harus didokumentasikan dengan
foto, slide dan video kaset sekurang-kurangnya :
- Kemajuan fisik 0%.
- Kemajuan fisik 50%.
- Kemajuan fisik 100%.
- Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.
Setiap pengambilan foto dibidik dari 3 arah dengan titik pengambilan yang tetap.
Foto tersebut dicetak dengan ukuran 3R dalam rangkap 5 dan ditata dalam satu
album.
20.6. Disamping foto-foto kemajuan pekerjaan, Pemborong wajib mengambil foto pada
keadaan tertentu misalnya gelombang besar yang mengakibatkan kerusakan
bangunan, perubahan galian yang sudah peil, dan lain sebagainya.
20.7. Setiap pengambilan foto dokumentasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan ini, harus dipasang papan nama pekerjaan dengan format yang telah
ditetapkan, data lapangan, tanggal dan prestasi fisik yang saat itu telah dicapai.
20.8. Pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Pemborong diwajibkan menyetor foto ukuran
20R sebanyak 2 (dua) buah lengkap dengan bingkainya.

PASAL 21 : PEKERJAAN YANG TIDAK LANCAR
21.1. Apabila pekerjaan yang tidak lancar yaitu tidak sesuai dengan rencana kerja, terlalu
lambat atau terhenti sama sekali, maka Direksi Pekerjaan akan memberikan
peringatan-peringatan/teguran-teguran secara tertulis kepada Pemborong.
21.2. Apabila Pemborong ternyata dengan sengaja tidak mengindahkan peringatan-
peringatan 21.1. di atas dan telah cukup diberi peringatan dan teguran-teguran
tertulis 3 kali berturut-turut, maka Pemimpin Proyek berhak melakukan pemutusan
kontrak secara sepihak.

PASAL 22 : PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG
22.1. Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh dilakukan oleh Pemborong atas perintah
tertulis Pemimpin proyek.
22.2. Pekerjaan tambah yang dilakukan oleh Pemborong diluar ketentuan ayat 22.1. ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
22.3. Volume perkerjaan akan diperhitungkan sebagai pengurangan dalam hal terdiri atas :
a. Atas instruksi tertulis dari Pemimpin Proyek, mengingat pertimbangan
teknis/konstruksi, bagian pekerjaan/jenis pekerjaan tidak perlu dikerjakan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang menyebabkan/diperlukan penyesuaian/
perubahan konstruksi sehingga menimbulkan pengurangan volume pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana persetujuan tertulis dari Pemimpin Proyek.
22.4. Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai penambahan dalam hal :
a. Atas instruksi pemimpin proyek secara tertulis, mengingat pertimbangan
teknis/kontruksi dipandang perlu dilaksanakan suatu tambahan pekerjaan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang memerlukan penyesuaian/perubahan konstruksi
dan jika dilaksanakan akan menimbulkan penambahan biaya.
22.5. Terhadap hal tersebut diatas akan diperhitungkan sebagai biaya kurang/tambah
setelah ada persetujuan tertulis dari Pemimpin Proyek dan perhitungan biayanya
didasarkan pada harga satuan yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya
Negosiasi yang ada.
22.6. Dalam hal di dalam Rencana Anggaran Biaya tidak tercantum harga satuannya,
akan dihitung berdasarkan harga bahan dan upah yang terlampir pada surat
penawaran dan dihitung dengan analisa pekerjaan sesuai yang berlaku (analisa
BOW)

PASAL 23 : ALAT DAN PERALATAN KERJA PEMBORONG
23.1. Pemborong wajib menyediakan sendiri semua jenis alat peralatan maupun
perlengkapan kerja yang diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
23.2. Alat peralatan dimaksud harus dalam keadaan siap pakai, kerusakan yang terjadi
selama pelaksanaan agar segera diperbaiki atau dicarikan gantinya.
23.3. Untuk pekerjaan ini Pemborong wajib menyediakan peralatan antara lain :
- Alat angkat dan alat angkut secukupnya.
- Peralatan langsir bahan.
- Genset untuk lampu penerangan.
- Alat pemadat tanah/pasir (Stamper).
- Pompa air.
- Beton Mixer (Beton Molen).
- Alat pemadat beton (Vibrator).
Biaya angkutan, pengadaan maupun biaya operasional semua peralatan menjadi
tanggungan Pemborong.
23.4. Pemborong wajib menyediakan tambahan peralatan jika peralatan yang ada dinilai
tidak mencukupi.
23.5. Keamanan alat selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab Pemborong sendiri.


