You are on page 1of 14

.::.

17
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH
Yunus Indra Purnama
Universitas Teknologi Yogyakarta
Abstract
Information is data that has been processed in such a way that
can be used as a basis for decision making.Information plays an
important role is very important to know what activity has occurred,
to evaluate whether the activities carried out in accordance with
what has been planned and ensure that such data can be efficiently
processed into information that is accurate, reliable and timely is
the data processingit required a tool called information systems.
Local government as one of public sector organizations to imple-
ment SKPD Management Information Systems to implement the
financial management area.Financial management is a whole area
of activities that include planning, implementation, administration,
reporting, accountability and financial control areas (Government
Regulation no. 58 Year 2005 on Regional Financial Manage-
ment).Local governments perform financial management areas
with the help of some regional work units (SKPD) a subordinate,
which is a device on the local government areas as budget users/
goods (Regulation No Minister of the Interior. 13 Year 2006 on
Guidelines for Financial Management).
Management Information Systems SKPD an accounting information
system for local government.Regulation of the Minister of Home
Affairs No.13 Year 2006 on Guidelines for Financial Management
stated that the accounting system of local governance is a set of
procedures ranging from data collection, recording, pengikhtisaran,
to financial reporting in order to account for the implementation
of the Regional Budget (APBD).SKPD Management Information
System designed to facilitate the application of the Minister of
Home Affairs Regulation No.13 Year 2006 on Guidelines for Finan-
cial Management.SKPD Management Information System is expec-
ted to facilitate the implementation of the management of financial
administration by each.
Keywords: System, Information, Accounting, Improvement,
Revenue, Local
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
18 .::.
Lucia Ika Fitriastuti
A. PENDAHULUAN
Informasi merupakan data yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga dapat
dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan. Informasi memegang peran yang sangat
penting untuk mengetahui kegiatan apa yang telah terjadi, melakukan evaluasi apakah
kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan menjamin
agar data tersebut dapat diolah secara efisien menjadi informasi yang akurat, dapat
dipercaya dan tepat waktu maka dalam pengolahan data tersebut diperlukan suatu
alat yang dinamakan sistem informasi.
Tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sama dengan tujuan
penyusunan sistem akuntansi antara lain :
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengambil kebijakan.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik
mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern.
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
Tujuan di atas dapat dijelaskan bahwa pengambil keputusan sangat memer-
lukan adanya sistem informasi akuntansi yang lengkap dan baik. Namun, adakalanya
sistem informasi akuntansi yang sudah ada tidak dapat memenuhi kebutuhan
manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi
yang terdapat dalam laporan. Dengan memperbaiki pengawasan akuntansi dan
pengendalian intern, maka pertanggungjawaban terhadap penggunaan asset organisasi
dapat dilaksanakan dengan baik serta informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut
dapat digunakan dalam setiap pengambilan keputusan.
Hal ini sejalan dengan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah yang dilak-
sanakan dengan semangat Good Governance. Pelaksanaan otonomi daerah yang
dititikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya
penyerahan sejumlah kewewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka
desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pem-
biayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang
dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah) di mana komponen utamanya
adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah.
Terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah, terjadi melalui proses penyerahan
sejumlah kekuasaan/kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah di mana
implementasi kebijakan desentralisasi memerlukan banyak faktor pendukung. Salah
satu faktor pendukung yang secara signifikan menentukan keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk membiayai pelaksanaan kekuasaan/
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
.::. 19
Analisis Return on Investment untuk Memprediksi...
kewenangan yang dimilikinya, di samping faktor-faktor lain seperti kemampuan
personalia di daerah dan kelembagaan pemerintah daerah.
Analisis pengelolaan keuangan daerah, pada dasarnya menyangkut tiga bidang
analisis yang saling terkait satu sama lain meliputi: 1) Analisis Penerimaan, yaitu analisis
mengenai seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber-
sumber pendapatan yang potensial dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mening-
katkan pendapatan tersebut; 2) Analisis Pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa
besar biaya-biaya dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan
biaya-biaya tersebut meningkat; 3) Analisis Anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan
antara pendapatan dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk
masa depan.
