You are on page 1of 4

Orientasi Gerakan Mahasiswa pasca Reformasi

*
Oleh

Edwin Sahat Sahala Panjaitan

Abstrak

Mahasiswa dikenal dalam Masyarakat sebagai Kaum Inteletual yang selalu berpikir baru bergerak.
Ada juga yang mengatakan Mahasiswa adalah Agent of Change (Agen Perubahan) yang selalu berada di
garis terdepan dalam memperjuangkan suatu perubahan untuk mencapai sesuau yang lebih baik.
Mungkin banyak Masyarakat banyak bertanya “Kenapa Soeharto bisa lengser dengan Gerakan
Mahasiswa ?” Apa sich yang menjadi landasan dari munculnya Gerakan Mahasiswa dengan ritme-nya yang
cukup panjang dalam alur sejarah bangsa ini ? Mengapa Gerakan Mahasiswa seolah-olah di identikan
dengan keharusan Sejarah yang harus terjadi dalam alur masyarakat modern ini…
Tentunya kita tidak mungkin akan bisa menjawab itu semua secara utuh dan medetail namun, ada
baiknya apabila kita setiap saat selalu mempertanyakan kembali tentang mengapa Gerakan Mahasiswa itu
sendiri secara sederhana dan mendasar.

Landasan Pemikiran
Paradigma pemikiran dari sebuah gerakan harus di bangun berlandaskan landasan nilai-nilai
kemanusian dan Moralitas serta rasionalitas1 yang benar dan bukan sikap emosional yang cenderung
nantinya mendorong kita nantinya bersikap Reaksioner. Sebuah Gerakan tidaklah bisa lahir begitu saja
tanpa suatu landasan pemikiran yang jelas & Rasional.
Sebuah Gerakan haruslah membutuhkan sebuah landasan (Teori) dalam bertindak (praktek),
karena apabila tidak di landasi strategi dan taktik, sebuah Gerakan itu akan terjebak kepada :

• Sikap Aktivisme (ikut-ikutan) dari pelaku Gerakan tersebut.


• Tak mengenal arah dan Orientasi.
• Gampang sekali di patahkan dan di hancurkan.
• Sulit di kendalikan / di kontrol


* Materi yang disampaikan dalam kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Hukum Universitas
Udayana atau yang biasa disebut dengan nama Genta Iustitia 2006 yang diadakan oleh KM FH – UNUD
(Komite Mahasiswa Fakultas Hukum – UNUD) pada tanggal 21 Agustus 2006

Mahasiswa Fakultas Hukum Udayana, sekarang aktif dalam LitBang KM FH – UNUD (Komite
Mahasiswa Fakultas Hukum – UNUD), selain itu juga aktif dalam FRONTIER – Bali (Front Demokrasi
Perjuangan Rakyat), telah merasakan ketidakadilan selama 6 hari di Kepolisian Kota Besar Denpasar
(Poltabes Denpasar) karena memperjuangkan kemerdekaan hak dari seorang Aktivis Mahasiswa (I
Wayan Suardana alias “Gendo”) yang ditangkap karena memperjuangkan Penolakan Kenaikan Harga
BBM (Bahan Bakar Minyak)
1
karenanya penting sekali untuk di ketahui bersama tentang landasan dan bangunan dasar
(infrastruktur) dari suatu Gerakan tersebut,
Apa itu Gerakan ?
Gerakan adalah suatu bentuk usaha kerja bersama yang terarah dan berkelanjutan untuk
melakukan sebuah perubahan tatanan kehidupan Sosial-budaya, Ekonomi-Politik dan Hukum dari sebuah
kondisi sebelumnya yang buruk menuju kondisi yang lebih baik (ideal)
Dalam hal ini pengertian dari usaha bersama ini adalah syarat kunci dari suatu gerakan, dan hal itu
juga berlaku terhadap Golongan Anarkis yang selalu sesumbar bisa melakukan Aksi-Individu sebagai
manifestonya dalam memaknai dirinya sebagai Individu yang bebas dan Universal. Hal ini di karenakan
yang di maknai sebagai “Gerakan” tentulah tidak bisa dilakukan secara Individual karena bentuk
perubahan yang di inginkan tentunya dalam skala yang besar. Karena itu pengertian “Gerakan” sangat
berbeda dengan apa yang kita namakan sebagai “Gerak-gerik”, dimana pengertian terakhir itu tentulah bisa
dilakukan secara Individu yang bergerak (berinteraksi) bebas kesana-kemari.
Dalam Sejarah perkembangan Masyarakat telah terbukti bahwa, yang namanya Gerakan selalu
dilakukan secara kolektif (bersama) tidak pernah dalam sejarah seorang manusia bisa melakukan aksi-
Individu dalam merubah tatanan masyarakat, seperti yang sering di dengung-dengungkan oleh kalangan
Anarkisme.

