(Studi Kasus Di Stasiun Kereta Api Poncol Semarang)
Charles Albertho Situmeang Program Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro-Semarang Jl. Prof Soedarto, SH., Semarang situmeang_charles@yahoo.co.id
Abstrak
PT Kereta Api merupakan salah satu mode transportasi yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang maupun barang secara massal, tingkat pencemaran yang rendah dan lebih efisien dibanding dengan mode transportasi jalan raya untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalu lintas, seperti angkutan kota, Akan tetapi permasalahan yang cukup mengganggu perkeretaapian saat ini adalah tingginya tingkat kecelakaan, dimana dari tahun ketahun masih sering terjadi kecelakan baik dari sarana, prasarana, maupun manusia.Hampir lebih dari 60% Penyebab utama kecelakaan kereta api (KA) terjadi selama ini terbesar akibat human error atau kesalahan manusia.Metode HEART (Human Error Assessment and reduction Technique). Metode ini merupakan salah satu teknik kuantifikasi dalam menghitung probabilitas kesalahan manusia dan berdasarkan penilaian bersama dengan data-data dari sisi ergonomi dan literatur performansi manusia secara psikologi. Selain itu, unsur penilaian (judgement) dari seorang pakar / ahli yang diyakini cukup berpengalaman dalam bidang yang menjadi objek penelitian. Langkah pertama penelitian adalah dengan terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap laporan-laporan kecelakaan peristiwa luar biasa(PLH), dari laporan tersebut didapat apa saja faktor- faktor yang berkontribusi terhadap kecelakaan kereta api. Faktor-faktor tersebut kemudian dilakukan penyesuaian dengan faktor-faktor yang ada dalam metode HEART. Seorang ahli diminta untuk memberikan evaluasi terhadap kontribusi faktor tersebut terhadap kejadian kecelakaan. Kata Kunci : Masinis, Human Error, Human Error Assessment and reduction Technique (HEART), Error Producing Conditions ( EPC), Peristiwa Luar Biasa (PLH)
PENDAHULUAN Sistem pada bidang jasa transportasi adalah sistem yang secara umum kita pandang sebagai suatu sistem interaksi antara teknologi dengan manusia. Sistem transportasi harus mampu menjamin keselamatan para penumpang hingga dapat sampai ketempat tujuan dengan selamat. Tentunya dengan adanya perubahan tingkat teknologi tersebut, memberi pengaruh terhadap perilaku dan persepsi manusia sebagai pihak yang terlibat pada interaksi dalam sistem tersebut. Kesalahan atau kecelakaan yang terjadi selama ini dapat dikatakan bersumber dari interaksi kedua faktor tersebut, dan ternyata peran manusia disini cukup menentukan. Menurut Lee dalam Heppy (1988), sekitar 70%-90% kegagalan sistem disebabkan oleh human error yang menyebabkan kegagalan sistem tersebut. Penyebab Human error antara lain dari prosedur yang tidak tepat, kesalahan operasional, kesalahan perawatan maupun kesalahan membaca instrumen. Oleh karena itu, perlu dipertimbangan keandalan manusia (human reliability) untuk memperhitungkan keandalan sistem secara keseluruhan. Keandalan manusia didefenisikan sebagai probabilitas keberhasilan aktivitas yang dilakukan sesuai dengan tujuan dalam suatu sistem operasi, pada periode waktu yang ditentukan. PT. Kereta Api merupakan salah satu mode transportasi yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang maupun barang secara massal, tingkat pencemaran yang rendah dan lebih efisien dibanding dengan mode transportasi jalan raya untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalu lintas, seperti angkutan kota. (UU Perkeretapian No.13 Tahun 1992). Perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi darat memiliki visi terwujudnya kereta api sebagai pilihan utama jasa transportasi dengan fokus pelayanan. Berdasarkan hal tersebut PT. Kereta Api mencoba memberikan pelayanan terbaik untuk menjaga keselamatan penumpang. Menurut berita online republika. 