Kunci kemandirian daerah adalah pengelolaan PAD. Dalam mengestimasi
potensi PAD, diperlukan informasi dan tolok ukur yang riil terjadi di lapangan dan
secara konkrit dikehendaki oleh masyarakat di daerah. Salah satu tolok ukur finansial
yang dapat digunakan untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi
adalah dengan mengukur seberapa jauh kemampuan keuangan suatu daerah.
Kemampuan keuangan daerah ini biasanya diukur dari besarnya proporsi/kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap anggaran pendapatan daerah. Berdasarkan
uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai pemanfaatan
Sistem Informasi Akuntansi dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
B. ANALISIS SISTEM
Analisis sistem dimulai dengan sistem atau sub-sistem yang dispesifikasikan
dalam keseluruhan rencana sistem informasi pada organisasi. Pada kegiatan analisis
sistem mencakup tiga tahap yang terpisah, yang meliputi: (1) mensurvei sistem berjalan,
(2) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan informasi, dan (3) mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan sistem.
Setelah tahap-tahap tersebut terselesaikan, laporan analisis sistemdisusun dan
berfokus pada masalah-masalah yang ditemukan, serta pendekatan-pendekatan umum
untuk memecahkan masalah tersebut.
1. Hasil Survey Sistem Berjalan
Pada tahap ini penting untuk dilakukan, dengan tujuan untuk memahami sistem
yang berjalan pada suatu organisasi. Apabila survei telah dilakukan, selanjutnya dapat
diketahui kekuatan dan kelemahan sistem beserta sub-sistemnya untuk dianalisis.
Survei yang dilakukan fokus pada pemahaman hakekat dan operasi sistem, dan analisis
temuan-temuan survei berfokus pada kekuatan dan kelemahan sistem. Kelemahan
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
20 .::.
Lucia Ika Fitriastuti
sistem berjalan, exposure, dan pengendalian yang diusulkan disajikan seperti pada
tabel berikut:
KELEMAHAN EXPOSURE PENGENDALIAN
INPUT
1. Tidak menggunakan
formulir yang seragam.
2. Kuitansi (sebagai
pengganti formulir) t idak
pre-numbered.
3. Otorisasi yang dilakukan
hanya sebatas pada
lembar disposisi.
4. Pengarsipan bukti tidak
sistematis.
5. Pencatatan transaksi tidak
sesuai dengan tindakan
yang dilakukan.

1. Masing-masing fungsi
menggunakan formulir
yang berlainan, sehingga
sulit untuk Melakukan
Crosscheck.
2. Terjadi beberapa
transaksi yang tidak
tercatat dan tidak sah.
3. Beberapa realisasi yang
dilakukan tidak sesuai
dengan disposisi yang
ada.
4. Ada beberapa bukti
transaksi hilang, terselip,
dan sulit untuk dilakukan
pencarian ketika akan
diperlukan.
5. Terjadi kekurangan bayar
dari pasien karena
kurangnya pembebaban
ke pasien.

1. Masing-masing fungsi
menggunakan formulir yang
seragam dan rangkap sesuai
dengan fungsi yang
memerlukan.
2. Setiap kuitansi yang
digunakan dibuat
prenumbered.
3. Setiap formulir dan kuitansi
dibubuhkan kolom untuk
disposisi.
4. Bukt i dan formulir diarsip
oleh masing-masing fungsi
yang berkepentingan dan
dibuatkan nomor secara urut.
5. Setiap orang dibuatkan
formulir tersendiri untuk
mencatat tindakan yang telah
dilakukan
PROSES
1. Pencatatan transaksi
belum menggunakan
media pencatatan yang
baku.
2. Pencatatan transaksi yang
masih universal.
3. Penggunaan metode
akuntansi Cash Basis.
4. Sistem anggaran belum
optimal.

1. Terjadi kesulitan dalam
penyusunan laporan
keuangan.
2. Ada beberapa transaksi
yang belum tercatat.
3. Tidak telit i, lengkap, dan
kurang informatif.
4. Ada beberapa realisasi
tidak sesuai.

1. Digunakan media akuntansi
yang baku, seperti, Jurnal,
Buku Besar dan Buku
Pembantu.