Kenapa Kita Bergerak ?


Seperti diuraikan di atas, bahwa tentunya alasan kita Bergerak karena di dorong oleh hakikat dari
adanya suatu penindasan dan rasa ketidakadilan yang berjalan di atas nilai-nilai kemanusiaan.
Pada umumnya tidaklah pasti setiap orang atau sekelompok Masyarakat yang di tindas selalu
melawan dengan melakukan Gerakan perlawanan terhadap si Penindas tersebut.

Siapa yang Bergerak ?


Tentulah hal itu harus terletak atas kesadaran dari setiap Individu atau Kelompok yang ingin
melakukan sebuah perubahan itu tersebut. Hal itu dikarenakan bahwa perubahan itu tidak akan datang
secara tiba-tiba dari langit menghampiri kita, karena itu orang-orang yang merasa tertindaslah (paling
dirugikan) yang harus merasa paling ingin perubahan itu dan memposisikan dirinya sebagai pelaku dari
Gerakan tersebut.

Kapan & di mana Kita Bergerak ?


Keharusan kita bergerak tidaklah harus diartikan dengan setelah kesiapan wacana kita dalam
memahami hakekat penindasan itu sendiri..!!! Realitas akan penindasan terekam secara utuh di setiap
kepala Rakyat Kecil Indonesia..!!! Referensi hanya menguraikan bagaimana penindasan itu berlangsung
dan terjadi.
Mengenai dimana kita bergerak idealnya adalah di suatu tempat berlangsungnya suatu proses
penindasan itu terjadi..!!!
Karena itu apabila kita tinggal di Indonesia maka yang akan kita bicarakan terlebih dahulu adalah
bentuk penindasan yang terjadi di negeri ini…apabila kita Mahasiswa yang kuliah di Bali maka yang
terdekat bisa kita lakukan tentunya ada di sini..
Dengan memahami bentuk penindasan yang terjadi maka pada dasarnya, sekalipun typikal
masyarakat itu berbeda-beda (heterogen) namun mekanisme penindasan yang berjalan oleh kekuasaan
tetaplah sama dan seragam..dan memiliki efek yang sama kepada setiap masyrakat.
Dengan Apa dan Bagaimana kita bergerak ?
Secara Umum kita masih mempunyai kedua tangan kita untuk melakukan perlawanan, kita masih
mempunyai mulut untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan dan kita masih mempunyai hati (seburuk-
buruknya)”.
Secara Khusus kita menggunakan Organisasi sebagai alat perjuangan kita.
Dengan menggunakan Organisasi maka kita telah lebih maju selangkah dalam merasionalisasikan
segala bentuk pemikiran / ide-ide akan perubahan itu kedalam distrbusi pemikiran dan pekerjaan di antara
pelaku Gerakan itu sendiri.

Apa yang kita Ambil dari semua ini ?


