You are on page 1of 8

ANALISA TINGKAT KEANDALAN DENGAN METODE HEART

(Studi Kasus Di Stasiun Kereta Api Poncol Semarang)



Charles Albertho Situmeang
Program Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro-Semarang
Jl. Prof Soedarto, SH., Semarang
situmeang_charles@yahoo.co.id

Abstrak

PT Kereta Api merupakan salah satu mode transportasi yang memiliki karakteristik dan keunggulan
khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang maupun barang secara
massal, tingkat pencemaran yang rendah dan lebih efisien dibanding dengan mode transportasi jalan
raya untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalu lintas, seperti angkutan kota, Akan
tetapi permasalahan yang cukup mengganggu perkeretaapian saat ini adalah tingginya tingkat
kecelakaan, dimana dari tahun ketahun masih sering terjadi kecelakan baik dari sarana, prasarana,
maupun manusia.Hampir lebih dari 60% Penyebab utama kecelakaan kereta api (KA) terjadi selama ini
terbesar akibat human error atau kesalahan manusia.Metode HEART (Human Error Assessment and
reduction Technique). Metode ini merupakan salah satu teknik kuantifikasi dalam menghitung
probabilitas kesalahan manusia dan berdasarkan penilaian bersama dengan data-data dari sisi
ergonomi dan literatur performansi manusia secara psikologi. Selain itu, unsur penilaian (judgement)
dari seorang pakar / ahli yang diyakini cukup berpengalaman dalam bidang yang menjadi objek
penelitian. Langkah pertama penelitian adalah dengan terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap
laporan-laporan kecelakaan peristiwa luar biasa(PLH), dari laporan tersebut didapat apa saja faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap kecelakaan kereta api. Faktor-faktor tersebut kemudian dilakukan
penyesuaian dengan faktor-faktor yang ada dalam metode HEART. Seorang ahli diminta untuk
memberikan evaluasi terhadap kontribusi faktor tersebut terhadap kejadian kecelakaan.
Kata Kunci : Masinis, Human Error, Human Error Assessment and reduction Technique (HEART),
Error Producing Conditions ( EPC), Peristiwa Luar Biasa (PLH)