18 September 2010, diperkirakan Jumlah penumpang kereta api pada tahun ini terbanyak adalah penumpang kereta api kelas ekonomi sebanyak 62.361 orang (61,18 persen), selanjutnya diikuti penumpang kelas bisnis sebanyak 17.161 orang kemudian kelas eksekutif sebanyak 12.379 orang. Data tersebut menunjukan PT. Kereta Api menjadi perioritas utama di bandingkan jenis transportasi lainnya. Dilihat dari sisi keselamatan dan pelayanan, PT. Kereta Api belum mampu mewujudkan angkutan kereta api sebagai mode transportasi yang nyaman dan aman. Di Indonesia peran kereta api masih sangat dibutuhkan. Pada tahun 2005, PT. KAI berhasil mengangkut penumpang sebanyak 147,9 juta orang dan mengangkut barang sebanyak 17,3 juta ton. Oleh karena itu perkeretaapian di Indonesia masih harus dikembangkan di masa-masa mendatang, baik untuk angkutan jarak jauh maupun jarak dekat. Menanggapi kondisi yang demikian, manusia sebagai subjek dalam suatu sistem kerja mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan terjadinya human error. Melihat keterbatasan-keterbatasan tersebut, dilakukan usaha untuk meminimasi kesalahan yang terjadi dengan mengidentifikasi kesalahan yang ada, selanjutnya akan diperoleh parameter- parameter keandalan dari manusia yang melakukan pekerjaan tersebut dengan menggunakan salah satu teknik HRA (human reliability assesment) yang ada, dengan parameter keandalan menjadi tolak ukur untuk menentukan kesiapan masinis dalam melakukan pekerjaan dalam kondisi yang optimal. Berdasarkan alasan yang dikemukakan di atas, maka dilakukan sebuah penelitian untuk melakukan analisa terhadap tingkat keandalan dengan metode HEART yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keandalan masinis pada saat mengemudikan kereta api, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seorang masinis sehingga melakukan kesalahan atau human error, dan memberikan rekomendasi perbaikan terhadap sistem kerja sehingga dapat meningkatkan keandalan masinis di Stasiun Kereta Api Poncol, Semarang.
METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penetian merupakan suatu kumpulan metode atau langkah dalam menyelesaikan suatu penelitian atau menjawab masalah penelitian. Metodologi penelitian menggambarkan langkah- langkah yang akan ditempuh dalam melakukan penelitian. Kerangka piker dan tahapn yang dilakukan dalam penelitian ini dapai dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 berikut.
Judul Analisa tingkat keandalan dengan metode HEART (studi kasus di stasiun kereta api poncol Semarang) Masalah Adanya kecelakan pada transportasi kereta api yang salah satu faktor penyebabnya di akibatkan human error Tema Ergonomi HEP (human error error probability) & HRA (human realibility assessment) Objek penelitian Stasiun kereta api Poncol,Semarang Tujuan penelitian 1. Mengetahui Tingkat Keandalan Masinis pada saat mengemudikan Kereta Api. 2.Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seorang masinis sehingga melakukan kesalahan atau human error. 3.Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap sistem kerja sehingga dapat meningkatkan keandalan masinis di Stasiun Kereta Api Poncol, Semarang. Rekomendasi 1. Human reliability masinis kereta api 2. rekomendasi perbaikan system kerja Menentukan salah satu dari teknik HRA Memilih metode HEART (human error assessment and reduction tehnique ) Mengklasifikasikan jenis tugas secara umum Menentukan ketidak andalan dari masinis Menentukan nilai HEP Human error probability Parameter keandalan dari masinis pada saat melakukan pekerjaan Menganalisa dan meminimasi kesalahan masinis
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
mulai Pengolahan data Penentuan HEP (human error probability) dengan metode HEART Analisa dan rekomendasi Kesimpulan dan saran selesai Pengumpulan Data 1. Wawancara 2. Penyebaran Kuesioner Latar Belakang Studi Pustaka Tujuan Penelitian Rumusan Masalah
Gambar 2 Metodologi Penelitian
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Metode HEART menghitung nilai keluaran berupa probabilitas seorang operator (masinis) melakukan kesalahan. Nilai probabilitas tersebut sekaligus menggambarkan tingkat keandalan operator (masinis). Oleh karena itu, dengan menggunakan metode HEART, bias ditentukan faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap kinerja seorang operator (masinis) dikaitkan dengan kejadian peristiwa luar biasa (PLH). Dengan menggunakan metode HEART nilai probabilitas error yang dilakukan operator sekaligus nilai keandalan operator dapat ditentukan dengan mudah seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Mengemudikan Kereta Api Type of task : C ( pekerjaan/tugas kompleks yang membutuhkan tingginya tingkat pemahaman dan keterampilan) Nominal Human Un- Reliability: 0,12
