Dokumen tersebut membahas tentang pemilihan obat batuk mukolitik dan ekspektoran untuk penderita alergi dan asma. Terdapat berbagai jenis obat yang dapat digunakan seperti asetilsistein yang berfungsi sebagai mukolitik, serta guaifenesin yang berfungsi sebagai ekspektoran. Dokumen juga membahas mekanisme kerja, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping berbagai jenis obat tersebut.
Original Description:
Pemilihan Obat Batuk Mukolitik dan Ekspektoran Pada penderita Alergi dan Asma
Original Title
Pemilihan Obat Batuk Mukolitik Dan Ekspektoran Pada Penderita Alergi Dan Asma
Dokumen tersebut membahas tentang pemilihan obat batuk mukolitik dan ekspektoran untuk penderita alergi dan asma. Terdapat berbagai jenis obat yang dapat digunakan seperti asetilsistein yang berfungsi sebagai mukolitik, serta guaifenesin yang berfungsi sebagai ekspektoran. Dokumen juga membahas mekanisme kerja, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping berbagai jenis obat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang pemilihan obat batuk mukolitik dan ekspektoran untuk penderita alergi dan asma. Terdapat berbagai jenis obat yang dapat digunakan seperti asetilsistein yang berfungsi sebagai mukolitik, serta guaifenesin yang berfungsi sebagai ekspektoran. Dokumen juga membahas mekanisme kerja, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping berbagai jenis obat tersebut.
Pemilihan Obat Batuk Mukolitik dan Ekspektoran Pada penderita Alergi dan Asma Pemberian obat alergi untuk penderita alergi bukan jalan keluar utama yang terbaik. Pemberian obat jangka panjang adalah bentuk kegagalan mengidentifikasi dan menghindari penyebab. Ekspektoran meningkatkan pembersihan mukus dari saluran bronkus. Satu-satunya preparat yang paling efektif adalah air, terutama pada pasien dehidrasi. Karena itu anurkan pasien asma untuk minum sebanyak mungkin karena hal ini akan men!egah pengeringan mukus. Pada asma berat, setelah terapi inhalasi dengan bronkodilator dapat dilanutkan dengan !airan "a#l $,%& memakai nebuli'er selama ($-)$ menit, )-* kali sehari. Manfaat obat ekspektoran dan mukolitik tergantung dari masukan air yang adekuat. Obat yang terdapat di pasaran pada saat ini misalnya gliseril guaiakolat, iodida, asetilsistein, bromheksin, dan ambroksol. Ekspektoran Ekspektoran adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernafasan. Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir lambung dan selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak. Yang termasuk ke dalam golongan obat ini adalah Glyceril Guaiacolate, Ammonium Klorida, Succus liuiritae dan lain!lain. Mukolitik "ukolitik adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara membuat hancur bentuk dahak sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat!sifat alaminya. "ukolitik bekerja dengan cara menghancurkan benang!benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil akhir, dahak tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak dapat bertahan di tenggorokan lagi seperti sebelumnya. "embuat saluran nafas bebas dari dahak. Ambro+ol Ambro#ol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. $engeluaran lendir dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembali selama pengobatan dengan Ambril. %aik batuk maupun &olume dahak dapat berkurang secara bermakna. 'engan demikian cairan sekresi yang berupa selaput pada permukaan mukosa saluran pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali. $enggunaan jangka panjang dimungkinkan karena preparat ini mempunyai toleransi yang baik. ,ndikasi - Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi bronkial yan g abnormal baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaan- keadaan eksaserbasi dari penyakit-penyakit bronkitis kronis, bronkitis asmatis, asma bronkial. .osis pemakaian- Bila tidak dianjurkan lain oleh dokter, anjuran pemakaian untuk anak berdasarkan jumlah dosis perhari yaitu 1,2 1,6 mg Ambrool !"