macrocarpa (Scheff.) Boerl] TERHADAP SEL KANKER MANUSIA
CYTOTOXIC ACTIVITY OF SOME FRACTIONS FROM ETHYL ACETATE EXTRACT OF THE BARK OF MAHKOTA DEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] AGAINST HUMAN CANCER CELL LINES Ermin Katrin dan Hendig Winarno Lab Bahan Kesehatan, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN
ABSTRAK Telah dilakukan uji aktivitas sitotoksik fraksi-fraksi dari ekstrak etil asetat simplisia kulit batang mahkota dewa terhadap sel leukemia tikus L1210 dan dua fraksi terhadap empat jenis sel kanker manusia yaitu servik HeLa, leukemia THP1, karsinoma paru-paru A549, dan limfoma HUT78. Simplisia kulit batang mahkota dewa dengan kadar air 3,5% dimaserasi berturut turut dengan n-heksan, etil asetat, dan etanol. Uji aktivitas sitotoksik ketiga ekstrak terhadap sel leukemia L1210 menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat memiliki aktivitas sitotoksik tertinggi degan nilai IC 50 = 10,15 g/ml, diikuti ekstrak etanol (IC 50 = 12,92 g/ml) dan ekstrak n-heksan (IC 50 = 13,35 g/ml). Fraksinasi ekstrak etil asetat dengan kromatografi kolom silika gel dan dielusi secara landaian dengan n-heksan - etil asetat metanol, diperoleh delapan fraksi. Uji sitotoksik kedelapan fraksi terhadap sel leukemia L1210 menunjukkan bahwa kecuali fraksi 7 (IC 50 = 20,87 g/ml), semua fraksi dinyatakan aktif dengan nilai IC 50 < 20 g/ml, dan fraksi 2 merupakan fraksi yang paling sitotoksik (IC 50 = 8,30 g/ml) diikuti fraksi 5 (9,53 g/ml), fraksi 4 (10,82 g/ml), fraksi 6 (11,56 g/ml), fraksi 3 (12,94 g/ml), fraksi 1 (15,52 g/ml), dan fraksi 8 (16,77 g/ml). Uji aktivitas sitotoksik fraksi 5 dan fraksi 6 terhadap empat jenis sel kanker lestari manusia, yaitu servik HeLa, leukemia THP1, karsinoma paru-paru A549, dan limfoma HUT78 juga menunjukkan bahwa kedua fraksi tersebut aktif terhadap keempat sel uji dengan IC 50 antara 4,75 g/ml sampai 14,85 g/ml.
Kata kunci : mahkota dewa, sitotoksisitas, sel leukemia tikus L1210, sel kanker manusia
ABSTRACT
Cytotoxic activity test of some fractions from ethyl acetate extract of the bark of mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] against mouse leukemia L1210 cell line and two fractions against four kinds of human cancer cell lines, namely servic HeLa, leukemia THP1, lung carcinoma A549, and lymphoma HUT78 have been done. The dried bark of mahkota dewa tree was macerated using n-hexane, ethyl asetate, and ethanol, respectively. Cytotoxic activity test of those extract against leukemia L1210 cell line showed that ethyl asetate extract exhibited the highest cytotoxic activity with IC 50 = 10.15 g/ml, followed by ethanol extract (IC 50 = 12.92 g/ml) and n-hexane extract (IC 50 = 13.35 g/ml). Fractionation of the ethyl asetate extract by silica gel column chromatography and gradually eluted using n-hexane - etil asetat metanol, it were obtained eight fractions. Cytotoxic activity test of eight fractions (except fraction 7 with IC 50 = 20.87 g/ml) against leukemia L1210 cell line showed that the fractions exhibited cytotoxic activity with IC 50 < 20 g/ml, was the most cytotoxic was fraction 2 (IC 50 8.30 g/ml) followed by fraction 5 (9.53 g/ml), fraction 4 (10.82 g/ml), fraction 6 (11.56 g/ml), fraction 3 (12.94 g/ml), fraction 1 (15.52 g/ml), and fraction 8 (16.77 g/ml). Cytotoxic activity test of fraction 5 and 6 against four kinds of human cancer cell lines, namely servic HeLa, leukemia THP1, lung carcinoma A549, and lymphoma HUT78 showed that those fractions exhibited cytotoxic activities onto fourth cancer cell lines with IC 50
between 4.75 g/ml until 14.85 g/ml.