2. Setiap transaksi dicatat sesuai
nomor/kode akun masing-
masing.
3. Penggunaan metode Accrual
Basis.
4. Sistem akuntansi dikaitkan
dengan sistem anggaran.
OUTPUT
1. Laporan yang dihasilkan
hanya sebatas untuk
kepentingan dan
kewajiban kepada
Pemerintah Kabupaten.
2. Laporan hanya dihasilkan
pada bagian keuangan.
3. Distribusi Laporan
keuangan hanya kepada
Pimpinan (Kepala
Daerah).

1. Pimpinan sulit untuk
mengendalikan anggaran
dan memantau laporan
keuangan.
2. Pimpinan tidak
mengetahui laporan-
laporan kegiatan yang
terdapat pada bagian lain.
3. Bidang-bidang lain dalam
satu organisasi sulit untuk
mengetahui laporan-
laporan keuangan dan
aktivitas yang ada.

1. Laporan disusun untuk fungsi
perencanaan, pengendalian
dan pertanggungjawaban.
2. Setiap fungsi/bagian dalam
organisasi membuat laporan
aktivitas masing-masing
sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas
realisasi anggaran.
3. Distribusi laporan harus
sampai pada setiap bagian
yang ada pada organisasi.

Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
.::. 21
Analisis Return on Investment untuk Memprediksi...
a. Input
Saat ini, sumber dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan adalah
dokumen yang berasal dari pihak ekstern. Setiap pengeluaran kas, berupa
kas bon, menggunakan kuitansi sebagai bukti transaksi. Ada juga beberapa
yang menggunakan bukti pengeluaran tanpa nota sebagai dasar pencatatan.
Setelah transaksi oleh pemohon kas bon, maka bukti transaksi tersebut yang
digunakan sebagai dasar proses pengolahan data menjadi laporan
pertanggungjawaban.
. Proses
Dalam proses pencatatan dan pengolahan data keuangan Pemerintah
Daerah, pembuatan laporan keuangan belum dilaksanakan sepenuhnya.
Hal tersebut disebabkan karena saat ini pencatatan yang dilakukan hanya
sebatas pada penjurnalan atas transaksi ke dalam buku harian dan hanya
sampai pada posting dari buku harian ke buku besar. Penyusunan neraca
lajur dan pembuatan laporan keuangan belum dilakukan.
c. Output
Laporan-laporan yang dihasilkan masih terbatas pada kewajiban dan
pertanggungjawaban pada Pemerintah Daerah. Masing-masing divisi sebagai
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten bertanggung jawab kepada
Pemerintah Kabupaten. Laporan bulanan hanya meliputi laporan penerimaan
dan pengeluaran sesuai dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Laporan realisasi anggaran dibuat tiap semester. Metode pencatatan yang
digunakan adalah cash basis, sehingga laporan yang dihasilkan kurang
memberikan ketelitian dan menghasilkan penilaian secara lengkap. Laporan
yang dibuat terpusat pada bagian keuangan masing-masing divisi. Akibatnya
adalah laporan yang dihasilkan dari masing-masing unit/fungsi yang terdapat
pada masing-masing divisi tidak dapat tersedia dan kurang lengkap. Sehingga
Laporan keuangan yang dihasilkan tidak dapat disajikan dengan segera. Siklus
yang dibuat yang tidak dilakukan sepenuhnya dan tidak komplit, maka laporan
keuangan bulanan tidak dapat dibuat.
2. Identifikasi Kebutuhan Informasi
Dari proses akuntansi keuangan, Pemerintah Daerah memerlukan informasi sebagai
wujud pertanggungjawaban masing-masing divisi kepada Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat. Informasi-informasi yang diperlukan tersebut akan disampaikan
dalam bentuk laporan keuangan berupa:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
22 .::.
Lucia Ika Fitriastuti
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Disamping kebutuhan informasi diatas, Kepala Daerah juga memerlukan
informasi-informasi dari masing-masing unit/bagian yang bermanfaat untuk
manajemen pada tiap unit untuk kepentingan pengambilan keputusan.