# per kg berat badan. Tablet : $e%asa dan anak-anak diatas 12 tahun tablet & kali sehari. Anak-anak antara '-12 tahun 1(2 tablet & kali sehari. pada pemakaian jangka panjang dosis pemberian sebaiknya dikurangi menjadi 2 kali sehari.)ablet sebaiknya ditelan sesudah makan bersama sedikit air. Sirup : Anak-anaks(d 2 tahun 2,' ml *+, sendok takaran-, 2 kali sehari Anak-anak2-' tahun 2,' ml *+2 sendok takaran-, & kali sehari. Anak-anakdi atas ' tahun 'ml. 1 sendok takaran-, 2- & kali sehari. $e%asa 1/ ml *2 sendok takaran-, & kali sehari. )akaran pemakaian di atas 0o0ok untuk pengobatan gangguan saluran pernafasan akut dan untuk pengobatan a%al pada keadaan kronis sampai 11 hari. 2ada pemakaian lebih lama takaran pemakaian bisa diturunkan menjadi separuhnya. 3irup sebaiknya diminum sesudah makan. #nteraksi 4bat 2enggunaan Ambrool dapat meningkatkan kerja atau efekti5ita s dari antibiotik karena dapat dikatakan jika mukus semakin 0epat dan mudah untuk dikeluarkan,maka bakteri atau 5irus penyebab penyakit yang terjerat pada mukus juga akandikeluarkan 2ada studi preklinis tidak menunjukkan adanya efek yang mengkha%atirkan, akan tetapi keamanan pemakaian pada %anita hamil(menyusui belum diketahu i dengan pasti. 6eskipun demikian, seperti halnya dengan penggunaan obat- obat lain, pemakaian pada kehamilan trimester # harus hati-hati. Efek samping - Ambriol umumnya mempunyai toleransi yang baik. 7fek samping ringan pada saluran pen0ernaan pernah dilaporkan %alaupun jar ang. 8eaksi alergi jarang terjadi, beberapa pasien yang alergi tersebut juga menunjukkan reaksi alergi terhadap preparat lain. Kontraindikasi - )idak diketahui adanya kontraindikasi. B/OM0EKS," Sediaan ( )ablet, sirup. "anfaat obat "ukolitik dan ekspektoran. Mekanisme kera $engurangan &iskositas dahak. Stimulasi pada sekresi, gerakan siliar, pembentuk surfaktan. $erbaikan penangkal imunologis setempat. ,ndikasi Sekretolitik pada infeksi jalan pernapasan yang akut dan kronis serta pada penyakit paru dengan pembentukan mucus berlebih. Kontraindikasi *ipersensiti&itas, +anita hamil, menyusui, Efek samping ,eaksi alergi, gangguaan gastrointestinal ringan. ,nteraksi obat *ati!hati penggunaan dengan obat lain. .osis 'e+asa( -# .mg/hari. Erdosteine 1Edotin23 Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna. Asetilsistein 14luimu!il23 'igunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol Efek samping( bronkospasme, gangguan saluran cerna Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak. Bromheksin 1Bisol5on23 'igunakan sebagai mukolitik Efek samping( diare, mual, muntah. 0uga memiliki efek antioksidan OBA6 BA67K EKSPEK6O/A" 8uaifenesin9gliseril guaiakolat988 'igunakan sebagai ekspektoran pd batuk berdahak, mekanisme kerjanya dg cara meningkatkan &olume dan menurunkan &iskositas dahak di trakea dan bronki, kemudian merangsang pengeluaran dahak menuju faring.Efek samping( mual, muntah, batu ginjal. Agonis ( Salbutamol 12entolin3, Asmacare34 'igunakan sebagai pilihan pertama obat asma. Efek samping( tremor, sakit kepala, kram otot, mulut kering, serta aritmia. %iasanya diberikan dalam bentuk "'5 1metered dose inhaler4, atau nebuli6er supaya efeknya lebih cepat. 'apat pula diberikan per oral dan juga intra &ena. 4enoterol 1Berote!23 Efek samping meliputi tremor ringan pada otot rangka, palpitasi, takikardi, sakit kepala, batuk, berkeringat. 'iberikan dalam bentuk "'5 atau juga cairan untuk inhalasi 1dihirup le+at nebuli6er4. 6erbutaline 1Bri!asma23 Efek samping hampir sama dg efek samping fenoterol. 