PENDAHULUAN
Sistem pada bidang jasa
transportasi adalah sistem yang secara
umum kita pandang sebagai suatu sistem
interaksi antara teknologi dengan manusia.
Sistem transportasi harus mampu menjamin
keselamatan para penumpang hingga dapat
sampai ketempat tujuan dengan selamat.
Tentunya dengan adanya perubahan tingkat
teknologi tersebut, memberi pengaruh
terhadap perilaku dan persepsi manusia
sebagai pihak yang terlibat pada interaksi
dalam sistem tersebut.
Kesalahan atau kecelakaan yang
terjadi selama ini dapat dikatakan
bersumber dari interaksi kedua faktor
tersebut, dan ternyata peran manusia disini
cukup menentukan. Menurut Lee dalam
Heppy (1988), sekitar 70%-90% kegagalan
sistem disebabkan oleh human error yang
menyebabkan kegagalan sistem tersebut.
Penyebab Human error antara lain dari
prosedur yang tidak tepat, kesalahan
operasional, kesalahan perawatan maupun
kesalahan membaca instrumen.
Oleh karena itu, perlu
dipertimbangan keandalan manusia (human
reliability) untuk memperhitungkan
keandalan sistem secara keseluruhan.
Keandalan manusia didefenisikan sebagai
probabilitas keberhasilan aktivitas yang
dilakukan sesuai dengan tujuan dalam suatu
sistem operasi, pada periode waktu yang
ditentukan.
PT. Kereta Api merupakan salah
satu mode transportasi yang memiliki
karakteristik dan keunggulan khusus
terutama dalam kemampuannya untuk
mengangkut baik penumpang maupun
barang secara massal, tingkat pencemaran
yang rendah dan lebih efisien dibanding
dengan mode transportasi jalan raya untuk
angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang
padat lalu lintas, seperti angkutan kota. (UU
Perkeretapian No.13 Tahun 1992).
Perusahaan yang bergerak
dibidang jasa transportasi darat memiliki
visi terwujudnya kereta api sebagai
pilihan utama jasa transportasi dengan
fokus pelayanan. Berdasarkan hal tersebut
PT. Kereta Api mencoba memberikan
pelayanan terbaik untuk menjaga
keselamatan penumpang. Menurut berita
online republika. 18 September 2010,
diperkirakan Jumlah penumpang kereta api
pada tahun ini terbanyak adalah penumpang
kereta api kelas ekonomi sebanyak 62.361
orang (61,18 persen), selanjutnya diikuti
penumpang kelas bisnis sebanyak 17.161
orang kemudian kelas eksekutif sebanyak
12.379 orang. Data tersebut menunjukan
PT. Kereta Api menjadi perioritas utama di
bandingkan jenis transportasi lainnya.
Dilihat dari sisi keselamatan dan
pelayanan, PT. Kereta Api belum mampu
mewujudkan angkutan kereta api sebagai
mode transportasi yang nyaman dan aman.
Di Indonesia peran kereta api masih sangat
dibutuhkan. Pada tahun 2005, PT. KAI
berhasil mengangkut penumpang sebanyak
147,9 juta orang dan mengangkut barang
sebanyak 17,3 juta ton. Oleh karena itu
perkeretaapian di Indonesia masih harus
dikembangkan di masa-masa mendatang,
baik untuk angkutan jarak jauh maupun
jarak dekat.
Menanggapi kondisi yang
demikian, manusia sebagai subjek dalam
suatu sistem kerja mempunyai
keterbatasan-keterbatasan yang
menyebabkan terjadinya human error.
Melihat keterbatasan-keterbatasan tersebut,
dilakukan usaha untuk meminimasi
kesalahan yang terjadi dengan
mengidentifikasi kesalahan yang ada,
selanjutnya akan diperoleh parameter-
parameter keandalan dari manusia yang
melakukan pekerjaan tersebut dengan
menggunakan salah satu teknik HRA
(human reliability assesment) yang ada,
dengan parameter keandalan menjadi tolak
ukur untuk menentukan kesiapan masinis
dalam melakukan pekerjaan dalam kondisi
yang optimal. Berdasarkan alasan yang
dikemukakan di atas, maka dilakukan
sebuah penelitian untuk melakukan analisa
terhadap tingkat keandalan dengan metode
HEART yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat keandalan masinis pada saat
mengemudikan kereta api, mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seorang masinis sehingga melakukan
kesalahan atau human error, dan
memberikan rekomendasi perbaikan
terhadap sistem kerja sehingga dapat
meningkatkan keandalan masinis di Stasiun
Kereta Api Poncol, Semarang.

METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penetian merupakan
suatu kumpulan metode atau langkah dalam
menyelesaikan suatu penelitian atau
menjawab masalah penelitian. Metodologi
penelitian menggambarkan langkah-
langkah yang akan ditempuh dalam
melakukan penelitian. Kerangka piker dan
tahapn yang dilakukan dalam penelitian ini
dapai dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2
berikut.

Judul
Analisa tingkat keandalan dengan metode HEART
(studi kasus di stasiun kereta api poncol Semarang)
Masalah
Adanya kecelakan pada transportasi kereta api yang
salah satu faktor penyebabnya di akibatkan human
error
Tema
Ergonomi HEP (human error error probability) &
HRA (human realibility assessment)
Objek penelitian
Stasiun kereta api
Poncol,Semarang
Tujuan penelitian
1. Mengetahui Tingkat Keandalan Masinis pada saat
mengemudikan Kereta Api.
2.Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seorang masinis sehingga melakukan kesalahan
atau human error.
3.Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap sistem
kerja sehingga dapat meningkatkan keandalan masinis
di Stasiun Kereta Api Poncol, Semarang.
Rekomendasi
1. Human reliability masinis kereta api
2. rekomendasi perbaikan system kerja
Menentukan salah satu dari teknik
HRA
Memilih metode HEART (human
error assessment and reduction
tehnique )
Mengklasifikasikan jenis tugas secara
umum
Menentukan ketidak andalan dari
masinis
Menentukan nilai HEP
Human error probability
Parameter keandalan dari masinis pada
saat melakukan pekerjaan
Menganalisa dan meminimasi
kesalahan masinis