PASAL 24 : SYARAT-SYARAT BAHAN
Bahan-bahan yang dibutuhkan harus memenuhi spesifikasi sebagaimana point-point
tersebut di bawah ini :
1. BATU BELAH
a. Batu belah/batu pecah yang dipakai pada pekerjaan adalah seperti yang ditunjukkan
dalam gambar-gambar seperti pasangan batu kali.
b. Batu belah yang digunakan haruslah batu alam hasil pecahan dengan muka minimal
3 sisi dan bukan batu glondong, harus bersih dan keras, tahan lama menurut
persetujuan Direksi, serta bersih dari campuran besi, noda-noda, lubang-lubang,
pasir, cacat atau ketidaksempurnaan lainnya.
c. Ukuran batu yang akan digunakan untuk pasangan batu kali adalah 15-20 cm,
sedangkan batu dengan ukuran lebih kecil dapat digunakan sebagai pengisi.

2. SEMEN PORTLAND
a. Semen yang digunakan dalam pekerjaan harus semen portland sesuai dengan merk
yang disetujui dan memenuhi standar nasional Indonesia, NI-8. Jenis semen lainnya
dapat dipergunakan atas persetujuan Direksi. Semen yang digunakan harus
merupakan produk dari satu pabrik yang telah mendapat persetujuan terlebih dahulu.
b. Tiap semen yang menurut pendapat Direksi sudah mengeras atau sebagian mati
harus ditolak dan segera dikeluarkan dari lokasi.
c. Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau
tidak semen-semen tersebut.
d. Pemborong harus menyediakan tempat / gudang penyimpanan emen pada tempat-
tempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang dapat merusak semen termasuk
kemungkinan kena ombak pasang, terutama sekali pada lantai tempat penyimpanan
tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
e. Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua
meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat
dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pemakaian semen harus
diatur secara kronologi sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang
kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.

3. PASIR
a. Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kandungan lumpur
yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar 5%.
b. Pasir harus memenuhi persyaratan PUBBI 1970 atau NI-3.
c. Pasir harus diletakkan di lokasi dimana tidak terjangkau pengaruh ombak air pasang
surut. Pasir harus dihindari dari hujan asam dengan cara ditutup dengan
terpal/plastik kuat yang bersih.
d. Pasir yang digunakan untuk cor beton, pasangan batu belah, pasangan batu bata
dan plesteran digunakan pasir yang berasal dari sungai atau gunung, pasir laut tidak
dapat digunakan kecuali untuk pasir urug.
e. Pasir yang ditolak oleh Pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan kerja.
Dalam membuat adukan baik untuk digunakan plesteran maupun pembetonan, pasir
tidak dapat digunakan sebelum persetujuan Pengawas mengenai mutu dan
jumlahnya.

4. BATU PECAH
a. Batu Pecah yang dipergunakan harus memenuhi syarat PUBBI-1970 dan PBI-1971
dapat digunakan batu pecah mesin atau pecah tangan.
b. Batu Pecah harus cukup keras, serta susunan butir gradasinya menurut kebutuhan.
c. Batu pecah harus disimpan jauh dari pengaruh ombak air pasang dan ditutupi
dengan terpal/plastic tenda untuk menghindari dari pengaruh hujan asam.
d. Batu Pecah harus mempunyai ukuran yang hampir sama antara 10 sampai 20 mm.
Kadar lumpur maksimum 1 %, jika lebih maka batu pecah tersebut harus dicuci.
e. Agregat kasar untuk beton adalah batu pecah dan mempunyai kadar air yang merata
dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, harus cukup keras, padat, tidak porous
dan tidak terselaput material lainnya. Dalam penggunaannya batu pecah harus dicuci
terlebih dahulu.
f. Batu pecah yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat
persetujuan dari pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.

5. AIR
a. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan, bahan pencuci
agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang
berbahaya dari penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam,
silt (lanau).
b. Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam
perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang diperkenankan adalah 0,5 %
atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maksimum 1,5% atau 15 gr/lt. Jika terdapat
keraguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh air tersebut ke
Laboratorium pemeriksaan yang diakui.
c. Pemborong tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur dan air sungai.
d. Air yang digunakan harus bersih dari kotoran yang bisa menurunkan kualitas adukan
dan jika memungkinkan dipakai air yang memenuhi syarat untuk air minum.