'apat diberikan dalam bentuk tablet, infus, respule, atau juga turbuhaler. Or!iprenaline9metaproterenol 1Alupent23 Efek samping( palpitasi, tremor di jari. 'apat diberikan dalam bentuk tablet, dan "'5. Salmeterol 1Seretide2, kombinasi salmeterol dg f luti!asone3 )ergolong 7A%A 1long acting beta adrenoceptor agonist4 8aktu kerja lebih lama 19: jam4 daripada salbutamol 1;!< jam4 *anya digunakan utk kasus se&ere persistent asthma yg sebelumnya pernah diterapi dg salbutamol. %iasanya salmeterol dikombinasikan dg kortikosteroid. 4ormoterol 1Symbi!ort2, suatu kombinasi budesonide 1golongan kortikosteroid3 dg formoterol3 )ergolong 7A%A 1long acting beta adrenoceptor agonist4 7ebih cepat mula kerjanya dan lebih manjur dibanding salmeterol Antikolinergik ,patropium bromida 1Atro5ent23 "ekanisme kerja( menghambat mA=h, 1reseptor asetilkolin muskarinik4, shg terjadi bronkodilasi. Efek samping( mengantuk, mulut kering. %iasanya diberikan dalam bentuk "'5, atau juga larutan inhalasi 1hirup4 utk nebuli6er. 6iotropium bromida 1Spiri5a23 'igunakan untuk terapi pemeliharaan 1maintenance4 pasien dg penyakit paru obstruktif kronik. "ekanisme kerja sama dg ipatropium bromida, juga memiliki efek samping yang sama. 8lukokortikoid Budesonide 1Pulmi!ort23 )idak digunakan pada pasien dg )%= Efek samping( candidiasis 1tumbuhnya jamur candida4 di mulut/tenggorokan, perubahan sensasi indra pembau dan pengecap. )idak seperti steroid lainnya, budesonide memiliki efek sedikit pada poros hipotalamik! pituitari!adrenal, hal ini menyebabkan budesonide tidak begitu memerlukan tapering off 1dikurangi perlahan4 dosisnya sebelum dihentikan. .eksametason Kontraindikasi( infeksi parah, ulkus gastrointestinal, osteoporosis, sistemik )%=. Efek samping( gastritis, osteoporosis )ersedia dalam bentuk tablet dan injeksi Metilprednisolon Prednison Antagonis :eukotriene >ama lain 7eukast "ekanisme kerja( menghambat leukotriene, yg merupakan senya+a yg diproduksi sistem kekebalan tubuh. 7eukotriene menyebabkan inflamasi pada asma dan bronkitis, serta mengecilkan jalan pernafasan. Antagonis leukotriene kurang efektif dibandingkan kortikosteroid dlm menangani asma, shg kurang disukai. ;afirlukast 1A!!olate2 )ersedia dalam bentuk tablet ;ileuton Montelukast ANTIHISTAMIN Antihistamin adalah obat dengan efek antagonis terhadap histamin. 'i pasaran banyak dijumpai berbagai jenis antihistamin dengan berbagai macam indikasinya. Antihistamin terutama dipergunakan untuk terapi simtomatik terhadap reaksi alergi atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin berlebih. $enggunaan antihistamin secara rasional perlu dipelajari untuk lebih menjelaskan perannya dalam terapi karena pada saat ini banyak antihistamin generasi baru yang diajukan sebagai obat yang banyak menjanjikan keuntungan. $ada garis besarnya antihistamin dibagi dalam : golongan besar, yang menghambat reseptor *9 dan yang menghambat reseptor *:. Yang la6im disebut antihistamin adalah antagonis reseptor histamin *9 1A*94. Semua kelas antihistamin *9 struktur kimianya menyerupai histamin. Antihistamin *9 dikelompokkan dalam A*9 tradisional atau kon&ensional 1generasi 54, dan A*9 non!sedatif 1generasi 54. "ereka dibagi dalam beberapa subkelas. EtilendiaminAnta6olin, tripelanamin, pirilamin. EtanolaminKarbinoksamin, difenhidramin, doksilamin. AlkilaminKlorfeniramin, deksklorfeniramin, dimetinden, feniramin. PiperazinSetiri6in, homoklorsikli6in, hidroksi6in, oksatomid. PiperidinSiproheptadin. Fenotiasin$rometasin. Lain-LainAkri&astin, astemi6ol, a6atadin, klemastin, le&okobastin, loratadin, mebhidrolin, terfenadin, ketotifen. Yang termasuk golongan antihistamin generasi baru adalah setiri6in, akri&astin, astemi6ol, le&okobastin, loratadin, dan terfenadin. Farmakokinetik Absorbsi