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

mulai
Pengolahan data
Penentuan HEP (human error probability)
dengan metode HEART
Analisa dan rekomendasi
Kesimpulan dan saran
selesai
Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Penyebaran Kuesioner
Latar Belakang
Studi Pustaka
Tujuan Penelitian
Rumusan Masalah

Gambar 2 Metodologi Penelitian

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Metode HEART menghitung nilai
keluaran berupa probabilitas seorang
operator (masinis) melakukan kesalahan.
Nilai probabilitas tersebut sekaligus
menggambarkan tingkat keandalan operator
(masinis). Oleh karena itu, dengan
menggunakan metode HEART, bias
ditentukan faktor-faktor apa saja yang
berkontribusi terhadap kinerja seorang
operator (masinis) dikaitkan dengan
kejadian peristiwa luar biasa (PLH).
Dengan menggunakan metode HEART
nilai probabilitas error yang dilakukan
operator sekaligus nilai keandalan operator
dapat ditentukan dengan mudah seperti
terlihat pada tabel di bawah ini:
Mengemudikan Kereta Api
Type of task : C ( pekerjaan/tugas kompleks
yang membutuhkan tingginya tingkat
pemahaman dan keterampilan)
Nominal Human Un- Reliability: 0,12

Sehingga nilai dari HEP ( Human Error
Probability) yang diperoleh masinis pada
saat mengemudikan kereta api yaitu:
HEP = R x (fi-1)
= 0,12 x 1,6 x 1,5 x 1,5 x 8 x 0,36
x1,8 x 0,24
HEP = 0,54
Dan besar nilai keadalan Masinis
pada saat mengemudikan kereta api yaitu
(R) yaitu :
R = 1-HEP
R = 1 0,54
R = 0,46






Tabel 1. Perhitungan Human Error Probability
EPCs (error producing conditions)
Number and descriptions
Total HEART effect
(fi)
Assessed
propotion (pi)
(0-1)
Assessed
effect
=(fi 1)*pi
16. Operator tidak berpengalaman yang
baru dan berkualitas tetapi tidak ahli.
3,00 0,8 1,6
12.Ketidakandalan antara resiko yang
dibayangkan dengan resiko yang
sesungguhnya.
4,00 0,5 1,5
13.Sistem umpan balik buruk,rancu,atau
tidak sesuai.
4,00 0,5 1,5
2.Kurangnya waktu yang tersedia untuk
mendeteksi dan mengoreksi kesalahan.
11,00 0,8 8
24.Peralatan instrument yang tidak
andal.
1,6 0,6 0,36
17.miskinnya kualitas dalam informasi
yang disampaikan oleh prosedur dan
interaksi antar manusia.
3,00 0,9 1,8
23.kecilnya kesempatan untuk melatih
pikiran dan tubuh luar batas-batas.
1,8 0,3 0,24