6. ADUKAN
a. Adukan untuk pekerjaan pasangan harus dibuat dari semen portland dan pasir
dengan perbandingan isi 1 : 4 atau seperti ditentukan dalam gambar untuk tiap jenis
pekerjaan.
b. Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikian rupa sehingga
jumlah dari setiap bahan adukan bisa ditentukan secara tepat dan disetujui Direksi.
c. Adukan harus dicampur sebanyak yang diperlukan untuk dipakai dan adukan yang
tidak dipakai selama 30 menit harus dibuang. Melunakkan kembali dari adukan
tersebut tidak diperkenankan.

7. TULANGAN
a. Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan gambar rencana dan sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia NI-2.
b. Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SKSNI T 15-1991-03 dengan mutu
U24 untuk tulangan polos dan U 32 untuk tulangan ulir.
c. Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari
kotoran-kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.
d. Tulangan baja harus disimpan jauh dari tanah dan diganjal untuk mencegah
perubahan bentuknya.
e. Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan gambar bestek.
f. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan bahan dalam keadaan
dingin dan dengan cara yang tidak merusak bahan tersebut.
g. Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga, sebelum, selama dan sesudah
pengecoran tidak bergeser tempatnya.

8. CAMPURAN BETON
a. Beton konstruksi menggunakan mutu beton K-225 atau setara campuran 1Pc : 2 Ps
: 3 Kr. Mutu dari semen, pasir, kerikil dan air yang digunakan sesuai dengan yang
disebutkan pada pasal sebelumnya.
b. Kawat pengikat harus berukuran minimal berdiameter 1 mm. Seperti yang
disyaratkan dalam NI-2-1971 Bab 3.7.
c. Pemborong harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya.
d. Pemborong harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik, sehingga
dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen.
e. Jumlah tiap bagian dari komposisi adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum
dimasukkan ke dalam alat pengaduk dan diukur dapat berdasarkan berat dan
volume.

9. BATU BATA MERAH
a. batu bata merah harus disimpan dan terlindung dari pengaruh pasang surut atau
ombak pasang atau hujan asam.
b. Batu bata merah tidak gampang rapuh.


10. BEKISTING
a. Bahan yang digunakan untuk cetakan beton non cor di tempat harus dari kayu jenis
yang sesuai dengan NI-3-1970 dan NI-5-1961 atau yang setaraf dan disetujui oleh
Pengawas.
b. Acuan harus dibuat tetap kaku selama pengecoran dan pengerasan dari beton.
Acuan harus dipasang dengan sempurna, sesuai dengan bentuk-bentuk dan ukuran-
ukuran yang benar dari pekerjaan beton, yang ditunjukkan dalam gambar.
c. Agar didapatkan hasil pengecoran yang rata, maka pengecoran plat lantai/dak
menggunakan tripleks.
d. Permukaan untuk acuan beton sedemikian rupa untuk mencegah hilangnya bahan-
bahan dari beton dan bisa menghasilkan permukaan beton yang padat. Jika
dibutuhkan oleh Direksi acuan untuk permukaan beton yang tetap tampak harus
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan permukaan yang halus tanpa adanya
garis-garis atau patahan-patahan yang kelihatan.
e. Tiap kali sebelum pembetonan dimulai, acuan harus diperiksa dengan teliti dan
dibersihkan. Pembetonan hanya boleh dimulai, apabila Direksi sudah memeriksa dan
memberi persetujuan terhadap acuan yang telah dibuat.
f. Acuan hanya boleh dibuka dengan ijin Direksi dan pekerjaan pembukaan setelah
mendapat ijin harus dilaksanakan di bawah pengawasan seorang mandor yang
berwenang.
g. Bilamana Direksi berpendapat bahwa usul Pemborong untuk membuka acuan belum
pada waktunya, baik berdasarkan perhitungan cuaca atau dengan alasan lainnya,
maka ia boleh memerintahkan Pemborong untuk menunda pembukaan acuan dan
Pemborong tidak boleh menuntut kerugian atas penundaan tersebut.

11. BAHAN-BAHAN LAIN
Penggunaan bahan-bahan lain yang belum tercantum dalam spesifikasi teknis ini
dilakukan sesuai dengan petunjuk Direksi.


PASAL 25 : BAGIAN-BAGIAN PEKERJAAN
Pekerjaan yang harus dilakukan pada kegiatan ini meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pembuatan Rumah panggung nelayan dan WC/Kamar Mandinya.
3. Pekerjaan Penunjang :
Mencakup seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya
kelancaran kegiatan fisik antara lain :
a. Administratif
b. Dokumentasi
c. Penjagaan
d. Mobilisasi dan demobilisasi
e. dan lain-lain.