Sehingga nilai dari HEP ( Human Error Probability) yang diperoleh masinis pada saat mengemudikan kereta api yaitu: HEP = R x (fi-1) = 0,12 x 1,6 x 1,5 x 1,5 x 8 x 0,36 x1,8 x 0,24 HEP = 0,54 Dan besar nilai keadalan Masinis pada saat mengemudikan kereta api yaitu (R) yaitu : R = 1-HEP R = 1 0,54 R = 0,46
Tabel 1. Perhitungan Human Error Probability EPCs (error producing conditions) Number and descriptions Total HEART effect (fi) Assessed propotion (pi) (0-1) Assessed effect =(fi 1)*pi 16. Operator tidak berpengalaman yang baru dan berkualitas tetapi tidak ahli. 3,00 0,8 1,6 12.Ketidakandalan antara resiko yang dibayangkan dengan resiko yang sesungguhnya. 4,00 0,5 1,5 13.Sistem umpan balik buruk,rancu,atau tidak sesuai. 4,00 0,5 1,5 2.Kurangnya waktu yang tersedia untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan. 11,00 0,8 8 24.Peralatan instrument yang tidak andal. 1,6 0,6 0,36 17.miskinnya kualitas dalam informasi yang disampaikan oleh prosedur dan interaksi antar manusia. 3,00 0,9 1,8 23.kecilnya kesempatan untuk melatih pikiran dan tubuh luar batas-batas. 1,8 0,3 0,24
ANALISA Analisa Keandalan Masinis Pada Saat Mengemudikan Kereta Api Dari hasil pengolahan data, didapat nilai Human Error Probability dari masinis saat mengemudikan kereta api adalah sebesar 0,54. Nilai ini menandakan bahwa bahwa dalam melakukan tugas mengemudikan kereta api, dengan kondisi- kondisi dari sekenario yang telah ditentukan sebelumnya, masinis memiliki probabilitas melakukan kesalahan yang cukup besar atau dengan kata lain keandalannya katagori rendah (R<0.5) yaitu 1-0,54=0,46 artinya jika masinis mengalami keandalan abnormal(EPCs/Error Producing Conditions) yang sama maka dengan penelitian ini, maka dari lima kali kejadian, maka 3 diantaranya berakhir dengan kegagalan/kecelakaan dalam mengemudikan kereta api. Kondisi dengan besaran nilai keandalan baik termasuk katagori rendah/tinggi, jika diamati lebih jauh tergantung dari banyaknya kondisi yang menghasilkan kesalahan (EPCs) dalam mengerjakan tugas/pekerjaan tersebut. Satu kondisi EPCs saja sangat mempengaruhi besaran keandalan yang muncul. Jika salah satu atau beberapa dari EPC tersebut di minimasi dan tidak lagi masuk dalam perhitungan, maka nilai probabilitas tingkat kesalahan berkurang dan nilai keandalan meningkat.pada saat maninis mengemudikan kereta api memiliki potensi terjadinnya tingkat kesalahan sebesar 0,12 atau dengan kata lain nilai keandalan yang dihasilkan sebesar 0,88. Nilai ini berasal dari penentuan probabilitas kesalahan umum yang telah dilakukan berdasarkan tingkat kompleksitas dan tingkat kerutinan dari tugas/pekerjaan tersebut seperti pada tertera pada tabel 2.1. Semakin kompleks pekerjaan dan secara umum membutuhkan kemampuan dan keterampilan yang tinggi dan menyeluruh, maka semakin besar kemungkinan melakukan kesalahan dan semakin besar pula dampak kesalahan yang dapat terjadi. Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keandalan Masinis Penilaian nilai kontribusi yang telah dilakukan bersifat subjektif oleh analis. Nilai tersebut mungkin saja berbeda dari seorang analis terhadap analis lainnya. Nilai kontribusi faktor-faktor tersebut kemudian diurutkan sehingga didapat faktor mana yang lebih dominan terhadap faktor lain dikaitkan dengan kontribusinya terhadap kejadian peristiwa luar biasa peristiwa luar biasa (PLH). Berikut ini besaran kontribusi relatif masing-masing faktor terhadap faktor lainnya. Dari Tabel 5.1 di atas terlihat persentase kontribusi masing-masing faktor terhadap kejadian peristiwa luar biasa (PLH). Faktor-faktor tersebut kemudian dipilih berdasarkan kontribusinya yang terbesar, Faktor-faktor terbesar tersebut perlu dilakukan perbaikan agar mengurangi human error sehingga dapat mengurangi tingkat kecelakaan. Adapun beberapa rekomendasi perbaikan yang diberikan oleh para pakar dan orang-orang yang berkecimpung langsung dalam perkereta apian di Indonesia, dalam hal ini analis adalah Kepala UPT Kru Kereta Api, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan adannya Peraturan Menteri Perhubungan no PM 93 tahun 2010. Adapun usulan perbaikan tersebut antara lain:
Tabel 2. Kontribusi Terhadap Keandalan No Faktor EPCs HEART % Kontribusi yang Dibuat Terhadap Modifikasi Ketidakandalan 17 miskinnya kualitas dalam informasi yang disampaikan oleh prosedur dan interaksi antar manusia. 22 16 Operator tidak berpengalaman yang baru dan berkualitas tetapi tidak ahli. 18 2 Kurangnya waktu yang tersedia untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan 15 24 Peralatan instrument yang tidak handal 13 12 Ketidakandalan antara resiko yang dibayangkan dengan resiko yang sesungguhnya. 12 13 Sistem umpan balik buruk,rancu,atau tidak sesuai. 11 23 kecilnya kesempatan untuk melatih pikiran dan tubuh luar batas-batas. 9