Informasi-informasi yang dihasilkan tersebut berasal dari proses akuntansi
manajemen dan bertujuan untuk membantu manajemen puncak dan manajemen
di bawahnya untuk pengambilan keputusan yang bersifat perencanaan,
pengendalian dan pengarahan serta proyeksi.
3. Identifikasi Kebutuhan Sistem
Tahap ketiga dalam analisis sistem adalah identifikasi kebutuhan sistem untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi Kepala Daerah. Kebutuhan sistem dapat
dispesifikasikan menurut masukan (input) dan keluaran (output). Kebutuhan
masukan untuk suatu subsistem tertentu menyatakan kebutuhan-kebutuhan secara
spesifik yang harus dipenuhi oleh subsistem untuk mencapai tujuannya. Kebutuhan
masukan subsistem untuk mencapai tujuannya. Kebutuhan masukan subsistem
selanjutnya akan menspesifikasikan kebutuhan keluaran yang dibutuhkan subsistem
lainnya.
Sistem yang dibutuhkan dalam perancangan sistem informasi akuntansi pada
Pemerintah Daerah antara lain sebagai berikut:
a. Sistem Penerimaan Kas
b. Sistem Pengeluaran Kas
c. Sistem Pembelian dan Pengadaan
d. Sistem Penggajian
C. SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH
Secara garis besar, sumber pembiayaan (pendapatan) dapat diklasifikasikan
ke dalam dua kategori sumber pembiayaan. Kategori pertama adalah pendapatan
yang diperoleh pemerintah daerah dari sumber-sumber di luar pemerintah daerah
(external source). Pendapatan ini merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-
sumber yang berasal dari pihak luar dan tidak secara langsung ditangani sendiri oleh
pemerintah daerah. Pihak luar yang dimaksud adalah pihak-pihak yang berada di
luar pemerintah daerah yang bersangkutan (selain pemerintah daerah beserta
perangkatnya) dan bukan merupakan penduduk daerah yang bersangkutan, seperti
pemerintah pusat, tingkatan pemerintahan yang ada di atas pemerintahan daerah yang
bersangkutan, negara asing, pihak swasta, dan pihak ketiga. Kategori kedua adalah
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
.::. 23
Analisis Return on Investment untuk Memprediksi...
pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah dari sumber-sumber yang dikelola
oleh pemerintah daerah itu sendiri (local source).
Kategori pendapatan kedua, merupakan pendapatan yang digali dan ditangani
sendiri oleh pemerintah daerah dari sumber-sumber pendapatan yang terdapat dalam
wilayah yurisdiksinya. Pendapatan yang termasuk ke dalam kategori pendapatan ini
adalah pajak daerah (local tax, sub national tax), retribusi daerah (local retribution,
fees, local licence) dan hasil-hasil badan usaha (local owned enterprises) yang
dimiliki oleh daerah. Ketiga jenis pendapatan ini merupakan pendapatan yang digali
dan ditangani sendiri oleh pemerintah daerah dari sumber-sumber pendapatan yang
terdapat dalam wilayah yurisdiksinya.
Terkait dengan pendapatan asli daerah, seorang pakar dari World Bank
berpendapat bahwa batas 20% perolehan PAD merupakan batas minimum untuk
menjalankan otonomi daerah. Sekiranya PAD kurang dari angka 20%, maka daerah
tersebut akan kehilangan kredibilitasnya sebagai kesatuan yang mandiri.
Pajak daerah, sebagai salah satu komponen PAD, merupakan pajak yang
dikenakan oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang mendiami wilayah
yurisdiksinya, tanpa langsung memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh
pemerintah daerah yang memungut pajak daerah yang dibayarkannya. Retribusi
daerah, komponen lain yang juga termasuk komponen PAD, merupakan penerimaan
yang diterima oleh pemerintah daerah setelah memberikan pelayanan tertentu kepada
penduduk mendiami wilayah yurisdiksinya. Perbedaan yang tegas antara pajak daerah
dan retribusi daerah terletak pada kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah
daerah. Jika pada pajak daerah kontraprestasi tidak diberikan secara langsung, maka
pada retribusi daerah kontribusi diberikan secara langsung oleh pemerintah daerah
kepada penduduk yang membayar retribusi tersebut.