Keywords : mahkota dewa, cytotoxicity, mouse leukemia L1210, human cancer cell lines
Alamat korespondensi : Dra. Ermin Katrin Winarno Lab Bahan Kesehatan, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN Jl. Cinere Pasar Jumat, Lebak Bulus, Jakarta E-mail : erminkk@batan.go.id
PENDAHULUAN Akhir-akhir ini, penggunaan tanaman untuk mengobati berbagai penyakit mulai dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat dengan slogan kembali ke alam. Salah satu pengobatan yang banyak menggunakan bahan alam adalah untuk penyakit kanker. Di Indonesia penderita kanker yang terbanyak adalah kanker payudara, diikuti kanker mulut rahim, hati, limpoma dan kanker darah (Aditama, 2001). Telah banyak jenis tanaman yang diduga dan diyakini dapat menyembuhkan penyakit kanker, salah satunya adalah tanaman mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] (Harmanto, 2001). Tanaman mahkota dewa secara empiris mempunyai banyak khasiat dapat menyembuhkan beberapa penyakit diantaranya pegal-pegal, flu, alergi, diabetes, hingga kanker. Di Jawa daun dan buah dimanfaatkan sebagai obat gatal-gatal dan eksim. Cangkang biji mempunyai rasa sepet dan pahit, bila dikonsumsi secara langsung dapat mengakibatkan mabuk, pusing bahkan pingsan, namun cangkang ini dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kanker payudara, kanker rahim, sakit paru-paru dan sirosis hati. Bijinya sangat beracun dan dapat menyebabkan muntah- muntah dan lidah mati rasa, hanya digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit. Batang mahkota dewa digunakan untuk mengobati kanker tulang, sedang daunnya bisa menyembuhkan lemah syahwat, disentri, alergi, dan tumor. Daging buah mengandung senyawa golongan alkaloid, saponin, flavanoid, dan polifenol (Anonim, 2008). Bila dikonsumsi dalam keadaan segar, buah mempunyai efek samping, yaitu bengkak di mulut, sariawan, mabuk bahkan keracunan yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Beberapa uji efikasi dan keamanan beberapa ekstrak daging buah, biji, dan daun mahkota dewa telah banyak diteliti (Widowati, 2004), tetapi bagian kulit batang masih sangat terbatas (Hertiani, 2002). Struktur senyawa yang terkandung dalam tanaman mahkota dewa masih belum banyak yang terungkap, beberapa yang ditemukan pada daun mahkota dewa adalah 4,5-dihidroksi,4-
metoksibensofenon-3-O- -D-glukosida yang kemudian diberi nama phalerin (Wahyuningsih dkk, 2005). Senyawa tersebut tidak toksik dan diduga dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Sedang dalam daging buah ditemukan senyawa baru 4,4-dihidroksi-2-metoksibensofenon-6-O- - D-glukopiranosida yang kemudian diberi nama mahkoside A dan 6 senyawa lain, yaitu mangiferin, kaempferol-3-O- -D-glukosida, asam dodekanoat, asam palmitat, etil stearat dan sukrosa (Zang et al., 2006), tetapi senyawa-senyawa tersebut belum diuji aktivitas biologinya. Makalah ini melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu ekstraksi dan fraksinasi simplisia kulit batang mahkota dewa serta uji sitotoksik terhadap pertumbuhan sel kanker lestari manusia, yaitu servik HeLa, leukemia THP1, karsinoma paru-paru A549, dan limfoma HUT78. Sebagai uji pendahuluan digunakan sel kanker tikus leukemia L1210.