Dari gambaran diatas, apakah kita sepakat dengan landasan bergerak kita di dasari oleh moral
yang melihat sebuah proses penindasan, proses ketidak adilan, dan proses kesewenang-wenangan yang di
lakukan oleh Kaum Penindas terhadap Kaum tertindas ?
Kalau YA, mari kita berjuang bersama-sama untuk melawan setiap bentuk penindasan.
Kalau TIDAK memposisikan diri sebagai pelaku perubahan tersebut maka kalian akan
berhadapan dengan Kami yang Tertindas !!..
dan siap-siap Kami suruh apabila momentum dari arus perubahan itu sudah terbangun.
Proses kesadaran dalam membangun sebuah organisasi perlawanan memang membutuhkan waktu
yang sangat panjang. Kita Mahasiswa sebagai “Rakyat Terdidik” hanya mempunyai waktu yang relatif
cukup singkat, antara 5 s/d 7 Tahun di bangku Perkuliahan dengan metode pengajaran di bangku kuliah
yang kapitalistik, Mahasiswa di paksa dan di seret pada suatu realitas akan pilihan dia untuk menyelesaikan
kuliahnya secepatnya. ( tapi tidak sepenuhnya dapat menjawab kemana/ngapain Mahasiswa setelah jadi
Sarjana) Hal inilah yang membuat kita sebagai pelaku gerakan itu lupa/tidak sadar untuk menanamkan
nilai-nilai perjuangannya itu, sehingga kita dan “Rakyat terdidik” lainnya cenderung menjadi aktivisme
(dari aksi ke aksi) tanpa mempunyai landasan gerakan yang benar. Dari situlah kita dituntut untuk
membangun kesadaran melalui proses transformasi kepada “rakyat terdidik” (Mahasiswa) lainnya, dan hal
itu bukanlah semacam doktrinisasi. Hal inilah yang membuat kita tidak sadar atau lupa untuk membangun
kesadaran politik dengan landasan bergerak yang benar. Dari situlah kita di haruskan melakukan proses
transformasi nilai-nilai perjuangannya (kaderisasi) kepada generasi selanjutnya untuk tetap bisa menjaga
nilai-nilai idealisme perjuangan kita, serta agar Gerakan tersebut terus berlangsung tidak berhenti sampai
disini saja.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa Sejarah yang telah dilakukan oleh Gerakan
Mahasiswa tentunya tidak luput juga dari kesalahan-kesalahan sebagai layaknya manusia yang khilaf dan
lemah. Bukan menjadi suatu rahasia lagi kalau figur-figur dari Gerakan Mahasiswa ‘98 itu bahkan juga hal
itu terjadi di Bali, kadang arogan (angkuh), bertingkah reaksioner, tak bisa menahan diri (emosional),
terkesan memaksakan kehendak sehingga nuansa Intrik lebih banyak ada ketimbang Kritik-membangun,
dan kalau sudah begini bakal terjadi stagnasi (kemandekan dari suatu gerakan tersebut) dikarenakan terlalu
banyaknya konflik ditubuh gerakan itu sendiri. Kondisi itulah akhirnya banyak membawa perpecahan
ditubuh Mahasiswa itu sendiri, dan perpecahan tersebut lebih banyak terjadi di karenakan faktor
ekstensialis dari pelaku-pelaku Gerakan itu sendiri.
Karena itu kita tidak bisa berlarut-larut melemparkan tudingan bahwa ini adalah kesalahannya
siapa dan Siapa yang harus bertanggung Jawab ?
Sebagai Individu yang memposisikan dirinya sebagai pelaku dari Gerakan itu, maka segala bentuk
persoalan tersebut jelas adalah tanggung jawab moral kita
Untuk kedepannya kita harus menghindarkan beberapa sikap ini :
Bersikap Oportunisme
Sikap Oportunisme sangat potensial melahirkan sikap tidak pernah konsisten terhadap apa yang
kita yakini dari sebuah jalannya perubahan, dan hal ini dikarenakan dilandasi oleh metode bergerak yang
salah, alias tidak memahami tentang landasan pemikiran dan kerja-kerja Gerakan.
Sikap Ikutan arah angin ini tentunya akan sangat membahayakan bagi suatu Gerakan Perubahan
Dengan adanya pelaku gerakan yang Oportunis maka niscaya bukannya langkah kemajuan yang
kita dapatkan namun justru segudang permasalahan yang kita dapati.
Akhir Kata…
Kita harus menyadari bahwa bahaya terbesar bagi sebuah organisasi kepeloporan Mahasiswa