Tabel 3. Usulan Perbaikan No EPCs( Error producing conditions number and description) Usulan Perbaikan 16 Operator tidak berpengalaman yang baru dan berkualitas tetapi tidak ahli. Perlu dilakukan Pendidikan dan Pelatihan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dari masinis.(menurut Kepala UPT Kru Kereta Api). 12 Ketidakandalan antara resiko yang dibayangkan dengan resiko yang sesungguhnya. Perlu dilakukan adanya usaha pembekalan berupa alteratif-alternatif resiko pada saat mengemudikan kereta api sehingga masinis dapat lebih siap mengantisipasi dengan kejadian-kejadian yang akan terjadi di lapangan. (menurut Kepala UPT Kru Kereta Api). 13 Sistem umpan balik buruk, rancu, atau tidak sesuai PT Kereta Api Indonesia sebagai operator diperintahkan segera memasang sistem peringatan,anti collision device, dan automatic train stop. "Ini alat-alat yang berhubungan dengan operasional kereta api agar mencegah terjadinya kecelakaan, .(menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)). Kurangnya informasi berupa umpan balik bagi masinis (kaitannya dengan keadaan cuaca yang buruk) pada saat mengemudikan kereta api.Selain akan menyulitkan masinis dalam melakukan pekerjaan dengan baik juga akan menimbulkan keraguan dalam pengambilan keputusan terhadap hal apa yang dilakukan.Dalam menilai kelayakan tersebut, masinis tentunya akan mengacu pada limit/batasan kondisi yang dimiliki oleh masinis tersebut. Jika keadaan cuaca mengakibatkan adannya beban kerja yang melebihi limit dari kemampuan masinis tersebut maka seorang masinis harus dapat mengambil keputusan apakah harus memberhentikan kereta api di stasiun terdekat atau melanjutkan perjalanan. (menurut Kepala UPT Kru Kereta Api). 2 Kurangnya waktu yang tersedia untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan. Komunikasi dan koordinasi antara masinis dengan pihak penjaga kereta api pada saat melewati perlintasan kereta api secara kontinu harus selalu berjalan baik pada saat kereta api melintas maupun singgah di stasiun tertentu. Keragu-raguan terhadap kondisi suatu elemen yang mempengaruhi keselamatan harus benar-benar diawasi dan dilaporkan secara berkala sehingga tidak menimbulkan kesalahan yang potensial. Dengan sistem pengawasan yang ketat dan melibatkan semua pihak, maka tingkat keyakinan seseorang masinis dalam mengambil keputusan pada saat mengemudikan kereta api semakin meningkat. (menurut Kepala UPT Kru Kereta Api) 24 Peralatan instrument yang tidak handal. Setiap penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib melaksanakan pemeriksaan prasarana yang dioperasikan untuk mengetahui kondisi dan fungsi prasarana perkeretaapian meliputi rel kereta api, radio lokomotif gerbong, sinyal kereta api.(Peraturan Menteri Perhubungan no PM 93 tahun 2010 Bab II pasal 2 ayat 1). Perancangan instrumen dan prosedur pemakaian serta perawatan yang teratur sehingga dapat mencegah kerusakan atau tidak berfungsinya instrumen saat digunakan. Beberapa peralatan yang cukup penting seharusnya dilakukan perawatan secara teratur.(menurut Kepala UPT Kru Kereta Api). 17 Miskinnya kualitas dalam informasi yang disampaikan oleh prosedur dan interaksi antar manusia. Perlu dilakukan lalu lintas komunikasi yang efektif, sehingga kepadatan komunikasi dapat diatur.dengan diaturnya kepadatan komunikasi akan membuat masinis dapat melakukan kontak secara teratur selama perjalanan.Selain itu pihak stasiun terdekat memberikan pelayanan first come first server agar tidak terjadi miskomunikasi antara masinis dengan pihak stasiun.(menurut Kepala UPT Kru Kereta Api). 23 Kecilnya kesempatan untuk melatih pikiran dan tubuh luar batas-batas. Perlu dilakukan bimbingan dan penjelasan mengenai gambaran terhadap kemungkinan- kemungkinan keadaan yang akan dialami saat mengemudikan kereta api. Selain itu pihak stasiun terdekat harus memantau secara teratus kereta api apa saja yang lewat, dan masinis juga harus berusaha dengan insiatif sendiri tanpa melanggar prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak PT Kereta Api. (menurut Kepala UPT Kru Kereta Api).