PASAL 26 : PEKERJAAN GALIAN TANAH/PASIR dan URUGAN KEMBALI

26.1. Sebelum pekerjaan galian tanah dimulai, Pemborong harus mengadakan cek
bersama pengawas pekerjaan atas duga tinggi/peil awal permukaan tanah, sehingga
apabila terdapat perbedaan antara lapangan dengan gambar rencana dapat segera
diketahui secara dini, dan melaporkannya kepada Direksi. Pengajuan atas
perbedaan/kelainan setelah Pemborong melakukan pekerjaan galian, tidak dapat
diterima.
26.2. Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan gambar pelaksanaan, kecuali ditetapkan
lain oleh Direksi berhubung dengan pertimbangan keadaan setempat.
26.3. Kemiringan talud galian dibuat maksimum (paling landai) 1:1
26.4. Dalam hal galian tanah tertimbun kembali akibat adanya sebab seperti :
- Longsoran pantai galian dan sejenisnya
- Adanya rembesan
- dll.
Hal tersebut di atas tidak dapat diperhitungkan sebagai tambahan pekerjaan/volume
pekerjaan.
26.5. Teknis pelaksanaan galian yang dilakukan dengan untuk memperbesar volume
pekerjaan tanah, tidak dapat dibenarkan, tambahan volume pekerjaan tanah tersebut
di atas, tidak dapat diperhitungkan sebagai pekerjaan tambahan.
26.6. Galian yang telah sampai pada peil yang ditentukan harus segera dilaporkan kepada
Direksi untuk diadakan pemeriksaan. Sebelum ada persetujuan Direksi atas
kebenaran kedalaman galian tersebut, Pemborong tidak dibenarkan memulai
pekerjaan pasangan pondasi. Dalam hal rawan air pasang, pengecekan dapat
dilakukan sekurang-kurangnya satu hari sekali.
26.7. Pekerjaan pengurugan kembali pada fondasi footplate dapat menggunakan tanah
eks galian. Pekerjaan ini dihampar lapis demi lapis maksimum setebal 20 cm setiap
lapis dan dipadatkan dengan alat pemadat sesuai dengan material timbunan
sehingga mencapai kepadatan minimum standart proctor 90 %.


PASAL 27 : PEKERJAAN URUGAN TANAH/PASIR

27.1. Material yang dipakai adalah pasir atau tanah, tidak diperkenankan mengambil dari
pasir dari laut atau pantai.
27.2. Pekerjaan timbunan yang berfungsi konstruktif, sebelum memulai pekerjaan
timbunan, maka dasar/alas dimana tanah/pasir yang akan ditimbun harus
dibersihkan terlebih dahulu dari tanaman, sampah dan bahan lainnya yang dapat
membusuk yang nantinya dapat menyebabkan labilnya timbunan berupa longsoran,
penurunan atau hal-hal lainnya.
27.3. Dan apabila tanah dasar/alasnya tidak baik, yang diperkirakan dapat merugikan
konstruksi, maka dasar/alas tersebut harus digali dulu sampai pada lapisan dasar
tanah yang baik.
27.4. Timbunan tanah/pasir dihampar lapis demi lapis maksimum setebal 20 cm setiap
lapis dan dipadatkan dengan alat pemadat sesuai dengan material timbunan
sehingga mencapai kepadatan minimum standart proctor 90 %.
27.5. Pekerjaan urugan pasir sebagai lantai kerja dilaksanakan setebal 15 cm dan pondasi
footplate 10 cm. pasir yang digunakan adalah pasir local.