Baik pajak daerah maupun retribusi daerah, keduanya diatur dalam peraturan
yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan disetujui oleh lembaga perwakilan rakyat
serta dipungut oleh lembaga yang berada di dalam struktur pemerintah daerah yang
bersangkutan.
Suatu pemerintah daerah dapat menetapkan dan memungut beragam jenis
pajak daerah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini sangat dimungkinkan
jika pemerintah daerah memiliki kemampuan untuk menetapkan sendiri jenis-jenis
pajak daerah dan retribusi daerah yang dapat dipungutnya, tanpa ada intervensi dari
tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi. Agar pemerintah daerah memiliki kemampuan
optimal untuk memungut pajak daerah yang ada di daerahnya, perlu kiranya
mempertimbangkan pajak-pajak daerah yang memang sesuai untuk dijadikan sumber
pendapatan agar tercipta efisiensi dan efektivitas dalam pemungutan pajak daerah
Mungkin hal yang paling menjanjikan, dan merupakan jalur yang banyak ditempuh
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
24 .::.
Lucia Ika Fitriastuti
oleh para pemerintah daerah, untuk mendapatkan struktur pendapatan daerah adalah
memberlakukan retribusi pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Hal ini sangat
dimungkinkan, sebab jika pemerintah daerah ditinjau dari sudut pandang ekonomi,
maka pemerintah daerah dapat dianalogikan sebagai suatu perusahaan milik yang
memberikan beragam jenis layanan layanan atau bahkan termasuk menyediakan
sejumlah barang yang dapat dikonsumsi oleh penduduk setempat.
Jenis-jenis pajak yang dipungut di daerah sangat beragam. Pemungutan pajak
daerah ini harus mengindahkan ketentuan bahwa lapangan pajak yang akan dipungut
belum diusahakan oleh tingkatan pemerintahan yang ada diatasnya. ada perbedaan
lapangan pajak antara daerah propinsi dan daerah kabupaten/kota. Daerah propinsi
memiliki 4 jenis pajak daerah, yaitu Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan di
Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak
atas Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Untuk Daerah Kabupaten/Kota, pajak daerah
yang dipungut berjumlah 7 buah, yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan
C, dan Pajak Parkir.
Masing-masing tingkatan daerah memiliki lapangan retribusi daerah yang
berbeda-beda. Lapangan retribusi daerah propinsi antara lain adalah Retribusi Bahan
Galian golongan C, Uang Leges, Retribusi Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, dan
Retribusi Pemakaian Tanah Pemerintah Daerah. Sedangkan lapangan retribusi daerah
propinsi I antara lain adalah Uang Leges, Retribusi Terminal, Retribusi Pasar, Retribusi
Reklame, dan Retribusi Pelelangan Ikan.
1. Pengendalian Intern terhadap Sumber Pendapatan Asli Daerah
Pengendalian intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak dipergunakan
dalam berbagai kepentingan. Fungsi dari pengendalian intern ini semakin penting
seiring perkembangan kebutuhan pencatatan Pendapatan Asli Daerah dengan
sistem akuntansi yang semakin rumit. Untuk itu, semua Kepala Daerah harus
menyadari dan memahami arti penting pengendalian intern.
Struktur pengendalian intern merupakan satuan usaha yang terdiri dari kebijakan
dan prosedur yang diterapkan untuk keyakinan (assurance) memadai bahwa
tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. Pengertian tentang pengendalian intern
dalam arti luas adalah :
Internal control comprises the plan of organization and all of the coordinated methods
and measures adopted a business to safeguard its assets, check the accuracy and
realibility of its accounting data, promote operational efficiency and encourage
adherence to prescribed managerial policies.
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
.::. 25
Analisis Return on Investment untuk Memprediksi...
Penjelasan definisi di atas menyimpulkan bahwa pengendalian intern adalah suatu
proses yang terdiri dari usaha atau tindakan-tindakan yang tepat dan terintegrasi
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan pengendalian intern
melibatkan seluruh anggota organisasi bukan dibebankan pada bagian tertentu
saja, sehingga memberikan keyakinan terpercaya atas seluruh kegiatan organisasi
yang meliputi realibility dari pelaporan keuangan, efisiensi dan keefektifan atas
kegiatan atau operasi perusahaan dan kepatuhan terhadap hukum dan undang-
undang yang berlaku.