ANALISA
Analisa Keandalan Masinis Pada Saat
Mengemudikan Kereta Api
Dari hasil pengolahan data, didapat
nilai Human Error Probability dari masinis
saat mengemudikan kereta api adalah
sebesar 0,54. Nilai ini menandakan bahwa
bahwa dalam melakukan tugas
mengemudikan kereta api, dengan kondisi-
kondisi dari sekenario yang telah ditentukan
sebelumnya, masinis memiliki probabilitas
melakukan kesalahan yang cukup besar
atau dengan kata lain keandalannya
katagori rendah (R<0.5) yaitu 1-0,54=0,46
artinya jika masinis mengalami keandalan
abnormal(EPCs/Error Producing
Conditions) yang sama maka dengan
penelitian ini, maka dari lima kali kejadian,
maka 3 diantaranya berakhir dengan
kegagalan/kecelakaan dalam
mengemudikan kereta api.
Kondisi dengan besaran nilai
keandalan baik termasuk katagori
rendah/tinggi, jika diamati lebih jauh
tergantung dari banyaknya kondisi yang
menghasilkan kesalahan (EPCs) dalam
mengerjakan tugas/pekerjaan tersebut. Satu
kondisi EPCs saja sangat mempengaruhi
besaran keandalan yang muncul. Jika salah
satu atau beberapa dari EPC tersebut di
minimasi dan tidak lagi masuk dalam
perhitungan, maka nilai probabilitas tingkat
kesalahan berkurang dan nilai keandalan
meningkat.pada saat maninis
mengemudikan kereta api memiliki potensi
terjadinnya tingkat kesalahan sebesar 0,12
atau dengan kata lain nilai keandalan yang
dihasilkan sebesar 0,88. Nilai ini berasal
dari penentuan probabilitas kesalahan
umum yang telah dilakukan berdasarkan
tingkat kompleksitas dan tingkat kerutinan
dari tugas/pekerjaan tersebut seperti pada
tertera pada tabel 2.1.
Semakin kompleks pekerjaan dan
secara umum membutuhkan kemampuan
dan keterampilan yang tinggi dan
menyeluruh, maka semakin besar
kemungkinan melakukan kesalahan dan
semakin besar pula dampak kesalahan yang
dapat terjadi.
Analisa Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keandalan Masinis
Penilaian nilai kontribusi yang
telah dilakukan bersifat subjektif oleh
analis. Nilai tersebut mungkin saja berbeda
dari seorang analis terhadap analis lainnya.
Nilai kontribusi faktor-faktor tersebut
kemudian diurutkan sehingga didapat faktor
mana yang lebih dominan terhadap faktor
lain dikaitkan dengan kontribusinya
terhadap kejadian peristiwa luar biasa
peristiwa luar biasa (PLH). Berikut ini
besaran kontribusi relatif masing-masing
faktor terhadap faktor lainnya.
Dari Tabel 5.1 di atas terlihat
persentase kontribusi masing-masing faktor
terhadap kejadian peristiwa luar biasa
(PLH). Faktor-faktor tersebut kemudian
dipilih berdasarkan kontribusinya yang
terbesar, Faktor-faktor terbesar tersebut
perlu dilakukan perbaikan agar mengurangi
human error sehingga dapat mengurangi
tingkat kecelakaan. Adapun beberapa
rekomendasi perbaikan yang diberikan oleh
para pakar dan orang-orang yang
berkecimpung langsung dalam perkereta
apian di Indonesia, dalam hal ini analis
adalah Kepala UPT Kru Kereta Api,
Komite Nasional Keselamatan Transportasi
(KNKT), dan adannya Peraturan Menteri
Perhubungan no PM 93 tahun 2010.
Adapun usulan perbaikan tersebut antara
lain:


Tabel 2. Kontribusi Terhadap Keandalan
No Faktor EPCs HEART
% Kontribusi yang Dibuat Terhadap Modifikasi
Ketidakandalan
17 miskinnya kualitas dalam informasi yang
disampaikan oleh prosedur dan interaksi antar
manusia.
22
16 Operator tidak berpengalaman yang baru dan
berkualitas tetapi tidak ahli.
18
2 Kurangnya waktu yang tersedia untuk
mendeteksi dan mengoreksi kesalahan
15
24 Peralatan instrument yang tidak handal 13
12 Ketidakandalan antara resiko yang dibayangkan
dengan resiko yang sesungguhnya.
12
13 Sistem umpan balik buruk,rancu,atau tidak
sesuai.
11
23 kecilnya kesempatan untuk melatih pikiran dan
tubuh luar batas-batas.
9