PASAL 29 : PEKERJAAN BETON
29.1. Beton dan adukan harus dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air sebagaimana
ditentukan dan tidak boleh ada campuran bahan-bahan lain tanpa persetujuan
Direksi, tetapi Kontraktor boleh memakai Zat pelambat untuk mempermudah
persiapan pembuatan dan cara pemakaiannya harus mendapat persetujuan Direksi.
29.2. Bahan harus dicampur sesuai dengan perbandingan campuran yang ditetapkan dan
ditakar dengan ukuran takaran yang sama sehingga menghasilkan mutu beton yang
disyaratkan yaitu Mutu K225. Banyaknya semen untuk tiap-tiap kubik beton tidak
kurang dari 325 kg.
29.3. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
Pencampuran bahan harus dilakukan sampai campuran beton tersebut benar-benar
homogen dengan menggunakan molen.
29.4. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh
melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya)
untuk kelas lainnya.
29.5. Kekentalan adukan harus memenuhi nilai slump test sebesar 10-12,5 cm, atau
sesuai dengan peraturan sehingga menghasilkan mutu beton yang disyaratkan.
29.6. Pemadatan beton harus menggunakan vibrator (penggetar adukan), dan
dilaksanakan sesuai dengan standart pengerjaan beton bertulang yang berlaku.
29.7. Beton yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan, demikian pula pada saat
pengecoran.
29.8. Dalam hal untuk mencapai mutu yang disyaratkan, pada saat selesai dicor untuk
mengurangi kehilangan air secara cepat, beton perlu dirawat dengan penyiraman air
secara berkala sampai mencapai umur kekuatan 100 %. Perawatan beton dilakukan
dengan penyiraman air.
29.9. Beton tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera sesudah beton cukup
keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang
dibasahi air atau dengan pipa-pipa berlubang-lubang, penyiram mekanis, atau cara-
cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang
digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud spesifikasi-
spesifikasi air untuk campuran beton
29.10. Perbaikan Permukaan Beton
a. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak menurut gambar atau
ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari garis sesuai dengan
spesifikasi ini, harus dibuang dan diganti oleh kontraktor atas bebannya sendiri
kecuali bila Direksi memberikan izinnya untuk menambal tempat yang rusak,
dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam
pasal-pasal berikut.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, lubang-
lubang baut, ketidak rataan oleh pengaruh sambungan-sambungan cetakan dan
bergeraknya cetakan.
c. Ketidak rataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahatan atau dengan alat
lain dan seterusnya digosok dengan batu gurinda.
d. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 Jam sebelum dicor, dan
seterusnya disempurnakan.
e. jika menurut pendapat Direksi hal-hal yang tidak sempurna pada bagian
bangunan bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan
penambahan saja akan menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan
kelihatannya, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk menutupi saluran
dinding (dengan spesi plester) demikian juga dinding yang berbatasan (yang
bersambungan), sesuai dengan instruksi dari Direksi.
f. Cacat lubang-lubang baut angker dan tempat cukilan dari sarang kedu yang akan
diperbaiki, harus diisi dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan
pengisi yang susut, yang disetujui oleh Direksi, dalam jumlah yang diperinci oleh
pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah bahan-bahan spesi
dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola
dan dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi
bola dan ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal
harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan
alat yang cocok.
g. Ketelitian diharapkan pada pengisian baut-baut angker dan lubang-lubang pipa
hingga seluruhnya dapat diisi penuh dengan spesi yang padat
29.11. Pelaksanaan pengecoran beton harus seijin Direksi dan diawasi Pengawas
Pekerjaan.
29.12. Beton tidak diijinkan untuk dijatuhkan atau digelincirkan secara tak terkendali dari
ketinngian lebih dari 1,5 M tanpa harus diaduk lagi. Pengecoran harus dilaksanakan
terus menerus sampai ketempat sambungan cor yang disediakan sebelum
permulaan pembetonan.
29.13. Sambungan cor Beton
a. Penjelasan dan kedudukan dari tempat sambungan-sambungan cor harus
diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan pekerjaan
berlangsung.
b. Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pengaruh dari
penyusutan dan suhu dapat diperkecil. Dimana pekerjaan beton mmemanjang
atau meluas dan jika menurut pendapat Direksi mungkin dilaksanakan, maka
Penyedia Jasa Konstruksi harus mengatur rencana pelaksanaan sedemikian
rupa, sehingga beton sudah mempunyai umur 4 minggu sebelum beton baru
diletakkan terhadapnya.
c. Sambungan cor harus rapat air, dan harus dibentuk dalam garis-garis lurus
dengan acuan yang kaku tegak lurus pada garis tegangan pokok dan sejumlah
mungkin dapat dilaksanakan pada tempat gaya lintang yang terkecil . Itu harus
disetujui oleh Direksi. Sebelum beton yang baru dicor disamping beton sudah
mengeras, beton yang lama harus dibersihkan dari batuan-batuan diatas seluruh
penampangnya dan meninggalkan permukaan kasar tak teratur serta bebas dari
buih semen.
d. Ukuran vertikal dari beton yang dituangkan pada saat hari pelaksanaan harus
tidak lebih dari 1,5 M dan ukuran mendatar harus tidak lebih dari 7 M tanpa
mendapat persetujuan lebih dahulu dari Direksi.