Struktur pengendalian intern yang baik memiliki karakteristik yang meliputi hal-
hal berikut:
a. Suatu rencana organisasi yang memungkinkan adanya pemisahan
pertanggungjawaban fungsi secara tepat.
b. Suatu sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang tepat untuk
memungkinkan pengendalian akuntansi yang memadai terhadap aktiva, utang,
pendapatan dan biaya.
c. Praktik yang sehat diikuti dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari setiap
bagian organisasi.
d. Kualitas pengamat yang sesuai dengan tanggung jawab.
Karakteristik yang baik akan mendukung terciptanya pengendalian intern yang
efektif. Rencana organisasi, sistem otorisasi, dan prosedur pencatatan yang tepat,
praktik yang sehat serta kualitas pengamat yang sesuai harus terintegrasi dengan
baik dalam pelaksanaan kerjanya. Kelancaran pekerjaan akan memudahkan
struktur pengendalian intern terlaksananya dalam mencapai tujuan. Namun untuk
keberhasilan tujuan terdapat beberapa unsur pokok yang dapat menentukan
keberhasilan struktur pengendalian intern.
Walter G.Kell, et.al. menyatakan bahwa struktur pengendalian intern terdiri dari:
a) Control environment; b) Risk assessment; c) Information and communi-
cation; d) Control activities; dan e) Monitoring.
a. Control environment
Control environment atau lingkungan pengendalian mencerminkan suasana
perusahaan yang mempengaruhi sikap dan tindakan para anggota perusahaan
akan pentingnya pengendalian. Efektivitas sistem akuntansi dan prosedur
Pengendalian sangat ditentukan oleh suasana yang diciptakan oleh lingkungan
pengendalian. Ini berarti pengendalian mempunyai dampak yang sangat besar
terhadap keseriusan pengendalian intern yang diterapkan dalam perusahaan.
b. Risk assessment
Penetapan resiko laporan keuangan adalah mengidentifikasi dan menganalisa
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
26 .::.
Lucia Ika Fitriastuti
resiko-resiko yang berhubungan dengan manajemen perusahaan untuk
menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Penetapan resiko oleh manajemen berkenaan dengan hubungan
resiko terhadap pernyataan laporan keuangan yang khusus dan kegiatan
mencatat, memproses, menyimpulkan dan melaporkan data akuntansi.
c. Information and communication
Information and communication atau informasi dan komunikasi sangat
berguna untuk menghasilkan laporan keuangan. Sistem informasi sangat relevan
untuk tujuan laporan keuangan yang mencakup sistem akuntansi dan melindungi
harta dan hutang perusahaan. Sistem akuntansi seharusnya mencakup
penafsiran audit yang lengkap, karena penafsiran transaksi sangat penting bagi
manajemen dan auditor. Dengan kata lain komunikasi melibatkan pemahaman
yang jelas dari peran dan tanggung jawab setiap individu yang berkenaan
dengan struktur pengendalian intern atas laporan keuangan. Komunikasi harus
dapat meyakinkan bahwa setiap personil terlibat dalam memahami laporan
keuangan dan kegiatan mereka baik di luar perusahaan ataupun dalam
perusahaan.
d. Control activities
pengendalian aktivitas adalah kebijakan prosedur yang membantu meyakinkan
bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Pengendalian ini meyakinkan
tidankan-tindakan yang diambil untuk mengatasi resiko dalam mencapai tujuan
organisasi. Pengawasan ini harus terlaksana pada semua tingkat fungsi
manajemen.
e. Monitoring
Monitoring merupakan proses untuk menilai kualitas dari pelaksanaan struktur
pengendalian intern yang telah berjalan. Dalam hal ini, monitoring digunakan
untuk pemantauan terhadap personil yang mengawasi desain dan operasi
perusahaan yang dilaksanakan. Struktur pengendalian intern yang berjalan
diharapkan dapat mengatasi atau mengantisipasi penyimpangan atau
kecurangan yang terjadi. Monitoring dapat dilaksanakan selama kegiatan
perusahaan berjalan dan dapat dievaluasi secara periodik.
