You are on page 1of 8

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI-FRAKSI EKSTRAK ETIL

ASETAT KULIT BATANG MAHKOTA DEWA [Phaleria


macrocarpa (Scheff.) Boerl] TERHADAP SEL KANKER MANUSIA

CYTOTOXIC ACTIVITY OF SOME FRACTIONS FROM ETHYL
ACETATE EXTRACT OF THE BARK OF MAHKOTA DEWA
[Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] AGAINST HUMAN
CANCER CELL LINES
Ermin Katrin dan Hendig Winarno
Lab Bahan Kesehatan, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN

ABSTRAK
Telah dilakukan uji aktivitas sitotoksik fraksi-fraksi dari ekstrak etil asetat simplisia kulit batang
mahkota dewa terhadap sel leukemia tikus L1210 dan dua fraksi terhadap empat jenis sel kanker manusia
yaitu servik HeLa, leukemia THP1, karsinoma paru-paru A549, dan limfoma HUT78. Simplisia kulit
batang mahkota dewa dengan kadar air 3,5% dimaserasi berturut turut dengan n-heksan, etil asetat, dan
etanol. Uji aktivitas sitotoksik ketiga ekstrak terhadap sel leukemia L1210 menunjukkan bahwa ekstrak etil
asetat memiliki aktivitas sitotoksik tertinggi degan nilai IC
50
= 10,15 g/ml, diikuti ekstrak etanol (IC
50
=
12,92 g/ml) dan ekstrak n-heksan (IC
50
= 13,35 g/ml). Fraksinasi ekstrak etil asetat dengan
kromatografi kolom silika gel dan dielusi secara landaian dengan n-heksan - etil asetat metanol, diperoleh
delapan fraksi. Uji sitotoksik kedelapan fraksi terhadap sel leukemia L1210 menunjukkan bahwa kecuali
fraksi 7 (IC
50
= 20,87 g/ml), semua fraksi dinyatakan aktif dengan nilai IC
50
< 20 g/ml, dan fraksi 2
merupakan fraksi yang paling sitotoksik (IC
50
= 8,30 g/ml) diikuti fraksi 5 (9,53 g/ml), fraksi 4 (10,82
g/ml), fraksi 6 (11,56 g/ml), fraksi 3 (12,94 g/ml), fraksi 1 (15,52 g/ml), dan fraksi 8 (16,77 g/ml).
Uji aktivitas sitotoksik fraksi 5 dan fraksi 6 terhadap empat jenis sel kanker lestari manusia, yaitu servik
HeLa, leukemia THP1, karsinoma paru-paru A549, dan limfoma HUT78 juga menunjukkan bahwa kedua
fraksi tersebut aktif terhadap keempat sel uji dengan IC
50
antara 4,75 g/ml sampai 14,85 g/ml.

Kata kunci : mahkota dewa, sitotoksisitas, sel leukemia tikus L1210, sel kanker manusia

ABSTRACT

Cytotoxic activity test of some fractions from ethyl acetate extract of the bark of mahkota dewa [Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl] against mouse leukemia L1210 cell line and two fractions against four kinds
of human cancer cell lines, namely servic HeLa, leukemia THP1, lung carcinoma A549, and lymphoma
HUT78 have been done. The dried bark of mahkota dewa tree was macerated using n-hexane, ethyl asetate,
and ethanol, respectively. Cytotoxic activity test of those extract against leukemia L1210 cell line showed
that ethyl asetate extract exhibited the highest cytotoxic activity with IC
50
= 10.15 g/ml, followed by
ethanol extract (IC
50
= 12.92 g/ml) and n-hexane extract (IC
50
= 13.35 g/ml). Fractionation of the ethyl
asetate extract by silica gel column chromatography and gradually eluted using n-hexane - etil asetat
metanol, it were obtained eight fractions. Cytotoxic activity test of eight fractions (except fraction 7 with
IC
50
= 20.87 g/ml) against leukemia L1210 cell line showed that the fractions exhibited cytotoxic activity
with IC
50
< 20 g/ml, was the most cytotoxic was fraction 2 (IC
50
8.30 g/ml) followed by fraction 5 (9.53
g/ml), fraction 4 (10.82 g/ml), fraction 6 (11.56 g/ml), fraction 3 (12.94 g/ml), fraction 1 (15.52
g/ml), and fraction 8 (16.77 g/ml). Cytotoxic activity test of fraction 5 and 6 against four kinds of
human cancer cell lines, namely servic HeLa, leukemia THP1, lung carcinoma A549, and lymphoma
HUT78 showed that those fractions exhibited cytotoxic activities onto fourth cancer cell lines with IC
50

between 4.75 g/ml until 14.85 g/ml.