Tabel 3. Usulan Perbaikan
No EPCs( Error producing conditions number and
description)
Usulan Perbaikan
16 Operator tidak berpengalaman yang baru dan
berkualitas tetapi tidak ahli.
Perlu dilakukan Pendidikan dan Pelatihan
dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dari masinis.(menurut Kepala UPT Kru
Kereta Api).
12 Ketidakandalan antara resiko yang dibayangkan
dengan resiko yang sesungguhnya.
Perlu dilakukan adanya usaha pembekalan
berupa alteratif-alternatif resiko pada saat
mengemudikan kereta api sehingga masinis
dapat lebih siap mengantisipasi dengan
kejadian-kejadian yang akan terjadi di
lapangan. (menurut Kepala UPT Kru Kereta
Api).
13 Sistem umpan balik buruk, rancu, atau tidak sesuai PT Kereta Api Indonesia sebagai operator
diperintahkan segera memasang sistem
peringatan,anti collision device,
dan automatic train stop. "Ini alat-alat yang
berhubungan dengan operasional kereta api
agar mencegah terjadinya kecelakaan,
.(menurut Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT)).
Kurangnya informasi berupa umpan balik
bagi masinis (kaitannya dengan keadaan
cuaca yang buruk) pada saat mengemudikan
kereta api.Selain akan menyulitkan masinis
dalam melakukan pekerjaan dengan baik
juga akan menimbulkan keraguan dalam
pengambilan keputusan terhadap hal apa
yang dilakukan.Dalam menilai kelayakan
tersebut, masinis tentunya akan mengacu
pada limit/batasan kondisi yang dimiliki oleh
masinis tersebut. Jika keadaan cuaca
mengakibatkan adannya beban kerja yang
melebihi limit dari kemampuan masinis
tersebut maka seorang masinis harus dapat
mengambil keputusan apakah harus
memberhentikan kereta api di stasiun
terdekat atau melanjutkan perjalanan.
(menurut Kepala UPT Kru Kereta Api).
2 Kurangnya waktu yang tersedia untuk mendeteksi
dan mengoreksi kesalahan.
Komunikasi dan koordinasi antara masinis
dengan pihak penjaga kereta api pada saat
melewati perlintasan kereta api secara
kontinu harus selalu berjalan baik pada saat
kereta api melintas maupun singgah di
stasiun tertentu. Keragu-raguan terhadap
kondisi suatu elemen yang mempengaruhi
keselamatan harus benar-benar diawasi dan
dilaporkan secara berkala sehingga tidak
menimbulkan kesalahan yang potensial.
Dengan sistem pengawasan yang ketat dan
melibatkan semua pihak, maka tingkat
keyakinan seseorang masinis dalam
mengambil keputusan pada saat
mengemudikan kereta api semakin
meningkat. (menurut Kepala UPT Kru
Kereta Api)
24 Peralatan instrument yang tidak handal. Setiap penyelenggara prasarana
perkeretaapian wajib melaksanakan
pemeriksaan prasarana yang dioperasikan
untuk mengetahui kondisi dan fungsi
prasarana perkeretaapian meliputi rel kereta
api, radio lokomotif gerbong, sinyal kereta
api.(Peraturan Menteri Perhubungan no PM
93 tahun 2010 Bab II pasal 2 ayat 1).
Perancangan instrumen dan prosedur
pemakaian serta perawatan yang teratur
sehingga dapat mencegah kerusakan atau
tidak berfungsinya instrumen saat
digunakan. Beberapa peralatan yang cukup
penting seharusnya dilakukan perawatan
secara teratur.(menurut Kepala UPT Kru
Kereta Api).
17 Miskinnya kualitas dalam informasi yang
disampaikan oleh prosedur dan interaksi antar
manusia.
Perlu dilakukan lalu lintas komunikasi yang
efektif, sehingga kepadatan komunikasi dapat
diatur.dengan diaturnya kepadatan
komunikasi akan membuat masinis dapat
melakukan kontak secara teratur selama
perjalanan.Selain itu pihak stasiun terdekat
memberikan pelayanan first come first server
agar tidak terjadi miskomunikasi antara
masinis dengan pihak stasiun.(menurut
Kepala UPT Kru Kereta Api).
23 Kecilnya kesempatan untuk melatih pikiran dan
tubuh luar batas-batas.
Perlu dilakukan bimbingan dan penjelasan
mengenai gambaran terhadap kemungkinan-
kemungkinan keadaan yang akan dialami
saat mengemudikan kereta api. Selain itu
pihak stasiun terdekat harus memantau
secara teratus kereta api apa saja yang lewat,
dan masinis juga harus berusaha dengan
insiatif sendiri tanpa melanggar prosedur
yang telah ditetapkan oleh pihak PT Kereta
Api. (menurut Kepala UPT Kru Kereta Api).