METODOLOGI PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang mahkota dewa [Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl] berumur 3 tahun yang diperoleh dari kebun petani mahkota dewa di Desa Cibeuteung, Parung, Bogor, Jawa Barat. Sel kanker manusia servik HeLa (human ephiteloid cervic carcinoma), leukemia THP1 (human peripheral blood leukemia-acute monolcytic), karsinoma paru-paru A549 (human lung carcinoma), dan limfoma HUT78 (human cutaneous T-cell lymphoma), sel leukemia tikus L1210, doksorubisin untuk kontrol positif. Bahan kimia yang digunakan yaitu etanol 96%, n-heksan, etil asetat, kloroform, etanol, metanol, HCl, serium sulfat (CeSO 4 ) 1% dalam H 2 SO 4 10%, silika gel (70-230 mesh ASTM), lempeng silika gel 60 F 254 , akuabides, medium Eagles MEM, medium penumbuh Dulbeccos modified Eagles medium (DMEM/F-12), fetal bovine serum (FBS), phosphate buffer saline (PBS) 10%, dimetil sulfoksida, dan biru tripan 0,4%. Alat Kolom kromatografi, lampu UV 254 nm dan 366 nm, penguap putar, oven, desikator, neraca analitik, inkubator CO 2 , multiwell plate tissues culture, mikroskop, hemocytometer Fuch Rosental, blender, dan alat-alat gelas. Penyiapan Simplisia Kulit batang mahkota dewa dipisahkan dari kayu, dikeringkan, dirajang halus kemudian di- blender sampai halus dan ditentukan juga kadar air simplisia kering. Ekstraksi Sebanyak 746,2 g simplisia kulit batang mahkota dewa kering dengan kadar air 3,5% yang telah dihaluskan dimaserasi berturut-turut dengan pelarut nheksan, etil asetat, dan etanol. Tiap-tiap pelarut diulang sebanyak 4-5 kali 9 liter hingga tidak memberikan bercak pada uji dengan kromatografi lapis tipis. Masing-masing filtrat hasil maserasi dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar hingga kering, kemudian dilanjutkan pengeringan dengan pompa vakum dalam desikator hingga bobot tetap.
Penapisan Fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan terhadap golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, sterol dan terpen, minyak atsiri, dan kumarin.
Fraksinasi ekstrak etil asetat dengan kromatografi kolom Sebanyak 11,0 g ekstrak etil asetat yang telah dihomogenkan dengan 70 g cellite, difraksinasi dengan kolom kromatografi berukuran 8 cm x 90 cm (silika gel = 330 g, n-heksan - etil asetat-metanol = 3:1:0 hingga 0:0:1 secara landaian). Pemisahan dilakukan dengan mengatur kecepatan aliran kurang lebih 50 ml/menit dan penampungan dilakukan setiap 500 ml. Hasil pemisahan dikelompokkan dalam fraksi berdasarkan pola bercak yang sama berdasarkan KLT.
Uji aktivitas sitotoksik tehadap sel leukemia tikus L1210 secara in vitro Uji aktivitas sitotoksik dilakukan terhadap ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol, dan delapan fraksi hasil fraksinasi dengan kromatografi kolom. Masing-masing sampel dibuat dengan enam macam variasi konsentrasi, yaitu 0 (kontrol), 5, 10, 20, 30, dan 40 g/ml, dengan ulangan 3 kali. Masing-masing konsentrasi di tempatkan dalam multiwell plate tissues culture 24 sumuran yang berisi 1 ml suspensi sel L1210 (mengandung 2 x 10 5 sel) dalam medium RPMI-1610, kemudian diinkubasi dalam inkubator CO 2 5% pada suhu 37 o C selama 48 jam. Jumlah sel yang masih hidup dihitung dengan mikroskop. Aktivitas sitotoksik yang merupakan kemampuan sampel uji dalam menghambat pertumbuhan sel dinyatakan dalam persentase (%) penghambatan berdasarkan rumus:
% penghambatan : [ rerata sel dlm kontrol ] [ rerata sel dlm sampel uji ]
[ rerata sel dalam kontrol ] Perhitungan nilai IC 50 (inhibitory concentration fifty), yaitu konsentrasi zat uji yang dapat menghambat pertumbuhan sel sebesar 50%, dihitung dari kurva regresi linier antara log konsentrasi zat uji dengan nilai probit aktivitas penghambatan.
