Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu: 1. Untuk melihat fungsi bagian katak normal 2. Untuk melihat aksi integrasi susunan saraf katak 3. Untuk melihat pengaruh desebrasi 4. Untuk melihat refleks pada katak spinal Fungsi-fungsi bagian otak katak normal, katak deserebrasi dan katak spinal Aksi integrasi susunan saraf katak Hambatan refleks pada katak normal Refleks pada katak spinal Refleks sederhana pada katak spinal Pengaruh intensitas rangsangan pada refleks katak spinal Cara mematikan katak untuk percobaan Membuat sediaan otot-syaraf Berbagai macam rangsangan pada sediaan otot-syaraf Kontraksi sederhana Pengaruh besar rangsangan pada kekuatan kontaksi Kontraksi tetanus dan kelelahan otot Kerja luar otot dengan pembebanan di depan dan di belakang
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf tersusun dari satu alat komunikasi dan integrasi untuk organisme, yang dicirikan oleh cepatnya reaksi dan lokalisasi yang tepat dari tempat kerjanya. Fungsinya didasarkan atas suatu infrastruktur selular sangat sempurna, hubungan bercabang, yang menghasilkan kerja dengan kecepatan tinggi dan cepat (Campbell, 2000). Sistem saraf secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu (Frandson, R. D. 1993) : 1. Sistem saraf pusat ( central nervous system), yang mencakup otak dan korda spinalis. Otak terletak di dalam bagian kranial tengkorak, dan korda spinalis terletak dalam kolom vertebral. 2. Sistem saraf perifer yang terdiri atas saraf kranial dan sistem saraf spinal yang menuju ke struktur somatik, serta saraf otonom yang menuju ke struktur vesceral. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom (Wulangi, 1994). 1. Sistem saraf pusat Otak Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan (Wulangi, 1994). Sumsum tulang belakang Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua.. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks (Sonjaya, 2013). 2. Sistem Saraf Tepi Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf pusat. Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom (Sonjaya, 2013). Sistem saraf somatis Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka (Noback, 1991).
Sistem saraf otonom Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik (Isnaeni, 2006). Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut (Isnaeni, 2006): Mempercepat denyut jantung Memperlebar pembuluh darah Memperlebar bronkus Mempertinggi tekanan darah Memperlambat gerak peristaltis Memperlebar pupil Menghambat sekresi empedu Menurunkan sekresi ludah Meningkatkan sekresi adrenalin Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik (Isnaeni, 2006). Contohnya: Memperlambat denyut jantung Memperkecil pembuluh darah Memperkecil bronkus Memperendah tekanan darah Mempercepat gerak peristaltis Memperkecil pupil Menstimulasi sekresi empedu Menaikkan sekresi ludah Menurunkankan sekresi adrenalin Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan. Katak dapat merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus keotak hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus , dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik otot maupun kelenjar (Hildebrand, M. 1995). Katak desereberasi yaitu katak yang telah dihilangkan serebrumnya, keadaan ini menyebabkan kemampuan dari katak (Pearce, 1989).
Katak deserebrasi masih memiliki tingkat kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis (Pearce, 1989). Katak spinal adalah katak yang hanya memiliki medula oblongata. Hal ini berhubungan dengan system respirasi, ritmis jantung dan aliran darah. Gerak spontan pada katak spinal semakin lambat, dan hilangnya keseimbangan badan dan kemampuan berenang pada katak (Pearce, 1989). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain (Rieutort M, 1982): 1. Ada tidaknya rangsangan atau stimulus Rangsangan dari luar contohnya adalah derivat dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal (Rieutort M, 1982). 2. Berfungsinya sumsum tulang belakang Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang (Rieutort M, 1982).
Refleks merupakan sebagian kecil dari perilaku hewan tingkat tinggi, tetapi memegang peranan penting dalam perilaku hewan tingkat tinggi. Refleks biasanya menghasilkan respon jika bagian distal sumsum tulang belakang memiliki bagian yang lengkap dan mengisolasi ke bagian pusat yang lebih tinggi. Tetapi kekuatan dan jangka waktu menunjukan keadaan sifat involuntari yang meningkat bersama dengan waktu (Idel, 2000).