A*9 berjalan sangat cepat setelah pemberian secara oral menyebabkan efek sistemik dalam +aktu kurang dari -? menit. *epar merupakan tempat metabolisme utama 1@?!A?B4, dengan sedikit obat yang diekskresi dalam urin dalam bentuk yang tidak berubah. Mekanisme kerja Antihistamin bekerja dengan cara kompetisi dengan histamin untuk suatu reseptor yang spesifik pada permukaan sel. *ampir semua A*9 mempunyai kemampuan yang sama dalam memblok histamin. $emilihan antihistamin terutama adalah berkenaan dengan efek sampingnya. Antihistamin juga lebih baik sebagai pengobatan profilaksis daripada untuk mengatasi serangan. "ula kerja A*9 nonsedatif relatif lebih lambatC afinitas terhadap reseptor A*9 lebih kuat dan masa kerjanya lebih lama. Astemi6ol, loratadin dan setiri6in merupakan preparat dengan masa kerja lama sehingga cukup diberi 9 kali sehari. %eberapa jenis A*9 golongan baru dan ketotifen dapat menstabilkan sel mast sehingga dapat mencegah pelepasan histamin dan mediator kimia lainnyaC juga ada yang menunjukkan penghambatan terhadap ekspresi molekul adhesi 15=A"!94 dan penghambatan adhesi antara eosinofil dan neutrofil pada sel endotel. Oleh karena dapat mencegah pelepasan mediator kimia dari sel mast, maka ketotifen dan beberapa jenis A*9 generasi baru dapat digunakan sebagai terapi profilaksis yang lebih kuat untuk reaksi alergi yang bersifat kronik. Penggunaan klinis Antihistamin adalah obat yang paling banyak dipakai sebagai terapi simtomatik untuk reaksi alergi yang terjadi. Semua jenis antihistamin sangat mirip akti&itas farmakologinya. $emilihan antihistamin terutama terhadap efek sampingnya dan bersifat indi&idual. $ada seorang pasien yang memberikan hasil kurang memuaskan dengan satu jenis antihistamin dapat ditukar dengan jenis lain, terutama dari subkelas yang berbeda Efek yang tidak diinginkan Mengantuk Antihistamin termasuk dalam golongan obat yang sangat aman pemakaiannya. Efek samping yang sering terjadi adalah rasa mengantuk dan gangguan kesadaran yang ringan 1somnolen4. Efek antikolinergik$ada pasien yang sensitif atau kalau diberikan dalam dosis besar. Eksitasi, kegelisahan, mulut kering, palpitasi dan retensi urin dapat terjadi. $ada pasien dengan gangguan saraf pusat dapat terjadi kejang. Diskrasia"eskipun efek samping ini jarang, tetapi kadang!kadang dapat menimbulkan diskrasia darah, panas dan neuropati. Sensitisasi$ada pemakaian topikal sensitisasi dapat terjadi dan menimbulkan urtikaria, eksim dan petekie. OBAT ADENE!I" Obat ini disebut juga golongan simpatomimetik amin. Efeknya paling sedikit melalui : sistem yang berbeda. ,eseptor adrenergik D berperan dalam konstriksi otot polos arteri, &ena, bronkus, sfingter kandung kencing serta relaksasi otot usus halus. ,eseptor adrenergik E berperan sebaliknya dalam relasaksi otot polos bronkus, uterus, dan pembuluh darah. Konsep adrenergik E telah membedakan agonis E9 yang menimbulkan lipolisis dan stimulasi jantung serta agonis E: yang berperan pada bronkodilatasi, &asodilatasi, inhibisi pelepasan histamin, tremor otot rangka. Agonis Adrenergik # Obat ini terutama dipakai sebagai dekongestan hidung karena efek &asokonstriksinya pada arteriol mukosa hidung yang melebar sehinga memperbaiki &entilasi nasal dan jalan sinus. 'ekongestan hidung hanya memperbaiki gejala sementara pada rinitis alergik, &asomotor atau infeksi. Efeknya dapat membantu kerja antibiotik pada otitis media. 5ndikasi lain adalah pada otitis media serosa untuk menghilangkan obstruksi pada ostia tuba Eustachii. $ada +aktu akut diberikan dalam bentuk dekongestan topikal 1uap, semprotan, atau tetes4C lebih efektif darpada preparat oral. 