Keywords : mahkota dewa, cytotoxicity, mouse leukemia L1210, human cancer cell lines

Alamat korespondensi :
Dra. Ermin Katrin Winarno
Lab Bahan Kesehatan, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN
Jl. Cinere Pasar Jumat, Lebak Bulus, Jakarta
E-mail : erminkk@batan.go.id

PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, penggunaan tanaman untuk
mengobati berbagai penyakit mulai dilakukan oleh
berbagai lapisan masyarakat dengan slogan
kembali ke alam. Salah satu pengobatan yang
banyak menggunakan bahan alam adalah untuk
penyakit kanker. Di Indonesia penderita kanker
yang terbanyak adalah kanker payudara, diikuti
kanker mulut rahim, hati, limpoma dan kanker
darah (Aditama, 2001).
Telah banyak jenis tanaman yang diduga dan
diyakini dapat menyembuhkan penyakit kanker,
salah satunya adalah tanaman mahkota dewa
[Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] (Harmanto,
2001). Tanaman mahkota dewa secara empiris
mempunyai banyak khasiat dapat menyembuhkan
beberapa penyakit diantaranya pegal-pegal, flu,
alergi, diabetes, hingga kanker. Di Jawa daun dan
buah dimanfaatkan sebagai obat gatal-gatal dan
eksim. Cangkang biji mempunyai rasa sepet dan
pahit, bila dikonsumsi secara langsung dapat
mengakibatkan mabuk, pusing bahkan pingsan,
namun cangkang ini dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit kanker payudara, kanker
rahim, sakit paru-paru dan sirosis hati. Bijinya
sangat beracun dan dapat menyebabkan muntah-
muntah dan lidah mati rasa, hanya digunakan
sebagai obat luar untuk penyakit kulit. Batang
mahkota dewa digunakan untuk mengobati kanker
tulang, sedang daunnya bisa menyembuhkan lemah
syahwat, disentri, alergi, dan tumor. Daging buah
mengandung senyawa golongan alkaloid, saponin,
flavanoid, dan polifenol (Anonim, 2008). Bila
dikonsumsi dalam keadaan segar, buah mempunyai
efek samping, yaitu bengkak di mulut, sariawan,
mabuk bahkan keracunan yang penyebabnya belum
diketahui dengan pasti. Beberapa uji efikasi dan
keamanan beberapa ekstrak daging buah, biji, dan
daun mahkota dewa telah banyak diteliti
(Widowati, 2004), tetapi bagian kulit batang masih
sangat terbatas (Hertiani, 2002).
Struktur senyawa yang terkandung dalam
tanaman mahkota dewa masih belum banyak yang
terungkap, beberapa yang ditemukan pada daun
mahkota dewa adalah 4,5-dihidroksi,4-

metoksibensofenon-3-O- -D-glukosida yang
kemudian diberi nama phalerin (Wahyuningsih
dkk, 2005). Senyawa tersebut tidak toksik dan
diduga dapat berfungsi sebagai imunostimulan.
Sedang dalam daging buah ditemukan senyawa
baru 4,4-dihidroksi-2-metoksibensofenon-6-O- -
D-glukopiranosida yang kemudian diberi nama
mahkoside A dan 6 senyawa lain, yaitu mangiferin,
kaempferol-3-O- -D-glukosida, asam dodekanoat,
asam palmitat, etil stearat dan sukrosa (Zang et al.,
2006), tetapi senyawa-senyawa tersebut belum
diuji aktivitas biologinya. Makalah ini melaporkan
hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu
ekstraksi dan fraksinasi simplisia kulit batang
mahkota dewa serta uji sitotoksik terhadap
pertumbuhan sel kanker lestari manusia, yaitu
servik HeLa, leukemia THP1, karsinoma paru-paru
A549, dan limfoma HUT78. Sebagai uji
pendahuluan digunakan sel kanker tikus leukemia
L1210.