Uji aktivitas sitotoksik tehadap sel kanker manusia HeLa, THP1, A549, dan HUT78 secara in vitro Uji aktivitas sitotoksik pada sel kanker manusia HeLa, THP1, A549, dan HUT78 dilakukan terhadap dua fraksi hasil fraksinasi kromatografi kolom yang memiliki jumlah dan nilai IC 50 terbaik pada pengujian terhadap sel leukemia L1210. Masing-masing sampel dibuat dengan enam macam variasi konsentrasi, yaitu 0 (kontrol), 5, 10, 20, 40, dan 80 g/ml, dengan ulangan tiga kali. Sebagai kontrol positif digunakan doksorubisin dengan konsentrasi 6 g/ml. Masing- masing konsentrasi ditempatkan dalam multiwell plate tissues culture 24 sumuran yang berisi 1 ml suspensi sel (mengandung 2 x 10 6 sel) dalam medium, kemudian diinkubasi dalam inkubator CO 2 5% pada suhu 37 o C selama 72 jam. Suspensi sel dalam setiap sumuran dipipet 90 l dan dimasukkan ke dalam serocluster plate (96 sumuran) dan ditambah 10 l biru tripan, lalu dihomogenkan kembali. Sebanyak 10 l larutan dialirkan ke dalam hemocytometer dan dilakukan perhitungan jumlah sel yang hidup dan yang mati di bawah mikroskop. Selanjutnya dihitung persentasi aktivitas antiproliferasi dan nilai IC 50
yaitu konsentrasi yang menyebabkan pertumbuhan sel terhambat sebesar 50% dengan cara yang sama seperti pada perhitungan terhadap sel L1210.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan ekstrak dan penapisan fitokimia Hasil ekstraksi dengan n-heksan, etil asetat, dan etanol dari 746,20 g simplisia kulit batang mahkota dewa (serbuk kering dengan kadar air 3,5%) masing-masing diperoleh rendemen 1,24%, 2,01%, dan 10,45% (Tabel 1). Ekstrak n-heksan berwarna hijau tua dengan kandungan kimia adalah steroid dan terpen, ekstrak etil asetat berwarna hijau tua dengan kandungan kimia adalah alkaloid, flavonoid, dan steroid, sedang ekstrak etanol berwarna coklat tua dengan kandungan kimia adalah flavonoid, dan steroid. Semua komponen tersebut juga terkandung dalam rajangan simplisia kulit batang mahkota dewa. Komponen kimia dalam kulit batang mahkota dewa ini sama dengan kandungan kimia dalam daging buah mahkota dewa, dan senyawa tersebut diduga berpotensi sebagai antikanker dan antioksidan (Lisdawati, 2002). Kromatogram lapis tipis ketiga ekstrak tersebut (Gambar 1) menunjukkan bahwa dalam ekstrak n-heksan (a) sedikitnya terdapat 9 senyawa, etil asetat (b) 9 senyawa, dan etanol (c) 4 senyawa.
Tabel 1. Hasil ekstraksi serbuk kulit batang mahkota dewa (746,20 g) dan penapisan fitokimia No Contoh Bentuk dan warna Bobot Kandungan kimia berdasar penapisan fitokimia (g) (%) 1 ekstrak n-heksan serbuk kering, hijau tua 9,27 1,24 terpenoid, steroid 2 ekstrak etil asetat serbuk kering, hijau tua 15,02 2,01 steroid, flavonoid, alkaloid 3 eksktrak etanol serbuk kering, coklat tua 77,97 10,45 steroid, flavonoid, 4 rajangan kulit batang serbuk kering, coklat muda terpenoid, steroid, flavonoid, alkaloid, saponin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 a b c AcOEt
Gambar 1. KLT ekstrak n-heksan (a), etil asetat (b), dan etanol (c)
Fase gerak : a. kloroform-metanol (20:1) b. kloroform-metanol-air (6,5:3,5:1) c. kloroform-metanol-air (6:4:1) Fase diam : silika gel GF 254
Deteksi : sinar uv 254 nm Penampak : serium sulfat 1% dalam H 2 SO 4 10% Uji aktivitas sitotoksik ketiga ekstrak terhadap sel L1210 secara in vitro (Tabel 2), menunjukkan bahwa nilai IC 50 ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol berturut-turut adalah 13,35 g/ml, 10,15g/ml, dan 12,92 g/ml. Suatu ekstrak dinyatakan memiliki aktivitas inhibisi apabila memiliki nilai IC 50 50 g/ml (Mans et al., 2000), dengan demikian ketiga ekstrak tersebut dinyatakan aktif. Hasil uji sitotoksik pada kulit batang terhadap sel L1210 ini melengkapi hasil uji sitotoksik ekstrak kulit biji dan daging buah yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel uji yang sama (Lisdawati, 2002). Pengujian toksisitas ekstrak kloroform, methanol, dan air dari kulit batang mahkota dewa terhadap larva udang Artemia salina Leach menunjukkan bahwa ekstrak kloroform (semipolar) memiliki aktivitas tertinggi (Hertiani dkk, 2002). Hal ini menunjukkan kecenderungan yang sama bahwa ekstrak etil asetat yang juga semipolar memiliki aktivitas tertinggi pada pengujian terhadap sel L1210, meskipun ekstrak n-heksan dan ekstrak metanol juga memiliki aktivitas sitotoksik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap esktrak, baik non polar, semi polar, maupun polar masing-masing mengandung komponen yang memiliki aktivitas sitotoksik.