'iberikan tidak lebih dari lima hari. $ada keadaan yang kronis diberikan preparat oral, karena pemberian topikal lebih dari lima hari sel menimbulkan efek kebalikan. Agonis Adrenergik $ %anyak dipakai pada pengobatan asma karena kemampuannya menimbulkan bronkodilatasi melalui reseptor beta adrenergik di paru."engaktifkan kompleks reseptor E!adenil siklase yang mengkatalisasi produksi adenosine monofosfat 1A"$4 dari adenosine trifosfat 1A)$4, hingga mengakibatkan peningkatan kadar cA"$ dalam sel yang menyebabkan relaksasi otot polos bronkus. Efek ini menyebabkan stabilisasi sel mast sehingga dapat mencegah pelepasan mediator kimia. Katekolamin seperti epinefrin, selproterenol dan isoetarin tidak efektif diberikan peroral oleh karena perusakan yang sangat cepat di saluran cerna. >onkatekolamin sebaliknya dari katekolamin, jenis ini efektif bila diberikan peroral dan dapat bekerja lebih lama oleh karena lebih tahan terhadap en6im yang ada di saluran cerna. =ontohnya metaproterenol, terbutalin, fenoterol. Efek yang tidak diinginkanObat agonis E sel menimbulkan takikardia, palpitasi, gelisah, tremor, nausea. dan muntahC kadang pusing, lemas, keringat dingin, dan sakit prekordial. 0angan dipakai berlebihan terutama dalam bentuk inhalasi. *indari pemakaian adrenergik E nonselektif pada pasien dengan hipertensi, tirotoksikosis, dan penyakit jantung. 'alam hal tersebut pakailah agonis selektif E: dan lebih baik lagi secara inhalasi. Agonis adrenergik E: secara inhalasi dapat menimbulkan efek samping yang kurang dibandingkan dengan pemakaian sistemik yang sering menimbulkan tremor dan palpitasi. Fntuk mengatasi serangan asma akut dan mencegah exercise induced asthma. METI%&ANTIN )eofilin merupakan salah satu obat utama untuk pengobatan asma akut maupun kronik. %ekerja dengan menghalangi kerja en6im fosfodiesterase sehingga menghindari perusakan cA"$ dalam sel, antagonis adenosin, stimulasi pelepasan katekolamin dari medula adrenal, mengurangC konsentrasi =a bebas di otot polos, menghalangi pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki kontraktilitas diafragma. $reparat cair diserap kurang lebih l/: sampai 9 jam, tablet yang tak berlapis : jam, dan preparat lepas lambat ; sampai < jam.)eofilin dieliminasi dalam hati dan disekresi dalam urin. )erdapat &ariasi indi&idual dalam eliminasi teofilin. *arus diperhatikan umur dan gemuknya seseorang. Dosis oral. Oleh karena terdapat &ariasi antara setiap indi&idu maka dosis harus disesuaikan dengan melihat perbaikan klinis, efek samping, dan kadar pemeliharaan dalam darah antara 9?!:? Gg/ml. 'osis permulaan yang umum antara 9?!9< mg/kg%%/hari, bilamana dosis akan ditingkatkan maka perlu monitorkadar teofilin dalam plasma. Fntuk preparat lepas lambat dosis seharinya lebih rendah dari preparat biasa %ila tampak tanda intoksikasi maka dosis harus segera diturunkan. Dosis intravena. )ujuan utama pemberian teofilin intra&ena adalah untuk secara cepat mendapatkan kadar dalam plasma antara 9?!:? sel/ml. %ila pasien belum mendapat teofilin sebelumnya, diberikan loading dose < mg/kg%% selama :?!-? menit melaui infus, selanjutnya diteruskan dengan dosis pemeliharaan. )erdapat beberapa jenis preparat teofilin, yaitu dalam bentuk sirop yang bekerja cepat, tablet, kapsul, tablet lepas lambat, dan kombinasi teofilin dengan obat lainnya. 'alam memilih preparat yang akan dipakai, pertimbangkan hal seperti berikut. Adanya alkohol dalam sirop dapat mengakibatkan efek samping bila dipakai terus!menerus, jadi preparat ini sebaiknya hanya dipakai sebagai terapi permulaan untuk mengatasi keadaan akut. *indari kombinasi teofilin dengan obat lain dalam satu preparat karena preparat jenis ini sering terjadi efek samping. $reparat lepas lambat sangat berguna untuk pengobatan asma kronik sebab dapat diberikan dosis dua kali sehari sehingga meningkatkan kepatuhan pasien. ,eaksi yang merugikan mulai timbul bila dosis teofilin dalam darah telah melebihi 9H Gg/ml. Efek samping yang sering terjadi adalah muntah dan gangguan saraf pusat. NATI'M "OMO%AT Obat ini mampu menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan basofil sehingga alergen yang masuk ke dalam badan tidak lagi menimbulkan reaksi alergi. 