METODOLOGI PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah simplisia kulit batang mahkota dewa
[Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl] berumur 3
tahun yang diperoleh dari kebun petani mahkota
dewa di Desa Cibeuteung, Parung, Bogor, Jawa
Barat. Sel kanker manusia servik HeLa (human
ephiteloid cervic carcinoma), leukemia THP1
(human peripheral blood leukemia-acute
monolcytic), karsinoma paru-paru A549 (human
lung carcinoma), dan limfoma HUT78 (human
cutaneous T-cell lymphoma), sel leukemia tikus
L1210, doksorubisin untuk kontrol positif. Bahan
kimia yang digunakan yaitu etanol 96%, n-heksan,
etil asetat, kloroform, etanol, metanol, HCl, serium
sulfat (CeSO
4
) 1% dalam H
2
SO
4
10%, silika gel
(70-230 mesh ASTM), lempeng silika gel 60 F
254
,
akuabides, medium Eagles MEM, medium
penumbuh Dulbeccos modified Eagles medium
(DMEM/F-12), fetal bovine serum (FBS),
phosphate buffer saline (PBS) 10%, dimetil
sulfoksida, dan biru tripan 0,4%.
Alat
Kolom kromatografi, lampu UV 254 nm dan
366 nm, penguap putar, oven, desikator, neraca
analitik, inkubator CO
2
, multiwell plate tissues
culture, mikroskop, hemocytometer Fuch Rosental,
blender, dan alat-alat gelas.
Penyiapan Simplisia
Kulit batang mahkota dewa dipisahkan dari
kayu, dikeringkan, dirajang halus kemudian di-
blender sampai halus dan ditentukan juga kadar air
simplisia kering.
Ekstraksi
Sebanyak 746,2 g simplisia kulit batang
mahkota dewa kering dengan kadar air 3,5% yang
telah dihaluskan dimaserasi berturut-turut dengan
pelarut nheksan, etil asetat, dan etanol. Tiap-tiap
pelarut diulang sebanyak 4-5 kali 9 liter hingga
tidak memberikan bercak pada uji dengan
kromatografi lapis tipis. Masing-masing filtrat hasil
maserasi dikumpulkan dan diuapkan dengan
penguap putar hingga kering, kemudian dilanjutkan
pengeringan dengan pompa vakum dalam desikator
hingga bobot tetap.

Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap
golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
kuinon, sterol dan terpen, minyak atsiri, dan
kumarin.

Fraksinasi ekstrak etil asetat dengan
kromatografi kolom
Sebanyak 11,0 g ekstrak etil asetat yang
telah dihomogenkan dengan 70 g cellite,
difraksinasi dengan kolom kromatografi berukuran
8 cm x 90 cm (silika gel = 330 g, n-heksan - etil
asetat-metanol = 3:1:0 hingga 0:0:1 secara
landaian). Pemisahan dilakukan dengan mengatur
kecepatan aliran kurang lebih 50 ml/menit dan
penampungan dilakukan setiap 500 ml. Hasil
pemisahan dikelompokkan dalam fraksi
berdasarkan pola bercak yang sama berdasarkan
KLT.

Uji aktivitas sitotoksik tehadap sel leukemia
tikus L1210 secara in vitro
Uji aktivitas sitotoksik dilakukan terhadap
ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol, dan delapan
fraksi hasil fraksinasi dengan kromatografi kolom.
Masing-masing sampel dibuat dengan enam
macam variasi konsentrasi, yaitu 0 (kontrol), 5, 10,
20, 30, dan 40 g/ml, dengan ulangan 3 kali.
Masing-masing konsentrasi di tempatkan dalam
multiwell plate tissues culture 24 sumuran yang
berisi 1 ml suspensi sel L1210 (mengandung 2 x
10
5
sel) dalam medium RPMI-1610, kemudian
diinkubasi dalam inkubator CO
2
5% pada suhu
37
o
C selama 48 jam. Jumlah sel yang masih hidup
dihitung dengan mikroskop. Aktivitas sitotoksik
yang merupakan kemampuan sampel uji dalam
menghambat pertumbuhan sel dinyatakan dalam
persentase (%) penghambatan berdasarkan rumus:

% penghambatan :
[ rerata sel dlm kontrol ] [ rerata sel dlm sampel uji ]

[ rerata sel dalam kontrol ]
Perhitungan nilai IC
50
(inhibitory concentration
fifty), yaitu konsentrasi zat uji yang dapat
menghambat pertumbuhan sel sebesar 50%,
dihitung dari kurva regresi linier antara log
konsentrasi zat uji dengan nilai probit aktivitas
penghambatan.