PASAL 30 : PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
30.1. Semua pekerjaan pasangan untuk pondasi boleh dikerjakan atau dimulai apabila
galiannya telah diperiksa dan disetujui ukurannya/kedalamannya serta kedudukan
as-asnya oleh Direksi. Galian pondasi minimal dkerjakan sesuai gambar, bila bagian
yang digali ternyata tanahnya lunak, maka diteruskan hingga mencapai tanah keras
sesuai petunjuk Direksi.
30.2. Galian Pondasi harus cukup lebar untuk bekerja dan sisi-sisinya dijaga dari longsor.
30.3. Pekerjaan pasangan digunakan campuran 1 Pc : 4 Ps
30.4. Jika pemasangan pondasi batu belah terpaksa dihentikan maka ujung penghentian
pondasi harus bergigi agar pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh
dan sempurna.
30.5. Pasangan batu harus terdiri batu yang dipecahkan dengan palu secara kasar dan
berukuran sembarang, sehingga kalau dipasang bisa saling menutup. Setiap batu
harus berukuran minimun 20 cm, akan tetapi batu yang lebih kecil dapat dipakai atas
persetujuan Direksi.
30.6. pemasangan batu kali tidak boleh dijatuhkan dari atas, jadi harus diatur dengan baik
agar tidak berongga.

PASAL 31 : PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
31.1. Plesteran dinding bangunan diplester dengan adukan 1 PC : 3 PS dan diaci dengan
semen dan air.
31.2. Adukan untuk pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan untuk bahan dan
campuran. Pekerjaan plesteran dikerjakan sampai ketebalan maksimal 2 cm.

PASAL 32 : PEKERJAAN BANGUNAN

32.1. Pekerjaan Pasangan Batu Bata
a. Semua pekerjaan pasangan tembok menggunakan adukan dengan campuran
spesi 1 Pc : 4 Ps
b. Pada dinding setengah bata, tempat-tempat tertentu sesuai dengan gambar kerja
dan perhitungan beton, diberi kolom pengaku/kolom praktis dengan ukuran yang
disesuaikan dengan ukuran pasti (jadi) 15 x 15 cm.
c. Di atas lubang-lubang pintu dan jendela harus diberi balok latai dengan adukan
1Pc : 2 Ps : 3 Kr dan diplester dengan adukan 1 Pc : 3 Ps, dan ukuran yang
disesuaikan dengan perhitungan beton untuk tiap-tiap bentangan.

32.2. Pekerjaan Pasangan Plesteran Batu Bata
a. Tebal plesteran tidak boleh kurang dari 1 cm, atau lebih dari 2 cm kecuali
ditetapkan lain, dengan acian dari Pc.
b. Pekerjaan plesteran akhir harus betul-betul lurus, rata, datar ataupun tegak lurus
dan pada bagian-bagian sudut harus betul-betul siku dan tegak lurus ke atas.
c. Pada plesteran beton adukan yang digunakan adalah 1Pc : 3 Ps dan
permukaan beton-beton yang diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu,
disiram dengan air semen baru kemudian diplester.
32.3. Pekerjaan Rabat Beton
a. Sebelum pelaksanaan lokasi harus dibersihkan dari semua kotoran dan disiram
dengan air dan dipadatkan dengan menggunakan stamper sehingga tidak
mengalami penurunan saat dicor.
b. Sebelum dicor, dasar rabat beton diratakan dengan menggunakan pasir urug
setebal 5 cm.
c. Untuk rabat beton digunakan campuran 1 Pc : 3 Ps dan 5 Kr
d. Untuk mengalirkan air yang jatuh, Kemiringan rabat beton dibuat ke arah saluran
dengan kemiringan 1 %.
e. Setiap jarak tertentu sesuai dengan gambar diberi nat dengan lebar 2 cm.
32.4. Pekerjaan Kosen, Daun Pintu, Jendela
a. Kosen untuk bangunan menggunakan kayu Meranti diserut ukuran 6/12 Cm
2
,
sesuai dengan gambar, ukuran jadi tidak boleh kurang dari 5,5/11,5 cm
2
b. Untuk rangka daun pintu dan jendela menggunakan kayu Meranti diserut dengan
ukuran untuk pintu ambang atas dan tengah menggunakan ukuran 3,5/10 cm
2
dan ambang bawah 3,5/20 cm
2
, dan untuk rangka jendela ukuran 3/8 cm
2
.
c. Sambungan rangka untuk daun pintu dan jendela menggunakan cara pen dan
lobang serta lem kayu kualitas harferine, tidak boleh menggunakan paku besi/
baja tetapi paku kayu / bambo dan atau paku pasak kayu.
d. Jendela krepyak menggunakan kayu Meranti diserut ukuran 2/5 cm susun sirih
pemasangannya harus dilakukan dengan baik dan diberi toleransi untuk
kemungkinan menyusut (diberi renggangan).
e. Setiap kosen pintu harus dipasang angkur paling sedikit 3 buah pada masing-
masing sisi tegaknya dan untuk kosen jendela dipasang angkur paling sedikit 2
buah pada masing-masing sisi tegaknya.
f. Untuk KM/WC menggunakan pintu double multiplek 3 mm rangka Kayu Meranti
bagian dalam dilapis aluminium foil.