Dalam metode HEART, proses rancangan perbaikan dan pengurangan kesalahan dilakukan berdasarkan EPC yang telah didefenisikan sebelumnya. Kondisi- kondisi yang menghasilkan kecelakaan dilapangan kemudian diklasifikasi kedalam bentuk EPC standar yang diusulkan oleh HEART dan langkah selanjutnya usaha perbaikan dan pengurangan kesalahan akan berdasarkan EPC yang telah ditentukan tersebut. Pendekatan pengurangan kesalahan atau peningkatan keandalan masinis dengan memberikan rancangan perbaikan secara umum untuk masing- masing EPC. Tentunya usaha-usaha yang dilakukan secara menyeluruh artinya perubahan-perubahan yang dilakukan secara sistem dan benar-benar akan meningkatkan performansi kerja dari masinis tersebut. Setelah usulan rancangan pengurangan kesalahan dan peningkatan keandalan diperoleh berdasarkan metode HEART, langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan sistem kerja secara menyeluruh dengan memperhatikan aspek ergonomi sehingga usulan rancangan pengurangan kesalahan dan peningkatan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. KESIMPULAN Dari hasil penelitian, didapat nilai Human Error Probability dari masinis saat mengemudikan kereta api adalah sebesar 0,54. Masinis memiliki probabilitas melakukan kesalahan yang cukup besar atau dengan kata lain keandalannya katagori rendah (R<0,5) yaitu 1-0,54=0,46 artinya jika masinis mengalami keandalan abnormal (EPCs / Error Producing Conditions) yang sama maka dengan penelitian ini, maka dari lima kali kejadian, maka 3 diantaranya berakhir dengan kegagalan / kecelakaan dalam mengemudikan kereta api. Dari hasil penelitian didapat beberapa faktor yang menyebabkan human error antara lain sebagai berikut: Miskinya kualitas dalam informasi yang disampaikan dalam prosedur. Operator yang tidak berpengalaman. Kurangnya waktu yang tersedia dalam mengoreksi kesalahan. Peralatan instrument yang tidak handal. Ketidak andalan resiko yang dibayangkan dengan resiko sesungguhnya. Upan balik yang kurang baik dan Kecilnya untuk melatih pikiran. Beberapa usulan perbaikan yang diberikan terhadap PT kereta api antara lain: Dilakukanya pendidikan dan pelatihan. Memasang sistem peringatan automatic train stop. Komunikasi dan antara masinis dengan pihak penjaga kereta api pada saat kereta melintas haruslah berjalan dengan baik. Perlunya perbaikan dan perawatan saranan dan prasarana secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Data Kecelakaan Kereta Api. Departemen Perhubungan Republik Indonesia. [online]. Tersedia di http://perkeretaapian.dephub.go.id/ 2. Horrison, Michael, (1999), Human Error Analysis And Reliability Assessment, Organization behavior & human decision processes. 3. Lee, K.W., Tillaman, F.A & Higgins J.J, (1988), A Literatur Survey Of The Human Reliability Component In Man- Machine System.Ieee Trans. On Reliability Vol 37. 4. Pusat Pengendali Daerah Operasi 4 Semarang.Data Kecelakaan Kereta Api pada tahun 2008-2010 5. Rahmat, Jalaludin, (1992), Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya offset, Bandung. 6. Septiawan, Heppy, (2007), Analisa Pengukuran Keandalan Manusia (Human Reliability Assessment).
7. Sutalaksana, Iftikar Z., (1979), Teknik Tata Cara Kerja, Departemen Teknik industri ITB, Bandung. 8. Wardhani, Mike, (2005), Analisis Pengukuran Keandalan Manusia Pada Aktivitas Pemeriksaan Warna. 9. Wignjosoebroto, Sritomo, (1995), Ergonomi, Study Gerak Dan Waktu, Guna Widya, Surabaya. 10. Williams, J.C., (1988), Review Of Techniques to Support the EATMP Safety Assesment Methodology.