Tabel 2. Hasil uji aktivitas inhibisi ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol kulit batang mahkota dewa terhadap pertumbuhan sel L1210
Sampel Konsentrasi ( g/ml) Log konsentrasi % inhibisi* Probit % inhibisi Persamaan regresi linier IC 50
Tabel 3. Fraksi hasil fraksinasi ekstrak etil asetat (11,0 g) dengan kromatografi kolom
No Fraksi Warna Bobot (g) Rendemen (%) IC 50 (g/ml)* 1 Fr-1 Hitam kehijauan 0,337 3,07 15,52 2 Fr-2 Hitam kehijauan 0,298 2,71 8,30 3 Fr-3 Hitam kehijauan 0,321 2,92 12,94 4 Fr-4 Hitam kehijauan 0,365 3,32 10,82 5 Fr-5 Hitam kehijauan 0,619 5,62 9,53 6 Fr-6 Hijau tua kehitaman 5,728 52,07 11,56 7 Fr-7 Coklat tua 2,017 18,34 20,87 8 Fr-8 Coklat tua 1,126 10,24 16,77 T O T A L 10,811 98,29
Fraksinasi ekstrak etil asetat dengan kromatografi kolom. Berdasarkan kenyataan bahwa ekstrak etil asetat memiliki aktivitas tertinggi (IC 50 10,15 g/ml) dan memiliki bercak mayor yang terpisah dengan baik pada kromatogram lapis tipis, maka pada penelitian ini ekstrak etil asetat dipilih untuk dipisahkan lebih lanjut dengan kromatografi kolom. Hasil fraksinasi yang dimonitor dengan KLT memberikan delapan fraksi dengan karakterisasi seperti diperlihatkan pada Tabel 3 (kolom 1-5). Uji aktivitas sitotoksik terhadap sel L1210 dengan cara yang sama seperti uji pada ekstrak menunjukkan semua fraksi memiliki aktivitas sitotoksik dengan nilai IC 50 < 50 g/ml, dan fraksi 2 merupakan fraksi yang paling aktif (IC 50 8,30 g/ml) diikuti fraksi 5 (9,53 g/ml), fraksi 4 (10,82 g/ml), fraksi 6 (11,56 g/ml), fraksi 3 (12,94 g/ml), fraksi 1 (15,52 g/ml), fraksi 8 (16,77 g/ml) dan fraksi 7 (20,87 g/ml) seperti diperlihatan pada Tabel 3 (kolom 6). Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya (Hertiani dkk, 2002) setelah ekstrak kloroform difraksinasi, fraksi-fraksi menunjukkan toksisitas lebih rendah dibanding ekstraknya, sedang dalam penelitian ini fraksi-fraksi hasil fraksinasi ekstrak etil asetat masih memberikan nilai IC 50 pada rentang antara 8,30 20,87g/ml. Dengan demikian isolat aktif tidak terkonsentrasi pada satu fraksi, melainkan setiap fraksi masih mengandung komponen aktif. Berdasarkan kenyataan bahwa fraksi 5 (0,619 g, IC 50 9,53 g/ml) dan fraksi 6 (5,728 g, IC 50 11,56 g/ml) selain memiliki aktivitas tinggi juga memberikan rendemen yang cukup, maka kedua fraksi ini dipilih untuk diuji lebih lanjut aktivitas sitotoksiknya terhadap empat jenis sel kanker manusia, yaitu servik HeLa, leukemia THP1, karsinoma paru-paru A549, dan limfoma HUT78. Dengan menggunakan analisis probit seperti perhitungan pada uji terhadap sel L1210, maka nilai IC 50 dapat ditentukan (Tabel 4). Hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa kedua fraksi, yaitu fraksi 5 dan fraksi 6 memiliki aktivitas sitotoksik terhadap keempat sel yang diuji dengan nilai IC 50 antara 4,75 g/ml sampai 14,85 g/ml. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa komponen dalam kedua fraksi tersebut perlu diisolasi lanjut untuk mendapatkan isolat yang berpotensi sebagai antikanker.