2. Pengendalian Intern Berbasis Komputer
Elemen pengendalian intern yang ada pada sistem informasi berbasis komputer
hampir sama dengan sistem manual. Beberapa hal berikut menjadikan adanya
penekanan yang berbeda pada pengendalian intern untuk kedua jenis sistem itu;
a. Sistem informasi terkomputerisasi lebih luas lingkup pengendaliannya karena
sebagian besar proses tidak terlihat secara nyata oleh indra manusia.
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
.::. 27
Analisis Return on Investment untuk Memprediksi...
b. Sedikitnya bukti berupa dokumen. Diperlukan desain sistem yang mampu
meninggalkan jejak untuk keperluan pengauditan (audit trial).
c. Pengendalian harus diintegrasikan kedalam rancangan sistem sebagai salah
satu elemen yang mendukung kekuatan desain sistem tersebut.
d. Diperlukan prosedur dokumentasi yang baik sehingga mampu merekam seluruh
proses sekaligus pengmbangan sistem itu sendiri. Prosedur back-up termasuk
dalam hal ini.
e. Perlu dilakukan sentralisasi informasi utnuk memudahkan pengendalian.
f. Memungkinkan pengendalian intern melalui program-program komputer.
g. Pengendalian pada salah satu fungsi mungkin dapat melemahkan pengendalian
pada fungsi yang lain.
Elemen-elemen pokok pengendalian intern sistem informasi berbasis komuter
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pengendalian Manajemen (Management Control)
Pengendalian manajemen yang diperlukan oleh sebuah sistem informasi meliputi:
1) Pengendalian terhadap rencana induk sistem informasi, apakah desain system
informasi telah memenuhi garis besar dan spesifikasi yang dimaksud dalam rencana
induk; dan 2) Pemisahan fungsi, berbeda sedikit dengan sistem manual. Fungsi
yang perlu dipisahkan meliputi antara lain: a) Perancangan dan penyusunan program
sistem; b) Operasi pengolahan data; c) Dokumentasi program dan kepustakaan;
d) Seleksi dan pelatihan karyawan; e) Perlu adanya buku petunjuk operasional
sistem dan prosedur yang ada dalam sistem tersebut; f) Pengendalian anggaran.
3) Pengendalian Terhadap Pengembangan Sistem, Penerapan sistem informasi
akuntansi berbasis komputer merupakan investasi yang besar, demikian pula untuk
pengembangan selanjutnya. Perusahaan perlu melakukan pengendalian intern
dalam mengembangkan sistem informasinya, jenis pengendalian yang diterapkan
untuk hal ini adalah: a) Pengendalian siklus pengembangan sistem. Setiap usulan
pengembangan sistem sebaiknya melalui sebuah prosedur yang memerlukan
otorisasi dari manajer pengembangan sistem atau semacamnya; b) Pengendalian
terhadap dokumentasi sistem. Pengendalian ini diperlukan karena dokumentasi
sistem merupakan alat komunikasi antara perancang sistem dengan users. Sistem
dan pengembangan sistem yang tidak didokumentasikan dengan baik akan menam-
bah biaya pengembangan karena harus mencari informasi mengenai detail sistem
ke pihak perancang terdahulu; c) Pengendalian terhadap pengubahan program.
Perlu otorisasi seperti halnya pada pengendalian siklus pengembangan sistem.
b. Pengendalian Akses (Access Control)
Pengendalian akses merupakan kunci dari sistem informasi berbasis komputer.
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
28 .::.
Lucia Ika Fitriastuti
Penerapan berbagai teknik password bertingkat untuk mengendalikan akses setiap
personil merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Pengendalian akses
mencakup lingkup berikut: a) Pengendalian akses terhadap perangkat keras. Tidak
setiap karyawan memiliki wewenang untuk keruangan di mana computer induk
dan media penyimpanan diletakkan. Selain itu perlu pula prosedur pengamanan
perangkat keras dari berbagai bencana dan kecelakaan yang disebabkan oleh
hal lain; b) Pengendalian akses terhadap perangkat lunak; c) Pengendalian terhadap
dokumentasi program. Akses terhadap program ini hendaknya dilindungi melalui
otorisasi dari pihak tertentu. Dengan memiliki dokumentasi program maka sangat
memungkinkan seseorang memodifikasi program untuk kepentingan pribadi; d)
Pengendalian terhadap program dan file-file data. Pengendalian ini mutlak
diperlukan karena sangat banyak data yang dihasilkan dari sebuah sistem informasi
yang bersifat rahasia yang perlu dilindungi dari pihak-pihak tertentu.