32.5. Pekerjaan Besi, Penggantung, Dan Pengunci
a. Untuk daun pintu digunakan engsel pintu Nylon Arch 14 Cm sebanyak 3 (tiga)
buah.
b. Tiap pintu tunggal diberi satu kunci tanam yang baik mutunya dengan 2 (dua) kali
putaran.
c. Kosen pintu engkel harus dipasang 6 (enam) batang angkur dan dua
batang dook.
d. Kosen pintu gendong dipasang 6 (enam) batang angkur dan empat batang
dook.


32.6. Pekerjaan Saniter

a. Untuk WC menggunakan kloset jongkok teraso.
b. Bak mandi dari pasangan batu bata yang diplester dan diberi acian.
c. Septictank merupakan base beton dengan diameter 1 m (bentuk dan ukuran
sesuai dengan gambar).
d. Saluran air kotor dari closet WC/KM memakai gorong-gorong ukuran diameter 20
cm, sedangkan pipa udara menggunakan pipa galvanis 2.
e. Drainasi dari kamar mandi dilengkapi dengan bak kontrol dimana dimensi dan
bahannya dapat dilihat dari gambar kerja.
f. Air buangan drainase diresapkan ke base beton diameter 1m lainnya (terpisah
dengan septictank)

32.7. Pekerjaan Cat
a. Semua kayu dan sambungan kayu yang dihubungkan dengan beton atau
pasangan harus dimeni 2 kali, demikian pula dengan bagian-bagian pekerjaan
besi (angkur dan sebagainya ) yang berhubungan dengan kayu. Pada
sambungan- sambungan kayu harus menggunakan meni kayu, dan untuk bagian
pekerjaan kuda-kuda kayu harus menggunakan teer.
b. Semua daun pintu, kosen, jendela, dicat dengan mengkilat.
c. Cat yang dipakai tidak boleh mengandung endapan yang sudah membatu bila
diaduk keras menjadi homogen dapat dicatkan dengan mudah / menggunakan
merk DECOLUX atau yang setara kualitasnya.
d. Warna harus asli dari kalengnya dan tidak dibenarkan menggunakan warna
campuran.
e. Semua kayu yang akan dicat terlebih dahulu harus diamplas sampai halus dicat
dengan meni 2 (dua ) kali diplamur dan dihaluskan, kemudian dicat dengan cat
dasar satu kali kemudian dengan cat penutup dengan cat warna sebanyak 3
(tiga ) kali sampai baik.
f. Semua kosen dicat warna ditentukan kemudian.
g. Untuk plafond dan daun pintu serta partisi pemisah dinding kamar dari Multipleks
3 mm dicat dengan cat tembok. Sedangkan kerangkanya dicat dengan cat kayu.
h. Tembok mempergunakan cat dengan mutu yang baik / dengan merk Decolith
atau yang setara kualitasnya.
i. Semua dinding tembok bagian dalam yang akan dicat sebelumya harus diplamur
dengan plamur tembok, semua bidang permukaan dinding-dinding diplamur
sampai halus dan rata. Sedangkan semua dinding luar tidak perlu diplamur tetapi
langsung dicat minimal 3x pengecatan sampai rata.
j. Warna cat tembok dinding sebelah dalam dan sebelah luar akan ditentukan
kemudian (sesuai petunjuk dari Direksi).

32.8. Pekerjaan Atap
a. Rangka atap menggunakan rangka kayu meranti yang pemasangannya sesuai
dengan gambar yang ada.
b. Pemborong wajib menyediakan gambar-gambar kerja (shop drawing) dan
diminta persetujuannya kepada direksi.
c. Atap dan bubungannya menggunakan genteng buatan lokal.
d. Kuda-kuda atap harus sesuai dengan gambar detail yang ada.