adalah berdekatan dengan Kelompok reformis Gadungan, Kelompok reformis hidupnya sangat tergantung
akan kekuasaan. Untuk menghindari kooptasi dan usaha memoderasi dari kalangan reformis ini kita harus
bersikap Independen dan tetap menjadi Oposisi terhadap kekuataan kekuasaan. Karena kita percaya bahwa
perlawanan yang hebat adalah perlawanan yang dilakukan oleh Massa Aksi dan percaya terhadap Garis
Massa dengan membuat barisan bagaikan barisan semut marabunta dan laksana ombak mengikis batu
karang.
Suatu proses langkah maju yang harus kita jalankan adalah percaya akan perjuangan dan nilai-
nilai kemanusiaan dan moral itu sendiri karena hal itulah yang akan mengikat kita dalam sumpah di bawah
panji-panji kebenaran dan keadilan untuk tetap bergerak dan siap sedia menghancurkan setiap bentuk
penindasan yang ada.
Karenanya berbicara tentang kemanusiaan adalah persoalan yang tidak pernah ada habisnya.
Berbicara tentang kemanusiaan maka kita akan melihat semangat yang di bawa oleh orang-orang
sebelumnya mulai dari, Lao Tse dengan ajaran kebebasan individunya, Kong Hu Chu dengan ajaran
kesimbangan antara manusia dengan alam, Shidarta Gautama dengan ajaran kesabaran dalam kenestapaan,
Yesus dengan ajaran cinta kasihnya yang luhur, Muhammad dengan ajaran keseimbangan dunia dan
akhirat, Karl-Marx dengan ajaran Teori pertentangan kelasnya, Lenin dengan ajaran teori-teori
Revolusinya, Mao Zedong dengan ajaran Revolusi-Budayanya, Che Guevara dengan ajaran Perang
Gerilya-nya, Tan-Malaka dengan ajaran Madilognya, Soekarno dengan ajaran
Marhaenismenya….Kesemuanya itu di persembahkan bagi Kemanusiaan dan pembebasan manusia dari
Ketertindasannya !!
Begitupun di Indonesia, dari zamannya Ken-Arok sampai saat ini, Sejarah Rakyat Indonesia
adalah Sejarah orang-orang yang selalu kalah. Keberadaan Mereka adalah suatu potret yang terpinggirkan.
Pengangguran, Kemiskinan, Bayi kekurangan Gizi, Siswa putus sekolah, Anak jalanan sampai dengan
Gelandangan adalah tetap bagian dari 210 juta Rakyat Indonesia yang tidak boleh kita abaikan…
keberadaan mereka ada di karenakan kekuasaan..!!
Mereka di miskinkan secara struktural (Kekuasaan).. dan Kekuasan adalah perwakilan dari
kepentingan Modal berada. Mungkin kita tidak pernah kenal secara langsung dengan anak jalanan &
Gelandangan di tepi jalanan itu..!!! Memang kita tidak pernah kenal dengan korban kejahatan Militer di
Aceh, Papua dsb…!!! Memang kita tidak pernah kenal dengan Petani Korban yang tanahnya di
rampas ..!!! Tapi sudah sepantasnyalah….sebagai Mahasiswa yang memiliki nalar keilmuannya, ia dapat
melihat semua permasalahan yang terjadi di negeri ini sampai dengan merasionalisasikan Ide-ide
perubahan yang Abstrak tersebut menjadi suatu bentuk perlawanan thd kekuasaan yang lalim.!!
Karenanya nilai dari Idealisme-perjuangan Mahasiswa tidak hanya sampai di saat ia masih aktif
menjadi Mahasiswa saja… !! Nilai-nilai dari perjuangan itulah yang senantiasa mengiiringi kita dimana
saja..!! Nilai-nilai dari perjuangan itulah yang selalu senantiasa menajamkan pemikiran terhadap kejelasan
keberpihakan kita dan mengarahkan perilaku kita sbg Intelektual-Organik…!!!
Perjuangan Mahasiswa tidaklah harus selalu di artikan mewakili harapan berjuta-juta Buruh &
Tani namun, perjuangan Mahasiswa itu juga mewakili harapan Mahasiswa itu sendiri…!!!
Dengan tanggung Jawab yang penuh sempurna ini maka kita sudah memulai sebuah pertarungan
dalam menegakkan nilai-nilai tersebut dan kita harus siap untuk mengakhiri pertarungan tersebut !!!!

Apa gunanya banyak baca buku …


Kalau hanya untuk membodohi …
Apa gunanya punya ilmu itnggi …
Kalau mulut kau sumpel melulu …

You might also like