ANALISIS STRATA NORMA ROMAN INGARDEN SAJAK SERENADA HI J AU
KARYA W.S. RENDRA
SERENADA HIJAU
Kupacu kudaku. Kupacu kudaku menujumu. Bila bulan menegurkan salam dan syahdu malam bergantung di dahan-dahan.
Menyusuri kali kenangan yang berkata tentang rindu dan terdengar keluhan dari batu yang terendam
Kupacu kudaku. Kupacu kudaku menujumu. Dan kubayangkan sedang kau tunggu daku sambil kau jalin rambutmu yang panjang. (EMPAT KUMPULAN SAJAK, 2004: 9)
LAPIS BUNYI Sajak karya Rendra di atas pada bait pertama didominasi dengan bunyi asonansi a dan u. Terdapat bunyi aliterasi k dan n. dalam bait kedua terdapat bunyi asonansi a dan e, sedangkan pada bait ketiga terdapat bunyi asonansi a dan u juga. Jadi, jika disimpulkan dalam sajak karya Rendra ini, bunyi asonansi yang mendominasi adalah a dan u, sedangkan bunyi aliterasinya k dan n. Terdapat kombinasi bunyi eufoni dan kakafoni dalam sajak ini. Terdapat huruf konsonan yang menimbulkan bunyi merdu dan bunyi-bunyian sengau yang dipakai dalam sajak ini, seperti bunyi g, b, d; bunyi sengau m, n, dan ng; dan bunyi liquida: r dan l : bila bulan; menegurkan salam; dan syahdu malam; bergantung di dahan-dahan. Tapi ada beberapa kata juga yang menggunakan konsonan yang menimbulkan bunyi parau seperti k dan s : kupacu kudaku; kupacu kudaku menujumu. Dilihat dari keseluruhan, bunyi eufoni lebih mendominasi daripada kakafoni. Diperpadukannya eufoni dan kakafoni ini membuat sajak ini menjadi terasa berbeda dari sajak-sajak yang lain. Bunyi eufoni memberikan kemerduan dan kesyahduan terhadap sajak ini, sedangkan bunyi kakafoninya memberikan penekanan bahwa sajak tersebut sebenarnya menyesakan dada dibalik kesyahduannya. Karena dibalik rasa suka cita yang digambarkan dalam sajak tersebut tersimpan sebuah kerinduan yang sudah tidak tertahankan lagi.
LAPIS ARTI Pada bait pertama sajak di atas terdapat kalimat kupacu kudaku menujumu, mungkin yang dimaksud kuda dalam sajak ini adalah salah satu anggota tubuh tokoh si aku sendiri dengan segenap tenaga dan kekuatan yang ia miliki untuk mencapai apa yang ia mau atau bisa juga diartikan sebagai sebuah alat transportasi pada masa itu yang memiliki daya tahan yang kuat. Karena kuda dikenal sebagai hewan yang cepat, memiliki tenaga yang cukup kuat, dan tidak cepat lelah, kata menujumu di sini bisa merujuk kepada menuju kekasih hatinya. Kalimat syahdu malam; bergantung di dahan- dahan dapat diartikan sebagai seekor binatang yang biasa mendiami dahan-dahan pohon pada malam hari dan mengeluarkan suara-suara khasnya, seperti Burung Hantu. Pada bait kedua baris ketiga dan keempat terdapat kalimat dan terdengar keluhan; dari batu yang terendam. Batu yang dimaksud dalam sajak ini lebih mendekati ke suara hati si aku yang terendam atau dipendamnya selama ini. Pada bait ketiga baris keempat sampai keenam menguatkan pengertian kata menujumu pada bait pertama baris kedua, kalimatnya : sedang kau tunggu daku; sambil kau jalin; rambutmu yang panjang. Tigas baris penggalan sajak di atas menggambarkan sosok kekasih si aku yang dibayangkan oleh si aku sedang menunggu kedatangannya. Dalam sajak ini, penyair tidak begitu banyak menggunakan kata-kata kiasan untuk menyampaikan apa maksud yang ingin disampaikan penyair.
LAPIS DUNIA IMAJINASI PENGARANG Ciri khas sajak dari seorang WS. Rendra adalah sajak-sajaknya yag berisikan protes dan kesan heroik dan penuh semangat. Begitu pula dengan sajak-sajaknya yang bertemakan percintaan. Tokoh dalam puisi aku liriknya digambarkan penuh dengan semangat dalam pengembaraan dalam pencariannya. Sebelum membuat dunia imajinasi pengarang dalam sajak Serenada Hijau, sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai objek-objek yang terdapat dalam sajak, tokoh, latar waktu dan latar tempat. Objeknya : kudaku, menujumu, bulan, dahan- dahan, kenangan, rindu, batu, dan rambut yang panjang. Tokoh : si aku. Latar waktu : malam hari. Latar tempat : tidak di jelaskan. Dunia imajinasi pengarangnya sebagai berikut. Si aku sedang dalam sebuah perjalanan menuju tempat kekasihnya berada dengan menggunakan sebuah alat transportasi yang memiliki daya tahan yang kuat pada waktu malam tiba. Dalam perjalanannya itu, diiringi dengan suara-suara binatang yang mendiami dahan-dahan pohon pada malam hari. Suara yang menurut si aku membuat perjalanan malamnya menjadi syahdu. Saat menyusuri setiap jengkal jalan yang dilaluinya, dia merasa seperti bernostalgia dengan kenangan-kenangannya. Kenangan-kenangan yang membuatnya menjadi sangat merindu, membuat suara hatinya yang selama ini bungkam menyuarakan isi hatinya karena rasa rindu dalam dirinya sudah tidak tertahankan lagi. Si aku semakin mempercepat perjalanannya untuk menuju ke tempat kekasihnya. Dia membayangkan kalau di sanadi tempat kekasihnyakekasihnya tengah menunggu kedatangannya dengan memain-mainkan rambutnya yang panjang.
LAPIS DUNIA IMPLISIT Pada bait pertama, menyatakan bahwa tokoh si aku sangat bersemangat dan bersuka cita untuk pergi menemui kekasihnya, terlihat dari penggalan sajak pada baris kedua. Pada bait kedua, ada rasa yang membuat sesak tokoh aku. Rasa rindu yang selama ini dipendamnya sudah tidak dapat ditahannya untuk terus dipendam. Pada bait ketiga, si aku membayangkan dengan suka cita bagaimana nanti kekasihnya menyambut kedatangannya. Kekasihnya dalam sajak ini bisa juga dimaksudkan dalam konteks sebuah cita-cita dari tokoh aku yang ingin digapainya. Cita-cita yang selama ini sudah sangat ia idam-idamkan, sehingga dalam bayangannya cita-citanya itu sudah tidak sabar untuk diraihnya.
LAPIS METAFISIKA Dalam sajak ini, lapis metafisikanya berupa kerinduan. Kerinduan terhadap orang yang dikasihinya, kerinduan yang sangat menyiksa karena dipendam begitu lama. Setiap manusia yang sudah tidak dapat menahan kerinduannya pasti akan langsung mencari cara untuk mengobatinya.
Sumber: Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres. Rendra, WS. 2004. Empat Kumpulan Sajak. Jakarta: PT. Surya Multi Grafika