Tabel 4. Nilai IC 50 fraksi 5 dan 6 terhadap sel HeLa, THP1, A549, dan HUT78 No Jenis sel Nilai IC 50 Fraksi 5 (g/ml) Nilai IC 50 Fraksi 6 (g/ml) 1 Servik HeLa 14,85 13,42 2 Leukemia THP1 4,75 6,25 3 Karsinoma A549 8,38 12,80 4 Limfoma HUT78 6,25 7,52
7 Aktivitas sitotoksik fraksi 5 (IC 50 14,85 g/ml) dan fraksi 6 (IC 50 13,42 g/ml) terhadap sel kanker servik HeLa ini lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak air buah mahkota dewa dan daun mahkota dewa yang memiliki IC 50 masing-masing sebesar 197 dan 812 g/ml (Sumastuti dkk, 2002). Nilai IC 50 fraksi 5 dan fraksi 6 juga lebih tinggi dibanding senyawa Phalerin (isolat dari ektrak metanol daun mahkota dewa) yang hanya memiliki IC 50 61,00 g/ml (Wahyuningsih dkk, 2005). Oleh karena itu kedua fraksi tersebut perlu dipisahkan lebih lanjut untuk mendapatkan isolat yang berpotensi sebagai antikanker.
KESIMPULAN Ekstrak etil asetat (IC 50 10,15 g/ml) simplisia serbuk kulit batang mahkota dewa menunjukkan aktivitas sitotoksik tertinggi dibandingkan ekstrak etanol (IC 50 12,92 g/ml) dan ekstrak n-heksan (IC 50 13,35 g/ml). Fraksinasi ekstrak etil asetat simplisia serbuk kulit batang mahkota dewa menggunakan silika gel kromatografi kolom diperoleh delapan fraksi yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel leukemia tikus L1210 dengan IC 50 adalah 15,52 g/mg/ml berturut-turut untuk fraksi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Uji sitotoksik fraksi 5 dan 6 terhadap 4 jenis sel kanker manusia menunjukkan bahwa kedua fraksi memiliki aktivitas sitotoksik dengan nilai IC 50 antara 4,75 g/ml sampai 14,85 g/ml, dan perlu diisolasi lanjut untuk mendapatkan isolat aktif.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Sdr. Suhanda S.Si. yang telah membantu melakukan pengujian aktivitas sitotoksik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Drh. Bambang Pontjo S, Ph.D dari Institut Pertanian Bogor yang telah memberi ijin penggunaan sel kanker lestari manusia dan fasilitas laboratorium untuk pengujian.
DAFTAR PUSTAKA Aditama, T.Y., 2001. Kanker. Medisinal Jurnal Kedokteran, 2, 1-5. Anonim, Mahkota Dewa Nusantara [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.], http://www.trubus-online.com, diakses pada 11 Maret 2008.
Harmanto, N., 2001. Sehat dengan Ramuan Tradisional Mahkotadewa. Edisi Pertama, Agromedika Pustaka, Tangerang, 31-5. Hertiani, T., Pratiwi, S.U.T., 2002. Uji toksisitas kulit batang makutadewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap Artemia salina Leach dan profil kromatografi lapis tipis fraksi aktif. Majalah Farmasi Indonesia, 13(2), 65-70. Lisdawati, V., 2002. Buah mahkota dewa Toksisitas, efek antioksidan dan efek antikanker berdasarkan uji penapisan farmakologi. http://www.mahkotadewa.com/indi/inf o/makalah/vivi201002.htm, diakses pada 30 April 2007. Mans, D.R. ., Rocha, A.B., and Schwartsmann, G., 2000. Anti-cancer drug discovery and development in Brazil: Targeted plant collection as a national strategy to acquire candidate anti-cancer compounds, Oncologist, 5, 185-198. Sumastuti, R. dan Sonlimar, M., 2002. Efek Sitotoksik ekstrak buah dan daun mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] terhadap sel HeLa. Farmakologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, http://www.tempointeraktif.com/medi ka/arsip/122002/1rt-3.htm, diakses pada 11 Maret 2008. Wahyuningsih, M.S.H., Mubarika, S., Artama, W.T., Wahyuono, S., dan Gandjar, I.G., 2005. Sitotoksisitas phalerin hasil isolasi dari daun mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] terhadap berbagai sel kanker manusia in vitro, Majalah Obat Tradisional, 10(32), 5-9. Wahyuningsih, M.S.H., Mubarika, S., Gandjar, I.G., Hamann, M.T., Rao, K.V., dan Wahyuono, S., 2005. Phalerin, glukosida benzofenon baru diisolasi dari ekstrak metanolik daun mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.]. Majalah Farmasi Indonesia, 16(1), 51-7. Widowati, L., 2005. Kajian hasil penelitian mahkota dewa, J. Bahan Alam Indonesia, 4(1), 223-7.
8 Zhang, Y-B., Xu, X-J., and LIU, H-M., 2006. Chemical constituent from mahkota dewa, J. Asian Nat. Prod. Res., 8(1-2), 119-23.