Uji aktivitas sitotoksik tehadap sel kanker
manusia HeLa, THP1, A549, dan HUT78 secara
in vitro
Uji aktivitas sitotoksik pada sel kanker
manusia HeLa, THP1, A549, dan HUT78
dilakukan terhadap dua fraksi hasil fraksinasi
kromatografi kolom yang memiliki jumlah dan
nilai IC
50
terbaik pada pengujian terhadap sel
leukemia L1210. Masing-masing sampel dibuat
dengan enam macam variasi konsentrasi, yaitu 0
(kontrol), 5, 10, 20, 40, dan 80 g/ml, dengan
ulangan tiga kali. Sebagai kontrol positif digunakan
doksorubisin dengan konsentrasi 6 g/ml. Masing-
masing konsentrasi ditempatkan dalam multiwell
plate tissues culture 24 sumuran yang berisi 1 ml
suspensi sel (mengandung 2 x 10
6
sel) dalam
medium, kemudian diinkubasi dalam inkubator
CO
2
5% pada suhu 37
o
C selama 72 jam. Suspensi
sel dalam setiap sumuran dipipet 90 l dan
dimasukkan ke dalam serocluster plate (96
sumuran) dan ditambah 10 l biru tripan, lalu
dihomogenkan kembali. Sebanyak 10 l larutan
dialirkan ke dalam hemocytometer dan dilakukan
perhitungan jumlah sel yang hidup dan yang mati
di bawah mikroskop. Selanjutnya dihitung
persentasi aktivitas antiproliferasi dan nilai IC
50

yaitu konsentrasi yang menyebabkan pertumbuhan
sel terhambat sebesar 50% dengan cara yang sama
seperti pada perhitungan terhadap sel L1210.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan ekstrak dan penapisan fitokimia
Hasil ekstraksi dengan n-heksan, etil asetat,
dan etanol dari 746,20 g simplisia kulit batang
mahkota dewa (serbuk kering dengan kadar air
3,5%) masing-masing diperoleh rendemen 1,24%,
2,01%, dan 10,45% (Tabel 1).
Ekstrak n-heksan berwarna hijau tua dengan
kandungan kimia adalah steroid dan terpen, ekstrak
etil asetat berwarna hijau tua dengan kandungan
kimia adalah alkaloid, flavonoid, dan steroid,
sedang ekstrak etanol berwarna coklat tua dengan
kandungan kimia adalah flavonoid, dan steroid.
Semua komponen tersebut juga terkandung dalam
rajangan simplisia kulit batang mahkota dewa.
Komponen kimia dalam kulit batang mahkota
dewa ini sama dengan kandungan kimia dalam
daging buah mahkota dewa, dan senyawa tersebut
diduga berpotensi sebagai antikanker dan
antioksidan (Lisdawati, 2002).
Kromatogram lapis tipis ketiga ekstrak
tersebut (Gambar 1) menunjukkan bahwa dalam
ekstrak n-heksan (a) sedikitnya terdapat 9 senyawa,
etil asetat (b) 9 senyawa, dan etanol (c) 4 senyawa.


Tabel 1. Hasil ekstraksi serbuk kulit batang mahkota dewa (746,20 g) dan penapisan fitokimia
No
Contoh
Bentuk dan warna Bobot Kandungan kimia berdasar
penapisan fitokimia
(g) (%)
1 ekstrak
n-heksan
serbuk kering, hijau
tua
9,27 1,24 terpenoid, steroid
2 ekstrak
etil asetat
serbuk kering, hijau
tua
15,02 2,01 steroid, flavonoid, alkaloid
3 eksktrak
etanol
serbuk kering,
coklat tua
77,97 10,45 steroid, flavonoid,
4 rajangan
kulit batang
serbuk kering,
coklat muda
terpenoid, steroid, flavonoid,
alkaloid, saponin