'iperlukan +aktu :!- bulan untuk e&aluasi efek natrium kromolat. )elah dilaporkan bah+a pada +aktu penghirupan obat ini dapat terjadi bronkokonstriksi, oleh karena itu dianjurkan untuk memakai inhalasi E: terlebih dahulu sebelum penggunaan obat ini. 5ndikasi adalah untuk asma, rinitis alergik, konjungti&itis alergik, alergi makanan, ulserasi mukosa 1protokolitis, saria+an4. Fntuk rinitis alergik diberikan dalam bentuk tetes hidung, untuk konyungti&itis alergik dalam bentuk tetes mata, dan untuk alergi makanan diberikan peroral -? menit sebelum makan. OBAT ANTI"O%INE!I" Asetilkolin berperan dalam bronkospasme. Atropin sulfat, beladona, dan skopolamin efektif untuk mencegah bronkospame oleh metakolin, tetapi tidak untuk bronkospasme oleh histamin. $ada mulanya pemakaian aerosol atropin sangat terbatas oleh karena efek samping seperti peninggian &iskositas dan menurunnya jumlah sputum, orofaring jadi kering, denyut jantung meningkat, sedasi, dan gangguan &isus. )etapi dengan preparat baru 1ipratropium bromide4 yang dapat mengurangi efek samping tersebut maka obat ini mulai banyak lagi dipakai, terutama untuk orang de+asa yang menderita asma intrinsik atau asma bronkitis yang bronkospasmenya dipengaruhi oleh asetilkolin. "OTI"OSTEOID Kortikosteroid dikenal mempunyai efek yang kuat sebagai anti!inflamasi pada penyakit artritis reumatoid, asma berat, asma kronik, penyakit inflamasi kronik dan berbagai kelainan imunologik. Oleh karena efek anti inflamasi dan sebagai immunoregulator, kortikosteroid memegang peranan penting pada pengobatan medikamentosa penyakit alergi baik yang akut maupun kronik. )etapi di samping manfaatnya, karena efek sampingnya yang banyak juga menyebabkan penggunaan kortikosteroid ini harus tepat guna dan tepat cara. Kortikosteroid alamiah dan buatan secara garis besar terbagi dalam mineralokortikoid dan glukokortikoid. 8alaupun pada saat ini pada preparat yang baru semakin diusahakan untuk hanya mempunyai efek glukokortikoid, tetap masih mempunyai efek minerelokortikoid +alaupun sedikit. 8alaupun tampaknya ada bermacam efek pada fungsi fisiologik, kortikosteroid tampaknya mempengaruhi produksi protein tertentu dari sel. "olekul steroid memasuki sel dan berikatan dengan protein spesifik dalam sitoplasma. Kompleks yang terjadi diba+a ke dalam nukleus, lalu menimbulkan terbentuknya m,>A yang kemudian dikembalikan ke dalam sitoplasma untuk membantu pembentukan protein baru, terutama en6im, sehingga melalui jalan ini kortikosteroid dapat mempengaruhi berbagai proses. Kortikosteroid juga mempunyai efek terhadap eosinofil, mengurangi jumlah dan menghalangi terhadap stimulus. $ada pemakaian topikal juga dapat mengurangi jumlah sel mast di mukosa. Kortikosteroid juga bekerja sinergistik dengan agonis E: dalam menaikkan kadar cA"$ dalam sel. 5ndikasi utama adalah untuk reaksi alergi akut berat yang dapat membahayakan kehidupan, seperti status asmatikus, anafilaksis, dan dermalitis e#foliati&a. Selain itu, juga untuk reaksi alergi berat yang tidak membahayakan kehidupan tetapi sangat mengganggu, misalnya dermatitis kontak berat, serum sickness, dan asma akut yang berat. 5ndikasi lain adalah untuk penyakit alergi kronik berat sambil menunggu hasil pengobatan kon&ensional, atau untuk mengatasi keadaan eksaserbasi akut pada pasien yang memakai kortikosteroid dosis rendah jangka panjang, harus dinaikkan dosisnya bila terjadi eksaserbasi.