32.9. Pekerjaan Instalasi Listrik

a. Pekerjaan Instalasi Listrik :
o Yang dimaksud pekerjaan listrik adalah pemasangan listrik dalam bangunan
lengkap dengan stop kontak, sakelar dan lain-lain, tidak termasuk dalam
penyambungan dari PLN.
o Pelaksanaan pekerjaan listrik harus oleh Badan Usaha terdaftar sebagai
Instalater yang telah mendapat pengesahan dari PLN.
o Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disebutkan
dalam VDE / DIN dan Peraturan Umum Instalasi Listrik yang dikeluarkan oleh
PLN.
o Penilaian baik terhadap hasil pekerjaan diputuskan oleh hasil pemeriksaan
Direksi.
o Pemborong diwajibkan menyediakan gambar-gambar kerja (shop drawing)
dan gambar hasil akhir pemasangan gambar revisi sesuai dengan standar
PLN setelah terlebih dahulu disetujui Direksi.
o Untuk Instalasi listrik/ titik lampu stop kontak biasa digunakan kabel jenis dan
ukuran sesuai dengan gambar serta memenuhi persyaratan untuk tegangan
220 Volt.
o Stop kontak dan sakelar digunakan merk Broco dan kualitas yang baik dan
disetujui oleh Direksi. Dipasang pada ketinggian 1,50 meter dari muka lantai
untuk sakelar dan stop kontak.
b. Pekerjaan lampu :
o Lampu softone (10 watt) dan lampu pijar (10 watt) yang digunakan ialah
lampu SL merk Philips ex dalam negeri dengan daya sesuai dengan gambar,
sedangkan stop kontak dan sakelar dengan merk Broco.
o Sedang untuk semua lampu TL (20 watt) digunakan dengan kualitas baik
merk Philips (asli bukan tiruannya).

32.10. Pekerjaan Instalasi Plumbing saluran air bersih

a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pemasangan saluran pipa-pipa air bersih
dengan komponen-komponen sambungannya.
b. Pipa air yang digunakan adalah pipa PVC Medium ukuran .
c. Bahan yang tidak disebutkan dalam syarat-syarat uraian, harus ada persetujuan
dari Direksi.
d. Pipa air bersih dan air kotor tidak dibenarkan dipasang pada lubang galian yang
sama.
e. Pemasangan pipa harus dilaksanakan dengan baik, dipasang sedemikian rupa
sehingga tidak bocor.
f. Termasuk dalam pekerjaan ini ialah penyediaan/penyambungan air bersih dari
sumber air yang ada dimana penyediaan air bersih menjadi tanggung jawab
Pemda setempat.
g. Pemasangan instalasi air/pipa-pipa air bersih yang masuk pada bangunan dan
harus melekat pada dinding bata harus dipasang sebelum tembok diplester.
Kelalaian mengakibatkan pembongkaran dinding/plesteran tersebut tidak
dibenarkan.
h. Diameter pipa sesuai dengan gambar, untuk itu sambungan-sambungan pipa
mengacu persyaratan yang berlaku sesuai fungsinya.

32.11. Pekerjaan Septictank dan Peresapan
1. Septictank dibuat dari base beton berdiameter 1 m.
2. Bagian atas dari septictank ditutup dengan plat beton bertulang dan diberi tempat
pemeriksaan yang ditutup dengan plat besi, diberi pengangkat dan juga pipa
hawa dari besi diameter 2 inch dengan ketinggian sesuai gambar kerja.
3. Septictank dipasang lengkap dengan pipa gorong-gorong diameter 20 cm yang
merupkan penyaluran dari closet.

32.12. Pekerjaan Pemasangan Dinding Kayu
Pemasangan dinding Kayu menggunakan papan kayu meranti diserut uk. 2/20 cm
susun sirih harus diperkuat dengan kayu 5/7 yang diangkur kedalam balok/kolom
yang ada. Pola perkuatan kayu dapat dilihat dari gambar kerja yang ada.


PASAL 33 : PEKERJAAN KURANG SEMPURNA
Pekerjaan yang kurang sempurna berdasarkan pemeriksaan Direksi/Petugas Proyek,
Pemborong harus memperbaiki ataupun mengulangi perkerjaan tersebut hingga memenuhi
syarat. Biaya perbaikan pengulangan pekerjaan ini menjadi tanggungan Pemborong.

You might also like