1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
a b c
AcOEt

Gambar 1. KLT ekstrak n-heksan (a), etil asetat (b), dan etanol (c)



Fase gerak : a. kloroform-metanol (20:1)
b. kloroform-metanol-air (6,5:3,5:1)
c. kloroform-metanol-air (6:4:1)
Fase diam : silika gel GF
254

Deteksi : sinar uv 254 nm
Penampak : serium sulfat 1% dalam H
2
SO
4
10%
Uji aktivitas sitotoksik ketiga ekstrak
terhadap sel L1210 secara in vitro (Tabel 2),
menunjukkan bahwa nilai IC
50
ekstrak n-heksan,
ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol berturut-turut
adalah 13,35 g/ml, 10,15g/ml, dan 12,92 g/ml.
Suatu ekstrak dinyatakan memiliki aktivitas
inhibisi apabila memiliki nilai IC
50
50 g/ml
(Mans et al., 2000), dengan demikian ketiga
ekstrak tersebut dinyatakan aktif. Hasil uji
sitotoksik pada kulit batang terhadap sel L1210 ini
melengkapi hasil uji sitotoksik ekstrak kulit biji
dan daging buah yang memiliki aktivitas sitotoksik
terhadap sel uji yang sama (Lisdawati, 2002).
Pengujian toksisitas ekstrak kloroform, methanol,
dan air dari kulit batang mahkota dewa terhadap
larva udang Artemia salina Leach menunjukkan
bahwa ekstrak kloroform (semipolar) memiliki
aktivitas tertinggi (Hertiani dkk, 2002). Hal ini
menunjukkan kecenderungan yang sama bahwa
ekstrak etil asetat yang juga semipolar memiliki
aktivitas tertinggi pada pengujian terhadap sel
L1210, meskipun ekstrak n-heksan dan ekstrak
metanol juga memiliki aktivitas sitotoksik. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam setiap esktrak, baik non
polar, semi polar, maupun polar masing-masing
mengandung komponen yang memiliki aktivitas
sitotoksik.


Tabel 2. Hasil uji aktivitas inhibisi ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol kulit batang mahkota
dewa terhadap pertumbuhan sel L1210

Sampel
Konsentrasi
( g/ml)
Log
konsentrasi
%
inhibisi*
Probit
% inhibisi
Persamaan
regresi linier
IC
50

(g/ml)
Ekstrak
n-heksan
0 (kontrol) 0,00 0,00 -
y = 1,8572x +
2,9096
13,35
5 0,70 26,32 4,36
10 1,00 37,32 4,67
20 1,30 54,55 5,13
30 1,48 69,38 5,50
40 1,60 88,04 6,18
Ekstrak etil
asetat
0 (kontrol) 0,00 0,00 -



y = 2,1294x +
2,8567



10,15
5 0,70 28,23 4,42
10 1,00 52,15 5,05
20 1,30 62,68 5,33
30 1,48 81,34 5,88
40 1,60 93,78 6,55
Ekstrak
etanol
0 (kontrol) 0,00 0,00 -



y = 2,8847x +
1,7942



12,92
5 0,70 18,18 4,08
10 1,00 31,58 4,53
20 1,30 54,07 5,10
30 1,48 81,82 5,92
40 1,60 96,65 6,88
* rata-rata dari 3 kali ulangan






Tabel 3. Fraksi hasil fraksinasi ekstrak etil asetat (11,0 g) dengan kromatografi kolom

No Fraksi Warna Bobot (g) Rendemen (%) IC
50
(g/ml)*
1 Fr-1 Hitam kehijauan 0,337 3,07 15,52
2 Fr-2 Hitam kehijauan 0,298 2,71 8,30
3 Fr-3 Hitam kehijauan 0,321 2,92 12,94
4 Fr-4 Hitam kehijauan 0,365 3,32 10,82
5 Fr-5 Hitam kehijauan 0,619 5,62 9,53
6 Fr-6 Hijau tua kehitaman 5,728 52,07 11,56
7 Fr-7 Coklat tua 2,017 18,34 20,87
8 Fr-8 Coklat tua 1,126 10,24 16,77
T O T A L 10,811 98,29