Dalam metode HEART, proses
rancangan perbaikan dan pengurangan
kesalahan dilakukan berdasarkan EPC yang
telah didefenisikan sebelumnya. Kondisi-
kondisi yang menghasilkan kecelakaan
dilapangan kemudian diklasifikasi kedalam
bentuk EPC standar yang diusulkan oleh
HEART dan langkah selanjutnya usaha
perbaikan dan pengurangan kesalahan akan
berdasarkan EPC yang telah ditentukan
tersebut. Pendekatan pengurangan
kesalahan atau peningkatan keandalan
masinis dengan memberikan rancangan
perbaikan secara umum untuk masing-
masing EPC.
Tentunya usaha-usaha yang
dilakukan secara menyeluruh artinya
perubahan-perubahan yang dilakukan
secara sistem dan benar-benar akan
meningkatkan performansi kerja dari
masinis tersebut. Setelah usulan rancangan
pengurangan kesalahan dan peningkatan
keandalan diperoleh berdasarkan metode
HEART, langkah selanjutnya adalah
melakukan perbaikan sistem kerja secara
menyeluruh dengan memperhatikan aspek
ergonomi sehingga usulan rancangan
pengurangan kesalahan dan peningkatan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, didapat nilai
Human Error Probability dari masinis saat
mengemudikan kereta api adalah sebesar
0,54. Masinis memiliki probabilitas
melakukan kesalahan yang cukup besar
atau dengan kata lain keandalannya
katagori rendah (R<0,5) yaitu 1-0,54=0,46
artinya jika masinis mengalami keandalan
abnormal (EPCs / Error Producing
Conditions) yang sama maka dengan
penelitian ini, maka dari lima kali kejadian,
maka 3 diantaranya berakhir dengan
kegagalan / kecelakaan dalam
mengemudikan kereta api.
Dari hasil penelitian didapat
beberapa faktor yang menyebabkan human
error antara lain sebagai berikut:
Miskinya kualitas dalam informasi yang
disampaikan dalam prosedur.
Operator yang tidak berpengalaman.
Kurangnya waktu yang tersedia dalam
mengoreksi kesalahan.
Peralatan instrument yang tidak handal.
Ketidak andalan resiko yang
dibayangkan dengan resiko
sesungguhnya.
Upan balik yang kurang baik dan
Kecilnya untuk melatih pikiran.
Beberapa usulan perbaikan yang
diberikan terhadap PT kereta api antara
lain:
Dilakukanya pendidikan dan pelatihan.
Memasang sistem peringatan automatic
train stop.
Komunikasi dan antara masinis dengan
pihak penjaga kereta api pada saat
kereta melintas haruslah berjalan
dengan baik.
Perlunya perbaikan dan perawatan
saranan dan prasarana secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
Data Kecelakaan Kereta Api.
Departemen Perhubungan Republik
Indonesia. [online]. Tersedia di
http://perkeretaapian.dephub.go.id/
2. Horrison, Michael, (1999), Human
Error Analysis And Reliability
Assessment, Organization behavior &
human decision processes.
3. Lee, K.W., Tillaman, F.A & Higgins
J.J, (1988), A Literatur Survey Of The
Human Reliability Component In Man-
Machine System.Ieee Trans. On
Reliability Vol 37.
4. Pusat Pengendali Daerah Operasi 4
Semarang.Data Kecelakaan Kereta Api
pada tahun 2008-2010
5. Rahmat, Jalaludin, (1992), Psikologi
Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya
offset, Bandung.
6. Septiawan, Heppy, (2007), Analisa
Pengukuran Keandalan Manusia
(Human Reliability Assessment).








































7. Sutalaksana, Iftikar Z., (1979), Teknik
Tata Cara Kerja, Departemen Teknik
industri ITB, Bandung.
8. Wardhani, Mike, (2005), Analisis
Pengukuran Keandalan Manusia Pada
Aktivitas Pemeriksaan Warna.
9. Wignjosoebroto, Sritomo, (1995),
Ergonomi, Study Gerak Dan Waktu,
Guna Widya, Surabaya.
10. Williams, J.C., (1988), Review Of
Techniques to Support the EATMP
Safety Assesment Methodology.

You might also like