MATERI DAN METODE
Alat dan bahan yang digunakan : a. Alat : gunting, pinset, jarum., stopwatch, ember. b. Bahan : benang/tali, larutan asam sulfat, katak, air. Cara kerja : Melihat fungsi bagian katak normal : 1. Letakkan katak pada meja kemudian lihat sikap badan, dan posisi tubuh. Amati dan hitunglah frekuensi napas, frekuensi denyut jantung/denyut nadi. 2. Gerakan spontan 3. Keseimbangan (kemampuan katak mencoba untuk bangkit kembali setelah ditelentangkan dengan cepat) 4. Simpan katak didalam baskom yang berisikan air, perhatikan gerakan katak saat berenang. 5. Lalu angkat katak dan letakkan kembali di meja, perhatikan frekuensi napas, frekuensi denyut jantung/denyut nadi Melihat aksi integrasi susunan saraf katak : 1. Lakukan pengangkatan pada katak secara tiba-tiba, atau dengan meletakkan katak pada papan pengalas, kemudian angkatlah katak beserta papan pengalas dengan gerakan tiba-tiba. Amati keseimbangan katak saat diangkat dengan gerakan tiba- tiba. 2. Putarlah katak tersebut beserta papannya, amati kondisi kelopak mata, posisi tubuh normal, dan gerakan spontan. Hambatan refleks pada katak normal : 1. Ikatlah kedua kaki depan katak dengan tali 2. Lepaskan tali dan biarkan katak kembali pada keadaan normal. Amati, apakah terdapat kelainan pergerakan dari katak ? Melihat pengaruh deserebrasi : 1. Katak tersebut dibuka mulutnya dengan menggunakan gunting, kaki gunting yang satu dimasukkan kedalam mulut tepatnya pada rahang atas, dan yang satunya pada membran timpani bagian depan, kemudian guntinglah sampai lepas dari tubuhnya, dengan demikian katak tidak akan memiliki otak lagi (mengalami deserebrasi).
2. Biarkan katak shock setelah pemotongan rahang atas, berapa menit lamanya keadaan shock akan hilang. Lalu letakkan pada meja. 3. Katak diletakkan diatas meja, dengan posisi ditelentangkan kemudian amati apakah katak masih dapat membalikkan tubuhnya. katak spinal : 1. Katak deserebrasi kemudian dirusak serebelum dan medula oblongatanya dengan jarum 2. Kemudian jarum ditusukkan ke ventrikel otak dan diputar-putarkan sehingga serebelum dan medula oblongatanya rusak. 3. Didapatkan katak spinal. Letakkan katak pada meja, amati sampai berapa lama (detik/menit) sampai timbulnya aktivitas (hilangnya fase spinal shock). Melihat refleks pada katak spinal : 1. Gantung katak spinal dengan cara menjepit rahangnya. 2. Jepitlah kaki belakang katak pakai pinset. Bila shock belum hilang, katak tidak bereaksi. Tetapi jika shock telah hilang, katak akan menarik kaki saat dijepit. 3. Jepitlah kaki depannya, sehingga katak akan menurunkan kakinya kembali (penghambatan reflektorik). 4. Jepitlah lagi kaki belakang dengan lebih kuat. Katak akan menarik kedua kakinya, bahkan kedua kaki depannya (iridiasi refleks). 5. Hitung berapa detik waktu yang diperlukan saat dijepit sampai saat menarik kakinya (waktu refleks).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum ini antara lain: 1. Melihat fungsi katak normal Hasil pengamatan o Denyut nafas (15 detik) : 30 x 4 = 120 kali/menit o Denyut jantung (15 detik) : 12 x 4 = 48 kali/menit o Gerak spontan saat membalikkan badan : 1 detik o Setelah berenang Denyut nafas (15 detik) : 36 x 4 = 144 kali/menit Denyut jantung (15 detik) : 28 x 4 = 112 kali/menit
Pembahasan: Pemeriksaan denyut nafas, pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa denyut nafas pada katak permenit pada katak normal. Pemeriksaan denyut jantung, pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa denyut jantung pada katak permenit pada katak normal. Pemeriksaan gerak spontan, pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat gerakan spontan katak saat ditelentangkan untuk membalikkan badannya ke keadaan normal. Pada saat katak dimasukkan kedalam ember berisi air, diamati gaya katak saat berenang. Dimana gaya normal katak saat berenang itu dengan kaki belakangnya bersamaan dan sejajar. Setelah katak dikeluarkan dari air dan kembali diperiksa denyut jantung dan denyut nafasnya, diperoleh hasil bahwa denyut jantung dan nafas katak yang habis berenang lebih cepat dibandingkan pada keadaan normal. Hal ini disebabkan karena katak tersebut mengalami stress.
2. Melihat Aksi Integrasi Susunan Saraf Katak
Katak yang diputar balikkan katak diletakkan kembali Pembahasan: Untuk menguji aksi integrasi susunan saraf katak, katak tersebut diangkat secara spontan dan diayunkan serta diputar setelah itu katak diletakkan kembali pada posisi normal kemudian katak tersebut diamati. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa saat katak tersebut diangkat, ia berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya dan saat katak tersebut diletakkan dengan posisi normal, pupil katak tersebut mengecil. Dan setelah benang pengikat pada kaki dilepas, terjadi kelainan pada pergerakan katak.