Fraksinasi ekstrak etil asetat dengan
kromatografi kolom.
Berdasarkan kenyataan bahwa ekstrak etil
asetat memiliki aktivitas tertinggi (IC
50
10,15
g/ml) dan memiliki bercak mayor yang terpisah
dengan baik pada kromatogram lapis tipis, maka
pada penelitian ini ekstrak etil asetat dipilih untuk
dipisahkan lebih lanjut dengan kromatografi
kolom. Hasil fraksinasi yang dimonitor dengan
KLT memberikan delapan fraksi dengan
karakterisasi seperti diperlihatkan pada Tabel 3
(kolom 1-5).
Uji aktivitas sitotoksik terhadap sel L1210
dengan cara yang sama seperti uji pada ekstrak
menunjukkan semua fraksi memiliki aktivitas
sitotoksik dengan nilai IC
50
< 50 g/ml, dan fraksi
2 merupakan fraksi yang paling aktif (IC
50
8,30
g/ml) diikuti fraksi 5 (9,53 g/ml), fraksi 4 (10,82
g/ml), fraksi 6 (11,56 g/ml), fraksi 3 (12,94
g/ml), fraksi 1 (15,52 g/ml), fraksi 8 (16,77
g/ml) dan fraksi 7 (20,87 g/ml) seperti
diperlihatan pada Tabel 3 (kolom 6).
Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya
(Hertiani dkk, 2002) setelah ekstrak kloroform
difraksinasi, fraksi-fraksi menunjukkan toksisitas
lebih rendah dibanding ekstraknya, sedang dalam
penelitian ini fraksi-fraksi hasil fraksinasi ekstrak
etil asetat masih memberikan nilai IC
50
pada
rentang antara 8,30 20,87g/ml. Dengan
demikian isolat aktif tidak terkonsentrasi pada satu
fraksi, melainkan setiap fraksi masih mengandung
komponen aktif.
Berdasarkan kenyataan bahwa fraksi 5
(0,619 g, IC
50
9,53 g/ml) dan fraksi 6 (5,728 g,
IC
50
11,56 g/ml) selain memiliki aktivitas tinggi
juga memberikan rendemen yang cukup, maka
kedua fraksi ini dipilih untuk diuji lebih lanjut
aktivitas sitotoksiknya terhadap empat jenis sel
kanker manusia, yaitu servik HeLa, leukemia
THP1, karsinoma paru-paru A549, dan limfoma
HUT78. Dengan menggunakan analisis probit
seperti perhitungan pada uji terhadap sel L1210,
maka nilai IC
50
dapat ditentukan (Tabel 4). Hasil
uji sitotoksik menunjukkan bahwa kedua fraksi,
yaitu fraksi 5 dan fraksi 6 memiliki aktivitas
sitotoksik terhadap keempat sel yang diuji dengan
nilai IC
50
antara 4,75 g/ml sampai 14,85 g/ml.
Kenyataan ini mengindikasikan bahwa komponen
dalam kedua fraksi tersebut perlu diisolasi lanjut
untuk mendapatkan isolat yang berpotensi sebagai
antikanker.

Tabel 4. Nilai IC
50
fraksi 5 dan 6 terhadap sel HeLa, THP1, A549, dan HUT78
No Jenis sel
Nilai IC
50
Fraksi 5 (g/ml) Nilai IC
50
Fraksi 6 (g/ml)
1 Servik HeLa 14,85 13,42
2 Leukemia THP1 4,75 6,25
3 Karsinoma A549 8,38 12,80
4 Limfoma HUT78 6,25 7,52





7
Aktivitas sitotoksik fraksi 5 (IC
50
14,85
g/ml) dan fraksi 6 (IC
50
13,42 g/ml) terhadap
sel kanker servik HeLa ini lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak air buah mahkota
dewa dan daun mahkota dewa yang memiliki
IC
50
masing-masing sebesar 197 dan 812 g/ml
(Sumastuti dkk, 2002). Nilai IC
50
fraksi 5 dan
fraksi 6 juga lebih tinggi dibanding senyawa
Phalerin (isolat dari ektrak metanol daun
mahkota dewa) yang hanya memiliki IC
50
61,00
g/ml (Wahyuningsih dkk, 2005). Oleh karena
itu kedua fraksi tersebut perlu dipisahkan lebih
lanjut untuk mendapatkan isolat yang berpotensi
sebagai antikanker.