D. KESIMPULAN
Setiap organisasi memerlukan sistem informasi untuk mempermudah
pengelolaan organisasi tersebut, baik organisasi swasta maupun organisasi sector
publik. Pemerintah daerah sebagai salah satu organisasi sektor publik menerapkan
Sistem Informasi Pengelolaan SKPD untuk melaksanakan pengelolaan keuangan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah (Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah). Pemerintah daerah melakukan pengelolaan keuangan
daerah dengan bantuan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
dibawahinya, yang merupakan perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran/barang (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).
Sistem Informasi Pengelolaan SKPD merupakan sistem informasi akuntansi
bagi pemerintahan daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa sistem akuntansi
pemerintahan daerah merupakan serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Sistem Informasi Pengelolaan SKPD dibuat untuk mempermudah penerapan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Sistem Informasi Pengelolaan SKPD diharapkan dapat
mempermudah pelaksanaan pengelolaan penatausahaan keuangan oleh setiap.
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
.::. 29
Analisis Return on Investment untuk Memprediksi...
Faktor lingkungan organisasi dapat mempengaruhi jalannya penerapan sistem
akuntansi pemerintahan daerah yang baru diterapkan, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kesuksesan penerapan sistem tersebut (Latifah dan Sabeni, 2007).
Penerapan sistem informasi akuntansi pemerintahan pada pemerintah daerah
diharapkan akan mengatasi kelemahan sistem akuntansi yang telah ada sebelumnya,
yaitu:
1. Proses penyusunan yang lambat karena terdiri dari sub sistem yang terpisahpisah
dan tidak terpadu.
2. Memakai sistem single entry accounting yang tidak lagi memadai untuk
menampung kompleksitas transaksi-transaksi keuangan pemerintah daerah.
3. Sulit dilakukan rekonsiliasi antar sub sistem.
4. Tidak dilaksanakan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah.
5. Tidak dapat menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah yang sesuai
Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Sistem Informasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi.
Diakses tanggal 25 Februari 2008.
Anonim. 2008. Teknologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi. Diakses tanggal
25 Februari 2008.
Bodnar, George H. dan William S. Hopwood. 2000. Sistem Informasi Akuntansi
: Buku 1. Edisi 6. Salemba Empat. Jakarta.
Kusnandar, Nandang. 2007. Teknologi Informasi. http://Himpunan Mahasiswa
Ilmu Perpustakaan dan Informasi UWKS/Teknologi Informasi. Diakses
tanggal 1 Februari 2008.
Latifah, Lyna, Arifin Sabeni. 2007. Faktor Keprilakuan Organisasi dalam
Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta). Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Laudon, Kenneth C., and Jane Price Laudon. 2005. Sistem Informasi Manajemen:
Mengelola Perusahaan Digital. Edisi 8. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. 2006. Fokusmedia. Bandung.
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Jurnal Solusi, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2010
30 .::.
Lucia Ika Fitriastuti
Syahri, Akhmad Syafrudin. 2006. Teknologi Informasi Sebagai Agen Pengubah
Paradigma di Sektor Pemerintahan. http://Plasmedia.com/. Diakses
tanggal 21 Februari 2008.
Undang-undang RI No. 18 tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Wardiana, Wawan. 2002. Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia.
http://Pusat Penelitian Informatika.com/Perkembangan Teknologi Informasi
di Indonesia. Diakses tanggal 25 Februari 2008.
Wilkinson, Joseph W., Michael J. Cerullo. et al. 2000. Accounting Information
Systems: Essential Concepts and Applications. 4th Edition. John Wiley
and Sons, Inc. USA.

You might also like