3.Melihat pengaruh deserebrasi o Lama shock katak setelah rahangnya dipotong: 51 detik o Denyut nafas (15 detik) : 4 x 4 = 16 kali/menit o Denyut jantung (15 menit) : 10 x 4 = 40 kali/menit o Gerak spontan saat membalikkan badan: 32 detik
Katak saat di deserebrasi katak shock setelah di desrebrasi
Pembahasan: Katak normal tadi diserebrasi dengan memotong bagian rahang atasnya. Setelah dserebrasi, katak tersebut mengalami shock sekitar 51 detik. Setelah itu katak kembali menggerakkan organ tubuhnya yang menandakan katak mulai kembali normal. Setelah itu katak tersebut diperiksa denyut jantung dan denyut nafasnya, sehingga diperoleh hasil bahwa denyut jantung dan denyut nafas katak setelah didesebrasi menjadi lebih lambat dari keadaan normal, hal ini dikarenakan katak tersebut mengalami shock yang berat. Setelah dilakukan pemeriksaan detak jantung dan denyut nafas, katak tersebut ditelentangkan untuk melihat gerakan spontan katak tersebut. dan diperoleh hasil bahwa katak tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk membalikkan badannya dibanding saat katak tersebut belum diserebrasi.
4. Melihat Refleks Pada Katak Spinal o Lama shock katak setelah di spinal : 17 detik o Gerakan respon saat membalikkan badan: 2 detik
Katak saat di spinal katak di jepit bagian rahangnya
Katak yang dijepit kaki belakangnya katak yang dijepit kakai depannya
Katak spinal yang dimasukkan dalam ember berisi air Pembahasan: Katak yang sudah diserebrasi tadi kemudian dirusak otak dan medula oblongatanya sehingga diperoleh katak spinal. Katak yang sudak dirusak otak dan medula oblongatanya tersebut mengalami shock, dan setelah berapa lama didiamkan baru ia bergerak. Hal ini dikarenakan sistem saraf pusatnya telah mengalami kerusakan. Namun saat rahangnya dijepit dan kataknya digantung, katak tersebut mengangkat kakinya menandakan katak tersebut memberi respon, untuk menyeimbangkan posisi tubuhnya, begitupun saat kaki depan dan kaki belakangnya yang dijepit. Setelah itu, katak tersebut kembali dimasukkan kedalam ember yang berisi air, dan awalnya katak tersebut berenang dengan baik namun lama kelamaan keseimbangan katak tersebut hilang. Karena sistem saraf yang mengontrol katak tersebut mengalami kerusakan. RANGKUMAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, didapatkan kesimpulan bahwa : 1. Pada percobaan untuk melihat fungsi kata normal, diperoleh hasil bahwa Frekuensi nafas dan denyut jantung antara katak pada keadaan normal dan setelah dimasukkan kedalam air (berenang) terdapat perbedaan dimana setelah berenang frekuensi nafas dan denyut jantung katak lebih cepat dibandingkan dengan katak normal. 2. Pada percobaan aksi integrasi susunan saraf katak diperoleh hasil bahwa Katak normal yang diangkat lalu diputar-putar membuat pupil katak mengecil dan mengalami shock. Refleks kaki katak saat diikat dengan tali yaitu kaki katak menjadi tidak normal (terjadi kelainan pergerakan). 3. Pada percobaan untuk melihat pengaruh deserebrasi pada katak, diperoleh hasil bahwa, Akibat pengaruh deserebasi tersebut katak mengalami penurunan fisiologis tubuh. Frekuensi nafas, denyut jantung dan refleks untuk membalikkan badannya menjadi lebih lama. 4. Pada percobaan untuk melihat refleks pada katak spinal, diperoleh hasil bahwa katak tersebut mengalami penurunan fungsi fisiologis yakni kerusakan pada sistem saraf pusat yang menyebabkan responnya terhambat. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid 3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta. Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure, 4th Edition. John Willey&Sons INC, New York. Idel,Antoni.2000.Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari.Gitamedia Press:Jakarta. Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta: kanisius Noback, C.R. Dan R.J. Demarest. 1991. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Alih Bahasa: A. Munandar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rieutort M. 1982. Physiologie Animale, 2 Les Grandes Fonctions. Paris: Masson Sonjaya, Herry. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press : Bogor. Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. Wulangi. S kartolo. 1994. Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. DepDikBud : Bandung.