KESIMPULAN
Ekstrak etil asetat (IC
50
10,15 g/ml)
simplisia serbuk kulit batang mahkota dewa
menunjukkan aktivitas sitotoksik tertinggi
dibandingkan ekstrak etanol (IC
50
12,92 g/ml)
dan ekstrak n-heksan (IC
50
13,35 g/ml).
Fraksinasi ekstrak etil asetat simplisia serbuk
kulit batang mahkota dewa menggunakan silika
gel kromatografi kolom diperoleh delapan fraksi
yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel
leukemia tikus L1210 dengan IC
50
adalah 15,52
g/mg/ml berturut-turut untuk fraksi 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, dan 8. Uji sitotoksik fraksi 5 dan 6
terhadap 4 jenis sel kanker manusia
menunjukkan bahwa kedua fraksi memiliki
aktivitas sitotoksik dengan nilai IC
50
antara 4,75
g/ml sampai 14,85 g/ml, dan perlu diisolasi
lanjut untuk mendapatkan isolat aktif.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan
kepada Sdr. Suhanda S.Si. yang telah membantu
melakukan pengujian aktivitas sitotoksik.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Drh. Bambang Pontjo S, Ph.D dari Institut
Pertanian Bogor yang telah memberi ijin
penggunaan sel kanker lestari manusia dan
fasilitas laboratorium untuk pengujian.

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y., 2001. Kanker. Medisinal Jurnal
Kedokteran, 2, 1-5.
Anonim, Mahkota Dewa Nusantara [Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.],
http://www.trubus-online.com, diakses
pada 11 Maret 2008.


Harmanto, N., 2001. Sehat dengan Ramuan
Tradisional Mahkotadewa. Edisi
Pertama, Agromedika Pustaka,
Tangerang, 31-5.
Hertiani, T., Pratiwi, S.U.T., 2002. Uji
toksisitas kulit batang makutadewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl.) terhadap Artemia salina Leach
dan profil kromatografi lapis tipis
fraksi aktif. Majalah Farmasi
Indonesia, 13(2), 65-70.
Lisdawati, V., 2002. Buah mahkota dewa
Toksisitas, efek antioksidan dan efek
antikanker berdasarkan uji penapisan
farmakologi.
http://www.mahkotadewa.com/indi/inf
o/makalah/vivi201002.htm, diakses
pada 30 April 2007.
Mans, D.R. ., Rocha, A.B., and Schwartsmann,
G., 2000. Anti-cancer drug discovery
and development in Brazil: Targeted
plant collection as a national strategy
to acquire candidate anti-cancer
compounds, Oncologist, 5, 185-198.
Sumastuti, R. dan Sonlimar, M., 2002. Efek
Sitotoksik ekstrak buah dan daun
mahkota dewa [Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.] terhadap sel HeLa.
Farmakologi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta,
http://www.tempointeraktif.com/medi
ka/arsip/122002/1rt-3.htm, diakses
pada 11 Maret 2008.
Wahyuningsih, M.S.H., Mubarika, S., Artama,
W.T., Wahyuono, S., dan Gandjar,
I.G., 2005. Sitotoksisitas phalerin hasil
isolasi dari daun mahkota dewa
[Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl.] terhadap berbagai sel kanker
manusia in vitro, Majalah Obat
Tradisional, 10(32), 5-9.
Wahyuningsih, M.S.H., Mubarika, S., Gandjar,
I.G., Hamann, M.T., Rao, K.V., dan
Wahyuono, S., 2005. Phalerin,
glukosida benzofenon baru diisolasi
dari ekstrak metanolik daun mahkota
dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl.]. Majalah Farmasi Indonesia,
16(1), 51-7.
Widowati, L., 2005. Kajian hasil penelitian
mahkota dewa, J. Bahan Alam
Indonesia, 4(1), 223-7.

8
Zhang, Y-B., Xu, X-J., and LIU, H-M., 2006.
Chemical constituent from mahkota
dewa, J. Asian Nat. Prod. Res., 8(1-2),
119-23.

You might also like